Anda di halaman 1dari 6

Penurunan Kadar Metilen Biru Dalam Limbah Batik Sokaraja Menggunakan Teknologi Plasma dengan

dielectric barrier discharge.

Perkembangan industri batik di beberapa daerah di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang cukup
berarti sehingga menimbulkan dampak yang positif terhadap perekonomian masyarakat. Selain dampak
positif, kegiatan di bidang tekstil ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Penggunaan warna sintetis dalam industri batik sudah tidak dapat dihindari lagi, mengingat harganya
yang murah, warnanya lebih tahan lama, dan pilihan warna yang lebih beragam jika dibandingkan
dengan pewarna alami. Akan tetapi, pewarna sintetis memiliki sifat yang susah terurai di alam. Apalagi
umumnya industri batik ini banyak terdapat di daerah yang dekat dengan sungai, sehingga apabila
limbah yang dihasilkan dari proses produksi dibuang ke badan air, maka akan mengakibatkan terjadinya
perubahan kualitas air (Tuty, 2011).

Pertumbuhan industri batik membuat kemajuan yang signifikan di sejumlah daerah Indonesia saat ini,
yang membantu perekonomian lokal. Kegiatan di industri tekstil memiliki dampak positif dan negatif
terhadap lingkungan. Penggunaan warna sintesis dalam bisnis batik memang tidak bisa dipungkiri,
mengingat harganya yang murah, jenis yang lebih kuat, dan pilihan jenis yang lebih berbeda jika
dibandingkan dengan warna biasa. Meskipun demikian, pewarna sintesis memiliki sifat yang sulit terurai
di alam. Apalagi pada umumnya industri batik ini sebagian besar terdapat di daerah yang berada dekat
dengan aliran sungai, sehingga jika limbah yang dihasilkan dari proses produksi tersebut dibuang ke
badan air, maka akan menyebabkan perubahan kualitas air (Tuty, 2011).

Proses produksi pada industri batik dan tekstil seperti pengkanjian, proses penghilangan kanji,
proses pemutihan, pemasakan, maserasi, pencetakan, pewarnaan, dan proses penyempurnaan
semuanya menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari lingkungan karena keterbatasan
kemampuan lingkungan untuk mendegradasi polutan tersebut (Sugiharto, 1987). Senyawa zat
warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat terurai secara alami dengan adanya sinar
matahari. Namun, karena intensitas sinar ultraviolet (UV) yang sampai ke permukaan bumi relatif
rendah, sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada
fotodegradasi (Dae-Hee dkk., 1999 dan Al-kdasi, 2004). Limbah yang berbentuk cair yang dibuang
oleh industri akan mengalir melalui perairan sekitar pemukiman. Sehingga kualitas lingkungan
pada permukiman penduduk akan menjadi berkurang.

Menurut Hazmi dkk. (2017), teknologi plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD) dapat dimanfaatkan
untuk pengolahan limbah cair, padat, dan gas. Teknologi ini dapat mengurangi zat warna, Chemichal
Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) pada limbah cair tekstil sebesar 47,7%, 76,50%
dan 70,72% (Neryus Striugas dkk.,2020). Teknologi ini dapat mempersingkat waktu proses, mengurangi
bau, dan membutuhkan lahan yang lebih sedikit, sehingga metode pengolahan limbah ini lebih efisien.

Limbah batik mengandung zat warna rodamin B mencapai 0,344 ppm, metilen biru mencapai 0,179 ppm
dan metil orange mencapai 0,779 ppm. Kandungan warna tersebut melampaui baku mutu yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 yaitu dengan nilai baku mutu masing-
masing 0,1 ppm. Beberapa inovasi pengolahan air limbah dengan harga yang umumnya minimal
telah digunakan sebelumnya untuk menyelesaikan masalah air limbah warna yang direkayasa
seperti pengolahan fisikokimia (koagulasi, adsorpsi dengan C aktif, dan ultrafiltrasi) yang efektif
dalam menghilangkan zat warna dari proses produksi tekstil (Schrank et al., 2007). Selain itu,
adsorpsi dengan karbon aktif dari tempurung kelapa juga dapat menghilangkan pencemar warna
tersebut (Tuty, 2011),

Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses
pengkanjian, proses penghilangan kanji, pengelantangan, pemasakan, maserasi, pencetakan, pewarnaan
dan proses penyempurnaan dengan jumlah yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan, karena kemampuan lingkungan sangat terbatas untuk dapat mendegradasi bahan pencemar
tersebut (Sugiharto, 1987). Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami
dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat,
karena intensitas cahaya ultraviolet (UV) yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga
akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee dkk.,
1999 dan Al-kdasi, 2004). Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka aliran limbah tersebut
akan melalui perairan di sekitar pemukiman. Dengan demikian mutu lingkungan tempat tinggal
penduduk menjadi turun.

Limbah batik mengandung zat warna rodamin B mencapai 0,344 ppm, metilen biru mencapai 0,179 ppm
dan metil orange mencapai 0,779 ppm. Kandungan zat warna tersebut melebihi ambang batas yang
telah di atur dalam Peraturan Pemerintah dengan No. 82 tahun 2001 yaitu masing-masing 0,1 ppm.
Beberapa teknologi pengolahan air limbah dengan biaya yang relatif murah telah dilakukan sebelumnya
untuk mengatasi permasalahan air limbah pewarna sintetis seperti pengolahan secara fisikakimia
(koagulasi, adsorpsi dengan C aktif, dan ultrafiltrasi) dapat menghilangkan zat warna tekstil dengan
efektif (Schrank dkk., 2007). Adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif dari tempurung kelapa (Tuty,
2011), ataupun kombinasi filtrasi dan adsorpsi (Tuty dan Herni, 2009).

Beberapa penelitian mengenai pengolahan limbah POME telah dilakukan, dimana cara pengolahan yang
digunakan beraneka ragam. Alternatif untuk penanganan POME ini dapat dilakukan dengan
menggunakan metode teknologi plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD). Dengan memanfaatkan
teknologi plasma DBD mampu mengurangi kandungan kontaminan organik yang terdapat pada POME
sebelum dibuang ke lingkungan (Hazmi A dkk.,2017). Penelitian ini menggunakan teknologi plasma DBD
bertegangan tinggi untuk mengurangi kadar pencemaran dari POME.

Teknologi plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD) dapat digunakan untuk pengolahan limbah cair,
padat dan gas (Hazmi A dkk.,2017). Teknologi plasma DBD mampu menurunkan warna, Chemichal
Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended Solid (TSS) pada limbah cair tekstil sebesar 47.7%, 76.50%
dan 70.72% (Neryus Striugasdkk.,2020). Teknologi plasma DBD dapat mendegradasi kontaminan
senyawa berbahaya yang terdapat pada limbah tersebut. Proses ini lebih efektif dikarenakan
pengolahannya mengurangi lahan yang diperlukan, memperpendek waktu pengolahan dan mengurangi
bau.
Menurut Hazmi dkk. (2017), teknologi plasma Dielectric Barrier Discharge (DBD) dapat dimanfaatkan
untuk pengolahan limbah cair, padat, dan gas. Teknologi ini dapat mengurangi zat warna, Chemichal
Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS) pada limbah cair tekstil sebesar 47,7%, 76,50%
dan 70,72% (Neryus Striugas dkk.,2020). Teknologi ini dapat mempersingkat waktu proses, mengurangi
bau, dan membutuhkan lahan yang lebih sedikit, sehingga metode pengolahan limbah ini lebih efisien.

Pada saat penerapan plasma DBD pada POME maka akan menghasilkan spesies aktif seperti OH-
(hidroksida), H+ (hidrogen), O3 (ozon) dan H2O2 (hidrogen peroksida),(Xianhui Zhao dkk.,2020). Gas-gas
yang dihasilkan dari proses plasma DBD pada POME ini menghasilkan biogas yang terdiri dari gas
hidrogen, gas metangas karbon monoksida dan karbondioksida.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/19298-Article%20Text-63068-1-10-20210825.pdf

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

1) Seberapa besar pengaruh pengolahan dengan terknologi plasma terhadap penurunan kadar metilen
biru pada limbah batik Sokaraja?

2) Berapakah tegangan listrik yang optimal dalam menurunkan kadar metilen biru pada limbah batik
Sokaraja?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengetahui pengaruh pengolahan dengan teknologi plasma terhadap efisiensi removal konsentrasi
COD, kekeruhan, dan TSS pada limbah cair industri tahu.

2) Menetukan tegangan listrik yang optimal dalam menurunkan konsentrasi COD, kekeruhan, dan TSS
pada limbah cair industri tahu.

Teknologi plasma merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan
pada proses pengolahan limbah yang sudah ada. Plasma merupakan gas yang terionisasi dalam lucutan
listrik atau dapat didefinisikan sebagai percampuran dari elektron, radikal, ion positif dan negatif.
Pencampuran antara ion-ion yang bermuatan negatif dan positif memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda
dengan gas pada umumnya. Teknologi plasma dapat digunakan untuk mengolah limbah cair, padat
maupun gas. Teknologi ini tidak menggunakan bahan kimia serta tidak membutuhkan lahan yang luas.
Proses penguraian senyawa organik oleh plasma berlangsung cepat serta spesies aktif yang dihasilkan
(•OH, •O, •H, O3, dan H2O2) dapat bereaksi dengan senyawa organik yang terkandung di dalam air
limbah. Teknologi ini juga dapat mengoksidasi zat warna yang terkandung di dalam air limbah
(Tuhu,2006)
Teknologi plasma adalah salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan pada
proses pengolahan limbah yang sudah ada. Plasma merupakan gas yang terionisasi dalam lucutan listrik
atau dapat didefinisikan sebagai percampuran dari elektron, radikal, ion positif dan negatif. Sifat-sifat
campuran ion bermuatan positif dan negatif sangat berbeda dengan sifat-sifat gas pada umumnya.
Teknologi plasma dapat digunakan untuk mengolah limbah baik padat, cair, maupun gas. Pada
prosesnya, teknologi ini tidak membutuhkan bahan kimia dan tidak membutuhkan banyak lahan. Proses
penguraian senyawa organik oleh plasma berlangsung cepat serta spesies aktif yang dihasilkan (•OH,
•O, •H, O3, dan H2O2) dapat bereaksi dengan senyawa organik yang terkandung di dalam air limbah.
Teknologi ini juga dapat mengoksidasi zat warna yang terkandung di dalam air limbah

2.1. Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan air limbah dari industri batik di Desa Sokaraja Kulon. Air limbah ini berwarna
merah tua dengan pH air limbah sekitar 7,8, konsentrasi metilen biru dalam limbah sebesar 4,54 ppm,
sedangkan parameter pencemar lain yang terukur adalah COD sebesar 840 ppm, BOD sebesar 741,67
ppm, dan fenol 0,195 ppm. Semua bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kalium
iodida (KI, 99% berat), kalium klorida (KCl, 99,5% berat), natrium tiosulfat (Na2S2O3, 99% berat),
natrium hidroksida (NaOH, 96% berat), asam sulfat (H2SO4, 95–98% berat), dan asam klorida (HCl, 36–
38%). Kemurnian metanol dan diklorometana yang digunakan untuk kromatografi cair adalah HPLC
kadar (99,9% berat). Selain itu, aquades juga diperlukan untuk persiapan larutan.

metilen biru (CI. 52015, Merck), aquademin, buffer pospat, Fe2O3(Merck), H2O2 (Merck), Na2HPO4
(Merck), NaH2PO4 (Merck). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor UV ukuran 100
cm x 50 cm x 50 cm, lampu UV 9 W (Goldstar ; SNI :04-6504- 2001), magnetic stirer, kertas saring
Whatman 41, stopwatch, pH meter SI Analytics, sentrifuse, Spektrofotometer UVVis Shimadzu 1800,
timbangan merek Mettler PE 300l, alat-alat gelas.

2.2. Penentuan panjang gelombang maksimum larutan metilen biru

Larutan metilen biru 2 ppm diukur pada panjang gelombang 400 sampai 700 nm. Panjang gelombang
pada serapan maksimum digunakan untuk pengukuran dalam penelitian ini.

2.3. Penentuan kurva kalibrasi larutan standar metilen biru

Larutan metilen biru masing masing 0; 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; dan 5,5 ppm diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UVVis. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplotkan kurva hubungan antara konsentrasi
(x) dengan absorbansi (y).

Bahan

Biru metilen (98% berat), kalium iodida (KI, 99% berat), kalium klorida (KCl, 99,5% berat),

natrium tiosulfat (Na2S2O3, 99% berat), natrium hidroksida (NaOH, 96% berat), asam sulfat (H2SO4,

95–98% berat, dan asam klorida (HCl, 36–38% berat). Kemurnian metanol dan diklorometana yang
digunakan untuk kromatografi cair adalah HPLC
kadar (99,9% berat). Selain itu, aquades juga diperlukan untuk persiapan larutan.

Gambar 1 menunjukkan reaktor plasma DBD yang terdiri dari tangki kaca (diameter dalam: 60 mm;
tinggi: 100 mm), pelat diffuser berpori berbasis SiO2 (ukuran pori rata-rata: 15–30 µm; diameter: 45
mm; ketebalan:5 mm), dan plat stainless steel (diameter: 30 mm; tinggi: 3 mm) sebagai pentanahan dan
elektroda tegangan tinggi. Daya frekuensi tinggi (CTP-2000K, Nanjing Suman Electronics Co., Ltd.,
Nanjing, Tiongkok) digunakan untuk memasok tegangan tinggi ke reaktor plasma DBD. Frekuensi
keluaran daya generator dapat disesuaikan dari 1 hingga 100 kHz. Tegangan output dapat disesuaikan
hingga 30 kV menggunakan tegangan bolak-balik. Frekuensi tipikal, tegangan, dan arus yang diterapkan
pada reaktor plasma adalah 9,7 kHz, 6–8 kV, dan masing-masing sekitar 30–50 mA. Elektroda tegangan
tinggi dikelilingi oleh 45 manik-manik kaca (diameter: 4 mm) dan ditempatkan di bawah pelat diffuser
berpori. Elektroda tanah telah direndam dalam cairan. Jarak dari elektroda tegangan tinggi ke pelat
diffuser berpori adalah 4 mm.

Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi pengaruh berbagai faktor yaitu konsentrasi larutan awal
dan pH larutan awal degradasi MB menggunakan reaktor plasma. pH larutan awal dimodifikasi dengan
natrium hidroksida dan asam klorida. Konduktivitas larutan awal disesuaikan dengan kalium klorida.
Untuk setiap

percobaan batch, total volume sistem adalah 100 mL.

Selanjutnya larutan MB direaksikan dengan plasma selama 10 menit, dilanjutkan dengan ekstraksi

10 mL diklorometana untuk menganalisis penurunan kadar TOC. Campuran itu dirawat secara ultrasonik

30 menit, dan lapisan organik kemudian dianalisis.

Metode Analisis

Sampel diambil selama interval yang sama. Konsentrasi MB diukur menggunakan

Spektrofotometer UV-Visible Agilent Cary 60 (Santa Clara, CA, USA). Penyerapan karakteristik

panjang gelombang MB pada 664 nm diadopsi. Efisiensi degradasi MB η didefinisikan sebagai berikut:

dimana C0 adalah konsentrasi MB awal, dan Ct

adalah konsentrasi pada waktu t. pH larutan

diukur dengan pH meter (PHS-3E, INESA Scientific Instrument Co., Ltd., Shanghai, China). Itu
konduktivitas larutan diukur dengan pengukur konduktivitas (DDS-307A, INESA Scientific

Instrumen Co., Ltd., Shanghai, Cina).

COD dianalisis dengan penganalisa kualitas air multi-parameter 5B-6C (V8) (Teknologi Lianhua

Co., Ltd., Beijing, Cina). TOC diukur dengan TOC-VCPN analyzer (Shimadzu, Kyoto, Jepang).

Probe tegangan tinggi (P6015A) dan probe arus (TCP-0030A, Tektronix, Shanghai, China)

digunakan untuk mengukur tegangan (U) dan arus (I) masing-masing diterapkan pada reaktor DBD. Itu

respon waktu dan bandwidth probe arus dan probe tegangan adalah 7 ns, 120 MHz dan 4 ns,

75 MHz, masing-masing. Osiloskop digital (DPO 3052, Tektronix, Shanghai, China) digunakan untuk

merekam sinyal terdeteksi oleh dua probe. Daya pelepasan untuk reaktor dihitung dengan

persamaan berikut:

Hasil energi untuk degradasi MB dapat dihitung dengan persamaan berikut:

di mana C dan V masing-masing mewakili konsentrasi awal dan volume larutan MB (100 mL). η adalah

efisiensi degradasi pada waktu t, dan P adalah daya input.

spektrofotometer UVVis digunakan untuk menganalisis produk degradasi dengan perlakuan plasma.

Anda mungkin juga menyukai