PROPOSAL
Oleh :
Fauziah (0705171002)
ْضالَّ ِذي َع ِملُوالَ َعلَّهُ ْم ِ َّرِّو ْالبَحْ ِربِ َما َك َسبَ ْتأ َ ْي ِديالن
َ اسلِيُ ِذيقَهُ ْمبَع ْ ِظَهَ َر ْالفَ َسا ُدف
َ َيالب
َ يَرْ ِجع
ُون
Artinya : Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S
Ar-Ruum:41).
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditenmtukan oleh banyak faktor
yaitu zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasad renik
didalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat pencemaran
akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan
air ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis.
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan pencemar didalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan
1
semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk
terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Pencemaran lingkungan dalam bentuk apapun akan berdampak pada
kerusakan lingkungan dan kerugian bagi manusia maupun makhluk hidup
disekitarnya. Metode fotokatalis dinilai sebagi metode paling tepat untuk
penanganan pencemaran lingkungan akibat buangan limbah organik. Sebab,
metode fotokatalis tidak menimbulkan lumput (sludge) atau adsorbat seperti pada
koagulasi dan adsorben (Safni dkk, 2007).
Secara umum, fotokatalisis didefenisikan sebagai proses reaksi kimia yang
dibantu oleh cahaya dan material katalis (Arutanti dkk, 2008). Material katalis
yang umum digunakan dalama proses fotokatalis adalah TiO 2. Titanuim dioksida
(TiO2) merupakan material yang sudah diaplikasikan secara luas dalam berbagai
aspek. Pada dekade terakhir ini, TiO2 telah digunakan sebagai material anti
bakteri, dekomposisi air, degradasi metilen biru, dan masih banyak lagi aplikasi
lainnya. TiO2 merupakan semikonduktor yang memiliki fotoaktivasi dan stabilitas
kimia tinggi. TiO2 juga bersifat nontoksik, memiliki sifat redoks yaitu mampu
mengoksidasi polutan organik dan mereduksi sejumlah ion logam dalam larutan.
TiO2 juga memiliki sifat inert, stabil terhadap korosi yang disebabkan cahaya
ataupun bahan kimia (Hoffmann et al., 1995 ; Gupta et al ., 2011). TiO2 memiliki
3 struktur Kristal yaitu anatase, rutile dan brooket. Umumnya yang digunakan
dalam proses fotokatalius adalah TiO2 anatase. TiO2 anatase merupakan fase
Kristal yang paling reaktif terhadap cahaya (Diebold, 2003) dan memiliki energi
band gap yang lebih besar dibandingkan rutile, yaitu sebesar Eg 3,2 eV sedangkan
rutile 3,1 eV (Palupi, 2006).
Proses fotokatalis terjadi ketika semikonduktor dikenai cahaya yang
memiliki energi sama atau lebih besar dari energi band gap, akibatnya terjadi
proses eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi. Hal ini menyebabkan
terjadinay hole (h+) pada pita valensi dan elektron (e-) pada pita konduksi (Stamate
dan Lazar,2007). Di dalam alquran surah an-nur ayat 35 dijelaskan bahwa cahaya
diturunkan kepada langit dan bumi oleh Allah SWT menjadi bertingkat-tingkat
atau berlapis-lapis sesuai dengan besarnya energi atau panjang gelombangnya (λ)
masing-masing.
Menurut Wu dan Chen (2004), 96% cahaya matahari yang sampai ke bumi
berada pada daerah sinar tampak (visible) yaitu pada panjang gelombang 400-600
nm, akibat dari filterisasi sinar UV pada lapisan ozon. Fotokatalis TiO 2 anatase
hanya aktif pada daerah sinar UV dan hanya memakai 3-4 % dari sinar matahari
yang mencapai bumi. Hal ini mengakibatkan penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis
kurang optimal, karena memerlukan energi yang besar. Oleh sebab itu, aktifitas
fotokatalis TiO2 anatase perlu ditingkatkan agar dapat beraktifitas secara optimal
dan efisien di bawah sinar matahari.
Menurut Choi dkk (2009), cara terbaik untuk meningkatkan aktifitas
fotokatalis TiO2 anatase yaitu dengan doping menggunakan ion logam. Doping
2
merupakan proses penambahan pengotor pada material semikonduktor untuk
memodifikasi karakteristik elektroniknya (Effendi dkk, 2012). Beberapa dopan
(pengotor) ion logam yang berpotensi meningkatkan aktifitas fotokatalis TiO 2
anatase antara lain vanadium, kromium, nikel, dan platinum.
Titanium dioksida (TiO2) adalah material semikonduktor yang termasuk
kedalam satuan oksida logam. Titanium dioksida (TiO 2) merupakan Kristal
berwarna putih yang bersifat asam. Kristal ini tidak dapat larut dalam air, asam
klrorida, asam sulfat encer, dan alcohol tetapi larut dalam asam sulfat pekat dan
asam fluarida (Merck, 2000). TiO2 memiliki 3 bentuk struktur Kristal yaitu rutile,
anatase, dan brookite. Mineral TiO2 yang utama adalah FeTiO3 (ilmenite) dan
CaTiO3 (Perevskite) (Lee, 1994).
Beberapa kegunaan TiO2 (Lee, 1994) antara lain sebagai pelapis suatu
bahan agar tidak mudah teroksidasi, sebagai bahan pewarna (dengan menambah
BaSiO4) yang biasa disebut titan white, bahan interior rumah, bahan pelapis kertas
agar tidak berlemak, untuk lampu elektroda dan sebagai fotokatalis.
Titanium dioksida (TiO2) merupakan semikonduktor yang paling sesuai
untuk aplikasi lingkungan. Keunggulan dari TiO2 yaitu mempunyai celah pita
energi (band gap) yang besar (3,2 eV untuk fasa anatase dan 3,0 eV untuk fasa
rutile), sehingga memungkinkan banyak terjadinya eksitasi elektron kedalam pita
konduksi dan pembentukan hole pada pita valensi saat diinkubasi cahaya
ultraviolet. Mempunyai sifat stabil pada cahaya, dapat menyerap sinar UV dengan
baik, inert, tidak beracun, memiliki kemampuan oksidasi yang tinggi dan
mempunyai konsumsi energi yang rendah.
Metilen biru merupakan zat warna dasar yang penting dalam proses
pewarnaan kulit,kain mori, dan kain katun. Penggunaannya dapat menimbulkan
efek samping yaitu iritasi saluran pencernaan jika tertelan, sianosis bila terhirup,
iritasi pada kulit bila tersentuh oleh kulit.
Zat warna tekstil umumnya terbuat dari senyawa azo dan turunnya dari
gugus benzene. Gugus benzene sangat sulit terdegradasi. Senyawa azo bila terlalu
lama berada dilingkungan akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya
karsinogenik dan mutragenik. Karena itu perlu dicari alternatif efektif untuk
menguraikan limbah tersebut. Zat warna berasal dari sisa-sisa zat warna yang tak
larut dan juga dari kotoran serat alam. Selain mengganggu lingkungan zat warna
juga dapat bersifat racun dan sukar dihilangkan. Zat warna azo juga banyak
digunakan dalam industri tekstil, makanan, kosmetika dan obat-obatan. Zat warna
azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada zat warna tekstil, yaitu
sekitar 60-70 %. Senyawa azo memiliki struktur R-N=N-R’, dengan R gugus –
N=N yang dinamakan struktur azo (Sen & Demirer, 2003: 595-601). Metilen biru
merupakan senyawa kimia aromatic heterosiklik dengan rumus molekul
C6H18SCl.3H2O
3
Kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan baik organism
air maupun manusia. Kualitas air juga mempengaruhi seluruh komunitas perairan
seperti bakteri, tanaman air, ikan, zooplankton dan sebagainya.
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditenmtukan oleh banyak faktor
yaitu zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasad renik
didalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat pencemaran
akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan
air ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis.
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan pencemar didalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan
semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk
terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat
masuknya limbah kedalam lingkungan :
Lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah
sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nugroho (2011) yaitu sistem
pengolah air limbah organik berbasis material fotokatalis titania (TiO2) yang
digunakan untuk mengolah air limbah organik. Reaksi fotokatalis pada TiO 2
terbukti dapat menjernihkan, menghilangkan bau, mereduksi nilai TDS sebesar
44,08%, BOD sebesar 73,44%, serta COD sebesar 71,21% pada air limbah
organik. Penelitian lain oleh Fajar (2010) yaitu tentang struktur kristal TiO 2 yang
berhasil dilapiskan pada karbon aktif adalah struktur anatase. Penggunaan
material fotokatalis TiO2 : KA pada sistem penjernih air telah berhasil mereduksi
bakteri E. coli sampai 100% setelah proses penjernihan selama 3 jam. Penelitian
TiO2 berpori juga telah dilakukan oleh Pritama, dkk (2009) tentang pembuatan
filter air berpori mikro menggunakan titanium dioksida sebagai bahan utama
dengan penambahan bubuk silica dan menghasilkan ukuran partikel sekitar (0,5-1)
μm.
Sintetis TiO2 dilakukan dengan metode pemanasan sederhana dalam
larutan polimer. Polimer yang digunakan adalah polietilen glikol (PEG 6000).
Sifat utama dari PEG adalah stabil, tersebar merata, higroskopik (mudah
menguap), dapat mengikat pigmen. TiO2 hasil sintetis diaplikasikan untuk
penjernihan air limbah tekstil dan dilakukan pengujian kualitas air seperti derajat
keasaman (pH) dan total dissolved solid (TDS). TDS merupakan parameter dari
jumlah material yang dilarutkan dalam air yang mencakup klarbonat, bikarbonat,
klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik
(Oram,2010).
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di uraikan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakter dari material fotokatalis titanium dioksida (TiO2) ?
2. Bagaimana hasil penjernihan air limbah dengan menggunakan material
fotokatalis TiO2 dengan waktu sintesis yang divariasikan ?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ْضالَّ ِذي َع ِملُوالَ َعلَّهُ ْم ِ َّرِّو ْالبَحْ ِربِ َما َك َسبَ ْتأ َ ْي ِديالن
َ اسلِيُ ِذيقَهُ ْمبَع ْ ِظَهَ َر ْالفَ َسا ُدف
َ َيالب
َ يَرْ ِجع
ُون
Artinya : Telah Nampak kerusakkan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)(Q.S
Ar-Ruum:41).
Kata fasad juga digunakan dalam ayat al-qur’an lainnya, antara lain :
6
ْل ۗ َواللَّهُاَل ي ُِحب ُّْالفَ َسا َدuَ اويُ ْهلِ َك ْال َحرْ ثَ َوالنَّس ِ َْوإِ َذاتَ َولَّ ٰى َس َع ٰىفِياأْل َر
َ َضلِيُ ْف ِس َدفِيه
Artinya : Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan dibumi untuk
mengadakan kerusakkan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan (Q.S Al-Baqarah: 205).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai orang yang
melakukan kerusakkan, yaitu menghancurkan tanaman dan binatang dengan
melkukan berbagai tindakan criminal, sehingga hujan tidak turun dan hasil-hasil
tanaman juga mongering, bumi kering, hewan-hewan mati serta terputuslah
keturunan dan pekerjaannya. Allah SWT membencinya dan membenci orang-
orang yang melakukannya (Al Jazairi, 2006)
Adapun ayat lain yang juga memuat larangan Allah SWT untuk berbuat
kerusakkan di bumi adalah :
Artinya : Dan jangan lah kamu membuat kerusakkan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (Q.S Al A’raf: 56).
ۗ مuْ لَهُ ُم َعقِّبَاتٌ ِم ْنبَ ْينِيَ َد ْي ِه َو ِم ْنخ َْلفِ ِهيَحْ فَظُونَهُ ِم ْنأ َ ْم ِرهَّللا ِ ۗ إِنَّاللَّهَاَل يُ َغيِّ ُر َمابِقَوْ ٍم َحتَّ ٰىيُ َغيِّرُوا َمابِأ َ ْنفُ ِس ِه
ٍ ۚ َو َمالَهُ ْم ِم ْن ُدونِ ِه ِم ْن َوuَُوإِ َذاأَ َرادَاللَّهُبِقَوْ ٍمسُو ًءافَاَل َم َر َّدلَه
ال
7
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukkan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya ; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia (Q.S Ar-
Ra’d:11).
2.2 Fotokatalis
Fotokatalisis merupakan suatu kombinasi antara proses fotokimia dan
katalis. Cahaya katalis dibutuhkan agar dapat melangsungkan suatu transformasi
atau reaksi kimia. Transformasi kimia yang diinduksikan oleh sinar tersebut
terjadi pada permukaan suatu katalis (Sofyan, 1998). Induksi oleh sinar
menimbulkan terjadinya eksitensi elektron dari pita valensi ke pita induksi. Proses
ini akan menghasilkan hole yang akan bereaksi dengan molekul H2O untuk
menghasilkan radikal hidroksil (Andayani dan Sumartono, 2007).
Beberapa kelebihan dari metode degradasi fotokatalitik (Ming-Chun dan
Chiu-Ping, 2007) antara lain kontaminan organik dapat terdekomposisi secara
keseluruhan dengan cepat, sifat toksik dari logam berat dapat berkurang, matahari
dapat digunakan sebagai sumber sinar, dan bersifat soft yaitu dapat dilakukan
pada temperatur dan tekanan rendah.
Fotokatalisis berdasarkan fasanya, reaksi fotokatalisis terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Fotokatalisis homogen, merupakan suatu proses fotokatalisis satu fasa antara
substrat dengan katalis. Pada umumnya katalis berupa oksidator seperti ozon
(O3) dan hydrogen peroksida (H2O2).
2. Fotokatalisis heterogen , merupakan suatu proses fotokatalisis dua fasa yang
dapat dilakukan dengan bantuan semikonduktor. Semikonduktor yang dipakai
8
adalah titanium dioksida (TiO2), seng oksida (ZnO), dan cadmium sulfide
(CdS) (Otmer-Kirk, 1994).
2.4 Fotodegradasi
Fotodegradasi adalah suatu proses peruraian suatu senyawa (biasanya
senyawa organik) dengan bantuan energi cahaya (foton). Proses fotodegradasi
memerlukan suatu fotokatalis yang umumnya merupakan suatu bahan
semikonduktor. Prinsip fotodegradasi adalah loncatan elektron dari pita valensi ke
pita konduksi pada logam semikonduktor apabila dikenai cahaya (foton).
Loncatan elektron ini menyebabkan timbulnya hole (lubang elektron) yang dapat
berinteraksi dengan pelarut air membentuk radikal OH˙. Radikal ini bersifat aktif
dan dapat berlanjut untuk menguraikan senyawa organik target.
Fotodegradasi adalah proses peruraian suatu senyawa (biasanya senyawa
organik) dengan bantuan energi foton. Proses fotodegradasi memerlukan suatu
fotokatalis, yang umumnya merupakan bahan semikonduktor. Prinsip
fotodegradasi adalah adanya loncatan elektron dari pita valensi ke pita konduksi
pada logam semikonduktor jika dikenai suatu energi foton. Loncatan elektron ini
menyebabkan timbulnya hole(lubang elektron) yang dapat berinteraksi dengan
pelarut (air) membentuk radikal OH. Radikal bersifat aktif dan dapat berlanjut
untuk menguraikan senyawa organik target. Diantara beberapa logam fotokatalis,
oksida Ti dilaporkan memiliki aktivitas yang cukup besar dan efektif selain murah
dan non toksik.
Dalam reaksi fotokatalis dengan TiO2 dalam bentuk kristal anatase TiO2
dilaporkan sebagai komponen aktif sedangkan dalam bentuk rutile kurang
menunjukkan aktifitasnya. TiO2 dengan bentuk kristal anatase dan rutile jika
dikenai suatu sinar UV dengan λ < 385 nm untuk anatase dan λ = 405 nm untuk
9
rutile, akan menghasilkan spesies oksidator pada permukaannya. TiO 2 merupakan
spesies oksidator kuat yang ditunjukkan H+ pada permukaannya. Oleh karenanya
TiO2 mampu mengoksidasi spesies kimia yang mempunyai potensi redoks yang
lebih kecil.
Pengurangan ukuran kristal berguna untuk menekan rekombinasi
fotoeksitasi electron (e-) dan lubang (H+). Penelitian fotokatalisis oleh TiO 2
berkembang pesat sejak publikasi Fujisima & Honda mengenai fotoelektro
katalisispemecahan air pada elektroda lapisan tipis TiO2. Dari sisi aplikasi telah
dirancang berbagai bentuk reaktor fotokatalisis untuk degradasi zat organik dalam
fase cair maupun gas. Aktivitas TiO2 murni dalam mendegradasi zat warna
(metilen biru) dengan sinar matahari sebagai sumber foton[6]. Penurunan
konsentrasi metilen biru mencapai 98% dalam waktu ekspos 1 jam. Kemampuan
fotodegradasi oleh TiO2 sehingga menghasilkan mineralisasi senaywa menjadi
CO2, SO42-, NH4+ dan NO3- .
Pada perkembangan selanjutnya fotoaktivitas TiO2 meluas untuk
digunakan sebagai antibakteri pada pasta gigi dan kosmetika serta desinfeksi
bakteri . Beberapa faktor akan mempengaruhi aktivitas fotokatalis TiO 2, salah satu
yang terpenting adalah bentuk kristalnya. Untuk kepentingan pengolahan limbah,
dispersi TiO2 pada pengemban berpori (mesoporous material) memberikan
keuntungan lebih khususnya secara ekonomis. Aktivitas TiO 2 –montmorillonit
dapat dimanfaatkan untuk fotodegradasi zat warna dan pada fotodegradasi
senyawa organik dari limbah cair industri tekstil . Struktur kimia zeolit yang
terdiri dari silika alumina terhidrat yang mengandung kation dapat dipertukarkan,
pada Gambar 1. Jika kation tersebut digantikan oleh Ti4 +, dilanjutkan dengan
oksidasi dan kalsinasi, diharapkan dibentuk oksida Ti terdispersi pada permukaan
padatan secara merata sesuai posisi ion tertukar.
10
Hukum laju reaksi merupakan salah satu parameter penting dalam suatu
reaksi kimia. Untuk mengetahui laju reaksi suatu reaksi kimia,maka ditulis
persamaan sebagai berikut :
V(t) = k [A]mA [B]mB
Dengan ketentuan [A] dan [B] adalah konsentrasi suatu reaktan pada
reaksi dan mA dan mB adalah orde reaksinya. Jika ada sebuah reaktan P dan Q
yang kemudian bereaksi, maka akan terbentuk produk S:
p+q s
Kinetika dan pemodelan pada laju reaksi fotokatalisis (foto-mineralisasi
dan foto-desinfaksi) kontaminan air sangat berguna untuk proses scale-up.
Kegunaan model kinetika adalah untuk mengintrpretasikan data percoban
sehingga dapat diestimasikan volume sistem fotoreaktor yang diperlukan dan serta
optimasi sistem fotoreaktor yang telah ada. Model kinetika fotomineralisasi dan
fotodesinfeksi memiliki perbedaan, berikut adalah pembahasan setiap jenisnya.
Beberapa penelitian menemukan reaksi dengan orde nol atau satu sesuai
untuk model fotomineralisasi dari senyawa organic. Batasan kondisi berlakunya
model tersebut adalah konsentrasi zat terlarut tidak cukup renap. Pada sebagian
besar studi kinetika, laju reaksi oksidasi umumnya meningkat dengan
penambahan waktu iradiasi hingga lajunya bernilai nol. Menurut model Langmuir
Hinshelwood pada persamaan di bawah, laju reaksi fotokatalisis (r) sebanding
dengan fraksi permukaan yang terisi oleh substrat organik (θx), kr adalah
kosntanta laju reaksi, C adalah konsentrasi substrat organik dan K adalah
konstanta adsorpsi Langmuir.
2.6 Imobilisasi
Imobilisasi berasal dari kata imobil yang berarti berulang kali. Imobilisasi
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kestabilan struktur suatu senyawa
dan mempertahankan sifat dari senyawa tersebut sehingga senyawa tersebut dapat
digunakan lebih dari satu kali. Dalam penelitian ini dilakukan imobilisasi
senyawa TiO2 dalam bentuk anorganik dan organiknya ke dalam suatu resin yang
bertujuan untuk mempertahankan aktifitas fotokatalis dari TiO2 tersebut sehingga
TiO2 bisa digunakan berulang kali, walaupun tetap mempunyai masa aktif. Selain
itu, immobilisasi TiO2 ke dalam resin juga bertujuan untuk meningkatkan
aktifitas fotokatalisnya yaitu dengan memperbesar luas permukaan TiO2 sehingga
fungsinya sebagai fotokatalis lebih optimal.
2.7 Semikonduktor
11
Berdasarkan daya hantar listriknya, zat padat digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu konduktor, semikonduktor dan isolator. Perbedaan antara konduktor,
semikonduktor, dan isolator dapat dijelaskan oleh gambar berikut.
12
Bahan isolator memiliki kesenjangan antara pita valensi dengan pita
konduksi sebesar 6,0 Ev. Pada bahan isolator, energi yang ditimbulkan oleh
medan listrik tidak dapat menghasilkan elektron dengan energi yang sesuai untuk
dapat berpindah ke pita konduksi. Hal inilah yang menyebabkan bahan isolator
tidak dapat menghantarkan arus listrik. Bahan isolator memiliki nilai daya hantar
listrik (σ) sebesar 10-15 – 10-3 ohm-1 cm-1 (Huheey dkk, 1993).
13
2.8.2 Kegunaan TiO2
Beberapa kegunaan TiO2 (Lee, 1994) antara lain sebagai pelapis suatu
bahan agar tidak mudah teroksidasi, sebagai bahan pewarna (dengan menambah
BaSiO4) yang biasa disebut titan white, bahan interior rumah, bahan pelapis kertas
agar tidak berlemak, untuk lampu elektroda dan sebagai fotokatalis.
Titanium dioksida (TiO2) merupakan semikonduktor yang paling sesuai
untuk aplikasi lingkungan. Keunggulan dari TiO2 yaitu mempunyai celah pita
energi (band gap) yang besar (3,2 eV untuk fasa anatase dan 3,0 eV untuk fasa
rutile), sehingga memungkinkan banyak terjadinya eksitasi elektron kedalam pita
konduksi dan pembentukan hole pada pita valensi saat diinkubasi cahaya
ultraviolet. Mempunyai sifat stabil pada cahaya, dapat menyerap sinar UV dengan
baik, inert, tidak beracun, memiliki kemampuan oksidasi yang tinggi dan
mempunyai konsumsi energi yang rendah.
Jika TiO2 disinari UV dapat menghasilkan pasangan elektron-hole, maka
dalam katalis semikonduktor TiO2 dapat terjadi reaksi oksidasi dan reduksi
(redoks) sekaligus. Reaksi-reaksi dapat diaplikasikan untuk detoksifikasi air
(water treatment), detoksifikasi udara (air cleaning effect) dan proses inaktivasi
bakteri (antibacterial effect). Disamping itu, karena film TiO2 dipermukaan bahan
juga menyebabkan sudut kontak air turun menjadi lebih kecil dari 10o (sifat
superhidrofilik), maka TiO2 juga dapat diaplikasikan untuk menghilangkan kabut
pada keramik (antifogging effect) dan keramik yang bisa dengan mudah
dibersihkan (self-cleaning effect) (Pramadewi, 2014).
14
Gambar : Proses Fotokatalis
15
2.10Energi Gap
Menurut Gunlazuardi (2001), TiO2 mempunyai energi celah pita 3,2 eV.
Hal ini mengindikasikan bahwa h+ pada permukaan TiO2 merupakan spesi
oksidator kuat yang akan mengoksidasi spesi kimia lain yang memiliki potensial
redoks lebih kecil. Anatase merupakan tipe dari TiO2 yang paling aktif
dibandingkan dengan brokite dan rutile. Hal ini dikarenakan band gap dari anatase
sebesar 3,2 eV (lebih dekat ke sinar UV, dengan panjang gelombang maksimum
388 nm). hal ini yang membuat letak pita konduksi dari anatase lebih tinggi
daripada rutil.
Sedangkan pita valensi dari anatase dan rutil sama yang membuat anatase
mampu mereduksi molekul oksigen menjadi superoksida serta mereduksi air
menjadi hidrogen (Linsebigler, 1995). Semakin kecil band gap, semakin mudah
pula fotokatalis menangkap foton dengan tingkat energi yang lebih kecil namun
kemungkinan terbentuknya rekombinan elektron dan hole menjadi semakin besar.
Titanium dioksida merupakan salah satu semikonduktor oksida yang telah
dipelajari secara ekstensif sebagai fotokatalis sejak ditemukan efek sensitisasi
cahaya oleh Honda dan Fujishima pada tahun 1971. Titanium dioksida memiliki
energy gap yang sangat lebar yaitu sekitar 3,2 eV-3,8 eV (Beiser, 1987). Titanium
(IV) oksida merupakan material yang digunakan untuk solar cell dan fotokatalis
untuk dekomposisi air, pelapisan material untuk membuat lapisan superhidrofilik
dan lainnya. Struktur titanium (IV) oksida sangat menarik karena berbentuk
tetragonal (rutil dan anatase) dan ortorombik (brokite). Diantara struktur titanium
(IV) oksida tersebut, jenis anatase yang menunjukkan fotoaktifitas yang paling
tinggi diantara bentuk kristal lainnya. Oleh karena itu, titanium (IV) oksida hanya
aktif di bawah sinar ultraviolet (panjang gelombang <400 nm) dengan lebar band
gap 3,2 eV (anatase). Respon fotokatalis dalam sinar visibel (panjang gelombang
> 400 nm) dibutuhkan untuk memanfaatkan spektrum sinar untuk produksi energi
hidrogen dengan pemecahan air, pemurnian air dan udara, dan pemanfaatan
lainnya (Fujishima et al, 1999).
Liang et al (2007) mempelajari hubungan antara panjang gelombang
absorpsi dengan energi band gap dengan membandingkan titanium (IV) oksida
dengan TNT (titanium (IV) oksida nanotube). Sebagai perbandingan Degussa P25
mempunyai absorbansi diatas 400 nm, untuk TNT berada pada panjang
gelombang antara 370-380 nm. Quan et al (2005) mengemukakan tentang
pergeseran blue shift secara signifikan dengan energi band gap yang tinggi dari
TNT dibandingkan dengan partikel titanium (IV) oksida menggunakan preparasi
material, struktur kristal, dan permukaan.
Menurut Welte et al dan Monllor-Satocca et al dalam Valencia et al (2010)
Spektrum absorpsi dari semikonduktor sangat penting. Semikonduktor untuk
fotokatalis mempunyai harga yang sebanding antara band gap dengan gelombang
cahaya baik visibel atau ultra violet, mempunyai harga Eg < 3,5 eV. Kebanyakan
peneliti menetapkan dalam titanium (IV) oksida bentuk rutile mempunyai dua
16
band gap yaitu direct band gap yang besarnya 3,06 eV dan indirect band gap yang
besarnya 3,10 eV dan anatase hanya mempunyai indirect band gap 3,23 eV.
Menurut Reddy et al dalam Valencia (2010) band gap dari titanium (IV)
oksida bentuk anatase mempunyai band gap indirect sangat rendah yaitu 2,95 eV
– 2,98 eV. Bentuk anatase dari titanium (IV) oksida lebih menguntungkan. Telah
dilaporkan dalam berbagai literatur bahwa band gap dari titanium (IV) oksida
bentuk anatase sekitar 2,86 eV sampai 3,34 eV, perbedaan tersebut disebabkan
karena perbedaan stoikhiometri dari cara sintesisnya, kandungan impurities,
ukuran kristal dan tipe transisi elektronik (Hidalgo et al, 2007; Hossain et al,
2008).
Band gap dari titanium (IV) oksida sebesar 3,2 eV-3,8 eV masih terlalu
lebar untuk proses eksitasi elektron. Lebarnya band gap dari titanium (IV) oksida
diatasi dengan penambahan dopan logam untuk menurunkan band gap dari
titanium (IV) oksida seperti yang dilakukan oleh Slamet et al (2011) dan Afrozi
(2010). Penelitian terus berkembang untuk meningkatkan efisiensi dan sensitivitas
terhadap cahaya dari TiO2, salah satunya adalah dengan dopan logam. Istilah
dopan merujuk pada pengotor pada suatu material dengan tujuanmemodifikasi
karakteristik elektroniknya. Dengan gambaran tersebut, dopan harus mampu.
2.12Hidrogen
Hidrogen merupakan energi serba guna yang dapat digunakan sebagai
sumber energi hampir disetiap aktivitas yang membutuhkan energi. Sel bahan
bakar hidrogen merupakan konversi energi yang efisien yang mulai
dikembangkan. Keuntungan tenaga sel bahan bakar dari hidrogen adalah bebas
polusi dan juga memiliki lebih dari dua kali lipat efisiensi pembakaran bahan
bakar biasa. Hidrogen saat ini belum banyak digunakan, tetapi memiliki potensial
sebagai sumber energi di masa depan. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai
sumber (air, bahan bakar fosil, atau biomassa) dan merupakan hasil samping dari
proses kimia lainnya.
17
Hidrogen merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki sifat utama yaitu
sangat mudah terbakar. Sebagai sumber energi, hidrogen mempunyai kandungan
massa energi yang paling tinggi dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, yaitu
120,7 kJ/g. Pada sektor energi bahan bakar alternatif, hidrogen banyak diarahkan
untuk sel bahan bakar (fuel cells), seperti Proton-Exchange Membrane Cells
(PEMFC), yang diproyeksikan dapat menggantikan pembangkit tenaga listrik.
Hidrogen terdapat dalam jumlah banyak di jagat raya baik dalam bentuk
molekul hidrogen (H2) maupun atom hidrogen (H) karena hidrogen merupakan
unsur penyusun benda-benda langit seperti bintang. Namun, keberadaan hidrogen
dalam keadaan bebas (sebagai molekul H2) di bumi jumlahnya tidak lebih dari 1
ppm (v/v). Kebanyakan hidrogen yang ada di bumi ditemui dalam bentuk
senyawa kimia seperti senyawa hidrokarbon dan air. Untuk mendapatkan
hidrogen dalam bentuk molekul diatomik dari senyawa kimia tersebut, diperlukan
banyak energi. Metode produksi hidrogen yang banyak digunakan saat ini adalah
proses steam reforming of methane (SRM). Proses ini memang menghasilkan
hidrogen dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada proses fotokatalitik
heterogen. Namun, karena menghasilkan senyawa CO melebihi toleransi yang
diperkenankan untuk aplikasi fuel cell (10-20 ppm), proses ini membutuhkan unit
tambahan untuk proses pemurnian hidrogen (Takenaka, 2001). Selain itu,
kebanyakan senyawa metana yang digunakan bersumber dari minyak bumi dan
gas alam yang merupakan sumber energi yang tidak terbaharukan.
Sintesis hidrogen selain menggunakan metode Steam Methane Reforming
(SRM) dapat juga menggunakan partial oxidation, plasma reforming, dan coal.
Tetapi, metode partial oxidation, plasma reforming, dan coal menghasilkan gas
CO selain itu proses yang digunakan juga mahal. Oleh sebab itu, metode seperti
partial oxidation, plasma reforming, dan coal dihindari. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai bahan baku utama
sintesis hidrogen dengan menggunakan air. Metode yang sering digunakan untuk
sintesis hidrogen adalah dekomposisi air atau water splitting yang menghasilkan
gas hidrogen dan oksigen yang lebih ramah lingkungan.
18
Gambar 2.1. Prinsip dasar dekomposisi pada fotokatalis heterogen.
19
Langkah pertama dari reaksi dekomposisi air adalah fotokatalis menyerap
energi foton lebih tinggi daripada energi gap dari fotokatalis dan menyebabkan
terjadinya foto eksitasi yang menyebabkan terciptanya elektron hole pada bulk.
Langkah kedua, foto eksitasi menyebabkan e- dan h+ memisah tanpa
adanya rekombinan. Langkah ketiga menyerap spesies yang akan direduksi dan
dioksidasi untuk menggerakkan elektron dan hole untuk memproduksi H2 dan O2.
Langkah pertama dan kedua sangat bergantung pada struktur dan sifat-sifat
elektronik dari fotokatalis.
Langkah ketiga dari dekomposisi air merupakan gambaran cocatalyst yang
biasa didopan untuk meningkatkan aktifitas dari fotokatalis untuk meminimalisir
adanya rekombinan. Cocatalyst ini biasanya berupa logam-logam mulia atau
oksida logam dan didopan pada permukaan fotokatalis juga menyebar pada
nanopartikel untuk mengaktifkan sisi aktif dan mengurangi energi aktifasi untuk
gas yang dihasilkan. Keberadaan cocatalyst ini merupakan langkah yang penting
untuk menciptakan bulk dan sifat-sifat permukaan dari material untuk
meningkatkan aktifitas fotokatalitik untuk reaksi dekomposisi air.
20
c. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002)
21
tidak mengendap segera. Warna air berkaitan erat dengan zat-zat koloid yang
tersuspensi di dalamnya. Masalah warna dan bau dapat dilacak dari bermacam-
macam zat pencemar, misalnya zat kimia pembersih maupun zat kimia terlarut
mengandung bau.
6. Petunjuk biologis spesies
Komposisi spesies dan keanekaragaman mungkin penting sebagai petunjuk
adanya pengaruh zat pencemar. Bakteri, plankton, fungi, dan protozoa air
adalah organ yang paling cocok untuk digunakan dalam mempertimbangkan
situasi air. Keadaan biologis air diperiksa sengan parameter jumlah bakteri E.
coli atau Caliform. Parameter ini dipilih oleh karena diantara organism yang
telah dipelajari, E. coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai
organisme indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri caliform tidak
membahayakn manusia, namun adanya bakteri ini menunjukkan adanya
kontaminasi zat pencemar dan menyebabkan organism terkena penyakit.
7. Derajat keasaman (pH)
Adanya CO2 dan asam organik yang menjadikan pH air antar 4 – 6. Umumnya
air yang tidak tercemar mempunyai Ph 6 – 7, dalam criteria air golongan B pH
yang dianjurkan adalah 5 – 9.
22
2. Komponen nutrient dalam air
Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan
mikroorganisme yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu.
3. Komponen beracun
Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
yang terdapat didalam air. Sebagai contoh asam-asam organik dan anorganik,
klorin dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainnya di dalam air.
4. Organisme air
Adanya organism di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.
5. Faktor fisik
Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotic, tekanan hidrostatik, aerasi, dan
penetrasi sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
yang terapat di dalam air.
Pemintalan
Penenunan
Kain
23
Pemasakan (Karakteristik limbah : BOD dan COD tinggi,
pH tinggi, , total solid tinggi, suhu tinggi)
24
serat.
7 Zat warna belerang Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat
selulosa. P[ada gugus sampingnya
mengandung belerang yang mampu
berikatan kuat dengan serat.
(Sumber : Zille, 2005)
25
Gambar : Struktur metilen biru
1
C6H18N3SCl(teradsorb+terlarut)+5 O2→HCl+H2SO4+3HNO3+16CO2+6H2O
2
26
Baku mutu air limbah (effluent standart) dipergunakan untuk perencanaan,
perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dari perbagai sector. Untuk
melindungi sumber air sesuai dengan peruntukkannya maka perlu ditetapkan baku
mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif mutu limbah cair yang
ditetapkan dalam keputusan menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup
No.KEP-51/MENLH/10/1995.Tabel karakteristik dan baku mutu limbah industri :
Parameter Satuan Kadar maksimum
Biochemical oxygen demand (BOD) mg/l 60
Chemical oxygen demand (COD) mg/l 150
Total suspended solid (TSS) mg/l 50
pH - 6,0 – 9,0
Fenol total mg/l 0,5
Krom total mg/l 1,0
Amonia total mg/l 8,0
Sulfida mg/l 0,3
Minyak dan lemak mg/l 3,0
(Sumber : KepMen LH No.51/menlh/10/1995)
27
konsisi aerob diantaranya adalah Plesiomonas sp dan Vibrio sp (Sastrawidana,
2012).
Pada kondisi anaerob degradasi zat warna tekstil menggunakan bakteri
lebih cepat dibandingkan dengan kondisi aerob, namun kelemahannya yaitu
menghasilkan amina aromatik yang bersifat lebih toksik dibandingkan dengan zat
warna azo itu sendiri. Hasil uji toksitas menunjukkan degradasi limbah tekstil
pada kondisi anaerob lebih toksik dibandingkan dengan limbah awal
(Sastrawidana, 2012).
28
relatif konstituen dari campuran senyawa padatan. Alat yang digunakan dalam
karakterisasi XRD seperti pada gambar dibawah ini :
2. SEM
SEM merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mengamati dan
menganalisis karakteristik mikrostruktur dari bahan padat seperti logam, keramik,
polimer dan komposit . SEM memiliki resolusi (daya pisah) dan ketajaman
gambar yang tinggi yaitu sekitar 0,5 nm dengan perbesaran maksimum sebesar 5
x 105 kali. Selain itu, cara analisis SEM tidak merusak bahan. SEM menggunakan
pancaran sinar yang timbul akibat eksitasi elektron untuk melihat partikel
berukuran mikro.
Keunggulan-Keunggulan SEM lainnya dibandingkan dengan regresi
berganda diantaranya ialah :
1. Memungkinkan adanya asumsi-asumsi yang lebih fleksibel
2. Penggunaan analisis faktor penegasan untuk mengurangi kesalahan
pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel laten.
3. Daya tarik interface pemodelan grafis untuk memudahkan pengguna membaca
keluaran hasil analisis
4. Kemungkinan adanya pengujian model secara keseluruhan daripada koefisien-
koefisien secara sendiri-sendiri
5. Kemampuan untuk menguji model-model dengan menggunakan beberapa
variabel tergantung.
6. Kemampuan untuk membuat model terhadap variabel-varriabel perantara.
29
7. Kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan.
8. Kemampuan untuk menguji koefiisien-koefisien diluar antara beberapa
kelompok subyek.
9. Kemampuan untuk mengatasi data yang sulit, seperti data time series dengan
kesalahan otokorelasi.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Karakterisasi sampel
Setelah seluruh sampel disintetis kemudian dikarakterisasi menggunakan
XRD, SEM dan dilakukan uji aktivitas fotokatalis.
1. XRD
Karakterisasi menggunakan difraksi sinar x bertujuan untuk mengetahui
struktur Kristal yang terbentuk pada sampel, menganalisa kemurnian serta jenis
impuritas yang terdapat pada sampel berdasarkan intensitas penyerapan sudut 2θ
yang terbentuk. Pada penelitian ini dipakai X’PERT Powder PANalytical
Diffractiometers untuk karakterisasi XRD seperti pada gambar dibawah ini.
31
Gambar : X’PERT Powder PANalytical Diffractometers
R p =¿ y io − y ic∨ ¿ ¿
y io
Dimana yio merupakan intensitas pengamatan pada setiap pola difraksi dan y ic
adalah intensitas perhitungan pada setiap pola difraksi.
32
b. Weighted Profile (Rwp)
1 /2
wi ( y io − y ic )
R℘ =
[ wi y 2io ]
Dimana wi adalah weight/bobot pada setiap pengamatan.
c. Bragg (Rb)
[ I ko −I kc ]
R B=
I ko
1 /2
N−P
Rexp =
[ ]2
wi y io
Dimana N adalah jumlah pengamatan (yaitu jumlah total yio ketika refinement
latar belakang) dan P adalah jumlah parameter yang disesuaikan.-
2 2
wi ( y io − y ic ) R
2
t =
N−P
= ℘
Rexp [ ]
Dalam melakukan penghalusan difraktogram menggunakan metode rietveld ini
perlu diperhatikan nilai GoF (Goodnessof Fit). Hout and erny (2016)
mengatakan bahwa indikator yang baik adalah GoF. Jika nilai GoF > 1 model
struktural atau pemodelan profil harus tetap ditingkatkan, tetapi nilai GoF < 2
ini sudah memuaskan. Nilai GoF yang disimbolkan dengan X 2 4 pun sudah
dapat diterima (Kisi,1994).
f. Scherrer
Pengujian ini juga dapat menentukan ukuran bulir sampel dengan
menggunakan persamaan Scherrer :
33
cλ
D=
βcosθ
34
Partikel TiO2 dikarakterisasi menggunakan SEM dengan tegangan 20 Kv
dengan perbesaran 40.000 kali.
A−B
TDS ( mg/L ) = X 1000
V
Dengan B dalah masa awal kertas saring (mg), A adalah masa akhir kertas
saring (mg) adalah V volume sampel (ml).
35
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Tuty Emilia dkk. (2016). Pengaruh Konsentrasi Limbah Pada Proses
Pengolahan Limbah Pewarna Sintetik Procion Red Dengan Metode
UV/FENTON/TIO2. Jurnal Teknik Kimia, 22(1).
Firmansyah dkk. (2015). Aplikasi Fotokatalis TiO2-Zeolit Untuk menurunkan
Intensitas Zat Warna Tartrazin Secara Fotokatalitik. Jurnal of Natural
Science, 4(1), 10-16.
Naimah, Siti dkk. (2014). Degradasi Zat Warna Pada Limbah Cair Industri
Tekstil Dengan Metode Fotokatalitik Menggunakan Nano composite TiO2-
Zeolit. Jurnal Kimia Kemasan, 36, 225-236.
Wildan, Achmad dkk. (2017). Pengolahan Limbah Batik Dengan Metode
Fotokatalitik Di Desa Gemawang Kabupaten Semrang. Abdimas
Unwahas, 2(2).
36