Anda di halaman 1dari 13

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

Pengolahan Air Limbah Industri Keramik


dengan Proses Koagulasi Kimia

Caecilia Pujiastuti* , Egita Yulisningtyas, dan Ira Pareira Teknik


Kimia, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur,
Surabaya, Indonesia caeciliapujiastuti@gmail.com

Abstrak
Limbah industri keramik mengandung senyawa organik dan
beberapa logam berat yang melebihi baku mutu air limbah
industri keramik, oleh karena itu air limbah tersebut diolah
dengan metode koagulasi. Penelitian ini menggunakan
koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh massa koagulan dan waktu
pengadukan terhadap penurunan kandungan COD, TSS,
logam timbal (Pb), dan warna. Diawali dengan limbah yang
dicampur dengan PAC yang telah diencerkan dengan
AKSES TERBUKA konsentrasi 1%. Kemudian diaduk menggunakan flokulator
dengan kecepatan 100 rpm dan waktu (2, 4, 6, 8, dan 10
Kutipan: Caecilia Pujiastuti, menit) hingga terbentuk flok. Kemudian diendapkan dan
Egita Yulisningtyas, dan Ira dipisahkan antara filtrat dan padatannya. Kemudian filtrat
Pareira. 2021. Pengolahan Air tersebut dianalisis. Dengan analisa tersebut dapat diketahui
Limbah Industri Keramik bahwa efisiensi penurunan kadar TSS tertinggi adalah
dengan Proses Koagulasi 99,9% dengan volume koagulan 12,5 ml pada waktu 6
Kimia. Jurnal Riset dan menit. Efisiensi tertinggi untuk kadar COD diperoleh
Teknologi Vol. 7 No. 2 sebesar 98,23% dengan volume koagulan 15 ml pada waktu
Desember 2021: Halaman 6 menit. Efisiensi penurunan warna limbah tertinggi sebesar
217- 99,85% dengan volume koagulan 15 ml pada waktu 10
226. menit dan efisiensi penurunan kadar Pb sebesar 99,10%
dengan volume koagulan 5 ml pada waktu 2 menit, yang
kesemuanya berada di bawah standar baku mutu industri
keramik.

Kata kunci: Koagulasi, Poli Aluminium Klorida,


Air Limbah.

Abstrak
Limbah industri keramik mengandung senyawa organik dan
beberapa logam berat yang melebihi baku mutu air limbah
industri keramik oleh karena itu air limbah tersebut diolah
dengan menggunakan metode koagulasi. Penelitian ini
menggunakan koagulan Poly Aluminium Chlorida (PAC)
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh massa koagulan
dan waktu pengadukan terhadap penurunan kandungan
COD, TSS, logam timbal (Pb), dan warna. Diawali dengan
limbah yang dicampurkan dengan PAC yang telah
diencerkan dengan konsentrasi 1% kemudian diaduk
menggunakan flokulator dengan kecepatan 100 rpm dan

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 217
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226
waktu (2, 4, 6, 8, dan 10
menit) hingga terbentuk flok.
Kemudian diendapkan dan
dipisahkan antara filtrat dan
padatannya. Kemudian
dilakukan analisa filtrat.
Dengan

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 218
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

Dari analisa tersebut dapat diketahui efisiensi penurunan


kadar TSS tertinggi sebesar 99,9% dengan volume koagulan
sebesar 12,5 ml pada waktu 6 menit. Efisiensi kadar COD
tertinggi didapatkan sebesar 98,23% dengan volume
koagulan sebesar 15 ml pada waktu 6 menit. Serta efisiensi
penurunan warna limbah tertinggi didapatkan sebesar
99,85% dengan volume koagulan sebesar 15 ml pada waktu
10 menit dan efisiensi penurunan kadar Pb didapatkan
sebesar 99,10% dengan volume koagulan sebesar 5ml pada
waktu 2 menit yang seluruhnya sudah sesuai di bawah baku
mutu industri keramik.

Kata Kunci: Koagulasi, Poly Aluminium Chlorida, Limbah


Cair.

1. Pendahuluan
Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia, limbah menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian khusus, Pembuangan limbah industri merupakan masalah yang perlu
ditanggulangi secara tepat dan cepat, apalagi jika limbah tersebut mengandung senyawa kimia
tertentu yang merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3). (Ichtiakhiri, 2015). Hal ini
dikarenakan limbah dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Pengolahan
limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan
berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama limbah yang tergolong bahan berbahaya dan
beracun. Seperti halnya limbah pada industri keramik (Sariadi, 2015).
Berdasarkan hasil analisis limbah cair industri keramik mengandung logam berat yaitu
Kadmium (Cd), Kromium total (Cr), dan Timbal (Pb). Limbah cair industri biasanya bersifat
asam atau basa, berwarna tua dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung
bahan sintetis yang sulit diuraikan oleh mikroba, sehingga memiliki nilai COD yang tinggi.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengolahan limbah cair dilakukan dengan metode
koagulasi-flokulasi dan menggunakan beberapa jenis koagulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi dan Haryanto (2019), menyimpulkan bahwa
metode koagulasi flokulasi dengan koagulan PAC mampu menurunkan kadar COD dengan
persentase 46,80%-90,18%. Pada limbah cair laundry, setelah dilakukan pengolahan didapatkan
hasil penurunan kadar COD sebesar 77,19%. Penelitian ini menggunakan metode koagulasi-
flokulasi dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit dan flokulasi pengadukan lambat 40
rpm dengan variasi waktu 5, 10, 15, 20, 25 menit dan penentuan massa optimum koagulan
dengan variasi 0,25; 0,5; 0,75; 1; dan 1,25 gram dalam 1 liter limbah cair laundry. Dosis
koagulan pac dan waktu pengadukan yang efektif dalam menurunkan kadar COD air limbah
sintesis detergen pada penelitian ini adalah 1,25 gram dalam waktu 15 menit dengan penurunan
sebesar 90,18% karena pada waktu dan massa tersebut menyebabkan terbentuknya flok yang
sempurna sehingga partikel-partikel mudah dipisahkan. (Pertiwi dan Haryanto, 2019).
Perkembangan industri keramik di Indonesia semakin meningkat. Kebutuhan akan
keramik sangat meningkat baik untuk dekorasi, ubin dan lain-lain. Bahan baku utama yang
digunakan untuk produk keramik adalah felspard, ballclay dan pasir, selain itu juga digunakan
berbagai macam mineral lain seperti garam dan oksida (Amuda, 2006). Salah satu bahan

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 219
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226
tambahan yang digunakan untuk menurunkan

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 220
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

suhu leleh dan suhu reaksi adalah timbal oksida. Industri keramik menghasilkan limbah yang
mengandung kromium. Selain dari proses produksi keramik, limbah glasir mengandung logam
berat yang berasal dari proses pewarnaan, bahan pewarna glasir dapat diperoleh dari bahan
tambahan pada keramik (Samosir, 2017). Perlu juga memahami proses pengolahan limbah
keramik, hal ini dikarenakan setiap proses produksi pasti diiringi dengan keluarnya limbah hasil
produksi. (Austin, 1996).
Berdasarkan hasil analisis limbah cair industri keramik mengandung logam berat yaitu
Kadmium (Cd), total kromium (Cr), dan timbal (Pb). Limbah cair industri ini biasanya bersifat
asam atau basa, berwarna gelap dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung
bahan sintetis yang sulit diuraikan oleh mikroba, sehingga memiliki nilai COD yang tinggi. Ada
beberapa macam proses untuk mengolah limbah cair, antara lain Proses pengolahan air limbah
secara fisik meliputi proses adsorpsi, penyaringan, sedimentasi dan filtrasi. Proses pengolahan
air limbah secara kimiawi menggunakan proses koagulasi, flokulasi, dan netralisasi. Perlu
diketahui bahwa limbah B3 yang jumlahnya cukup besar mengandung limbah yang perlu
dilakukan pengolahan limbah dan tidak menimbulkan l i m b a h baru, maka dilakukan penelitian
mengenai pengolahan air limbah industri keramik dengan metode koagulasi menggunakan
bahan koagulan kimia Poly Aluminium Chloride (PAC) yang diharapkan dapat menurunkan
kadar COD, TSS dan kandungan logam timbal (Pb) yang sesuai dengan standar baku mutu air
limbah industri keramik.
Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak
atau keras seperti keseluruhan atau hanya sebagian dari gel. Pada proses koagulasi, koagulan
dan air limbah akan dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian diaduk dengan
cepat agar diperoleh campuran yang merata sehingga proses pembentukan gumpalan dapat
terjadi secara merata (Yuanita, 2015). Fungsi dari koagulasi adalah untuk mengurangi
kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik dan organik di dalam air, mengurangi warna
yang ditimbulkan oleh partikel koloid di dalam air, mengurangi bakteri patogen yang ada di
dalam partikel koloid, serta mengurangi rasa dan bau yang ditimbulkan oleh partikel koloid di
dalam air (Nuryani, 2016).
Seperti reaksi yang ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Al2(OH5) Cl + H2O → 2Al(OH)3 + H + Cl (1)
+ -

Pb2+ + 2Cl- → PbCl2 ↓ (Endapan Putih) (2)


Pada koagulan PAC, polutan timbal akan terperangkap pada anion Cl- dan kation timbal
akan terserap pada timbal klorida, penurunan kandungan logam Pb pada limbah terjadi dengan
terbentuknya endapan berwarna putih yang tidak larut dalam air, dimana timbal (II) klorida atau
PbCl2 merupakan senyawa anorganik yang merupakan senyawa padat berwarna putih. Senyawa
ini memiliki tingkat kelarutan yang buruk di dalam air sehingga tidak dapat larut. Tetapan hasil
kali kelarutannya (Ksp) adalah 1,7 × 10-4. Senyawa ini merupakan salah satu dari empat klorida
yang tidak larut dalam air dan senyawa lainnya. (Sari, 2019). Logam atau Timbal akan
mengendap dan mengakibatkan pengikatan logam berat Pb konsentrasi logam semakin kecil.
Sehingga kandungan Pb dalam limbah akan menurun. (Cahyono, 2016).

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 221
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

2. Metodologi

Dimana:
1 1. Gelas kimia 2000 ml
2. Flokulator
2

Gambar 1. Alat Pemrosesan

Air Limbah Industri


Keramik

Pretreatment

Poli Aluminium Klorida (PAC) 1 Liter air


5 ml; 7,5 ml; 10 ml; 12,5 ml; dan 15 ml limbah

Mengaduk 2, 4, 6, 8, dan 10 menit

Sedimentasi

Sedimen Penyaringan

Filtrat

Analisis TSS, COD, Pb,


dan Warna
Gambar 2. Diagram Alir
Penelitian.

Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan adalah air limbah industri keramik. Koagulan
yang digunakan adalah Poly Aluminium Chloride (PAC). Pertama, persiapan bahan baku (pre-
treatment). Bahan yang akan diuji adalah air limbah industri keramik pada pre-treatment ini untuk

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 222
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226
memisahkan lumpur, kemudian limbah diendapkan selama 1 hari kemudian dianalisis karakteristiknya.
Filtrat yang diendapkan kemudian digunakan untuk uji kimia.

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 223
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

pengolahan limbah. Pengolahan limbah menggunakan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC).
Koagulan dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi 1000 ml limbah cair dengan volume
koagulan (5 ml, 7,5 ml, 10 ml, 12,5 ml, dan 15 ml). Selanjutnya pengadukan campuran dilakukan
dengan kecepatan 100 rpm dan waktu yang divariasikan selama (2, 4, 6, 8, dan 10 menit) yang
dihitung sejak penambahan koagulan. Campuran yang terbentuk kemudian didiamkan selama 30
menit lalu disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan dengan filtratnya.
Kemudian filtrat diambil untuk dianalisis TSS, COD, Pb, dan Warna.

3. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1 berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, Baku Mutu Air Limbah atau Kegiatan Industri
Keramik adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Parameter Unit Tarif Tertinggi
pH 6-9
COD mg / l 300
TSS mg / l 100
Kobalt (Co) mg / l 0,6
Timbal (Pb) mg / l 1,0
Kadmium (Cd) mg / l 0,1
Krom Total (Cr) mg / l 1,0
Kuantitas Air Limbah Tertinggi m3 /ton bahan 1,5
Sumber: Kusumaatmadja, 2014

Dalam penelitian tentang pengolahan air limbah industri kimia, kami terlebih dahulu
melakukan pengujian terhadap air limbah industri keramik sebelum diolah dengan hasil sebagai
berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Limbah Cair Industri Keramik Sebelum Pengolahan


Parameter Uji Unit Hasil tes Metode pengujian
COD mg / liter 503.8 SNI 6989.2: 2009
Padatan Tersuspensi (TSS) mg / liter 3620 SNI 06-6989.3: 2004
Timbal (Pb) mg / liter 1,775 SNI 6989.8: 2009
Warna Unit PtCo 3418 SNI 6989.80: 2011
Sumber: Balai Riset dan Standardisasi Industri Surabaya, 2020

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari hasil analisis, kandungan limbah cair
industri keramik belum memenuhi baku mutu air limbah industri keramik, sehingga harus
dilakukan pengolahan limbah.

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 224
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

100,05%
EFISIENSI PENGHILANGAN TSS 100,00%
99,95%
99,90%
99,85% Volume Koagulan 5 ml
99,80% Volume Koagulan 7,5 ml
(%)

99,75% Volume K o a g u l a n
99,70% 10 ml Volume
99,65%
Koagulan12,5 ml
99,60%
Volume Koagulan 15 ml
99,55%
2 4 6 81
0
WAKTU PENGADUKAN (MENIT)

Gambar 3. Efisiensi Penyisihan TSS (%) dan Waktu Pengadukan (Menit) pada Berbagai Volume Koagulan

Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengolahan air limbah


industri keramik dengan penambahan koagulan PAC, kadar TSS mengalami penurunan. Hasil
efisiensi penurunan kadar TSS tertinggi sebesar 99,9% pada volume koagulan 12,5 ml dan
waktu pengadukan 6 menit. Hal ini dikarenakan semakin besar volume koagulan PAC yang
ditambahkan, maka semakin banyak muatan positif yang dihasilkan, semakin banyak pula flok
yang terbentuk, sehingga efisiensi penurunan kadar TSS akan semakin meningkat. Waktu
pengadukan yang optimum diperoleh untuk menurunkan kadar TSS yaitu pada waktu
pengadukan 6 menit. Pada waktu pengadukan 8 menit dan 10 menit, efisiensi penurunan kadar
TSS mengalami penurunan dikarenakan pada kecepatan pengadukan 100 rpm pada waktu
pengadukan 8 menit dan 10 menit terjadi tolak menolak antar muatan positif partikel sehingga
efisiensi penurunan kadar TSS semakin menurun karena flok yang telah terbentuk akan
terpecah. Penurunan efisiensi kadar TSS juga dipengaruhi oleh ukuran partikel dan bentuk suatu
partikel. Jadi semakin besar ukuran partikel, maka semakin kecil kerapatan antara partikel PAC
dengan air limbah industri keramik menyebabkan TSS tidak tersisihkan dengan maksimal
sehingga efisiensi penurunan kadar TSS semakin turun.
99,00%
EFISIENSI PENGHILANGAN IKAN

98,50%
Volume Koagulan 5ml
98,00%
Volume Koagulan 7,5 ml
97,50%
Volume Koagulan 10 ml
97,00%
Volume Koagulan 12,5 ml
KOD (%)

96,50%
Volume Koagulan 15 ml

96,00%
2 4 6 8 10
WAKTU PENGADUKAN
(MENIT)

Gambar 4. Efisiensi Penyisihan COD (%) dan Waktu Pengadukan (Menit) pada Berbagai Volume Koagulan

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 225
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengolahan air limbah


industri keramik dengan penambahan koagulan PAC terjadi peningkatan efisiensi penurunan
kadar COD. Koagulasi dengan PAC dapat menurunkan nilai COD karena sebagian partikel yang
ada di dalam air limbah telah diikat dan mengendap bersama koagulan, sehingga mengurangi
jumlah partikel yang ada di dalam air limbah. Penurunan COD ini disebabkan oleh flok yang
terbentuk oleh ion-ion senyawa organik yang berasosiasi dengan ion-ion koagulan yang bersifat
positif. Dengan berkurangnya jumlah partikel, maka oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi senyawa organik juga berkurang, sehingga nilai COD setelah koagulasi juga
menjadi rendah (Pertiwi dan Haryanto, 2019). Efisiensi penurunan kadar COD tertinggi sebesar
98,23% pada waktu 6 menit dengan volume koagulan PAC 15ml. Pada hasil penelitian
sebelumnya, efisiensi penurunan COD sebesar 90,18% dapat disimpulkan dengan dosis dan
pengolahan pada penelitian ini mendapatkan efisiensi penyisihan yang lebih besar. Efisiensi
kadar COD mengalami fluktuasi nilai, yaitu mengalami kenaikan dan penurunan kembali.
Penurunan efisiensi kadar COD terjadi setelah waktu pengadukan lebih dari 6 menit, hal ini
disebabkan karena koagulan memiliki titik jenuh, dimana volume dan waktu pengadukan sudah
tidak dapat lagi menguraikan zat pencemar yang terkandung di dalam air limbah.
99,90%
EFISIENSI PENGHILANGAN WARNA (%)

99,85%
99,80%
99,75%
Volume Koagulan 5ml
99,70%
Volume Koagulan 7,5 ml
99,65%
Volume Koagulan 10 ml
99,60%
Volume Koagulan 12,5 ml
99,55%
Volume Koagulan 15 ml
99,50%
99,45%
2 4 6 81
0
WAKTU PENGADUKAN (MENIT)

Gambar 5. Efisiensi Penyisihan Warna (%) dan Waktu Pengadukan (Menit) pada Berbagai Volume
Koagulan

Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa setelah dilakukan pengolahan air limbah


industri keramik dengan penambahan koagulan PAC, efisiensi penurunan kadar warna semakin
menurun seiring dengan bertambahnya waktu pengadukan dan volume koagulan. Penurunan ini
disebabkan oleh terbentuknya flok-flok yang lebih besar dan banyak akibat dari gaya gravitasi
yang diberikan oleh koagulan yang lebih besar. Pada volume koagulan 15 ml dan waktu
pengadukan 15 menit diperoleh efisiensi penurunan kadar warna sebesar 99,85%, pada volume
koagulan dan waktu pengadukan tersebut diperoleh efisiensi penurunan kadar warna yang paling
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada saat pengadukan dan volume koagulan tersebut
menghasilkan flok yang banyak dan besar sehingga sangat mudah mengendap dan filtrat yang
diperoleh sangat jernih.

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 226
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

Tabel 3. Pengaruh Waktu Pengadukan dan Volume Koagulan terhadap Kadar Pb


Awal Efisiensi Penghapusan Pb (%)
Waktu tingkat Volume Volume Volume Volume Volume
(menit) Pb (mg) koagulan koagulan koagulan koagulan koagulan
/ L) 5 ml 7,5 ml 10 ml 12,5 ml 15 ml
2 1,775 99.10% 99.10% 99.10% 99.10% 99.10%
4 1,775 99.10% 99.10% 99.10% 99.10% 99.10%
6 1,775 99.10% 99.10% 99.10% 99.10% 99.10%
8 1,775 99.10% 99.10% 99.10% 99.10% 99.10%
10 1,775 99.10% 99.10% 99.10% 99.10% 99.10%

Berdasarkan Tabel 3, penambahan volume koagulan PAC sebanyak 5 ml dan waktu


pengadukan 2 menit dapat menurunkan kadar Pb awal sebelum penambahan koagulan sebesar
1,775 Mg/Liter menjadi <0,016 Mg/Liter pada penambahan koagulan PAC. Kadar Pb < 0,016
Mg/Liter, yang berarti efisiensi penurunan kadar Pb sebesar 99,10%. Hasil ini merupakan hasil
terbaik dalam pengujian Pb dan sesuai dengan baku mutu Pb untuk timbal. Hal ini berarti
koagulan PAC dapat menurunkan kadar Pb dalam limbah cair. Berkurangnya kadar Pb dalam
limbah cair industri keramik disebabkan karena gugus Cl- dan OH- pada PAC menyebabkan
kedua ion tersebut mampu mengikat Pb dalam limbah.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa volume koagulan PAC dan waktu
pengadukan yang efektif dalam menurunkan kadar TSS, COD, Warna, dan Pb air limbah
industri keramik pada penelitian ini adalah 10 ml dan waktu pengadukan 6 menit. Hal ini
dikarenakan pada kondisi tersebut kadar TSS, COD, Warna, dan Pb dapat diturunkan sesuai
dengan baku mutu air limbah.

Apresiasi
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional
"Veteran" Jawa Timur, Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan
peralatan laboratorium dan juga kepada seluruh tim di laboratorium penelitian yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini.

REFERENSI
Alade, A. 2006. Proses Koagulasi/Flokulasi dalam Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan.
Universitas Teknologi Ladoke Akintola, Nigeria.
Amuda, O.S. 2006. Proses Koagulasi/Flokulasi dan Pengkondisian Lumpur dalam Pengolahan Air
Limbah Industri Minuman. Ladoke Akintola University of Technology Nigeria.
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cahyono, H. 2016. Pengaruh Klorida Terhadap Logam (Ag, Pb, Hg, Fe, Cr, Ni, Zn) pada Sedimentasi
di Kolam Unit Ekualisasi. Jurnal Penelitian Teknologi Industri.

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 227
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

Ichtiakhiri, T. 2015. Pengelolaan Limbah B3 dan Keluhan Kesehatan. Jurnal Kesehatan


Lingkungan: Universitas Airlangga.
Kusumaatmadja, S. 2014. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Jakarta: Menteri
Negara Lingkungan Hidup.
Maulana, L. 2015. Analisis Pengaruh Total Suspended Solid Dalam Penentuan Kedalaman Laut
Dangkal Dengan Metode Algoritma Van Hengel Dan Spitzer. Skripsi. Universitas
Diponegoro: Semarang
Nuryani, E. 2016. Optimalisasi Penggunaan Poly Aluminium Chloride dan Akuades pada Proses
Koagulasi dan Flokulasi dalam Pengolahan Air Limbah Pertambangan di PT Cibaliung
Sumberdaya. Skripsi. Universitas Islam Bandung: Bandung.
Pertiwi, A.K. dan Haryanto, A. R. 2019. Pengaruh Konsentrasi Poly Aluminium Chloride (PAC)
dan Waktu Pengadukan Terhadap Penurunan Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Kadar Fosfat p a d a Limbah Cair Laundry dengan Metode Koagulasi-Flokulasi. PhD
Thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahardjo, N. 2014. Teknologi Pengolahan Air Limbah Industri. Jakarta: Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.
Rahimah, N., Wilis, S., dan Mulyana, A. 2012. Bakteri Patogen dari Perairan Pesisir dan
Kawasan Tambak di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. Ecologia.
Romadhon, M. 2016. Keefektifan Jenis Koagulan dan Dosis Koagulan Terhadap Penurunan
Kadar Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit. Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, UNY.
Samosir, F. A. 2017. Studi Optimasi Poly Aluminium Chloride (PAC) yang Digunakan untuk
Menurunkan Kandungan Logam Timbal (Pb) dan Krom (Cr) pada Limbah Cair. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Sari, M. P. 2019. Pemahaman Siswa Kelas XI SMA Unggulan di Kota Padang terhadap Konsep
Reaksi Pengendapan pada Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan".
Jurnal Pendidikan Eksakta.
Sariadi. 2015. Pengolahan Limbah Cair Kopi dengan Metode Elektrokoagulasi Batch. Jurnal
Teknologi.
Wardhani, Eka. 2014. Penentuan Jenis dan Dosis Koagulan dalam Mengolah Air Limbah
Industri Penyamakan Kulit. Jurnal Itenas.
Wismaningtyas, V.P. 2019. Pemanfaatan Biji Asam Jawa sebagai Koagulan dalam
Menjernihkan Limbah Cair di PT Sinar Sosro Mojokerto. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel: Surabaya.
Yuanita, A.Y. 2015. Efektivitas Dosis PAC (Poly Aluminium Chloride) terhadap Penurunan
TSS (Total Suspended Solids) Limbah Industri Penyamakan Kulit Magetan. Jurnal
Penelitian Sains.

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 228
Jurnal Riset dan Teknologi Vol. 7 No. 2 Desember 2021: 217-226

P-ISSN No. 2460-5972


JRT E-ISSN No. 2477-6165 229

Anda mungkin juga menyukai