Anda di halaman 1dari 26

Naskah Diterima

Judul : Pirolisis Katalitik Limbah Plastik Menggunakan Katalisis Bertahap


untuk Produksi Minyak Hidrokarbon Setaraf Bensin.

Penulis : Devy K. Ratnasari, Mohamad A. Nahil, Paul T. Williams


PII : S0165-2370(16)30601-5
DOI : http://dx.doi.org/doi:10.1016/j.jaap.2016.12.027
Referensi : JAAP 3920
Tempat terbit : J. Anal. Appl. Pyrolysis
Tanggal diterima : 29-9-2016
Tanggal disetujui : 23-12-2016
Silakan mengutip artikel ini sebagai: Devy K. Ratnasari, Mohamad A. Nahil, Paul T. Williams,
Pirolisis Katalitik Limbah Plastik menggunakan Katalisis Bertahap untuk Produksi Minyak
Hidrokarbon Setaraf Bensin, Jurnal Pirolisis Analitik dan Terapan
http://dx.doi.org/doi:10.1016/j.jaap.2016.12.027.

Ini adalah file PDF dari manuskrip yang belum diedit yang telah disetujui untuk dipublikasi.
Sebagai layanan kepada pelanggan kami, kami menyediakan naskah versi awal ini. Naskah akan
menjalani penyalinan, penyusunan huruf, dan peninjauan kembali bukti yang dihasilkan sebelum
diterbitkan dalam bentuk akhirnya. Harap dicatat bahwa selama proses produksi, kesalahan dapat
ditemukan yang dapat mempengaruhi isi, dan semua penafian hukum yang berlaku untuk jurnal
terkait.
Pirolisis Katalitik Limbah Plastik Menggunakan Katalisis Bertahap untuk
Produksi Minyak Hidrokarbon Setaraf Bensin

Devy K. Ratnasari, Mohamad A. Nahil, Paul T. Williams*

Sekolah Teknik Kimia dan Proses, Universitas Leeds, Leeds LS2 9JT, Inggris

*Penulis koresponden, (Alamat email: p.t.williams@leeds.ac.uk; Tel .; 44 113 343 2504)

ABSTRAK GRAFIS

SOROTAN

 Katalisis pirolisis dua tahap dari limbah plastik menghasilkan hidrokarbon setaraf bensin.
 Katalisis ditahapkan menggunakan MCM-41 kemudian digunakan ZSM-5.
 Yield minyak yang tinggi (83,15 wt.%) dengan rasio 1:1 diperoleh dengan kandungan
aromatik yang tinggi.
 Katalisis bertahap pirolisis dari beberapa limbah plastik dunia nyata juga diselidiki.
 Konversi yang efektif dari limbah plastik menjadi hidrokarbon setaraf bensin tercapai.
ABSTRAK

Katalisis pirolisis dua tahap dari polietilen densitas tinggi telah diteliti dengan pirolisis plastik
pada tahap pertama diikuti dengan katalisis gas pirolisis hidrokarbon yang berevolusi pada tahap
kedua menggunakan katalis asam padat untuk menghasilkan minyak hidrokarbon setaraf bensin
(C8-C12). Proses katalitik melibatkan katalisis bertahap, di mana katalis mesopori dilapisi pada
katalis mikroporous dengan tujuan memaksimalkan konversi limbah plastik menjadi hidrokarbon
setaraf bensin. Katalis yang digunakan adalah mesopori MCM-41 diikuti oleh mikropori ZSM-
5, dan diselidiki rasio katalis MCM-41:zeolit ZSM-5 yang berbeda. MCM-41 dan zeolit ZSM5
juga digunakan tersendiri untuk perbandingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
menggunakan katalisis bertahap, yield produk minyak yang tinggi (83,15 wt.%) diperoleh dari
polietilen densitas tinggi pada rasio MCM-41:ZSM5 1:1 dalam proses katalisis pirolisis
bertahap. Gas utama yang dihasilkan adalah gas C2 (terutama etena), C3 (terutama propena), dan
C4 (terutama butena dan butadiena). Selain itu, produk minyak sangat aromatik (95,85 wt.%
minyak) yang terdiri dari 97,72 wt.% hidrokarbon setaraf bensin. Selain itu, katalisis pirolisis
bertahap menggunakan rasio 1:1 MCM-41:zeolit ZSM-5 diselidiki untuk katalisis pirolisis
beberapa sampel sampah plastik dunia nyata dari berbagai sektor industri. Sampel dunia nyata
adalah limbah plastik pertanian, plastik rekonstruksi bangunan, wadah air mineral plastik dan
limbah plastik kemasan makanan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi
efektif limbah plastik dunia nyata dapat dicapai dengan konsentrasi hidrokarbon setaraf bensin
yang signifikan.

Kata kunci : Pirolisis; Katalisator; Plastik; Limbah; Bensin


1. Pendahuluan
Plastik adalah bahan dengan penggunaan tinggi, digunakan dalam berbagai aplikasi,
mulai dari kemasan rumah tangga, pertanian, otomotif, hingga konstruksi bangunan, karena
karakteristiknya yang ringan, stabilitas kimiawi yang tinggi, dan kemampuan terurai yang rendah
[1]. Produksi plastik di seluruh dunia saat ini adalah sekitar 300 juta ton/tahun, dengan 57 juta
ton/tahun diproduksi di Uni Eropa [2]. Tak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar plastik akan
berakhir di aliran limbah dan di UE lebih dari 25 juta ton limbah plastik dihasilkan setiap tahun.

Rute proses saat ini untuk pengelolaan sampah plastik di UE adalah ~26% daur ulang,
~35% digunakan untuk pemulihan energi (terutama pembakaran) dan ~38% dibuang ke TPA [3].
Ada juga ekspor limbah plastik yang signifikan, 3,4 juta ton limbah plastik dilaporkan diekspor
dari UE setiap tahun [4]. Opsi proses untuk mendaur ulang limbah plastik di UE didominasi oleh
daur ulang yang melibatkan mekanis misalnya, pemilahan, penghancuran, pencucian
pengeringan dan pembuatan pelet plastik yang menghasilkan bahan daur ulang. Namun, ada
minat yang meningkat dalam pirolisis limbah plastik, di mana plastik didegradasi secara termal
pada suhu sedang (~500 °C) dengan tidak adanya udara untuk menghasilkan rantai molekul yang
lebih pendek dan molekul dengan berat molekul rendah untuk menghasilkan minyak untuk
penggunaan potensial sebagai bahan bakar cair seperti yang dilaporkan dalam beberapa ulasan
terbaru [5-8].

Untuk lebih mengembangkan proses pirolisis plastik, katalis digunakan bersama dengan
pirolisis untuk menghasilkan bahan bakar cair berkualitas lebih tinggi yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar kelas premium dalam sistem mesin transportasi. Katalis dapat memainkan
peran penting dalam pengolahan termokimia limbah plastik dalam hal mendorong reaksi yang
ditargetkan, mengurangi suhu reaksi dan meningkatkan efisiensi sistem proses [9]. Katalis yang
paling sering diteliti adalah katalis asam padat misalnya zeolit ZSM-5, zeolit Y dan MCM-41.
Reaksi katalitik produk pirolisis hidrokarbon yang dihasilkan selama pirolisis limbah plastik
pada katalis asam padat meliputi, pemecahan, isomerisasi, oligomerisasi, siklisasi dan reaksi
aromatisasi [9].

Serrano dkk. [9] telah meninjau penggunaan katalis asam padat untuk pirolisis katalitik
limbah plastik (polialkena) untuk produksi bahan bakar dan bahan kimia. Mereka melaporkan
bahwa hidrokarbon yang berevolusi dari pirolisis, pecahan termal dari plastik polialkena
(misalnya polietilen dengan densitas tinggi) menghasilkan distribusi hidrokarbon yang luas dari
C1-C60. Berbagai macam hidrokarbon membatasi ukuran molekul yang dapat memasuki struktur
pori katalis yang sempit. MCM-41 adalah katalis asam padat yang tersusun dengan struktur pori
mesopori (kisaran ukuran pori 1,5-30,0 nm) sedangkan katalis zeolit seperti zeolit ZSM-5 dan
zeolit Y adalah katalis asam padat mikroporous (kisaran ukuran pori 0,4-1,0 nm) dengan struktur
cincin yang ditentukan[9]. Oleh karena itu, penggunaan katalis zeolit mikropori membatasi
kisaran hidrokarbon dengan berat molekul lebih tinggi yang berasal dari pirolisis plastik yang
dapat masuk ke pori-pori katalis untuk reaksi. Escola dkk [10] dan Serrano dkk [9] telah
mengusulkan penggunaan gabungan dari sifat mikropori dan mesopori katalis dalam struktur
katalis hirarkis untuk memaksimalkan konversi produk pirolisis plastik untuk menurunkan berat
molekul bahan bakar hidrokarbon dan bahan kimia. Perlu juga dicatat bahwa keasaman katalis
berperan besar dalam aktivitas katalis untuk konversi gas pirolisis plastik, keasaman katalis yang
lebih tinggi menghasilkan aktivitas katalitik yang lebih tinggi. Zeolit ZSM-5 dan MCM-41
adalah aluminosilikat dimana rasio silika : alumina dapat dimanipulasi untuk menghasilkan rasio
Si : Al dimana jumlah Al yang berbeda menggantikan Si dalam struktur kristal, dengan demikian
misalnya, menghasilkan rasio Si yang lebih rendah : Al yang memiliki keasaman permukaan
lebih tinggi dan dengan demikian meningkatkan aktivitas katalis.

Ada beberapa studi dalam literatur yang melaporkan kinerja katalitik zeolit mikropori
seperti ZSM-5 dan zeolit Y dan katalis aluminosilikat MCM-41 mesopori untuk pirolisis katalitik
limbah plastik. Uemichi, dkk. [11] melaporkan pirolisis katalitik polietilen dengan katalis
HZSM-5 dan menunjukkan bahwa katalis menaikkan pembentukan fraksi hidrokarbon setaraf
bensin yang terdiri dari isoalkana dan senyawa aromatik dari degradasi polietilen dalam sistem
reactor bed aliran tetap pada suhu pirolisis 526 °C dan suhu katalis 450 °C. Endapan kokas pada
pori-pori MCM-41 lebih sedikit dibandingkan pada pori zeolit HY. Ketika katalis zeolit HY
dimasukkan untuk degradasi katalitik polietilen, terjadi penurunan tajam produk minyak dan
pori-pori zeolit HY terhalang oleh pembentukan kokas [11]. Gaca dkk. [12] melaporkan bahwa
modifikasi MCM-41 dan HZSM-5 mampu menurunkan suhu degradasi HDPE serta
mempengaruhi distribusi produk yang terbentuk dari proses pemecahan. Produk cair sebagian
besar didistribusikan dalam fraksi kisaran bensin (C6-C12) dan terutama terdiri dari hidrokarbon
alifatik (alkana dan alkena). Di sisi lain, degradasi pada HZSM-5 menghasilkan hidrokarbon
ringan (C3-C4) sebesar 50 wt.% dan didominasi oleh senyawa aromatik [12]. Lin dkk [13]
menggunakan reaktor bed terfluidisasi untuk mempelajari pemecahan katalitik polietilen densitas
tinggi dengan beberapa katalis berbeda, HZSM-5, SiO 2-Al2O3 dan MCM-41, dan campuran
MCM-41/HZSM-5 dan SiO2-Al2O3/ HZSM-5. Katalis HZSM-5 menghasilkan hidrokarbon yang
lebih ringan. Juga ketika HZSM-5 dicampur dengan katalis MCM-41 atau SiO2-Al2O3 dengan
lebih sedikit gas menghasilkan lebih banyak hidrokarbon bensin. Katalis MCM-41 dengan
mesopori yang lebih besar dan katalis SiO 2-Al2O3 dengan situs asam yang lebih lemah
menghasilkan lebih banyak alkena dan hidrokarbon C 3-C7 yang paling besar. Namun, katalis
MCM-41 dan SiO2-Al2O3 menghasilkan pembentukan katalis kokas yang lebih tinggi.

Aguado dkk. [14] menggunakan reaktor katalisis pirolisis dua tahap untuk memproses
polietilen menggunakan katalis zeolit HZSM-5 dan MCM-41 pada suhu antara 425-475 °C.
Dengan tidak adanya katalis, produk minyak (75 wt.%) terdiri dari alkana dan alkena, tetapi
dengan katalis HZSM-5, yield minyak menurun dan yield gas meningkat menjadi 73,5 wt%.
Minyak yang terdiri dari senyawa alifatik aromatik dan bercabang dengan nomor karbon berkisar
antara C5-C12. Penggunaan katalis MCM-41 yang terstruktur menghasilkan yield minyak yang
lebih tinggi, 34 – 42 wt.%, tergantung pada suhu katalis, dan yield gas yang lebih rendah (54 –
58 wt.%). Kandungan aromatik dari minyak produk lebih rendah daripada yang diproduksi
dengan katalis HZSM-5, yang dikaitkan dengan keasaman katalitik yang lebih rendah.

Tujuan utama dari banyak penelitian yang dipublikasikan tentang pirolisis katalitik
limbah plastik adalah untuk menghasilkan bahan bakar minyak berkualitas tinggi dengan yield
tinggi dari berbagai hidrokarbon bensin. Hidrokarbon setaraf bensin adalah hidrokarbon dalam
kisaran C5-C12 dengan konsentrasi fraksi C13+ yang rendah. Diperlukan juga penelitian angka
oktan (RON) lebih dari 90 dengan kandungan aromatik yang rendah. Diperlukan juga penelitian
angka oktan (RON) lebih dari 90 dengan kandungan aromatik yang rendah. RON adalah
peringkat ketahanan bahan bakar terhadap ketukan atau pra-pengapian di bawah kompresi.
Wagner dkk. [15] mencatat persyaratan saat ini untuk bensin di Uni Eropa adalah Research
Octane Number (RON) minimum 95, dengan kandungan alkena maksimum 18% v/v, aromatik
35% v/v, dan benzena 1% v/v [ 15]. Buekens dan Huang [16] telah merinci parameter
hidrokarbon setaraf bensin. Kualitas bensin biasanya diukur dari segi volatilitas dan angka oktan
hidrokarbon. Hidrokarbon yang sesuai untuk memperoleh volatilitas yang memadai untuk
kelancaran pengoperasian mesin pengapian busi berada dalam kisaran C 5-C8; beberapa C9 ke atas
dapat ditambahkan menurut iklim dan musim. Selain itu, bahan bakar dengan angka oktan lebih
tinggi lebih disukai [16].

Makalah ini melaporkan pirolisis katalitik limbah plastik dalam bentuk polietilen densitas
tinggi dalam sistem katalisis pirolisis dua tahap. Pirolisis plastik dilakukan pada reaktor pertama
dan katalisis menggunakan katalis asam padat pada tahap kedua. Pengaruh penggunaan katalis
MCM-41, dan zeolit ZSM-5 terhadap yield dan komposisi gas dan minyak turunan telah
diselidiki. Selain itu, pengaruh pementasan campuran berlapis MCM-41 dengan struktur
mesopori diikuti oleh zeolit ZSM-5 pada komposisi minyak dan gas juga diteliti. Tujuan dari
tahapan katalisis adalah untuk secara katalitik memecahkan hidrokarbon dengan berat molekul
lebih tinggi yang dihasilkan dari pirolisis HDPE untuk menurunkan berat molekul hidrokarbon
dengan melalui katalis MCM-41 yang kemudian dapat lebih mudah memasuki struktur
mikropori dari katalis zeolit ZSM-5.

2. Bahan dan metode

2.1 Bahan

Polietilen densitas tinggi (bola 5 mm) dipasok dari Good Fellow Ltd., Cambridge, Inggris
Raya dan digunakan tanpa perawatan lebih lanjut. Sampel limbah plastik dunia nyata diperoleh
dari berbagai sektor industri dan diselidiki menggunakan katalisis pirolisis bertahap untuk
menentukan yield hidrokarbon setaraf bensin. Sampel dunia nyata adalah, plastik limbah
pertanian (AW), plastik rekonstruksi bangunan (BR), plastik wadah air mineral (MWC), plastik
limbah kemasan makanan rumah tangga (HFP), semuanya sebagai sampel serpihan dengan
ukuran sampel ~5 mm. Katalis (bola ~1-2 mm) dalam bentuk zeolit ZSM-5 dan MCM-41
diperoleh dari Pabrik Katalis Universitas Nankai, Cina. Tabel 1 menunjukkan sifat katalis.

2.2. Reaktor percobaan

Sistem reaktor percobaan katalisis pirolisis terdiri dari reaktor bed tetap dua tahap dengan
kondensor minyak dan kantong sampel pengumpul gas (Gambar 1). Serrano dkk [9]
mengemukakan bahwa pemecahan termal dua tahap yang diikuti dengan sistem pemecahan
katalitik memiliki banyak keuntungan dalam hal pengoptimalan produksi bahan bakar cair.
Misalnya, pemecahan termal menghasilkan hidrokarbon yang berevolusi yang meningkatkan
interaksi perpindahan massa dengan katalis pada tahap kedua, juga setiap kontaminan tertahan
dalam pirolisis tahap pertama dan akhirnya tahapan pemisahan memungkinkan kemudahan
pemulihan dan daur ulang katalis. Reaktor katalisis pirolisis dibuat dari baja tahan karat dengan

dimensi panjang 358 mm dan diameter dalam 20 mm. Reaktor dibagi menjadi dua bagian yang
dipanaskan terpisah yang terdiri dari zona dipanaskan pirolisis dan zona dipanaskan katalis yang
dipanaskan oleh tungku listrik yang dikontrol dan dimonitor secara terpisah. Bagian katalitik
berisi jaring baja tahan karat yang menopang wol kuarsa tempat katalis diisikan. Ketika
campuran katalis MCM-41 dan ZSM-5 digunakan, katalis MCM-41 ditempatkan sebelum katalis
ZSM-5 sebagai lapisan atas dan bawah masing-masing (Gambar 1). Kedua katalis dipisahkan
oleh lapisan wol kuarsa 5 mm. Dengan demikian, gas yang dihasilkan dari pirolisis plastik pada
reaktor pirolisis tahap pertama dilewatkan melalui bed katalis MCM-41 dan kemudian melalui
bed katalis zeolit ZSWM-5. Massa total katalis selalu 4 g dan rasio MCM-41 dengan zeolit
ZSM-5 diubah untuk memberikan rasio yang diperlukan sambil senantiasa mempertahankan
massa katalis 4 g. Wadah baja tahan karat dengan panjang 75 mm dan diameter 17 mm
digunakan untuk menampung sampel plastik pada bagian pirolisis. Wadah digantung di dalam
reaktor pirolisis. Pirolisis plastik (2 g) dilakukan pada tahap pertama, pemanasan plastik pada 10
°C min-1 dari suhu kamar sampai 500 °C. Volatil pirolisis yang telah berubah diteruskan
langsung ke reaktor tahap kedua berisi 4 g katalis yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditahan
pada suhu 500 °C. Nitrogen digunakan sebagai gas pembawa untuk memberikan atmosfer inert
dan membawa produk gas melalui reaktor. Rasio plastik terhadap katalis dipertahankan pada 1:2.
Tiga kondensor yang dikelilingi oleh es kering padat digunakan untuk mengumpulkan produk
cairan yang dapat terkondensasi. Sistem kondensor dihubungkan ke kantong sampel gas
Tedlar™ untuk mengumpulkan gas yang tidak dapat dikondensasi. Setelah percobaan, kondensor
segera ditutup untuk mencegah penguapan produk yang sangat mudah menguap dan ditimbang
untuk menentukan total yield minyak. Eksperimen dilakukan dalam rangkap dan menunjukkan
penutupan massal yang baik. Eksperimen dilakukan dalam rangkap dan menunjukkan penutupan
massa yang baik. Penutupan massa diperoleh dengan menimbang krus sampel, katalis dan
kondensor sebelum dan sesudah percobaan. Massa gas dihitung dari data kromatografi gas dan
aliran gas yang berkaitan dengan laju aliran gas pembersih nitrogen dan konsentrasi gas dalam
kantong sampel gas. Faktanya, ada massa residu padat yang tersisa dalam wadah sampel setelah
pirolisis dan ada massa deposisi kokas pada katalis yang dapat diabaikan.
Minyak dianalisis menggunakan kromatografi gas Varian CP3800 yang digabungkan
dengan spektrometer massa Varian Saturn 2200 GC-MS yang berfungsi untuk mengidentifikasi
senyawa yang ada dalam minyak. Kolom GC adalah kolom kapiler DB-5 30m × 0,25μm dan
detektor MS perangkap ion. Juga, minyak dianalisis secara terpisah menggunakan instrumen
Varian 430 GC dengan kolom ZB-I dan FID (GC-FID) untuk penghitungan rinci hidrokarbon
aromatik. GC-MS dan GC-FID menghasilkan data untuk hidrokarbon alifatik dan aromatik
individual yang memungkinkan klasifikasi minyak berdasarkan kisaran bahan bakar bensinnya
(C8-C12) dan kandungan hidrokarbon dengan berat molekul tinggi (C 13+). Data yang disajikan
didasarkan pada luas puncak yang dikalibrasi dalam hal faktor respons untuk campuran standar
n-alkana dari C8-C40 dan 20 senyawa aromatik. Produk gas dalam kantong sampel gas dianalisis
dengan gas kromatografi (GC) di akhir setiap percobaan. Analisis gas permanen dilakukan
menggunakan Varian CP3380 GC dengan kolom ayakan molekuler dan deteksi penangkapan
elektron serta gas hidrokarbon dari C1 sampai C4 dianalisis menggunakan Varian CP-3380 GC
terpisah dengan kolom HayeSep dan deteksi sinar ionisasi.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pirolisis polietilen densitas tinggi dengan katalisis bertahap

MCM-41 mesopori dan katalis zeolit ZSM-5 mikropori digunakan untuk menghasilkan
minyak yang kaya akan hidrokarbon setaraf bensin (C8-C16) dari katalisis pirolisis polietilen
densitas tinggi (HDPE). Tujuan menggunakan dua katalis yang ditunjukkan satu demi satu
secara berlapis adalah; pertama, untuk menginduksi pra-pemecahan molekul besar HDPE murni
yang dihasilkan dari pirolisis menjadi molekul yang lebih kecil melalui mesopori yang lebih
besar dari katalis MCM-41; kedua, fraksi kecil yang dihasilkan dari lapisan katalis MCM-41
kemudian dapat memasuki mikropori yang lebih kecil dari katalis ZSM-5 untuk pemecahan lebih
lanjut, terutama ke dalam fraksi hidrokarbon setaraf bensin [17].

3.1.1. Yield Produk

Pemecahan katalitik HDPE murni pada urutan katalis bertahap MCM-41 diikuti oleh
katalis ZSM-5 diperiksa dalam reaktor katalisis pirolisis dua tahap. Perbandingan bahan baku
plastic : katalis yang digunakan adalah 1 : 2. Rasio yang berbeda dari MCM-41 dengan ZSM-5
diperiksa, menjadi 1 : 1, 3 : 1 dan 7 : 1. Yield produk yang diperoleh disajikan pada Gambar 2.
Selain itu, disajikan pula hasil dengan MCM-41 dan zeolit ZSM-5 sendiri dari katalisis pirolisis
polietilen densitas tinggi disajikan sendiri. Kandungan produk gas yang tinggi diamati ketika
katalis zeolit ZSM-5 dimuat sendiri, sedangkan produk minyak dengan kandungan tinggi
diproduksi pada katalis MCM41. Katalis MCM-41 memiliki rasio Si : Al jauh lebih rendah
dibandingkan katalis zeolit ZSM-5; 4 dibandingkan dengan 20. Mengurangi rasio Si : Al
berfungsi untuk meningkatkan keasaman permukaan katalis dengan cara meningkatkan
konsentrasi aluminium. Keasaman katalis memberikan aktivitas katalitik sementara ukuran pori
memberikan selektivitas bentuk. Dengan mengubah rasio Si: Al, dimungkinkan untuk mengubah
jumlah situs asam. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja katalitik katalis ZSM-5, yang memiliki
jumlah situs asam yang lebih rendah meningkatkan produksi gas karena aktivitas yang tinggi
untuk pemotongan ikatan C-C, sedangkan keasaman MCM-41 sesuai untuk memecahkan
polietilen menjadi hidrokarbon cair. Temuan ini konsisten dengan penelitian lain, misalnya,
Sharratt dkk. [18] melaporkan kandungan hidrokarbon volatil yang tinggi, di mana lebih dari 90
wt.% dicapai dari pirolisis katalitik HDPE melalui HZSM-5 dalam reaktor bed terfluidisasi pada
suhu 360 °C. Hidrokarbon yang mudah menguap terutama mengandung produk gas dalam
kisaran hidrokarbon berbentuk gas C1-C4 (hingga 70 wt.%) dengan konsentrasi lebih rendah
(~25-30 wt.%) dari fraksi hidrokarbon bensin (C5-C9). Manos dkk. [19] melaporkan bahwa
selektivitas cairan katalis zeolit ZSM-5 hanya 39% dan karenanya kandungan gas yang tinggi
dicapai dengan proporsi cairan yang lebih rendah.

Selain itu, Aguado dkk. mengamati bahwa produk cair merupakan produk utama yang
diperoleh dari degradasi katalitik HDPE melalui MCM-41 (65,2 wt.%), sebaliknya, pemecahan
HDPE pada ZSM-5 menyebabkan tingginya jumlah produksi gas hidrokarbon [20].

Produk minyak yang diperoleh dari pirolisis katalitik HDPE murni dengan rasio yang
berbeda dari MCM41 : zeolit ZSM-5 hanya menunjukkan perbedaan kecil dalam yield gas dan
minyak sehubungan dengan perbedaan rasio katalis MCM41 : ZSM-5 yang digunakan.
Peningkatan kecil dalam yield minyak dan penurunan yield gas disarankan ketika peningkatan
jumlah katalis MCM-41 dimasukkan ke dalam campuran katalis. Namun, seperti yang akan
dilihat di Bagian, 3.1.2. dan 3.1.3., terdapat perbedaan yang signifikan dalam komposisi produk
gas dan minyak sehubungan dengan perbedaan rasio katalis MCM-41: ZSM-5 yang digunakan.

3.1.2. Komposisi Gas


Gambar 3 menunjukkan konsentrasi gas produk yang dihasilkan dari katalisis pirolisis
HDPE dalam kaitannya dengan MCM-41 dan zeolit ZSM-5 saja dan juga dengan katalisis
bertahap menggunakan rasio yang berbeda dari MCM-41 : zeolit ZSM-5. Data yang ditunjukkan
pada Gambar 3 adalah wt.% yang dinormalisasi massa masing-masing gas berdasarkan data
yield wt.% yang ditunjukkan pada Gambar 2. Gas utama yang dihasilkan adalah gas C 2
(terutama etena), C3 (terutama propena), dan C4 (terutama butena dan butadiena). Persentase gas
C2 menurun dengan meningkatnya proporsi MCM-41, sedangkan gas C3-C4 meningkat dengan
meningkatnya kandungan MCM-41 pada katalis yang digunakan. Seperti disebutkan
sebelumnya, kinerja katalitik ZSM-5, dengan jumlah situs asam yang lebih rendah meningkatkan
produksi gas karena aktivitas yang tinggi untuk pemisahan ikatan C-C, sementara keasaman
MCM-41 sesuai untuk memecahkan polietilen menjadi hidrokarbon cair. Perbandingan data
komposisi gas untuk katalis MCM-41 dan zeolit ZSM5 menunjukkan bahwa komposisi tidak
persis seperti yang diharapkan berdasarkan komposisi gas yang ditemukan baik dengan MCM-41
atau zeolit ZSM-5 saja. Ini mungkin karena kesalahan eksperimental.

Sharratt dkk. [18], meneliti pengaruh katalis HZSM-5 dengan volume mikropori kecil
pada pirolisis katalitik HDPE. Mereka melaporkan kandungan gas C 2 dan C3 yang lebih tinggi,
masing-masing pada 3,13 wt.% dan 29,1 wt.%, dibandingkan dengan gas yang dihasilkan
melalui katalis silika di mana diperoleh gas C 2 0,6 wt.% dan C3 14,0 wt.%. Gobin dkk. [21]
mengemukakan bahwa pirolisis katalitik dari HDPE pada ZSM-5 menghambat pembuatan
kokas. Ali dkk. [22] juga menemukan bahwa ZSM-5 menyebabkan distribusi produk gas fraksi
gas C1-C4 (72,6 wt.%) dari degradasi HDPE pada suhu 360 °C dalam reaktor bed terfluidisasi.
Penemuan ini juga mendukung pekerjaan Elordi dkk. [23] yang menyimpulkan bahwa katalis
HZSM-5 berkontribusi pada pembentukan gas ringan (C 1-C4). Mereka melaporkan bahwa 61 wt.
% gas C1-C4 diperoleh dari pirolisis katalitik dari HDPE dalam reaktor bed berbentuk kerucut
pada suhu 500 °C.

Kontribusi MCM-41 untuk produksi gas hidrokarbon sesuai dengan laporan Aguado dkk.
[20]. Mereka mengamati lebih dari 50 wt.% produk berada dalam hidrokarbon berkisar dari C5
hingga C12 dari pemecahan katalitik HDPE melalui MCM-41, sedangkan 40 wt.% dalam kisaran
dari C2 hingga C4 melalui ZSM-5. Seddegi dkk. [24] memperoleh kandungan hidrokarbon C4-C8
yang lebih tinggi fraksi dari degradasi katalitik HDPE melalui MCM-41, pada suhu 450 °C
dalam reaktor batch kaca, yang sesuai dengan hasil penelitian ini. Hasilnya menunjukkan peran
struktur pori MCM-41 dalam mekanisme pemecahan, dengan katalis memiliki diameter pori
yang kecil memberikan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan katalis dengan diameter
pori yang lebih besar. Dibandingkan dengan reaksi pemecahan termal, struktur pori MCM-41
berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas yang terjadi selama pemecahan katalitik, yang juga
dikenal sebagai mekanisme radikal bebas [24].

Gambar 3 menunjukkan penurunan jumlah gas C2-C4 dari katalisis pirolisis HDPE untuk
rasio MCM-41: ZSM-5 pada 7: 1 sesuai dengan proporsi ZSM-5 yang lebih rendah dalam rasio,
dimana sesuai dengan literatur [19]. Manos dkk. [19] menunjukkan bahwa fraksi gas ringan
adalah produk utama ZSM-5. Semakin tinggi rasio katalis ZSM-5 yang dimuat maka semakin
tinggi jumlah fraksi gas ringan yang diperoleh.

3.1.3. Komposisi Minyak Produk

Kualitas produk cair yang berasal dari katalis pirolisis HDPE menggunakan katalis
bertahap dievaluasi dalam hal kandungan hidrokarbon setaraf bensin. Yield produk dalam
kaitannya dengan perbedaan rasio katalis bertingkat MCM-41 : zeolit ZSM-5 pada Gambar 2
menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan dalam rendemen produk minyak dan gas dengan
rasio tahapan katalis yang berbeda. Namun, komposisi minyak sangat dipengaruhi oleh
perbedaan rasio katalis bertahap MCM-41 dan zeolit ZSM-5 dan hasilnya ditunjukkan pada
Gambar 4. Minyak yang dihasilkan dari pirolisis katalitik menggunakan katalis MCM-41
sebagian besar adalah alifatik, sebaliknya dengan menggunakan katalis zeolit ZSM5 sebagian
besar dihasilkan minyak aromatik.

Gambar 4 juga menunjukkan bahwa kandungan aromatik pada minyak produk menurun
seiring dengan meningkatnya proporsi MCM-41, mengikuti urutan 1:1>3:1> 7:1. Oleh karena
itu, MCM-41 dapat digunakan bersama dengan zeolit ZSM-5 untuk mengoptimalkan jumlah
senyawa aromatik yang dihasilkan di minyak produk untuk memenuhi kandungan aromatik
tertentu dari bahan bakar komersial [15, 16]. Hasil ini mendukung hasil Garcia dkk. [25] yang
menyimpulkan bahwa kandungan senyawa aromatik yang tinggi diperoleh dari pirolisis katalitik
HDPE melalui katalis hibrida ZSM-5/MCM-41 dibandingkan dengan degradasi menggunakan
katalis HZSM-5 murni.
Gambar 5 menunjukkan pengaruh rasio katalis MCM-41 terhadap zeolit ZSM-5 untuk
katalis pirolisis HDPE menggunakan katalisis bertahap pada rasio katalis berbeda dalam
kaitannya dengan hidrokarbon setaraf bensin yaitu C8-C12 dan hidrokarbon dengan berat molekul
lebih tinggi, yaitu C13+. Dapat dilihat bahwa penggunaan katalis ZSM-5 saja menyebabkan
sejumlah besar hidrokarbon setaraf bensin, sedangkan penggunaan katalis MCM-41 saja
menyebabkan hidrokarbon dengan berat molekul tinggi. Temuan penelitian oleh Sharratt dkk.
[18] juga menunjuk pada produksi fraksi hidrokarbon setarf bensin sebagai produk utama
pirolisis katalitik HDPE melalui HZSM-5. Mereka mengamati bahwa lebih dari 65 wt.% fraksi
hidrokarbon setarf bensin diperoleh dari pirolisis katalitik HDPE melalui HZSM-5 dalam kisaran
suhu dari 360 °C hingga 430 °C. Manos dkk. [19] menyelidiki pirolisis katalitik HDPE melalui
ZSM-5 dan melaporkan produksi fraksi hidrokarbon ringan, dengan kurang dari 2% hidrokarbon
di atas C10, karena sifat selektivitas ZSM-5. Aguado dkk. [26] menyimpulkan bahwa katalis
MCM-41 menyebabkan pembentukan fraksi hidrokarbon C13-C40. Degradasi katalitik HDPE
melalui MCM-41 menghasilkan 12,8 wt.% fraksi molekul tinggi dalam kisaran dari C13 hingga
C40. Dibandingkan dengan kinerja MCM-41, operasi degradasi katalitik pada ZSM-5 hanya
diperoleh 1,6 wt.% hidrokarbon dengan berat molekul tinggi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, produk cair utama terdiri dari
hidrokarbon dalam fraksi hidrokarbon setarf bensin C8-C12 ketika MCM-41 dan ZSM-5 dimuat
sebagai dua lapisan terpisah. Temuan ini menyoroti katalis MCM-41 dengan luas permukaan
yang lebih tinggi dan volume pori yang lebih besar berkontribusi pada pemecahan senyawa
hidrokarbon yang lebih besar yang dihasilkan dari pirolisis polietilen berdensitas tinggi menjadi
molekul kecil yang kemudian dapat masuk ke pori-pori katalis ZSM-5 untuk mengubah reaksi.
ZSM-5 mengubah fraksi yang dihasilkan dari lapisan katalis MCM-41 menjadi fraksi
hidrokarbon setaraf bensin.

Urutan fraksi hidrokarbon setaraf bensin tertinggi yang diperoleh dari rasio MCM-41 :
ZSM-5 rasionya adalah 1: 1> 3: 1> 7: 1. Ketika sebagian besar katalis MCM-41 dimasukkan ke
tahap katalitik kedua dari reaktor bed tetap, fraksi berat molekul tinggi dari produk minyak
meningkat. Akibatnya, fraksi hidrokarbon setaraf bensin cukup menurun.

3.2 Pirolisis limbah plastik dunia nyata dengan pirolisis bertahap


Hasil pirolisis HDPE menggunakan katalisis bertahap MCM-41 dan zeolit ZSM5
diselidiki lebih lanjut menggunakan beberapa limbah plastik 'dunia nyata' yang dihasilkan dari
berbagai sektor industri. Sampel limbah plastik tersebut adalah, plastik limbah pertanian (AW),
plastik rekonstruksi bangunan (BR), plastik wadah air mineral (MWC) dan plastik limbah
kemasan makanan rumah tangga (HFP). Lebih dari separuh plastik yang digunakan dalam
industri pertanian adalah polietilen densitas rendah (65%), polivinil klorida (23%) dan plastik
lain dengan konsentrasi lebih rendah. Limbah botol air mineral sebagian besar terdiri dari
polietilen tereftalat, tetapi juga polietilen dengan kepadatan tinggi. Polimer plastik yang dominan
dalam aliran limbah bangunan dan konstruksi adalah polivinil klorida, poliuretan, dan polietilen.
Berbagai macam plastik yang digunakan dalam kemasan makanan rumah tangga termasuk,
polietilen, polipropilen, dan polietilen tereftalat.

Pada bagian ini dilakukan pirolisis limbah plastik dengan tahapan rasio katalisis MCM-
41 dan zeolit ZSM-5 1 : 1 dengan temperatur katalis 500 °C.

3.2.1 Yield produk

Gambar 6 menyajikan yield produk yang diperoleh dari pirolisis katalitik sampel limbah
plastic dari limbah pertanian (AW), wadah air mineral (MWC), rekonstruksi bangunan (BR), dan
limbah kemasan makanan rumah tangga (HFP). Distribusi yield produk sampel limbah plastik
menunjukkan perbedaan reaktivitas komponen limbah plastik tertentu. Keseimbangan massa
keseluruhan untuk percobaan menunjukkan bahwa penutupan massa yang sangat baik telah
dicapai.

Kinerja katalitik gabungan bertahap dari MCM-41 dan ZSM-5 efektif untuk mendapatkan
hasil minyak yang lebih tinggi daripada produk gas dari degradasi limbah pertanian (AW),
wadah air mineral (MWC), rekonstruksi bangunan (BR), dan limbah kemasan makanan rumah
tangga (HFP). Selain itu, yield minyak yang berasal dari pirolisis katalitik sampel limbah plastik
lebih rendah dibandingkan dengan pirolisis katalitik HDPE murni. Urutan yield produk minyak
yang diperoleh berdasarkan sampel limbah plastik sebelumnya yaitu AW> HFP> MWC> BR.
Yield minyak dan gas hasil pirolisis katalitik sampel limbah plastik sebanding dengan yang
ditemukan untuk polietilen, yang mencerminkan dominasi polietilen dalam sampel limbah
plastik. Namun, sampel limbah plastik juga menghasilkan arang, yang menunjukkan kandungan
PET dalam campuran limbah plastik.
3.2.2 Gas produk

Gambar 7 menunjukkan konsentrasi gas produk hasil pirolisis katalitik sampel limbah
plastik yaitu limbah pertanian (AW), wadah air mineral (MWC), rekonstruksi bangunan (BR),
dan limbah kemasan makanan rumah tangga (HFP). Data yang ditunjukkan pada Gambar 7
adalah wt.% massa gas individu yang dinormalisasi berdasarkan wt.% data yield yang
ditunjukkan pada Gambar 6. Gas utama yang dihasilkan selama pirolisis katalitik sampel limbah
plastik adalah gas C2 (terutama etena dengan konsentrasi etana lebih rendah), C3 (terutama
propena), dan C4 (terutama butena dan butadiena). Gas C2, C3 dan C4 yang dihasilkan dari AW,
BR dan HFP hampir sama dengan yang dihasilkan dari polietilen murni. Hal ini kemungkinan
besar disebabkan oleh tingginya kandungan polietilen dalam sampel limbah tersebut. Namun,
sampel MWC menghasilkan kandungan arang yang lebih tinggi kemungkinan karena kandungan
polietilen tereftalat yang tinggi. Serrano dkk. [27] meneliti degradasi katalitik dari campuran
polialkena yang mengandung 46,5 wt.% polietilen densitas rendah, 25 wt.% polietilen densitas
tinggi, dan 28,5 wt.% polipropilen pada katalis HZSM-5 dan MCM-41 pada suhu dari 400 ° C
dalam reaktor batch. Produk gas yang diperoleh sebagian besar merupakan gas alkena karena
polietilen merupakan komponen utama dalam campuran bahan baku. Miskolczi dkk. [28] juga
melaporkan kinerja katalitik serupa untuk HZSM-5 untuk degradasi kemasan plastik (90 wt.%
HDPE dan 10 wt.% PS) dan HDPE murni. Produk gas untuk kedua percobaan didominasi oleh
gas alkena dalam kisaran dari C2 hingga C4.

3.2.3 Komposisi Minyak Produk

Kualitas produk cair dievaluasi dari segi aromatik dan kandungan hidrokarbon alifatik.
Gambar 8 menunjukkan komposisi minyak produk hasil pirolisis katalitik dari sampel limbah
plastik ditinjau dalam kandungan aromatik dan alifatik dibandingkan dengan hasil menggunakan
polietilen densitas tinggi. Wadah air mineral (MWC) dan limbah kemasan makanan rumah
tangga (HFP) menghasilkan minyak dengan kandungan aromatik yang ditandai dengan adanya
katalis zeolit MCM-41 dan ZSM-5, masing-masing 95,14 wt.% dan 88,74 wt.%. BR juga
menghasilkan senyawa aromatik dalam jumlah yang tinggi (64.97 wt.%). Pengecualiannya untuk
limbah pertanian yang menghasilkan kandungan senyawa alifatik yang tinggi dengan adanya
katalis bertahap (MCM-41 dan ZSM-5).
Gambar 9 menunjukkan pengaruh rasio katalis bertingkat pada hidrokarbon setaraf
bensin yang didefinisikan sebagai C8-C12 dan berat molekul tinggi, yaitu hidrokarbon C 13+.
Dengan memanfaatkan katalis ZSM-5 dan MCM-41 secara bertahap, sistem berlapis, produk
minyak cair sebagian besar didistribusikan dalam hidrokarbon setaraf bensin C 8-C12. Namun,
sejumlah besar fraksi hidrokarbon dengan berat molekul tinggi diamati untuk pirolisis katalitik
limbah pertanian. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa kontaminan dalam sampel AW
yang dapat disimpan di situs aktif katalis dan akibatnya mengurangi efisiensinya.

Serrano dkk. [27] juga melaporkan proporsi tinggi fraksi hidrokarbon setaraf bensin dari
pemecahan katalitik campuran polialkena yang didominasi oleh polietilen pada katalis HZSM-5,
sedangkan selektivitas terhadap hidrokarbon berat (C13-C30) dicapai melalui MCM-41. Demikian
pula, Miskolczi dkk. [28] melaporkan bahwa konsentrasi tinggi hidrokarbon setaraf bensin
diamati dari pemecahan katalitik polimer limbah yang mengandung sebagian besar polietilen
pada katalis zeolit HZSM-5. Miguel dkk. [29] juga menyimpulkan bahwa katalis zeolit HZSM-5
mengarah ke pembentukan produk hidrokarbon setaraf bensin (C5-C12), sedangkan katalis MCM-
41 meningkatkan produksi hidrokarbon yang lebih berat (C13).

Temuan keseluruhan menunjukkan bahwa sistem pirolisis katalitik dua tahap efektif
untuk produksi hidrokarbon setaraf bensin. Memperkenalkan MCM-41 dan ZSM-5 sebagai
katalis atas dan bawah dalam sistem bertahap meningkatkan hasil dan kualitas produk cair yang
tinggi. Ketika perbandingan MCM-41: ZSM-5 dari 1: 1 digunakan, minyak yang sangat aromatik
diproduksi yang terdiri dari 95,85 wt.% minyak dengan lebih dari 97 wt.% senyawa aromatik
dalam kisaran C5-C12. Minyak yang sangat aromatik akan bermasalah jika langsung sebagai
bahan bakar bensin, karena di dalam EU, sifat bensin ditentukan sebagai nomor oktan penelitian
(RON) lebih dari 95 dan dengan kandungan alkena maksimum 18% v/v, aromatik 35% v/v, dan
benzena 1% v/v [15]. Namun, minyak dengan kandungan aromatik tinggi yang dihasilkan dari
limbah plastik dapat dicampur dengan bahan baku minyak aromatik yang lebih rendah untuk
memenuhi karakteristik bensin sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi standar EU.
Menggabungkan MCM-41 dalam hubungannya dengan zeolit ZSM-5 pada rasio yang berbeda
dalam sistem katalis bertahap dapat digunakan untuk memanipulasi yield senyawa aromatik yang
dihasilkan dalam produk minyak, sehingga mencocokkan kandungan aromatik yang diperlukan
dari minyak dengan spesifikasi bahan bakar bensin.
4. Kesimpulan

Telah ditunjukkan bahwa penggunaan katalis zeolit MCM-41 dan ZSM-5 dalam sistem
berlapis bertahap untuk pirolisis katalitik dua tahap limbah plastik sangat efektif untuk
menghasilkan hidrokarbon setaraf bensin yang tinggi dalam minyak produk. Hasil yang paling
menguntungkan diamati ketika MCM-41 dan ZSM-5 digunakan pada rasio berat 1:1 dengan
rasio plastik bahan baku dan katalis 1:2. Gas utama yang dihasilkan selama pirolisis katalitik
plastik adalah gas C2 (terutama etena), C3 (terutama propena), dan C4 (terutama butena dan
butadiena). Produk minyak untuk pirolisis katalitik polietilen densitas tinggi mengandung yield
hidrokarbon setaraf bensin yang tinggi (C8-C12) mencapai yield 97,72 wt.% dengan kandungan
aromatik 95,85 wt.%.

5. Ucapan Terima Kasih

Penulis berterima kasih kepada Dana Wakaf Indonesia untuk Pendidikan dari
Kementerian Keuangan atas dukungan dana untuk penelitian ini. Proyek ini telah menerima dana
dari program penelitian dan inovasi European Union’s Horizon 2020 di bawah perjanjian hibah
Marie Sklodowski-Curie No. 643322 (FLEXI-PYROCAT).
6. Referensi

[1] P. Harshal, S.M. Lawankar, Waste Plastic Pyrolysis Oil Alternative Fuel for Cl Engine -
A Review. Res J. Eng. Sci. (2013), 26-34.
[2] PlasticsEurope, (2015). Plastics the facts 2014/2015. Plastics Europe, Brussels.
[3] PlasticsEurope, (2014). Plastics the facts 2014. Plastics Europe, Brussels.
[4] C. Velis. (2014), Global recycling markets - plastic waste: A story for one player -
China., I. International Solid Waste Association, Editor 2014, International Solid Waste
Association: Vienna.
[5] C. Delgado, L. Barruetabeña, O. Salas, O. Wolf. (2007) Assessment of the Environmental
Advantages and Drawbacks of Existing and Emerging Polymers Recovery Processes.
European Commission JRC, EUR 22939, Luxembourg.
[6] S. Kumar, A.K. Panda, R.K. Singh, A review on tertiary recycling of high density
polyethylene to fuel. Resource. Conserv. Recycl., 55 (2011) 893-910.
[7] S.M. Al-Salem, P. Lettieri, J. Baeyens, Recycling and recovery routes of plastic solid
waste (PSW): A review. Waste Manage. 29 (2009) 2625-2643.
[8] S.M. Al-Salem, P. Lettieri, J. Baeyens, The valorization of plastic solid waste (PSW) by
primary to quarernary routes: from re-use to energy and chemicals. Prog. Energ. Comb.
Sci 36 (2010) 103-129.
[9] D.P. Serrano, J. Aguado, J.M. Escola, Developing advanced catalysts for the conversion
of polyolefinic waste plastics into fuels and chemicals. ACS Catal. 2 (2012) 1924-1941.
[10] J.M. Escola, J. Aguado, D.P. Serrano, A. Garcia, A. Peral, L. Briones, R. Calvo, E.
Fernandez. Catalytic hydroreforming of the polyethylene thermal cracking oil over Ni
supported hierarchical zeolites and mesostructured aluminosilicates. Appl. Catal. B-
Environ. 106 (2011) 405-415.
[11] Y. Uemichi, M. Hattori, T. Itoh, J. Nakamura, M. Sugioka. Deactivation behaviours of
Zeolite and Silica−Alumina catalysts in the degradation of polyethylene. Ind. Eng. Chem.
Res. 37 (1998) 867-872.
[12] P. Gaca, M. Drzewiecka, W. Kaleta, H. Kozubek, K. Nowinska. Catalytic degradation of
polyethylene over mesoporous molecular sieve MCM-41 modified with heteropoly
compounds. Polish J. Environ. 17 (2009) 25-31.
[13] Y.H. Lin, M.H. Yang, T.F. Yeh, M.D. Ger. Catalytic degradation of high density
polyethylene over mesoporous and microporous catalysts in a fluidised-bed reactor.
Polym. Deg. Stabil. 86 (2004) 121-128.
[14] J. Aguado, D.P. Serrano, G. San Miguel, M. Castro, S. Madrid, Feedstock recycling of
polyethylene in a two-step thermo-catalytic reaction system. J. Anal. Appl. Pyrol. 79
(2007) 415-423.
[15] V. Wagner, R. Stahl, E. Olivares, M. Morgan, E. Foukes. EU: Fuels: Diesel and
Gasoline. [Online]. 2015. Available from; http://transportpolicy.net/index.php?
title=EU:_Fuels:_Diesel_and_Gasoline#Highway_Gasoli ne
[16] A.G. Buekens, H. Huang. Catalytic plastics cracking for recovery of gasoline-range
hydrocarbons from municipal plastic waste. Resour. Conserv. Recycl. 23 (1998) 163-181.
[17] P. Hudec. FCC Catalyst - Key Elements in Refinery Technology. In: 45th International
Petroleum Conference, 13 June 2011, Bratislava, Slovak Republic. 2011.
[18] P.N. Sharratt, Y.H. Lin, A.A., Garforth, J. Dwyer. Investigation of the catalytic pyrolysis
of high-density polyethylene over a HZSM-5 catalyst in a laboratory fluidized-bed
reactor. Ind. Eng. Chem. Res. 36 (1997) 5118-5124.
[19] G. Manos, A.A. Garforth, J. Dwyer. Catalytic degradation of high-density polyethylene
over different zeolitic structures. Ind. Eng. Chem. Res. 39 (2000) 1198-1202.
[20] J. Aguado, J.L Sotelo, D.P. Serrano, J.A. Calles, J.M. Escola, Catalytic conversion of
polyolefins into liquid fuels over MCM-41: Comparison with ZSM-5 and mmorphous
SiO2- Al2O3. Energ. Fuel. 11 (1997) 1225-1231.
[21] K. Gobin, G. Manos. Polymer degradation to fuels over microporous catalysts as a novel
tertiary plastic recycling method. Polym. Deg. Stabil. 83 (2004) 267-279.
[22] S. Ali, A.A. Garforth, D.H. Harris, D.J. Rawlence, Y. Uemichi, Polymer waste recycling
over "used" catalysts. Catal. Today 75 (2002) 247-255.
[23] G. Elordi, M. Olazar, G. Lopez, M. Amutio, M. Artetxe, R. Aguado, J. Bilbao. Catalytic
pyrolysis of HDPE in continuous mode over zeolite catalysts in a conical spouted bed
reactor. J. Anal. Appl. Pyrol. 85 (2009) 345-351.
[24] Z.S. Seddegi, U. Budrthumal, A.A. Al-Arfaj, A.M. Al-Amer, S.A.I. Barri. Catalytic
cracking of polyethylene over Al-Silica MCM-41 molecular sieve. Appl. Catal. A-Gen.
225 (2002) 167- 176.
[25] R.A. García, D.P. Serrano, D. Otero. Catalytic cracking of HDPE over hybrid zeolitic–
mesoporous materials. J. Anal. Appl. Pyrol. 74 (2005) 379-386.
[26] J. Aguado, D.P. Serrano, J.L. Sotelo, R.V., Grieken, J.M. Escola, J.M. Influence of the
operating variables on the catalytic conversion of a polyolefin mixture over HMCM-41
and nanosized HZSM-5. Ind. Eng. Chem. Res. 40 (2001) 5696-5704.
[27] D.P. Serrano, J. Aguado, J.M. Escola. Catalytic cracking of a polyolefin mixture over
different acid solid catalysts. Ind. Eng. Chem. Res. 39 (2000) 1177-1184.
[28] N. Miskolczi, L. Bartha, G. Deák, G. Thermal degradation of polyethylene and
polystyrene from the packaging industry over different catalysts into fuel-like feed
stocks. Polym. Degrad. Stabil. 91 (2006) 517-526.
[29] G.S. Miguel, D.P. Serrano, J. Aguado. Valorization of waste agricultural polyethylene
film by sequential pyrolysis and catalytic reforming. Ind. Eng. Chem. Res. 48 (2009)
8697-8703.
Gambar. 1. Diagram skematik reaktor bed tetap katalisis pirolisis dua tahap.
Gambar. 2. Yield produk dan keseimbangan massa untuk berbagai rasio katalis bertahap (1:1,
3:1, 7:1) zeolit MCM-41 dan ZSM-5 untuk pirolisis katalitik polietilen densitas tinggi.

Gambar. 3. Gas yang dihasilkan dari pirolisis katalitik polietilen densitas tinggi dengan tahapan
rasio katalis berbeda dari katalis zeolit MCM-41 dan ZSM-5.
Gambar. 4. Distribusi hidrokarbon alifatik dan aromatik untuk pirolisis katalitik polietilen
densitas tinggi dengan tahapan rasio katalis berbeda dari katalis zeolit MCM-41 dan ZSM-5.

Gambar. 5. Pengaruh rasio katalis bertahap yang berbeda pada distribusi setaraf bensin (C 8-C12)
dan hidrokarbon dengan berat molekul tinggi (C13+) dari pirolisis katalitik polietilen densitas
tinggi.
Gambar. 6. Yield produk dan keseimbangan massa katalitik pirolisis sampel limbah plastik: AW
(Limbah Pertanian), MWC (Wadah Air Mineral), BR (Rekonstruksi Bangunan), dan HFP
(Limbah Kemasan Makanan Rumah Tangga), (MB = Keseimbangan Massa).

Gambar. 7. Gas yang dihasilkan dari pirolisis katalitik sampel limbah plastik: AW (Limbah
Pertanian), MWC (Wadah Air Mineral), BR (Rekonstruksi Bangunan), dan HFP (Limbah
Kemasan Makanan Rumah Tangga).
Gambar. 8. Distribusi hidrokarbon alifatik dan aromatik daripirolisis katalitik limbah sampel
plastik: AW (Limbah Pertanian), MWC (Wadah Air Mineral), BR (Rekonstruksi Bangunan), dan
HFP (Limbah Kemasan Makanan Rumah Tangga).

Gambar. 9. Pengaruh perbedaan temperatur katalis terhadap distribusi setaraf bensin (C8-C12)
dan hidrokarbon dengan berat molekul tinggi (C13+) dari pengolahan sampel limbah plastik: AW
(Limbah Pertanian), MWC (Wadah Air Mineral), BR (Rekonstruksi Gedung), dan HFP (Limbah
Kemasan Makanan Rumah Tangga).
Tabel. 1. Sifat katalis yang digunakan.

Rasio Luas Permukaan BET Volume Pori (cm3g-1) Rata-rata Lebar Pori
Katalisator
Si:Al (m2g-1) Mikropori Mesopori (nm)
ZSM-5 20 266 0,23 0,12 5,2
MCM-41 4 799 0,38 0,33 3,95

Anda mungkin juga menyukai