Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI WAKTU PROSES KOSTIKSASI KAIN KAPAS

DALAM KONDISI KAIN YANG BERBEDA


The Effect of Use Variation of Cotton Fabric Causticization Process Time in Different
Fabric Conditions

1 1
Abed Rozaq dan Didik Achadi Wedyatomo
¹ Prodi Kimia Tekstil, Sekolah Tinggi Teknologi Warga Surakarta Jalan Raya Solo Baki Km.2, Kwarasan,
Solo Baru – Sukoharjo

Korenspondesi Penulis
Email : abed.goes@gmail.com

Kata kunci: Kostiksasi, kain kapas, waktu perendaman, kondisi kain


Keywords: causticization, cotton fabric, immersion time, fabric conditions
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kondisi kain dan variasi waktu
perendaman terhadap hasil kostiksasi kain kapas, terutama pada nilai daya serap kain dan kekuatan
tarik kain. Percobaan kostiksasi kain kapas dilakukan dengan metode exhaust menggunakan NaOH 25
o
Be pada suhu kamar. Faktor yang diteliti adalah waktu perendaman dengan variasi: 2, 4, dan 6 menit
dan variasi kondisi kain, yaitu: kain grey, kain hasil pemasakan dan kain hasil pengelantangan. Proses
kostiksasi dilakukan dengan cara merendam kain kapas dalam larutan NaOH selanjutnya kain di bilas,
netralisir, dan dikeringkan. Untuk mengetahui kualitas hasil kostiksasi, maka dilakukan uji daya serap
dan kekuatan tarik kain. Hasil analisa data dengan Anova ganda menunjukkan bahwa faktor waktu
perendaman dan kondisi kain berpengaruh terhadap nilai daya serap kain dan kekuatan tarik kain
hasil kostiksasi.

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of variations in fabric conditions and variations in immersion
time on the caustication of cotton fabrics, especially on the value of fabric absorption and tensile
strength of the fabric. The caustication experiment of cotton fabric was carried out by exhaust method
using 25 oBe NaOH at room temperature. The factor studied was the immersion time with variations of
2, 4, and 6 minutes and variations in the condition of the fabric, namely gray fabric, scoured fabric and
bleached fabric. The caustication was carried out by soaking cotton fabric in NaOH solution, rinsing,
neutralizing, and drying it. To determine the quality of the results of caustication, the absorbency and
tensile strength of the fabric were tested. The results of data analysis with “Two-Way Anova” showed
that the immersion time factor and the condition of the fabric affected the absorption value and the
tensile strength of the causticized fabric.
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

PENDAHULUAN
Industri tekstil di Indonesia saat ini semakin berkembang pesat, baik pada peralatan,
mesin, maupun teknologi proses bahan tekstil. Salah satunya pada proses penyempurnaan
kain yang harus benar-benar dapat memenuhi keinginan konsumen dalam hal kualitas
produk yang dihasilkan. Konsumen saat ini sangat memprioritaskan kualitas produk yang
lebih baik terutama untuk bahan sandang, misalnya: kekuatan tarik dan daya serap yang
lebih baik. Industri tekstil dituntut agar lebih variatif dan inovatif dalam menciptakan suatu
produk agar produk yang dihasilkan bisa diterima oleh konsumen dan masyarakat luas. Salah
satu proses yang dapat meningkatkan kualitas bahan tekstil adalah proses kostiksasi
(Ariansyah 2018). Proses kostiksasi dan hasil yang diperoleh sangat tergantung dari
konsentrasi NaOH, waktu proses perendaman dan kondisi kain yang akan diproses.
Penelitian mengenai proses kostiksasi kain kapas dengan variasi konsentrasi NaOH: 15,
20, 25, 30, dan 35 oBe serta waktu proses 5, 10, 15, 20, dan 25 menit (Astutik 2010). Hasilnya
menunjukkan bahwa daya serap kain dan kekuatan tarik kain, baik ke arah lusi maupun arah
pakan paling bagus diperoleh pada penggunaan konsentrasi NaOH 25 oBe dengan waktu 5
menit. Nilai kekuatan tarik kain ke arah lusi rata-rata 18,46 kg dan nilai kekuatan tarik kain ke
arah pakan rata-rata 17,24 kg. Semakin lama waktu proses kostiksasi maka kekuatan tarik ke
arah lusi maupun ke arah pakan cenderung menurun karena semakin lama waktu pada
proses kostiksasi mengakibatkan serat selulosa dapat mengalami oksiselulosa. Penelitian
oleh Sulistyana (2017) menunjukkan proses kostiksasi pada kain kapas dengan variasi
konsentrasi NaOH: 25, 30, dan 35 oBe serta waktu proses 2, 4, dan 6 menit. Pada penggunaan
konsentrasi NaOH sebesar 25 oBe diperoleh hasil yang bagus dengan perolehan daya serap
yang semakin meningkat dan kekuatan tarik kain ke arah lusi dan pakan yang semakin
bertambah. Kekuatan tarik kain ke arah lusi dan pakan yang paling tinggi dicapai pada
konsentrasi NaOH 25 oBe dengan waktu proses 2 menit, dimana diperoleh nilai kekuatan
tarik ke arah lusi rata-rata 33,92 kg dan nilai kekuatan tarik ke arah pakan rata-rata 34,56 kg.
Nilai tersebut meningkat sekitar 91 % - 100 % dari nilai kekuatan tarik sebelum dilakukan
proses kostiksasi.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh variasi waktu proses kostiksasi kain kapas dalam kondisi kain yang
berbeda terhadap hasil kostisasi, terutama pada daya serap dan kekuatan tarik yang
dihasilkan. Variasi waktu yang digunakan adalah 2, 4, dan 6 menit dan variasi kondisi kain
yang digunakan adalah kain grey, sesudah pemasakan, dan sesudah pengelantangan.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan pedoman teknis pada proses
kostisasi kain kapas secara exhaust, terutama untuk menghasilkan produk kain dengan daya
serap dan kekuatan tarik yang lebih baik.

C.4 2
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kain kapas grey, kain kapas yang telah diproses
pemasakan, dan kain kapas yang telah diproses pengelantangan, Natrium Hidroksida
(NaOH) 25 oBe, pembasah (Teepol), asam asetat (CH3COOH) dan air.
Peralatan yang digunakan adalah timbangan analitik, beaker glass, gelas ukur, pipet
ukur, pengaduk, bak pelarutan, baume-meter dan stopwatch. Alat uji yang digunakan untuk
kekuatan tarik adalah Electronics Strength Tester dan untuk uji daya serap adalah beaker
glass, stopwatch dan timbangan analitik (uji kapiler).

Prosedur Kerja
Persiapan bahan kain kapas
Kain kapas yang digunakan adalah kain kapas dengan kondisi yang berbeda-beda: kain
kapas grey, kain kapas hasil pemasakan, dan kain kapas hasil pengelantangan. Masing-
masing sampel kain berukuran 40 cm x 40 cm sebanyak 3 sampel.

Persiapan larutan kostiksasi


NaOH kristal sebanyak 225 g/L ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan
menggunakan timbangan analitik kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass bersama air
sesuai yang dibutuhkan dan diaduk menggunakan pengaduk hingga tercampur merata.
Larutan kemudian dicek menggunakan Baume-meter untuk mengetahui apakah larutan
tersebut sudah pada derajat baume yang diinginkan (25 oBe). Setelah dingin pembasah
sebanyak 1 cc/L dimasukkan ke dalam beaker glass menggunakan pipet ukur sesuai yang
dibutuhkan kemudian diaduk menggunakan pengaduk hingga tercampur merata dan siap
untuk digunakan.

Persiapan larutan netralisir


Air sejumlah yang dibutuhkan dimasukkan ke dalam beaker glass. CH3COOH dengan
konsentrasi 1 cc/L dimasukkan ke dalam beaker glass menggunakan pipet sesuai kebutuhan.
Larutan diaduk menggunakan pengaduk hingga tercampur merata dan siap untuk
digunakan.

Proses kotiksasi
Larutan kostiksasi sejumlah yang dibutuhkan ke dalam 9 buah beaker glass. Selanjutnya
kain dimasukkan pada masing-masing beaker glass. Proses dilakukan sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan (2, 4, dan 6 menit) pada suhu kamar. Setelah selesai, kain kemudian
diangkat dan dibilas menggunakan air bersih dan dilanjutkan dengan proses netralisir pada
suhu kamar selama 2 menit. Setelah selesai, kain diangkat, dikeringkan dan dilanjutkan
dengan evaluasi.

C.4 3
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

Pengujian daya serap kain


Pengujian daya serap – uji kapiler dilakukan dengan menggunakan SNI 08-0279-1989.

Pengujian kekuatan tarik arah lusi dan pakan


Pengujian kekuatan tarik kain – pita tiras dilakukan dengan menggunakan SNI 0276-
2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Dari eksperimen kostiksasi dengan variasi waktu perendaman dan variasi kondisi kain
diperoleh hasil uji daya serap dan kekuatan tarik kain yang berbeda-beda. Hasil pengujian
daya serap kain ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Nilai rata-rata uji daya serap kain (%)

Kondisi Kain
Waktu Perendaman
(menit) Sesudah Sesudah
Grey
Pemasakan Pengelantangan
2 109,16 126,55 134,68

4 110,22 128,99 137,34

6 112,44 131,71 151,66

160
140
120
% Daya Serap

100
Grey
80
60 Sesudah Pemasakan

40 Sesudah Pengelantangan
20
0
2 menit 4 menit 6 menit
Waktu Perendaman
Gambar 1. Grafik nilai rata-rata uji daya serap kain

Nilai uji kekuatan tarik kain arah lusi ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 2, sedangkan
untuk arah pakan ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 3.

C.4 4
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

Tabel 2. Nilai rata-rata uji kekuatan tarik kain arah lusi (Newton)

Kondisi Kain
Waktu Perendaman
(menit) Sesudah Sesudah
Grey
Pemasakan Pengelantangan
2 186,64 203,34 215,02

4 187,82 208,44 219,8

6 203,72 212,04 227,04

250

200

150
Newton

Grey
Sesudah Pemasakan
100
Sesudah Pengelantangan
50

0
2 menit 4 menit 6 menit
Waktu Perendaman

Gambar 2. Grafik nilai rata-rata uji kekuatan tarik kain arah lusi

Tabel 3. Nilai rata-rata uji kekuatan tarik kain arah pakan (Newton)

Kondisi Kain
Waktu Perendaman
(menit) Sesudah Sesudah
Grey
Pemasakan Pengelantangan
2 185,3 202,56 214,07

4 186,08 209,14 220,3

6 201,8 213,84 228,06

Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu proses
kostiksasi dalam kondisi kain yang berbeda terhadap nilai kekuatan tarik arah lusi dan pakan
serta daya serap pada kain hasil kostisasi kain kapas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

C.4 5
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

penggunaan waktu proses dan kondisi kain yang berbeda diperoleh hasil kostisasi yang
berbeda.
Daya serap kain
Hasil pengujian daya serap kain yang tercantum pada Tabel 1. Analisa data
menggunakan Anova ganda menunjukkan bahwa variasi waktu proses kostiksasi dan kondisi
kain berpengaruh terhadap daya serap kain yang dihasilkan. Pada kostiksasi dengan waktu
proses selama 6 menit pada seluruh kondisi kain yang berbeda diperoleh nilai daya serap
tertinggi yaitu pada kain grey 112,44 %, kain sesudah pemasakan 131,71 %, dan kain
sesudah pengelantangan sebesar 151,66 %. Semakin lama waktu proses kostiksasi diperoleh
kain dengan daya serap yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin lama waktu
kostisasi, penggelembungan serat kapas menjadi semakin maksimal sehingga pori-pori serat
semakin terbuka (Soenarto, 2008). Selain itu semakin lama waktu kostiksasi, serat kapas akan
mengalami perubahan penampang membujur yang sebelumnya berbentuk seperti pita
terpuntir (Noerati, Ichwan, and Sumihartati, 2013; Soeprijono, 1974) menjadi berkurang atau
hilang puntirannya sehingga penampang melintang serat mengalami perubahan dari
berbentuk menjadi lebih bulat. Perubahan fisik pada serat setelah kostiksasi ini
menyebabkan peningkatan daya serap pada serat/kain (Chatib 1980; Karmyan and Harlison
1978; Soeparman 1974).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kostiksasi adalah: waktu proses,
konsentrasi NaOH, suhu larutan, kualitas bahan dan jenis anyaman (Hendrodyantopo, 1998;
Hitariyat, 2005; Karmyan dan Harlison, 1978; Wedyatmo n.d.). Ternyata selain itu semua
kondisi kain juga mempengaruhi hasil kostiksasi pada kain kapas. Kain yang proses
kostiksasinya dilakukan setelah pengelantangan memiliki nilai daya serap yang paling besar.
Ini disebabkan kain sudah dalam kondisi bersih dan tidak ada kotoran dalam seperti lemak,
minyak, protein, dan mineral, maupun kotoran luar seperti sisa tanaman dan oli pada kapas
(Zyahri 2013) yang menghalangi proses penyerapan larutan kostiksasi ke dalam serat
sehingga proses kostiksasi dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil yang
optimal.

Kekuatan tarik kain


Hasil pengujian kekuatan tarik kain arah lusi dan pakan dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Pada tabel menunjukkan bahwa variasi waktu proses kostiksasi dan kondisi kain
berpengaruh terhadap nillai rata-rata kekuatan tarik kain, baik arah lusi maupun arah pakan.
Semakin lama waktu proses kostiksasi maka kekuatan tariknya semakin tinggi karena
semakin lama waktu perendaman maka puntiran pada serat kapas menjadi hilang sehingga
rantai molekul serat dapat tersusun sejajar dengan sumbu serat (Soeparman 1974). Pada
kondisi rantai molekul sejajar dengan sumbu serat menyebabkan derajat orientasi serat
bertambah sehingga kekuatan tarik kain menjadi naik. Naiknya derajat orientasi pada serat
ini juga menyebabkan gaya kohesi antar molekul di dalam serat semakin meningkat dan

C.4 6
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

mengakibatkan kekuatan tarik kain menjadi meningkat, baik arah lusi maupun arah pakan
sehingga kain menjadi lebih kuat. Kondisi kain juga mempengaruhi nilai kekuatan tarik kain.
Kain yang proses kostiksasinya dilakukan setelah pengelantangan diperoleh kekuatan tarik
yang paling besar. Ini disebabkan kain sudah dalam kondisi bersih dan tidak ada kotoran
alam: lemak, minyak, protein, mineral maupun kotoran luar: sisa tanaman dan oli pada kapas
yang menghalangi proses penyerapan larutan kostiksasi ke dalam serat sehingga proses
kostiksasi dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan kekuatan tarik yang optimal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Variasi waktu kostiksasi dan kondisi kain kapas mempunyai pengaruh terhadap daya
serap dan kekuatan tarik kain hasil kostiksasi.

Saran
Pada penelitian berikutnya, faktor yang perlu diteliti adalah variasi suhu dan konstruksi
kain yang dikostiksasi.

KONTRIBUSI PENULIS
Semua penulis memiliki konstribusi yang sama dalam penelitian dan penulisan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih disampaikan kepada Prodi Kimia, Sekolah Tinggi Teknologi Warga
Surakarta yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian dan pengujian di
Laboratorium Evaluasi dan Desain Tekstil.

DAFTAR PUSTAKA
Ariansyah, Anas. 2018. Pengaruh Penggunaan Konsentrasi NaOH dan Waktu Perendaman pada Proses
Kostiksasi. Surakarta : Akademi Teknologi Warga.
Astutik, Nindra Qurnia. 2010. Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Waktu Proses Pengkostikan pada Kain
Kapas dengan Sistem Exhaust. Surakarta : Akademi Teknologi Warga.
Chatib, Winarni. 1980. Teori Penyempurnaan Tekstil 2 dan 3. Bandung : Institut Teknologi Tekstil
Hendrodyantopo, S. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Institut Teknologi Tekstil
Hitariyat, Susyami. 2005. Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil
Karmyan, Sri Kustini dan Harlison Ernie. 1978. Teori Penyempurnaan Tekstil. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Noerati, Gunawan, Ichwan, M., dan Sumihartati, A. 2013. Teknologi Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Soeparman, dkk. 1974. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
Soenarto. 2008. Teknik Pencelupan dan Pencapan Jilid 2. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direkorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional.

C.4 7
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

Soeprijono. 1974. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.


Sulistiyana, Anis. 2017. Pengaruh Variasi Waktu dan Konsentrasi NaOH pada Pengkostikan Kain Kapas
Dengan Sistem Exhaust. Surakarta : Akademi Teknologi Warga.
Wagaw T and Chavan RB. 2012. Optimization Of Caustic Soda Concentration For Causticization Of
Cotton. Institute of technology for textile, garment and fashion design, University of Bahir Dar,
Bahir Dar, Ethiopia.
Wedyatmo, Didik Achadi. 2020. Teknologi Penyempurnaan Tekstil I. Surakarta : Sekolah Tinggi
Teknologi Warga.
Zyahri, Muhammad. 2013. Pengantar Ilmu Tekstil 2. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

C.4 8
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

Lembar Tanya Jawab


Moderator : Irfa’ina Rohana Salma
Notulis : Novita Ekarini

1. Penanya : Agus Haerudin ( Balai Besar Kerajinan dan Batik )

Pertanyaan : Apakah urgensi dari penelitian yang dilakukan terutama proses


kostiksasi pada kain kapas? Apa bedanya dengan proses
merserisasi dan adakah pengaruhnya terhadap efek kilau kain?

Alasan penggunaan kain kapas karena proses kostiksasi biasa


Jawaban : digunakan oleh serat selulosa untuk menambah daya serap dan
kekuatan tarik pada kain. Perbedaan antara kostiksasi dan
merserisasi yaitu pada proses kostiksasi dilakukan secara exhaust
atau perendaman secara terpisah sedangkan merserisasi
prosesnya dilakukan secara berkelanjutan atau continue.
Perbedaan lainya pada proses kostiksasi tidak terdapat proses
peregangan sedangkan pada proses merserisasi terdapat tahap
peregangan setelah melalui mesin padding. Sehingga hasil kain
dari proses merserisasi memiliki daya , kekuatan Tarik kain dan
efek kilau yang lebih baik dari pada kain yang diproses dengan
kostiksasi.

2. Penanya : Renung Reningtyas ( Universitas Pembangunan Nasional


“Veteran” Yogyakarta )

Apa yang terjadi pada struktur selulosa dengan adanya proses


Pertanyaan :
kostiksasi? Mengapa kekuatan tariknya menjadi meningkat?

Dengan bertambahnya waktu perendaman pada larutan


Jawaban : kostiksasi, maka penampang melintang serat kapas akan berubah
dari mulanya seperti biji kacang menjadi membulat dan
mengembang serta strukturnya menjadi lebih terbuka, sehingga
daya serap kain akan menjadi lebih baik. Sedangkan dari segi
kekuatan tariknya dapat meningkat karena semakin
menggelembung serat maka akan menimbulkan gaya kohesi

C.4 9
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik
Membangun Industri Kerajinan dan Batik yang Tangguh di Masa Pandemi
Yogyakarta, 6-7 Oktober 2021 eISSN 2715-7814

yaitu gaya tarik menarik antar molekul serat yang sudah


menggelembung dan berdampingan sehingga menyebabkan
kekuatan tariknya menjadi meningkat. Secara struktur terdapat
perubahan dari penampang membujur serat yang awalnya
seperti pita terpuntir akan berubah struktur menjadi lurus.

C.4 10

Anda mungkin juga menyukai