Anda di halaman 1dari 6

Jurnal ILMU DASAR, Vol.20 No.

2, Juli 2019 : 83-88 83

Konversi Katalitik Limbah Plastik Polipropilen dengan Katalis Silica


Alumina Keramik Menghasilkan Bahan Bakar
Alternative Fraksi Hidrokarbon
Catalytic Conversion From Plastic Waste by Silica-Alumina-Ceramic Catalyst to
Produce an Alternative Fuel Hydrocarbon Fraction
Hendro Juwono*), Shelvi Ismada, M.Arif tri Sujadmiko, Laily Fauziah, Ismi Qurrota Ayyun
Departemen Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
*
E-mail: hjachmad@gmail.com
ABSTRACT
Liquid fuels from polypropylene plastic waste have been successfully performed by catalytic
cracking method. The catalyst used is Al-MCM-41- Ceramics. The catalyst was characterized by
XRD, SEM, Pyridine-FTIR, N2-Adsorption-Desorption, and the product of catalytic cracking were
investigated by gas chromatography-mass spectroscopy (GC-MS). The catalyst was using three
times at sample notify A,B and C. The results showed liquid fuels have the largest percentage of
gasoline (C8-C12) are 92.76; 91.92 and 90.58 percent fraction produced. The performance of
catalyst showed that reuseability number were decrease, but the charactersitic of liquid fuel
produced were also be agreeable to commercial gasoline standard.
Keywords: olypropylene waste plastics, liquid fuels, catalytic conversion, Al-MCM-41-Cer
catalyst, reuseability number.
PENDAHULUAN N2 secara terus menerus dan waktu pemanasan
30 menit, menghasilkan gasoline sebesar 85%
Bahan bakar minyak bumi merupakan salah
dengan rasio Si/Al 30 pada suhu 300-350oC.
satu kebutuhan utama. Saat ini kebutuhan
Salah satu katalis mesopori yang efektif
bahan bakar semakin meningkat seiring dengan
untuk digunakan adalah aluminosilika,
pertambahan jumlah penduduk dan
Penggunaan katalis alumino silika murni dalam
berkembangnya teknologi, akan tetapi
perengkahan katalitik kurang efektif untuk
cadangan sumber daya minyak bumi yang
langsung diaplikasikan dalam perengkahan
berasal dari fosil semakin menipis karena
katalitik sebagai katalis karena keasamannya
sifatnya yang tidak dapat diperbaharui, maka
rendah. Untuk meningkatkan keasaman
diperlukan energi alternatif untuk memecahkan
material, maka salah satu cara yang dapat
masalah tersebut. Plastik hingga saat ini masih
dilakukan adalah melakukan penyisipan logam
merupakan bahan yang banyak digunakan oleh
pada kerangka aluminosilika saat sintesis
kalangan industri maupun rumah. Penggunaan
material tersebut. Logam yang efektif untuk
plastik yang sangat tinggi memunculkan akibat
digunakan salah satunya adalah logam
terjadinya penumpukan sampah plastik.
aluminium sehingga diperoleh material Al-
Polypropylene (PP) merupakan plastik polimer
aluminosilika yang memiliki situs asam Lewis
yang mudah dibentuk, rumus molekulnya
dan Bronsted (Hasanzadeh, 2013);
adalah (CHCH3-CH2-)n. Perengkahan PP
(Heydariaraghi, 2016).
merupakan salah satu cara untuk menangani
Pada penelitian terdahulu (Bintarasari,
limbah plastik PP. Perengkahan merupakan
2017) digunakan Al- aluminosilika sebesar
reaksi pemutusan ikatan karbon – karbon (C-C)
12,0 gram merupakan hasil optimum. Katalis
dari hidrokarbon rantai panjang dengan berat
tersebut digunakan untuk sintesis bahan bakar
molekul besar menjadi hidrokarbon rantai
hidrokarbon dari limbah plastik PP dilakukan
pendek dengan berat molekul yang kecil.
dengan 3 variasi turn over number katalis pada
Perengkahan ada dua macam yaitu proses
suhu 200-250oC
perengkahan menggunakan suhu tinggi
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam
(thermal cracking) dan proses perengkahan
penelitian ini dilakukan sintesis bahan bakar
menggunakan katalis (catalytic cracking)
hidrokarbon (C8-C12) melalui proses konversi
(Trisunaryanti, 2012). Berdasarkan penelitian
katalitik dari limbah plastik PP dengan katalis
sebelumnya (Juwono, dkk. 2017), perengkahan
Al-MCM-41-Keramik.
FAMEs menggunakan katalis Al-MCM-41,
pada suhu yang bervariasi, dengan aliran gas

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


84 Konversi Katalitik Limbah Plastik … (Juwono, dkk)

METODE lalu sampel diinjeksikan ke inlets kromatografi dan


diproses selama 42 menit. Gas pembawa yang
Alat dan Bahan digunakan yaitu Helium dengan laju alir 0,51
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini mL/menit. Pemisahan dimulai pada suhu 50°C
adalah: continous reactor, labu leher tiga 500mL, hingga 250°C dengan laju panas 5°C/menit.
kondensor, tabung katalis, termometer, erlenmeyer
500mL, gelas ukur 100mL, hot plate, dan press HASIL DAN PEMBAHASAN
pellet. Bahan yang digunakan dalam adalah: bahan
bakar hidrokarbon cair dari limbah plastik dari Karakterisasi Katalis
penelitian sebelumnya, katalis Al-MCM-41 berupa Difraksi sinar X
serbuk berwarna putih yang diperoleh dari penelitian
sebelumnya oleh Juwono, dkk (2013), keramik busi
motor, gas nitrogen (N2), glass wool, kassa kawat
nyamuk, pasir, dan loyang. (Bintarasari, 2017).
Preparasi Katalis
Busi motor yang tidak terpakai dicuci hingga bersih,
dihancurkan dan dipilah bagian keramik. Keramik
dihaluskan dengan mortar dan alu besi hingga
menghasilkan serbuk keramik. Katalis Al-MCM-41
dicampurkan dengan serbuk keramik dengan rasio
massa 7:3. Sebanyak 11,18 gram campuran katalis-
keramik yang telah dipellet dimasukkan ke dalam
tabung katalis yang telah diisi dengan glass wool.
Gambar 2. Hasil SAXRD Al-MCM-41
Sintesis Bahan Bakar Cair (BBC)
Sintesis bahan bakar cair dilakukan dalam reaktor Difraktogram kedua katalis seperti pada
jenis continous reactor seperti Gambar 1. Sebanyak gambar 2. menunjukkan refleksi sudut rendah
200mL sampel bahan bakar dari limbah plastik pada katalis merupakan bidang (100), (110)
polipropilena (PP) dimasukkan ke dalam labu leher dan (200) merupakan sudut khas katalis Al-
tiga, katalis dimasukkan ke dalam tabung katalis, MCM-41, (2θ = 1 - 5o) bersamaan dengan
proses reaksi konversi katalitik berlangsung selama
intensitas rendah Al pada sudut 2θ = 20o .
5 jam pada suhu 200-2500C. Hasil bahan bakar
hidrokarbon ditampung pada erlenmeyer. Dilakukan
Katalis hasil sintesis merupakan Al-MCM-41.
pengulangan penggunaan katalis sehingga Keasaman FTIR Piridin
didapatkan sampel A, B dan C.

Gambar 1. Skema continuous reactor, 1. Aliran Gas


N2; 2. Aliran Feedstock; 3. Tabung
Reaktor; 4. Konektor; 5. Kondensor; 6.
Penampung Minyak; 7. GC-MS
Karakterisasi Bahan Bakar Hidrokarbon (BBH) Gambar 3. FTIR Piridin
Karakterisasi bahan bakar hidrokarbon meliputi uji Gambar 3, nilai keasaman katalis
densitas, viskositas, titik nyala, titik didih, dan nilai ditentukan menggunakan metode FTIR
kalor. Metode pengujian ditunjukkan pada Tabel 1.
piridin,(Fang Chen, dkk., 2011) hasilnya
Tabel 1. Metode Pengujian Sifat Fisik diperoleh seperti pada tabel 2. Nilai ini
Parameter Metode Uji menunjukkan bahwa katalis telah memiliki
Densitas ASTM D.4052 situs aktif asam.
Titik didih ASTM D.86
Tabel 2. Keasaman Al-MCM-41
Viskositas ASTM D.445
Komponen senyawa kimia dianalisa menggunakan Wavenumber Total Acidity
Acid
Gas Chromatograph-Mass Spectrophotometry (GC- (cm-1) (mmol/g)
MS). Pada pengujian ini sebanyak 50 mg produk Lewis 1437-1454 0,0386
bahan bakar cair dilarutkan dalam 1 mL n-heksana, Bronsted 1537-1554 0,0670
Jurnal ILMU DASAR, Vol.20 No. 2, Juli 2019 : 83-88 85

SEM perengkahan masing-masing variasi


Karakterisasi SEM, menunjukkan bahwa Al ditampilkan pada Tabel 3.
terdeksi pada permukaan MCM-41, (Hendro Penggunaan katalis pada variasi pertama
Juwono, 2013); (PL Gai, 2011) seperti pada hingga ketiga, menunjukkan adanya penurunan
Gambar 4. micrograph SEM menunjukkan jumlah bahan bakar hidrokarbon cair yang
morfologi permukaan katalis (a) Al-MCM-41, dihasilkan. Penggunaan katalis secara berulang
(b) Al-MCM-41-keramik mengakibatkan pori katalis semakin banyak
yang terisi oleh gas dan laju alir gas pun
semakin lambat. (Pinto, dkk., 2014) Hal ini
menyebabkan berkurangnya gas yang dapat
mengalir keluar menuju kondensor sehingga
produk cairnya pun semakin berkurang.
Hasil Penentuan Densitas

Gambar 4. SEM katalis (a) SEM Al-MCM-41


(b) SEM Al-MCM-41-keramik
Adsorpsi nitrogen

Gambar 6. Densitas Bahan Bakar Hidrokarbon


Gambar 6. menunjukkan keberulangan
penggunaan katalis mempengaruhi hasil
densitas dari bahan bakar hidrokarbon, terjadi
Gambar 5. Adsorpsi nitrogen katalis peningkatan densitas sampel A, B, dan C, hal
ini disebabkan karena semakin rendah
Hasil Adsorpsi-desorpsi N2 ditunjukkan komposisi hidrokarbon maka akan semakin
pada Gambar 5. Grafik isoterm kedua katalis tinggi densitasnya. Reaksi konversi katalitik
merupakan grafik isotherm, yaitu struktur pori yang terjadi semakin berkurang, senyawa
pada kedua katalis berbentuk mesopori. Bentuk hidrokarbon fraksi bensin pun akan semakin
tersebut merupakan bentuk khas dari Al-MCM- menurun sedangkan senyawa selain fraksi
41. bensin yang terbentuk semakin banyak.
Hasil Sintesis Bahan Bakar Hidrokarbon (Juwono, dkk., 2017).
(BBH) Seluruh BBH produk penelitian ini
Tabel 3. Hasil Sintesis Bahan Bakar memenuhi kriteria berdasarkan SNI 06-3506-
Hidrokarbon 1994 tentang bahan bakar minyak jenis bensin
yang menyatakan bahwa densitas minimal
Vol Vol Vol bahan bakar minyak 715 kg/m3 dan maksimal
Sampel feedstock produk sisa sebesar 770 kg/m3 pada pengukuran suhu 40oC.
(mL) (mL) (mL) Densitas yang terlalu tinggi akan berpengaruh
A 200 37 42 pada laju alirnya dan berdampak pada keausan
B 200 35,5 49 apabila diaplikasikan dalam mesin. (Ratnasari,
C 200 34 53 dkk., 2017)
Hasil penentuan viskositas pada Gambar 7,
Masing-masing variasi menghasilkan bahan menunjukkan bahwa BBH hasil konversi
bakar hidrokarbon dengan volume yang mempunyai kecenderungan viskositas yang
berbeda setelah 5 jam proses konversi katalitik semakin meningkat. Penggunaan katalis pada
berlangsung. Adapun data hasil pengukuran variasi pertama (A) menghasilkan viskositas
volume bahan bakar hidrokarbon (BBH) hasil sebesar 0,423 cSt. Viskositas BBC variasi

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


86 Konversi Katalitik Limbah Plastik … (Juwono, dkk)

kedua (B) dan ketiga (C) mengalami Hasil Pengujian Nilai Kalor
peningkatan. Disebabkan terjadi reaksi Hasil pengujian nilai kalor pada sampel A, B,
dimerisasi. Standar internasional yang dan C berturut-turut adalah 25,355; 10,992;
dikeluarkan Hibernia Petroleum Canada tahun 10,984 Kkal/kg. Nilai kalor sampel B dan C
2016 HIBER11Z tentang pengujian spesifikasi memenuhi standar HIBER11Z dari Hibernia
minyak mentah memiliki batasan terhadap nilai Petroleum yang memiliki batasan nilai kalor
viskositas kinematik yang terukur pada 40oC minimal sebesar 10,347 Kkal/kg.(Zhao, dkk.,
maksimal sebesar 0,620 cSt. Seluruh BBH 2015) Nilai kalor pada variasi pertama (A)
produk penelitian ini telah memenuhi kriteria tidak memenuhi standar nilai kalor bensin jika
tersebut. Bahan bakar yang memiliki viskositas didasarkan pada data dari Pertamina, yang
tinggi akan sulit dialirkan dan berpengaruh menyebutkan bahwa nilai kalor bensin minimal
terhadap kinerja mesin. (Hendro J. dkk.,2013). 10.160 Kkal/kg dan maksimal 11.000 Kkal/kg.
Tingginya nilai kalor bahan bakar sintesis ini
Hasil Penentuan Viskositas
dimungkinkan karena komposisi fraksi rantai
hidrokarbon yang terkandung di dalam bahan
bakar. Bahan bakar dengan nilai kalor yang
lebih tinggi mengindikasikan bahwa komposisi
fraksi hirdokarbon rantai pendek lebih banyak
jumlahnya, hal ini dikuatkan dengan hasil GC-
MS yang menyatakan bahwa jumlah fraksi C1-
C7 pada sampel A memiliki komposisi yang
lebih besar dibandingkan dengan sampel
lainnya.
Analisa menggunakan GC-MS
Berdasarkan analisa GC-MS menunjukkan
bahwa proses konversi katalitik tidak hanya
Gambar 7. Viskositas Bahan Bakar menghasilkan fraksi bensin (C8-C12) saja,
Hidrokarbon (BBH) melainkan mengandung fraksi hidrokarbon
rantai pendek (C1-C7) maupun fraksi
Hasil Pengujian Titik Nyala dan Titik Didih
hidrokarbon rantai panjang (C12-C16),
Hasil pengujian titik nyala sampel A, B dan C
komposisi setiap fraksi dapat ditunjukkan oleh
berturut-turut sebesar 51, 54, dan 580C. Hasil
Gambar 8.
pengujian titik didih sampel A, B, dan C
berturut-turut sebesar 93, 95, dan 960C.
Hal ini dapat terjadi berkaitan dengan
komposisi senyawa hidrokarbon rantai pendek
khususnya fraksi bensin (C8-C12) yang
terkandung. Bila konversi katalitik berjalan
dengan maksimal akan terjadi pemutusan
ikatan karbon yang semakin banyak sehingga
komposisi senyawa hidrokarbon rantai pendek
pun meningkat. Meningkatnya komposisi
senyawa hidrokarbon rantai pendek
mengakibatkan semakin kecilnya titik nyala
dan semakin tingginya titik didih. Sebaliknya,
bila senyawa hidrokarbon rantai pendek yang Gambar 8. Komposisi Fraksi Hidrokarbon
dihasilkan semakin menurun maka akan
Konversi katalitik pada variasi A
semakin meningkat senyawa hidrokarbon
menghasilkan BBH dengan komposisi fraksi
rantai panjang yang dihasilkan. Hasil penelitian
bensin (C8 –C12) yang lebih tinggi yaitu sebesar
ini memenuhi kriteria berdasarkan SNI 06-
92,67%, sedangkan B sebesar 91,92% dan C
3506-1994 tentang bahan bakar minyak jenis
sebesar 90,58%. Penggunaan katalis secara
bensin yang menyatakan bahwa titik didih
berkelanjutan menyebabkan adanya penurunan
akhir bahan bakar minyak maksimal sebesar
komposisi fraksi bensin (C8-C12) pada setiap
205oC. (Juwono, H. dkk., 2017).
sampel. Hal ini disebabkan karena adanya
Jurnal ILMU DASAR, Vol.20 No. 2, Juli 2019 : 83-88 87

penurunan sisi aktif katalis Al-MCM-41


setelah digunakan secara berulang. Komposisi
setiap hidrokarbon ditunjukkan pada Tabel 3.
Pada penelitian ini fraksi C9 merupakan
komponen penyusun yang mendominasi.
Tabel 4. Komposisi Fraksi Hidrokarbon (C8-
C12)
Fraksi Komposisi (%)
Hidrokarbon A B C
C8 12,72 5,32 8,70 Gambar 9. Reuseability Number Yield Bahan
C9 52,26 81,54 68,95 Bakar Hidrokarbon
C10 13,74 1,22 4,23 Reuseability Number Yield bahan bakar
C11 3,17 0,75 0,56 hidrokarbon (BBH) hasil konversi
C12 10,78 3,09 8,14 menunjukkan bahwa RN BBH hasil konversi B
(0,075%/gram) dan C (0,156 %/gram)
Total 92,67 91,92 90,58 mengalami peningkatan bila dibandingkan
Proses Konversi dengan A. Tinggunya RN BBH C
Proses konversi dilakukan untuk mengubah menunjukkan semakin sedikit volume BBH C.
beberapa senyawa fraksi berat menjadi fraksi Nilai RN berbanding terbalik dengan kinerja
ringan. Proses konversi bisa dilakukan secara katalis. RN yield BBH A dan B mengalami
perengkahan termal atau secara perengkahan peningkatan dapat disebabkan oleh kinerja dari
katalitik. Penelitian ini menggunakan Al- katalis yang semakin menurun karena semakin
MCM-41 sebagai katalis dan juga suhu tinggi banyaknya sisi katalis yang terdeaktifasi
dalam proses konversi. Tahap pertama setelah digunakan pada running sebelumnya.
perengkahan termal adalah dekomposisi termal Akibatnya yield BBH yang diperoleh pun
dari molekul hidrokarbon menjadi fragmen- semakin menurun
fragmen radikal bebas. Pembentukan radikal KESIMPULAN
menyebabkan perengkahan hidrokarbon
dimulai. Proses rengkah terjadi pada ikatan Bahan bakar hidrokarbon (C8-C12) dari limbah
beta karbon yang membawa elektron tak plastik propilena (PP) telah berhasil disintesis
berpasangan sehingga dihasilkan hidrokarbon melalui metode konversi katalitik dengan
alifatik berupa olefin. Pada penelitian ini menggunakan katalis Al-MCM-41 sebesar
sintesis bahan bakar hidrokarbon dengan 11,18 gram, dilakukan juga keberulangan
katalis dipengaruhi oleh peran termal dan penggunaan katalis sebanyak tiga kali yaitu
katalis secara bersamaan. Pengaruh katalis dengan kode sampel A, B, dan C. Hasil
terjadi melalui reaksi perengkahan katalitik, penelitian menunjukkan bahwa A, B, dan C
siklisasi dan aromatisasi olefin serta masing-masing menghasilkan bahan bakar
polimerisasi olefin sehingga menimbulkan coke hidrokarbon (BBH) dengan komposisi fraksi
yang dapat menurunkan aktifitas katalis. bensin (C8-C12) sebesar 92,76; 91,92; dan
Senyawa yang dihasilkan dari proses 90,58%. Keberulangan penggunaan katalis
perengkahan berbeda-beda. Terbentuknya menyebabkan adanya penurunana komposisi
senyawa yang berbeda disebabkan oleh pada fraksi hidrokarbon (C8-C12) dibuktikan
banyaknya kemungkinan reaksi yang dapat dengan nilai TON (Turn Over Number) yang
terjadi selama proses perengkahan katalitik meningkat dari 0,075%/gram menjadi
limbah plastik PP.(Juwono, H. dkk.,2017). 0,156%/gram). Berdasarkan uji fisik yang
telah dilakukan meliputi uji titik didih, titik
Reuseabality number nyala, densitas, viskositas, dan nilai kalor,
Reuseability Number (RN) dapat digunakan dapat dibuktikan bahwa bahan bakar
untuk mengetahui kinerja katalis. Dalam hidrokarbon A, B dan C memiliki karakteristik
penelitian ini, RN komposisi bahan bakar yang mendekati standar (bensin premium)
hidrokarbon (BBH) ditunjukkan pada Gambar ketika dibandingkan dengan SNI 06-3506-1994
9. dan standar internasional HIBER11Z.

Journal homepage: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID


88 Konversi Katalitik Limbah Plastik … (Juwono, dkk)

UCAPAN TERIMA KASIH and Characterization of MCM-41-


Supported Ba2SiO4 Base Catalyst.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Microporous and Mesoporous Materials
Institut Teknologi Sepuluh Nopember atas
59(2-3): 105-111.
hibah dana lokal skema Doktor Baru 2017
Pinto, F., F. T. Varela, M. Gonçalves, R. Neto
sehingga riset ini terselesaikan.
André, P. Costa and B. Mendes (2014).
DAFTAR PUSTAKA Production of bio-hydrocarbons by
hydrotreating of pomace oil. Fuel 116: 84-
Bintarasari, S. I. (2017). Performance
93.
Efficiency of Catalytic Cracking of
PL Gai, E. B. (2011). Electron Microscopy in
Polypropylene (PP) Plastic Waste Using
Heterogeneous Catalysis Microscopy in
Al-MCM-41 Catalyst, Institut Teknologi
Materials Science.pdf. Institute of Physics
Sepuluh Nopember.
Publishing, Bristol and Phyladelphia, US.
Fang Chen , X. M., Feng-Shou Xiaoo (2011).
Ratnasari, D. K., M. A. Nahil and P. T.
Mesophorous solid acid catalyst. Catal Surv
Williams (2017). Catalytic Pyrolysis of
Asia 15: 37-48.
Waste Plastics Using Staged Catalysis for
Hasanzadeh, M., N. Shadjou and E. Omidinia
Production of Gasoline Range Hydrocarbon
(2013). Mesoporous Silica (MCM-41)-
Oils. Journal of Analytical and Applied
Fe2O3 as a Novel Magnetic Nanosensor for
Pyrolysis 124: 631-637.
Determination of Trace Amounts of Amino
Shelly Biswas a, c., 1,⇑, Sachchit Majhi b,
Acids. Colloids Surf B Biointerfaces 108:
Pravakar Mohantyb, K.K. Pant b, D.K.
52-59.
Sharmaa, I. I. o. T. D. a Centre for Energy
Hendro J., T., Sutarno, Endang tri Wahyuni
Studies, New Delhi 110016, India, I. I. o. T.
(2013). The Influence of Pd Impregnation
D. b Department of Chemical Engineering,
into Al-MCM-41 on The Characters and
New Delhi 110016, India and V. T. D. R.
Activity Biogasoline Production by
D. S. T. U. c Department of Chemistry,
Catalytic hydrocracking of FAMEs from
Avadi, Chennai 600062, India (2014).
Nyamplung seed Oil (calophyllum
Effect of Different Catalyst on The Co-
Inophyllum). Indones.J.Chem 13 (2): 171 -
cracking of Jatropha Oil, Vacuum Residue
178.
and High Density Polyethylene. Fuel 133:
Heydariaraghi, M., S. Ghorbanian, A.
96-105.
Hallajisani and A. Salehpour (2016). Fuel
Trisunaryanti, W. (2002, ). Optimation of Time
Properties of The Oils Produced From The
and Catalyst/Feed Ratio in Catalytic
Pyrolysis of Commonly-used Polymers:
Cracking of Waste Plastics Fraction to
Effect of Fractionating Column. Journal of
Gasoline Fraction Using Cr/Natural Zeolite
Analytical and Applied Pyrolysis 121: 307-
Catalyst. Indo. J. Chem 2(1),: 30-40.
317.
Zeynep Obali , N. A. S., and Timur Doğu
Juwono, H., T. Triyono, S. Sutarno, E. T.
(2008). Chemical Engineering
Wahyuni, H. Harmami, I. Ulfin and F.
Communication 196:1-2, : 116-130, .
Kurniawan (2017). Production of
Zhao, X., L. Wei, S. Cheng, Y. Huang, Y. Yu
Hydrocarbon (C7-C20) from
and J. Julson (2015). Catalytic Cracking of
Hydrocracking of Fatty Acid Methyl Esters
Camelina Oil for Hydrocarbon Biofuel
on Pd/Al-MCM-41 Catalyst. Bulletin of
Over SM- Zn Catalyst. Fuel Processing
Chemical Reaction Engineering &
Technology,139.
Catalysis 12(3): 337.
Li, Q., S. E. Brown, L. J. Broadbelt, J.-G.
Zheng and N. Q. Wu (2003). Synthesis

Anda mungkin juga menyukai