Ceramic Industry Wastewater Treatment Id
Ceramic Industry Wastewater Treatment Id
Abstrak
Limbah industri keramik mengandung senyawa organik dan
beberapa logam berat yang melebihi baku mutu air limbah
industri keramik, oleh karena itu air limbah tersebut diolah
dengan metode koagulasi. Penelitian ini menggunakan
koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh massa koagulan dan waktu
pengadukan terhadap penurunan kandungan COD, TSS,
logam timbal (Pb), dan warna. Diawali dengan limbah yang
dicampur dengan PAC yang telah diencerkan dengan
AKSES TERBUKA konsentrasi 1%. Kemudian diaduk menggunakan flokulator
dengan kecepatan 100 rpm dan waktu (2, 4, 6, 8, dan 10
Kutipan: Caecilia Pujiastuti, menit) hingga terbentuk flok. Kemudian diendapkan dan
Egita Yulisningtyas, dan Ira dipisahkan antara filtrat dan padatannya. Kemudian filtrat
Pareira. 2021. Pengolahan Air tersebut dianalisis. Dengan analisa tersebut dapat diketahui
Limbah Industri Keramik bahwa efisiensi penurunan kadar TSS tertinggi adalah
dengan Proses Koagulasi 99,9% dengan volume koagulan 12,5 ml pada waktu 6
Kimia. Jurnal Riset dan menit. Efisiensi tertinggi untuk kadar COD diperoleh
Teknologi Vol. 7 No. 2 sebesar 98,23% dengan volume koagulan 15 ml pada waktu
Desember 2021: Halaman 6 menit. Efisiensi penurunan warna limbah tertinggi sebesar
217- 99,85% dengan volume koagulan 15 ml pada waktu 10
226. menit dan efisiensi penurunan kadar Pb sebesar 99,10%
dengan volume koagulan 5 ml pada waktu 2 menit, yang
kesemuanya berada di bawah standar baku mutu industri
keramik.
Abstrak
Limbah industri keramik mengandung senyawa organik dan
beberapa logam berat yang melebihi baku mutu air limbah
industri keramik oleh karena itu air limbah tersebut diolah
dengan menggunakan metode koagulasi. Penelitian ini
menggunakan koagulan Poly Aluminium Chlorida (PAC)
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh massa koagulan
dan waktu pengadukan terhadap penurunan kandungan
COD, TSS, logam timbal (Pb), dan warna. Diawali dengan
limbah yang dicampurkan dengan PAC yang telah
diencerkan dengan konsentrasi 1% kemudian diaduk
menggunakan flokulator dengan kecepatan 100 rpm dan
1. Pendahuluan
Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia, limbah menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian khusus, Pembuangan limbah industri merupakan masalah yang perlu
ditanggulangi secara tepat dan cepat, apalagi jika limbah tersebut mengandung senyawa kimia
tertentu yang merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3). (Ichtiakhiri, 2015). Hal ini
dikarenakan limbah dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Pengolahan
limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan
berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama limbah yang tergolong bahan berbahaya dan
beracun. Seperti halnya limbah pada industri keramik (Sariadi, 2015).
Berdasarkan hasil analisis limbah cair industri keramik mengandung logam berat yaitu
Kadmium (Cd), Kromium total (Cr), dan Timbal (Pb). Limbah cair industri biasanya bersifat
asam atau basa, berwarna tua dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung
bahan sintetis yang sulit diuraikan oleh mikroba, sehingga memiliki nilai COD yang tinggi.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengolahan limbah cair dilakukan dengan metode
koagulasi-flokulasi dan menggunakan beberapa jenis koagulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi dan Haryanto (2019), menyimpulkan bahwa
metode koagulasi flokulasi dengan koagulan PAC mampu menurunkan kadar COD dengan
persentase 46,80%-90,18%. Pada limbah cair laundry, setelah dilakukan pengolahan didapatkan
hasil penurunan kadar COD sebesar 77,19%. Penelitian ini menggunakan metode koagulasi-
flokulasi dengan pengadukan cepat 100 rpm selama 1 menit dan flokulasi pengadukan lambat 40
rpm dengan variasi waktu 5, 10, 15, 20, 25 menit dan penentuan massa optimum koagulan
dengan variasi 0,25; 0,5; 0,75; 1; dan 1,25 gram dalam 1 liter limbah cair laundry. Dosis
koagulan pac dan waktu pengadukan yang efektif dalam menurunkan kadar COD air limbah
sintesis detergen pada penelitian ini adalah 1,25 gram dalam waktu 15 menit dengan penurunan
sebesar 90,18% karena pada waktu dan massa tersebut menyebabkan terbentuknya flok yang
sempurna sehingga partikel-partikel mudah dipisahkan. (Pertiwi dan Haryanto, 2019).
Perkembangan industri keramik di Indonesia semakin meningkat. Kebutuhan akan
keramik sangat meningkat baik untuk dekorasi, ubin dan lain-lain. Bahan baku utama yang
digunakan untuk produk keramik adalah felspard, ballclay dan pasir, selain itu juga digunakan
berbagai macam mineral lain seperti garam dan oksida (Amuda, 2006). Salah satu bahan
suhu leleh dan suhu reaksi adalah timbal oksida. Industri keramik menghasilkan limbah yang
mengandung kromium. Selain dari proses produksi keramik, limbah glasir mengandung logam
berat yang berasal dari proses pewarnaan, bahan pewarna glasir dapat diperoleh dari bahan
tambahan pada keramik (Samosir, 2017). Perlu juga memahami proses pengolahan limbah
keramik, hal ini dikarenakan setiap proses produksi pasti diiringi dengan keluarnya limbah hasil
produksi. (Austin, 1996).
Berdasarkan hasil analisis limbah cair industri keramik mengandung logam berat yaitu
Kadmium (Cd), total kromium (Cr), dan timbal (Pb). Limbah cair industri ini biasanya bersifat
asam atau basa, berwarna gelap dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan mengandung
bahan sintetis yang sulit diuraikan oleh mikroba, sehingga memiliki nilai COD yang tinggi. Ada
beberapa macam proses untuk mengolah limbah cair, antara lain Proses pengolahan air limbah
secara fisik meliputi proses adsorpsi, penyaringan, sedimentasi dan filtrasi. Proses pengolahan
air limbah secara kimiawi menggunakan proses koagulasi, flokulasi, dan netralisasi. Perlu
diketahui bahwa limbah B3 yang jumlahnya cukup besar mengandung limbah yang perlu
dilakukan pengolahan limbah dan tidak menimbulkan l i m b a h baru, maka dilakukan penelitian
mengenai pengolahan air limbah industri keramik dengan metode koagulasi menggunakan
bahan koagulan kimia Poly Aluminium Chloride (PAC) yang diharapkan dapat menurunkan
kadar COD, TSS dan kandungan logam timbal (Pb) yang sesuai dengan standar baku mutu air
limbah industri keramik.
Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak
atau keras seperti keseluruhan atau hanya sebagian dari gel. Pada proses koagulasi, koagulan
dan air limbah akan dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian diaduk dengan
cepat agar diperoleh campuran yang merata sehingga proses pembentukan gumpalan dapat
terjadi secara merata (Yuanita, 2015). Fungsi dari koagulasi adalah untuk mengurangi
kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik dan organik di dalam air, mengurangi warna
yang ditimbulkan oleh partikel koloid di dalam air, mengurangi bakteri patogen yang ada di
dalam partikel koloid, serta mengurangi rasa dan bau yang ditimbulkan oleh partikel koloid di
dalam air (Nuryani, 2016).
Seperti reaksi yang ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Al2(OH5) Cl + H2O → 2Al(OH)3 + H + Cl (1)
+ -
2. Metodologi
Dimana:
1 1. Gelas kimia 2000 ml
2. Flokulator
2
Pretreatment
Sedimentasi
Sedimen Penyaringan
Filtrat
Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan adalah air limbah industri keramik. Koagulan
yang digunakan adalah Poly Aluminium Chloride (PAC). Pertama, persiapan bahan baku (pre-
treatment). Bahan yang akan diuji adalah air limbah industri keramik pada pre-treatment ini untuk
pengolahan limbah. Pengolahan limbah menggunakan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC).
Koagulan dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi 1000 ml limbah cair dengan volume
koagulan (5 ml, 7,5 ml, 10 ml, 12,5 ml, dan 15 ml). Selanjutnya pengadukan campuran dilakukan
dengan kecepatan 100 rpm dan waktu yang divariasikan selama (2, 4, 6, 8, dan 10 menit) yang
dihitung sejak penambahan koagulan. Campuran yang terbentuk kemudian didiamkan selama 30
menit lalu disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan endapan dengan filtratnya.
Kemudian filtrat diambil untuk dianalisis TSS, COD, Pb, dan Warna.
Tabel 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Parameter Unit Tarif Tertinggi
pH 6-9
COD mg / l 300
TSS mg / l 100
Kobalt (Co) mg / l 0,6
Timbal (Pb) mg / l 1,0
Kadmium (Cd) mg / l 0,1
Krom Total (Cr) mg / l 1,0
Kuantitas Air Limbah Tertinggi m3 /ton bahan 1,5
Sumber: Kusumaatmadja, 2014
Dalam penelitian tentang pengolahan air limbah industri kimia, kami terlebih dahulu
melakukan pengujian terhadap air limbah industri keramik sebelum diolah dengan hasil sebagai
berikut:
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa dari hasil analisis, kandungan limbah cair
industri keramik belum memenuhi baku mutu air limbah industri keramik, sehingga harus
dilakukan pengolahan limbah.
100,05%
EFISIENSI PENGHILANGAN TSS 100,00%
99,95%
99,90%
99,85% Volume Koagulan 5 ml
99,80% Volume Koagulan 7,5 ml
(%)
99,75% Volume K o a g u l a n
99,70% 10 ml Volume
99,65%
Koagulan12,5 ml
99,60%
Volume Koagulan 15 ml
99,55%
2 4 6 81
0
WAKTU PENGADUKAN (MENIT)
Gambar 3. Efisiensi Penyisihan TSS (%) dan Waktu Pengadukan (Menit) pada Berbagai Volume Koagulan
98,50%
Volume Koagulan 5ml
98,00%
Volume Koagulan 7,5 ml
97,50%
Volume Koagulan 10 ml
97,00%
Volume Koagulan 12,5 ml
KOD (%)
96,50%
Volume Koagulan 15 ml
96,00%
2 4 6 8 10
WAKTU PENGADUKAN
(MENIT)
Gambar 4. Efisiensi Penyisihan COD (%) dan Waktu Pengadukan (Menit) pada Berbagai Volume Koagulan
99,85%
99,80%
99,75%
Volume Koagulan 5ml
99,70%
Volume Koagulan 7,5 ml
99,65%
Volume Koagulan 10 ml
99,60%
Volume Koagulan 12,5 ml
99,55%
Volume Koagulan 15 ml
99,50%
99,45%
2 4 6 81
0
WAKTU PENGADUKAN (MENIT)
Gambar 5. Efisiensi Penyisihan Warna (%) dan Waktu Pengadukan (Menit) pada Berbagai Volume
Koagulan
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa volume koagulan PAC dan waktu
pengadukan yang efektif dalam menurunkan kadar TSS, COD, Warna, dan Pb air limbah
industri keramik pada penelitian ini adalah 10 ml dan waktu pengadukan 6 menit. Hal ini
dikarenakan pada kondisi tersebut kadar TSS, COD, Warna, dan Pb dapat diturunkan sesuai
dengan baku mutu air limbah.
Apresiasi
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional
"Veteran" Jawa Timur, Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk menggunakan
peralatan laboratorium dan juga kepada seluruh tim di laboratorium penelitian yang telah
berkontribusi dalam penelitian ini.
REFERENSI
Alade, A. 2006. Proses Koagulasi/Flokulasi dalam Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan.
Universitas Teknologi Ladoke Akintola, Nigeria.
Amuda, O.S. 2006. Proses Koagulasi/Flokulasi dan Pengkondisian Lumpur dalam Pengolahan Air
Limbah Industri Minuman. Ladoke Akintola University of Technology Nigeria.
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Cahyono, H. 2016. Pengaruh Klorida Terhadap Logam (Ag, Pb, Hg, Fe, Cr, Ni, Zn) pada Sedimentasi
di Kolam Unit Ekualisasi. Jurnal Penelitian Teknologi Industri.