ZAT WARNA
NAFTOL
Oleh kelompok 3
Ainun Fajriani
(19420006)
Alfi Jiyad Rifki
(19420008)
Alvin Nur Prasetiyo
(19420010)
Aulia Rizka Malinda
(19420020)
Grup : 2K1
PENDAHULUAN
Zat Warna Naftol
Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada waktu pencelupan dan
merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam diazonium (kopling). Naftol tidak bisa
larut dalam air sehingga untuk penaftolan bahan naftol harus diubah menjadi naftolat dengan
menambahkan NaOH. Setelah penaftolan bahan berubah warnanya, lalu dibangkitkan dengan garam
diazonium sehingga terjadi proses kopling antara naftol dan garam diazonium didalam serat.
Berdasarkan warna hasil koplingnya ada dua jenis naftol yaitu naftol monokromatik (warnanya
mengarah kesatu arah warna) dan naftol polikromatik (warnanya bervariasi tergantung pada garam
diazonium yang dipakai). Zat warna ini mempunyai sifat yaitu kurang stabil, mudah rusak
terhidrolisis, tidak luntur dalam air, luntur dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik dan
monogenetic, karena mengandung gugus azo, maka tidak tahan terhadap reduktor, dan ketahanan
luntur warna hasil celup terhadap gosokannya kurang baik.
Serat Selulosa
Serat selulosa merupakanserat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selulosa, dengan derajat polimerisasi (DP) yang berfariasi,
contoh DP rayon 500 – 700, sedangkan DP kapas sekitar 3000.
semakin rendah DP daya serat airnya semakin besar. Contoh moisture
regain (MR) rayon 11 – 13% sedangkan kapas 7 – 8%. Gugus –OH
primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan zat warna naftol berupa ikatan hydrogen.
Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana
asam, sehingga pengerjaan proses pencelupannyay dilakukan dalam
suasana alkali.
Mekanisme pencelupan
1. Persiapan Larutan Celup Zat
Pelarutan naftol
kerena naftol tidak larut dalam air, maka untuk melarutkannya perlu
ditambahkan NaOH sehingga naftol berubah menjadi naftolat yang larut.
2. Pencelupan (Penaftolan)
Afinitas nafto; relatif kecil, sehingga perlu dibantu dengan penambahan
penambahan NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, naftolat
akan masuk ke pori-pori serat kapas.
Selulosa + naftolat selulosa. Naftolat
selesai penaftolan kemudian bahan diperas dengan mangle (peder).
3. Pembangkitan Warna (Proses Kopling dengan Gatam Diazonium)
Naftolat yang sudah terserap pada bahan dikoplingkan dengan garam
diazonium yang dipilih, sehingga akan terbentuk zat warna naftol
monoazo didalam serat dan berikatan berupa ikatan hydrogen dan fisika
(van der waals) dengan serat.
4. Pencucian
Agar meningkatkan tahan lunturnya maka terhadap hasil celup dilakukan
pencucian dengan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa zat warna yang
hanya menempel dipermukaan serat.
REAKSI PENCELUPAN
• Pelarutan Naftol
Naftol + NaOH Naftolat + H2O
• Pencelupan (Penaftolan)
Selulosa + Naftolat Selulosa naftolat
1. Jumlah garam diazonium harus ekivalen atau sedikit berlebih dengan jumlah
yang ada pada bahan.
2. Garam diazonium umumnya mudah rusak terhidrolisis pada kondisi alkali,
larutan garam diazonium harus netral atau agak asam tergantung jenis
diazoniumnya
3. Garam diazonium juga mudah rusak oleh cahaya dan suhu tinggi, jadi
sebaiknya dilakukan pada suhu kamar dan sebaiknya memakai wadah yang
tidak tembus cahaya (misal gelas piala keramik).
Alat dan Bahan
Pencelupan: Identifikasi:
Alat Bahan Uji pendahuluan : Uji penentuan :
- piala Porselen - kapas 1. Tabung reaksi Alat Bahan
-- gelas piala - zat warna naftol 2. Gunting 1. Tabung reaksi 1. Kain kapas putih
- gelas ukur - pembasah 3. Pipet ukur 2. Gunting 2. NaOH 10%
- pipet - NaOH 4. Pengaduk 3. Pipet ukur 3. Alkohol
- pengaduk - TRO 5. Gegep 4. Pengaduk 4. Na2S2O4
- timbangan - NaCl 6. Gelas piala 5. Gegep 5. H2O
- gunting - CH3COOH 7. Hot plate 6. Gelas piala 6. NaCl
- bunsen - Na2CO3 8. Rak tabung reaksi 7. Hot plate 7. Zat warna naftol
- Sabun 9. Bola hisap 8. Rak tabung reaksi 8. Piridin
9. Bola hisap
10. Kertas saring
IDENTIFIKASI ZAT WARNA NAFTOL
• Uji Naftol
C.u + Piridin didihkan Larutan Terwarnai