Anda di halaman 1dari 37

SINTETIS MATERIAL FOTOKATALIS TiO2 UNTUK

PENJERNIHAN LIMBAH TEKSTIL


DI SILUNGKANG

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi tugas pada


mata kuliah metodologi penelitian

Oleh :

Fauziah (0705171002)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan industri dan produk tekstil disuatu negara telah banyak
memberikan suatu keuntungan bagi negara itu sendiri, antar lain berkurangnya
angka pengangguran yang ada di masyarakat, meningkatkan pendapatan, dan hasil
output dari industri itu sendiri. Di Indonesia, baik industri tekstil maupun produk
tekstil telah menjadi industri yang penting dan terbukti mampu meningkatkan
nilai perekonomian Indonesia (Maryadi, 2007).
Dengan berkembangnya industri tekstil yang ada di Indonesia, produksi
limbah zat warna tekstil pun semakin meningkat. Limbah ini memiliki peran yang
besar dalam masalah pencemaran air jika limbah tidak diolah terlebih dahulu
sebelum di buang (Suwarsa, 1998). Limbah tekstil tersebut berasal dari proses
pencelupan industri tekstil. Pada saat proses tersebut berlangsung, setidaknya zat
warna menghasilkan sekitar 10 - 15 % limbah. Pengolahan limbah industri tekstil
sebelum sampai ke saluran pembuangan akhir sangat penting karena akan
berpengaruh dari segi estetika maupun perlindungan lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari buangan limbah organik
banyak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan baik biotic maupun abiotik
yang dapat merugikan manusia. Allah SWT berfirman dalam surah Ar-Ruum ayat
41:

‫ْضالَّ ِذي َع ِملُوالَ َعلَّهُ ْم‬ ِ َّ‫رِّو ْالبَحْ ِربِ َما َك َسبَ ْتأ َ ْي ِديالن‬
َ ‫اسلِيُ ِذيقَهُ ْمبَع‬ ْ ِ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُدف‬
َ َ‫يالب‬
َ ‫يَرْ ِجع‬
‫ُون‬
Artinya : Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S
Ar-Ruum:41).
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditenmtukan oleh banyak faktor
yaitu zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasad renik
didalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat pencemaran
akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan
air ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis.
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan pencemar didalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan

1
semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk
terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Pencemaran lingkungan dalam bentuk apapun akan berdampak pada
kerusakan lingkungan dan kerugian bagi manusia maupun makhluk hidup
disekitarnya. Metode fotokatalis dinilai sebagi metode paling tepat untuk
penanganan pencemaran lingkungan akibat buangan limbah organik. Sebab,
metode fotokatalis tidak menimbulkan lumput (sludge) atau adsorbat seperti pada
koagulasi dan adsorben (Safni dkk, 2007).
Secara umum, fotokatalisis didefenisikan sebagai proses reaksi kimia yang
dibantu oleh cahaya dan material katalis (Arutanti dkk, 2008). Material katalis
yang umum digunakan dalama proses fotokatalis adalah TiO 2. Titanuim dioksida
(TiO2) merupakan material yang sudah diaplikasikan secara luas dalam berbagai
aspek. Pada dekade terakhir ini, TiO2 telah digunakan sebagai material anti
bakteri, dekomposisi air, degradasi metilen biru, dan masih banyak lagi aplikasi
lainnya. TiO2 merupakan semikonduktor yang memiliki fotoaktivasi dan stabilitas
kimia tinggi. TiO2 juga bersifat nontoksik, memiliki sifat redoks yaitu mampu
mengoksidasi polutan organik dan mereduksi sejumlah ion logam dalam larutan.
TiO2 juga memiliki sifat inert, stabil terhadap korosi yang disebabkan cahaya
ataupun bahan kimia (Hoffmann et al., 1995 ; Gupta et al ., 2011). TiO2 memiliki
3 struktur Kristal yaitu anatase, rutile dan brooket. Umumnya yang digunakan
dalam proses fotokatalius adalah TiO2 anatase. TiO2 anatase merupakan fase
Kristal yang paling reaktif terhadap cahaya (Diebold, 2003) dan memiliki energi
band gap yang lebih besar dibandingkan rutile, yaitu sebesar Eg 3,2 eV sedangkan
rutile 3,1 eV (Palupi, 2006).
Proses fotokatalis terjadi ketika semikonduktor dikenai cahaya yang
memiliki energi sama atau lebih besar dari energi band gap, akibatnya terjadi
proses eksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi. Hal ini menyebabkan
terjadinay hole (h+) pada pita valensi dan elektron (e-) pada pita konduksi (Stamate
dan Lazar,2007). Di dalam alquran surah an-nur ayat 35 dijelaskan bahwa cahaya
diturunkan kepada langit dan bumi oleh Allah SWT menjadi bertingkat-tingkat
atau berlapis-lapis sesuai dengan besarnya energi atau panjang gelombangnya (λ)
masing-masing.
Menurut Wu dan Chen (2004), 96% cahaya matahari yang sampai ke bumi
berada pada daerah sinar tampak (visible) yaitu pada panjang gelombang 400-600
nm, akibat dari filterisasi sinar UV pada lapisan ozon. Fotokatalis TiO 2 anatase
hanya aktif pada daerah sinar UV dan hanya memakai 3-4 % dari sinar matahari
yang mencapai bumi. Hal ini mengakibatkan penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis
kurang optimal, karena memerlukan energi yang besar. Oleh sebab itu, aktifitas
fotokatalis TiO2 anatase perlu ditingkatkan agar dapat beraktifitas secara optimal
dan efisien di bawah sinar matahari.
Menurut Choi dkk (2009), cara terbaik untuk meningkatkan aktifitas
fotokatalis TiO2 anatase yaitu dengan doping menggunakan ion logam. Doping

2
merupakan proses penambahan pengotor pada material semikonduktor untuk
memodifikasi karakteristik elektroniknya (Effendi dkk, 2012). Beberapa dopan
(pengotor) ion logam yang berpotensi meningkatkan aktifitas fotokatalis TiO 2
anatase antara lain vanadium, kromium, nikel, dan platinum.
Titanium dioksida (TiO2) adalah material semikonduktor yang termasuk
kedalam satuan oksida logam. Titanium dioksida (TiO 2) merupakan Kristal
berwarna putih yang bersifat asam. Kristal ini tidak dapat larut dalam air, asam
klrorida, asam sulfat encer, dan alcohol tetapi larut dalam asam sulfat pekat dan
asam fluarida (Merck, 2000). TiO2 memiliki 3 bentuk struktur Kristal yaitu rutile,
anatase, dan brookite. Mineral TiO2 yang utama adalah FeTiO3 (ilmenite) dan
CaTiO3 (Perevskite) (Lee, 1994).
Beberapa kegunaan TiO2 (Lee, 1994) antara lain sebagai pelapis suatu
bahan agar tidak mudah teroksidasi, sebagai bahan pewarna (dengan menambah
BaSiO4) yang biasa disebut titan white, bahan interior rumah, bahan pelapis kertas
agar tidak berlemak, untuk lampu elektroda dan sebagai fotokatalis.
Titanium dioksida (TiO2) merupakan semikonduktor yang paling sesuai
untuk aplikasi lingkungan. Keunggulan dari TiO2 yaitu mempunyai celah pita
energi (band gap) yang besar (3,2 eV untuk fasa anatase dan 3,0 eV untuk fasa
rutile), sehingga memungkinkan banyak terjadinya eksitasi elektron kedalam pita
konduksi dan pembentukan hole pada pita valensi saat diinkubasi cahaya
ultraviolet. Mempunyai sifat stabil pada cahaya, dapat menyerap sinar UV dengan
baik, inert, tidak beracun, memiliki kemampuan oksidasi yang tinggi dan
mempunyai konsumsi energi yang rendah.
Metilen biru merupakan zat warna dasar yang penting dalam proses
pewarnaan kulit,kain mori, dan kain katun. Penggunaannya dapat menimbulkan
efek samping yaitu iritasi saluran pencernaan jika tertelan, sianosis bila terhirup,
iritasi pada kulit bila tersentuh oleh kulit.
Zat warna tekstil umumnya terbuat dari senyawa azo dan turunnya dari
gugus benzene. Gugus benzene sangat sulit terdegradasi. Senyawa azo bila terlalu
lama berada dilingkungan akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya
karsinogenik dan mutragenik. Karena itu perlu dicari alternatif efektif untuk
menguraikan limbah tersebut. Zat warna berasal dari sisa-sisa zat warna yang tak
larut dan juga dari kotoran serat alam. Selain mengganggu lingkungan zat warna
juga dapat bersifat racun dan sukar dihilangkan. Zat warna azo juga banyak
digunakan dalam industri tekstil, makanan, kosmetika dan obat-obatan. Zat warna
azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada zat warna tekstil, yaitu
sekitar 60-70 %. Senyawa azo memiliki struktur R-N=N-R’, dengan R gugus –
N=N yang dinamakan struktur azo (Sen & Demirer, 2003: 595-601). Metilen biru
merupakan senyawa kimia aromatic heterosiklik dengan rumus molekul
C6H18SCl.3H2O

3
Kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan baik organism
air maupun manusia. Kualitas air juga mempengaruhi seluruh komunitas perairan
seperti bakteri, tanaman air, ikan, zooplankton dan sebagainya.
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditenmtukan oleh banyak faktor
yaitu zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasad renik
didalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat pencemaran
akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan
air ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis.
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan pencemar didalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan
semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk
terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat
masuknya limbah kedalam lingkungan :
 Lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah
sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
 Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
 Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Nugroho (2011) yaitu sistem
pengolah air limbah organik berbasis material fotokatalis titania (TiO2) yang
digunakan untuk mengolah air limbah organik. Reaksi fotokatalis pada TiO 2
terbukti dapat menjernihkan, menghilangkan bau, mereduksi nilai TDS sebesar
44,08%, BOD sebesar 73,44%, serta COD sebesar 71,21% pada air limbah
organik. Penelitian lain oleh Fajar (2010) yaitu tentang struktur kristal TiO 2 yang
berhasil dilapiskan pada karbon aktif adalah struktur anatase. Penggunaan
material fotokatalis TiO2 : KA pada sistem penjernih air telah berhasil mereduksi
bakteri E. coli sampai 100% setelah proses penjernihan selama 3 jam. Penelitian
TiO2 berpori juga telah dilakukan oleh Pritama, dkk (2009) tentang pembuatan
filter air berpori mikro menggunakan titanium dioksida sebagai bahan utama
dengan penambahan bubuk silica dan menghasilkan ukuran partikel sekitar (0,5-1)
μm.
Sintetis TiO2 dilakukan dengan metode pemanasan sederhana dalam
larutan polimer. Polimer yang digunakan adalah polietilen glikol (PEG 6000).
Sifat utama dari PEG adalah stabil, tersebar merata, higroskopik (mudah
menguap), dapat mengikat pigmen. TiO2 hasil sintetis diaplikasikan untuk
penjernihan air limbah tekstil dan dilakukan pengujian kualitas air seperti derajat
keasaman (pH) dan total dissolved solid (TDS). TDS merupakan parameter dari
jumlah material yang dilarutkan dalam air yang mencakup klarbonat, bikarbonat,
klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik
(Oram,2010).

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di uraikan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakter dari material fotokatalis titanium dioksida (TiO2) ?
2. Bagaimana hasil penjernihan air limbah dengan menggunakan material
fotokatalis TiO2 dengan waktu sintesis yang divariasikan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui karakter dari material fotokatalis titanium dioksida (TiO2)
2. Untuk Menentukan hasil penjernihan air limbah dengan meanggunakan
material fotokatalis TiO2 dengan waktu sintesis yang divariasikan.

1.4 Manfaat Penelitian


Untuk menambah wawasan bvaru mengenai penjernihan air yang tercemar
oleh limbah tekstil yang dibuang ke perairan. Agar tetap mampu terjaga
kebersihan perairan daris egala macam yang membahayakan makhluk hidup.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larangan Merusak dan Anjuran Menjaga Lingkungan dalam Al-Quran


Telah banyak kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari pembuangan
limbah industri. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : kurangnya
kesadaran bahwa pengolahan limbah merupakan investasi jangka panjang yang
harus dilakukan, kurangnya teknologi IPAL (Instalansi pengolahan air limbah)
dan kurangnya sumber daya manusia yang menguasai IPAL. Berbagai kerusakkan
yang diakibatkan dari pencemaran limbah terjadi diberbagai sektor antara lain
terhadap estetika lingkungan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, kualitas air
permukaan dan terhadap biota air disepanjang jalur pembuangan limbah (Setiyono
dan Yudo, 2008)
Kerusakan terhadap lingkungan yang diakibatkan tindakan manusia sudah
diberitakan sejak dahulu oleh Al-Qur’an, yaitu sebagaimana firman Allah SWT :

‫ْضالَّ ِذي َع ِملُوالَ َعلَّهُ ْم‬ ِ َّ‫رِّو ْالبَحْ ِربِ َما َك َسبَ ْتأ َ ْي ِديالن‬
َ ‫اسلِيُ ِذيقَهُ ْمبَع‬ ْ ِ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُدف‬
َ َ‫يالب‬
َ ‫يَرْ ِجع‬
‫ُون‬
Artinya : Telah Nampak kerusakkan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)(Q.S
Ar-Ruum:41).

ْ al-fasad menurut al-ashfahani dalam shibah (2003) adalah


Kata (‫)ال َف َس اد‬
keluarnya sesuatu dari keseimbangan baik sedikit maupun banyak. Kata ini
digunakan menunjukkan apa saja, baik jasmani, jiwa maupun hal-hal lain.
Sementara itu, beberapa ulama kontemporer memahaminya dalam arti kerusakkan
lingkungan. Karena ayat di atas mengaitkan kata fasad tersebut dengan kata darat
dan laut (Shihab, 2003).
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad, hal
ini dapat berarti bahwa darat dan laun sendiri telah mengalami kerusakkan.,
ketidakseimbangan serta kekurangan manfaat. Laut tercemar sehingga ikan mati
dan hasil laut berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi kemarau
panjang. Akibatnya, keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Hal inilah yang
membuat ulama kontemporer memahami ayat ini tentang isyarat kerusakkan
lingkungan (Shihab, 2003).

Kata fasad juga digunakan dalam ayat al-qur’an lainnya, antara lain :

6
‫ْل ۗ َواللَّهُاَل ي ُِحب ُّْالفَ َسا َد‬uَ ‫اويُ ْهلِ َك ْال َحرْ ثَ َوالنَّس‬ ِ ْ‫َوإِ َذاتَ َولَّ ٰى َس َع ٰىفِياأْل َر‬
َ َ‫ضلِيُ ْف ِس َدفِيه‬
Artinya : Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan dibumi untuk
mengadakan kerusakkan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang
ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan (Q.S Al-Baqarah: 205).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyukai orang yang
melakukan kerusakkan, yaitu menghancurkan tanaman dan binatang dengan
melkukan berbagai tindakan criminal, sehingga hujan tidak turun dan hasil-hasil
tanaman juga mongering, bumi kering, hewan-hewan mati serta terputuslah
keturunan dan pekerjaannya. Allah SWT membencinya dan membenci orang-
orang yang melakukannya (Al Jazairi, 2006)
Adapun ayat lain yang juga memuat larangan Allah SWT untuk berbuat
kerusakkan di bumi adalah :

َ ً‫اوا ْد ُعوهُ َخ ْوف‬


ۚ ‫اوطَ َمعًا‬ ِ ْ‫َواَل تُ ْف ِس ُدوافِياأْل َر‬
َ َ‫ضبَ ْع َدإِصْ اَل ِحه‬
َ ِ‫إِنَّ َرحْ َمتَاللَّ ِهقَ ِريبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِسن‬
‫ين‬

Artinya : Dan jangan lah kamu membuat kerusakkan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (Q.S Al A’raf: 56).

Pengerusakkan dalah sebuah betuk pelampauan batas dan merusak setelah


diperbaiki jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum diperbaiki (Shihab,
2003). Berbuat ihsan (baik) adalah sebuah keharusan, baik ihsan dalam pengertian
umum maupun dalam arti khusus. Sebab Allah SWT menyukai orang-orang yang
berbuat baik (Al Jazairi, 2006).
Alam raya telah diciptakan Allah SWT dengan sangat harmonis, serasi dan
memenuhi kebutuhan makhluk. Allah SWT telah menjadikannya baik, bahkan
memerintahkan hamba-hambaNnya untuk memperbaikinya (Shihab, 2003).
Untuk itu, sudah menjadi tugas manusia untuk berusaha menjaga,
mencegah dan memperbaiki kelestarian lingkungan. Sebab Allah SWT tidak akan
merubah nasib manusia jika manusia tersebut tidak merubahnya. Sebagaimana
firman Allah SWT :

ۗ ‫م‬uْ ‫لَهُ ُم َعقِّبَاتٌ ِم ْنبَ ْينِيَ َد ْي ِه َو ِم ْنخ َْلفِ ِهيَحْ فَظُونَهُ ِم ْنأ َ ْم ِرهَّللا ِ ۗ إِنَّاللَّهَاَل يُ َغيِّ ُر َمابِقَوْ ٍم َحتَّ ٰىيُ َغيِّرُوا َمابِأ َ ْنفُ ِس ِه‬
ٍ ‫ ۚ َو َمالَهُ ْم ِم ْن ُدونِ ِه ِم ْن َو‬uُ‫َوإِ َذاأَ َرادَاللَّهُبِقَوْ ٍمسُو ًءافَاَل َم َر َّدلَه‬
‫ال‬

7
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukkan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya ; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain dia (Q.S Ar-
Ra’d:11).

ْ 1َ‫ )ق‬qaum/masyarakat dalam ayat diatas


Menurut Shihab (2003), kata (‫وم‬1
menunjukkan bahwa perubahan sosial tidak dapat dilakukan oleh seorang manusia
saja. Kata qaum juga menunjukkan bahwa hukum kemasyarakatan ini tidak
hanya berlaku kepada kaum musliminatau satu suku, ras dan agama tertentu tetapi
dia berlaku umum, kapan dan dimana pun mereka berada. Perubahan sosial dapat
bermula dari seseorang dan ketika ia menyebarkan idenya dapat diterima dan
menyebar luas dikalangan masyarakat luas. Lalu sedikit demi sedikit terjadilah
perubahan sosial tersebut.
Salah satu inovasi dan usaha manusia untuk mencegah keruakkan
lingkungan yang diakibatkan oleh buangan limbah organik adalah menggunakan
proses fotokatalis dengan semikonduktor TiO2. Berbagai penelitian dilakukan
untuk meningkatkan proses fotokatalis, salah satunya adalah dengan melakukan
doping TiO2.

2.2 Fotokatalis
Fotokatalisis merupakan suatu kombinasi antara proses fotokimia dan
katalis. Cahaya katalis dibutuhkan agar dapat melangsungkan suatu transformasi
atau reaksi kimia. Transformasi kimia yang diinduksikan oleh sinar tersebut
terjadi pada permukaan suatu katalis (Sofyan, 1998). Induksi oleh sinar
menimbulkan terjadinya eksitensi elektron dari pita valensi ke pita induksi. Proses
ini akan menghasilkan hole yang akan bereaksi dengan molekul H2O untuk
menghasilkan radikal hidroksil (Andayani dan Sumartono, 2007).
Beberapa kelebihan dari metode degradasi fotokatalitik (Ming-Chun dan
Chiu-Ping, 2007) antara lain kontaminan organik dapat terdekomposisi secara
keseluruhan dengan cepat, sifat toksik dari logam berat dapat berkurang, matahari
dapat digunakan sebagai sumber sinar, dan bersifat soft yaitu dapat dilakukan
pada temperatur dan tekanan rendah.
Fotokatalisis berdasarkan fasanya, reaksi fotokatalisis terbagi menjadi dua,
yaitu :
1. Fotokatalisis homogen, merupakan suatu proses fotokatalisis satu fasa antara
substrat dengan katalis. Pada umumnya katalis berupa oksidator seperti ozon
(O3) dan hydrogen peroksida (H2O2).
2. Fotokatalisis heterogen , merupakan suatu proses fotokatalisis dua fasa yang
dapat dilakukan dengan bantuan semikonduktor. Semikonduktor yang dipakai

8
adalah titanium dioksida (TiO2), seng oksida (ZnO), dan cadmium sulfide
(CdS) (Otmer-Kirk, 1994).

2.3 Material Fotokatalis


Fotokatalis merupakan bahan yang dapat mengubah laju reaksi kimia
dengan menggunakan radiasi cahaya. Fotokatalis biasanya merupakan oksidator
kuat yang mampu memecah material organik menjadi CO2 dan air dengan bantuan
sinar matahari.
Fotokatalitik dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu fotokatalitik homogen
dan fotokatalitik heterogen. Fotokatalitik homogen adalah proses fotokatalitik
dengan bantuan zat pengoksidasi seperti ozon dan hidrogen peroksida, sedangkan
fotokatalitik heterogen dilakukan dengan bantuan semikonduktor yang diradiasi
sinar UV. Fotokatalitik heterogen adalah teknologi oksidasi yang merupakan
suatu metode baru dalam pemurnian air limbah. Fotokatalis diradiasi oleh sinar
UV (λ = 413 nm) menghasilkan pasangan elektron-hole dan membentuk radikal
hidroksil. Radikal hidroksil mendegradasi berbagai macam polutan organik
seperti herbisida, pestisida, aromatic, alifatik, pewarna, dan biopolymer seperti
protein, karbohidrat, dan lemak (manendar, 2010).

2.4 Fotodegradasi
Fotodegradasi adalah suatu proses peruraian suatu senyawa (biasanya
senyawa organik) dengan bantuan energi cahaya (foton). Proses fotodegradasi
memerlukan suatu fotokatalis yang umumnya merupakan suatu bahan
semikonduktor. Prinsip fotodegradasi adalah loncatan elektron dari pita valensi ke
pita konduksi pada logam semikonduktor apabila dikenai cahaya (foton).
Loncatan elektron ini menyebabkan timbulnya hole (lubang elektron) yang dapat
berinteraksi dengan pelarut air membentuk radikal OH˙. Radikal ini bersifat aktif
dan dapat berlanjut untuk menguraikan senyawa organik target.
Fotodegradasi adalah proses peruraian suatu senyawa (biasanya senyawa
organik) dengan bantuan energi foton. Proses fotodegradasi memerlukan suatu
fotokatalis, yang umumnya merupakan bahan semikonduktor. Prinsip
fotodegradasi adalah adanya loncatan elektron dari pita valensi ke pita konduksi
pada logam semikonduktor jika dikenai suatu energi foton. Loncatan elektron ini
menyebabkan timbulnya hole(lubang elektron) yang dapat berinteraksi dengan
pelarut (air) membentuk radikal OH. Radikal bersifat aktif dan dapat berlanjut
untuk menguraikan senyawa organik target. Diantara beberapa logam fotokatalis,
oksida Ti dilaporkan memiliki aktivitas yang cukup besar dan efektif selain murah
dan non toksik.
Dalam reaksi fotokatalis dengan TiO2 dalam bentuk kristal anatase TiO2
dilaporkan sebagai komponen aktif sedangkan dalam bentuk rutile kurang
menunjukkan aktifitasnya. TiO2 dengan bentuk kristal anatase dan rutile jika
dikenai suatu sinar UV dengan λ < 385 nm untuk anatase dan λ = 405 nm untuk

9
rutile, akan menghasilkan spesies oksidator pada permukaannya. TiO 2 merupakan
spesies oksidator kuat yang ditunjukkan H+ pada permukaannya. Oleh karenanya
TiO2 mampu mengoksidasi spesies kimia yang mempunyai potensi redoks yang
lebih kecil.
Pengurangan ukuran kristal berguna untuk menekan rekombinasi
fotoeksitasi electron (e-) dan lubang (H+). Penelitian fotokatalisis oleh TiO 2
berkembang pesat sejak publikasi Fujisima & Honda mengenai fotoelektro
katalisispemecahan air pada elektroda lapisan tipis TiO2. Dari sisi aplikasi telah
dirancang berbagai bentuk reaktor fotokatalisis untuk degradasi zat organik dalam
fase cair maupun gas. Aktivitas TiO2 murni dalam mendegradasi zat warna
(metilen biru) dengan sinar matahari sebagai sumber foton[6]. Penurunan
konsentrasi metilen biru mencapai 98% dalam waktu ekspos 1 jam. Kemampuan
fotodegradasi oleh TiO2 sehingga menghasilkan mineralisasi senaywa menjadi
CO2, SO42-, NH4+ dan NO3- .
Pada perkembangan selanjutnya fotoaktivitas TiO2 meluas untuk
digunakan sebagai antibakteri pada pasta gigi dan kosmetika serta desinfeksi
bakteri . Beberapa faktor akan mempengaruhi aktivitas fotokatalis TiO 2, salah satu
yang terpenting adalah bentuk kristalnya. Untuk kepentingan pengolahan limbah,
dispersi TiO2 pada pengemban berpori (mesoporous material) memberikan
keuntungan lebih khususnya secara ekonomis. Aktivitas TiO 2 –montmorillonit
dapat dimanfaatkan untuk fotodegradasi zat warna dan pada fotodegradasi
senyawa organik dari limbah cair industri tekstil . Struktur kimia zeolit yang
terdiri dari silika alumina terhidrat yang mengandung kation dapat dipertukarkan,
pada Gambar 1. Jika kation tersebut digantikan oleh Ti4 +, dilanjutkan dengan
oksidasi dan kalsinasi, diharapkan dibentuk oksida Ti terdispersi pada permukaan
padatan secara merata sesuai posisi ion tertukar.

2.5 Kinetika Reaksi


Kinetika reaksi adalah ilmu yang mempelajari laju reaksi atau seberapa
cepat proses reaksi berlangsung dalam waktu tertentu. Kinetika reaksi
menjelaskan hubungan antara perubahan konsentrasi reaktan (atau produk)
sebagai fungsi waktu. Reaksi kimia juga disebut sebagai reaksi kinetik yang
mempelajari tentang kecepatan dan mekanisme dalam reaksi kimia. Sebuah sistem
reaksi tidak dalam kesetimbangan sehingga reaksi kinetik bukan bagian dari
termodinamika tetapi cabang dari kinetik .
Kecepatan reaksi merupakan laju perubahan konsentrasi substansi yang
terlibat dalam suatu reaksi terhadap satuan waktu. Secara kuantitatif kecepatan
reaksi dikaji dari segi tingkat reaksi atau orde reaksi. Orde reaksi merupakan
pangkat dari komponen pada saat reaksi berlangsung. Orde dari suatu reaksi
hanya dapat diperoleh secara eksperimen dan dapat diramalkan jika sudah
diketahui mekanisme reaksinya .

10
Hukum laju reaksi merupakan salah satu parameter penting dalam suatu
reaksi kimia. Untuk mengetahui laju reaksi suatu reaksi kimia,maka ditulis
persamaan sebagai berikut :
V(t) = k [A]mA [B]mB
Dengan ketentuan [A] dan [B] adalah konsentrasi suatu reaktan pada
reaksi dan mA dan mB adalah orde reaksinya. Jika ada sebuah reaktan P dan Q
yang kemudian bereaksi, maka akan terbentuk produk S:
p+q s
Kinetika dan pemodelan pada laju reaksi fotokatalisis (foto-mineralisasi
dan foto-desinfaksi) kontaminan air sangat berguna untuk proses scale-up.
Kegunaan model kinetika adalah untuk mengintrpretasikan data percoban
sehingga dapat diestimasikan volume sistem fotoreaktor yang diperlukan dan serta
optimasi sistem fotoreaktor yang telah ada. Model kinetika fotomineralisasi dan
fotodesinfeksi memiliki perbedaan, berikut adalah pembahasan setiap jenisnya.
Beberapa penelitian menemukan reaksi dengan orde nol atau satu sesuai
untuk model fotomineralisasi dari senyawa organic. Batasan kondisi berlakunya
model tersebut adalah konsentrasi zat terlarut tidak cukup renap. Pada sebagian
besar studi kinetika, laju reaksi oksidasi umumnya meningkat dengan
penambahan waktu iradiasi hingga lajunya bernilai nol. Menurut model Langmuir
Hinshelwood pada persamaan di bawah, laju reaksi fotokatalisis (r) sebanding
dengan fraksi permukaan yang terisi oleh substrat organik (θx), kr adalah
kosntanta laju reaksi, C adalah konsentrasi substrat organik dan K adalah
konstanta adsorpsi Langmuir.

2.6 Imobilisasi
Imobilisasi berasal dari kata imobil yang berarti berulang kali. Imobilisasi
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kestabilan struktur suatu senyawa
dan mempertahankan sifat dari senyawa tersebut sehingga senyawa tersebut dapat
digunakan lebih dari satu kali. Dalam penelitian ini dilakukan imobilisasi
senyawa TiO2 dalam bentuk anorganik dan organiknya ke dalam suatu resin yang
bertujuan untuk mempertahankan aktifitas fotokatalis dari TiO2 tersebut sehingga
TiO2 bisa digunakan berulang kali, walaupun tetap mempunyai masa aktif. Selain
itu, immobilisasi TiO2 ke dalam resin juga bertujuan untuk meningkatkan
aktifitas fotokatalisnya yaitu dengan memperbesar luas permukaan TiO2 sehingga
fungsinya sebagai fotokatalis lebih optimal.

2.7 Semikonduktor

11
Berdasarkan daya hantar listriknya, zat padat digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu konduktor, semikonduktor dan isolator. Perbedaan antara konduktor,
semikonduktor, dan isolator dapat dijelaskan oleh gambar berikut.

Gambar : Perbandingan celah pita antara konduktor, semikonduktor dan isolator


Pita valensi merupakan pita yang terdapat elektron valensi. Tingkat energi
tertinggi pada pita valensi disebut tingkat energi Fermi (Ef). Dibagian tingkat
energo Fermi terdapat tingkat-tingkat energi yang masih kosong yang disebut
dengan pita konduksi dimana elektron dapat mengalir melalui pita konduksi
tersebut. Kesenjangan antara pita valensi dan pita konduksi disebut kesenjangan
energi atau celah pita (band gap). Kesenjangan energi (band gap) inilah yang
merupakan kuran kemudahan suatu logam untuk menghantarkan arus listrik.
Apabila suatu bahan atau logam dihubungkan dengan sumber arus listrik atau
magnet, elektron yang berada disekitar tingkat energi fermi (Ef) mendapatkan
tambahan energi sehingga tingkat energinya menjadi naik. Hal ini mengakibatkan
elektron dapat berpindah dari pita valensi yang mengandung elektron menuju ke
pita konduksi yang sehingga arus listrik dapat mengalir (Huheey dkk, 1993).
Pada bahan konduktor tidak terdapat kesenjangan antar pita valensi dengan
pita konduksi. Akibatnya dengan adanya pertambahan energi yang kecil elektron
valensi dapat berpindah ke pita konduksi. Bahan konduktor memiliki nilai daya
hantar listrik (σ) sebesar 104 – 106 ohm-1cm-1 (Huheey dkk, 1993).
Bahan semikonduktor memiliki kesenjangan anatar pita valensi dengan
pita konduksi sebesar 0,5 – 3,0 Ev. Hanya beberapa elektron yang mempunyai
energi yang sesuai yang dapat berpindah ke pita konduksi. Bahan semikonduktor
memiliki nilai daya hantar listrik (σ) sebesar 10-3 – 105 ohm-1 cm-1 (Huheey dkk,
1993)

12
Bahan isolator memiliki kesenjangan antara pita valensi dengan pita
konduksi sebesar 6,0 Ev. Pada bahan isolator, energi yang ditimbulkan oleh
medan listrik tidak dapat menghasilkan elektron dengan energi yang sesuai untuk
dapat berpindah ke pita konduksi. Hal inilah yang menyebabkan bahan isolator
tidak dapat menghantarkan arus listrik. Bahan isolator memiliki nilai daya hantar
listrik (σ) sebesar 10-15 – 10-3 ohm-1 cm-1 (Huheey dkk, 1993).

2.8 Semikonduktor TiO2


2.8.1 Sifat TiO2
Titanium dioksida (TiO2) adalah material semikonduktor yang termasuk
kedalam satuan oksida logam. Titanium dioksida (TiO 2) merupakan Kristal
berwarna putih yang bersifat asam. Kristal ini tidak dapat larut dalam air, asam
klrorida, asam sulfat encer, dan alcohol tetapi larut dalam asam sulfat pekat dan
asam fluarida (Merck, 2000). TiO2 memiliki 3 bentuk struktur Kristal yaitu rutile,
anatase, dan brookite. Mineral TiO2 yang utama adalah FeTiO3 (ilmenite) dan
CaTiO3 (Perevskite) (Lee, 1994). Adapun struktur dari rutile, anatase, dan
brookite dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar : Struktur rutile, anatase, dan brookite

Sifat Rutile Anatase Brookite


Bentuk kristal Tetragonal Tetragonal Orthogonal
a (Å) 4,58 3,78 9,18
b (Å) - - 5,45
c (Å) 2,95 9,5 5,14
Berat jenis 4,27 3,89 4,12
Volume molar 18,69 20,16 19,38
Kekerasan 6,0-7,0 5,5-6,0 6,0-6,5
18850C Berubah menjadi Berubah menjadi
Titik didih rutile pada suhu rutile pada suhu 7500C
9150C

13
2.8.2 Kegunaan TiO2
Beberapa kegunaan TiO2 (Lee, 1994) antara lain sebagai pelapis suatu
bahan agar tidak mudah teroksidasi, sebagai bahan pewarna (dengan menambah
BaSiO4) yang biasa disebut titan white, bahan interior rumah, bahan pelapis kertas
agar tidak berlemak, untuk lampu elektroda dan sebagai fotokatalis.
Titanium dioksida (TiO2) merupakan semikonduktor yang paling sesuai
untuk aplikasi lingkungan. Keunggulan dari TiO2 yaitu mempunyai celah pita
energi (band gap) yang besar (3,2 eV untuk fasa anatase dan 3,0 eV untuk fasa
rutile), sehingga memungkinkan banyak terjadinya eksitasi elektron kedalam pita
konduksi dan pembentukan hole pada pita valensi saat diinkubasi cahaya
ultraviolet. Mempunyai sifat stabil pada cahaya, dapat menyerap sinar UV dengan
baik, inert, tidak beracun, memiliki kemampuan oksidasi yang tinggi dan
mempunyai konsumsi energi yang rendah.
Jika TiO2 disinari UV dapat menghasilkan pasangan elektron-hole, maka
dalam katalis semikonduktor TiO2 dapat terjadi reaksi oksidasi dan reduksi
(redoks) sekaligus. Reaksi-reaksi dapat diaplikasikan untuk detoksifikasi air
(water treatment), detoksifikasi udara (air cleaning effect) dan proses inaktivasi
bakteri (antibacterial effect). Disamping itu, karena film TiO2 dipermukaan bahan
juga menyebabkan sudut kontak air turun menjadi lebih kecil dari 10o (sifat
superhidrofilik), maka TiO2 juga dapat diaplikasikan untuk menghilangkan kabut
pada keramik (antifogging effect) dan keramik yang bisa dengan mudah
dibersihkan (self-cleaning effect) (Pramadewi, 2014).

2.9 Mekanisme Fotokatalis Dengan Material Semikonduktor TiO2


Tujuan reaksi fotokatalis heterogen adalah untuk mendekomposisi
senyawa organik yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Proses oksidasi
fotokatalitik dapat mengganti banyak metode desinfeksi seperti ozonisasi,
klorinasi dan radiasi UV-C yang berpotensi menimbulkan bahaya (Chaterine,
2002: 145-156). Contoh senyawa organik yang sukses didekomposisi menjadi
CO2 dan senyawa yang lebih ramah dengan fotokatalis antara lain fenol,
halofenol, alkoalkana, hidrokarbon, aromatic, kresol, alcohol, polimer, herbisida,
peptisida bakteri, virus, jamur, sel kanker, dan spora resisten tinggi. Skema reaksi
fotokatalis dapat dilihat pada gambar.

14
Gambar : Proses Fotokatalis

Secara singkat skema tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.


a. Fotokatalis menyerap cahaya dalam bentuk energi foton. Energi ini digunakan
untuk melepas elektron dari VB (Valence Band) ke CB (Conduction Band).
Supaya elektron bisa tereksitasi dari VB ke CB, energi yang diserap oleh
fotokatalis harus sama dengan atau lebih besar dari bandgap energy fotokatalis.
b. Elektron yang telah mencapai di CB kemudian ditransfer ke permukaan
fotokatalis untuk mereduksi air menjadi hidrogen. Reaksi air menjadi hidrogen
ini adalah reaksi reduksi H+ menjadi H2 yaitu muatan +1 berkurang menjadi
netral dengan menyerap elektron.
c. Karena elektron dari VB sudah tereksitasi ke CB, tentu saja tempat elektron di
VB menjadi kosong (empty orbital). Orbital kosong ini disebut hole, suatu
karakter yang juga mempunyai peran penting dalam reaksi ini. Sama seperti
elektron, hole akan dutransfer ke permukaan fotokatalis dan mengoksidasi air
menjadi oksigen (H2O menjadi O2).
d. Elektron yang sudah mencapai CB bisa kembali lagi ke VB (recombination
reaction). Salah satu cara untuk mencegah recombination reaction adalah
dengan menambahkan material lain di permukaan fotokatalis. Material lain
yang ditambahkan ini dinamakan kokatalis dan biasanya berupa nanomaterial.
Koktalis mempunyaifungsi ganda, yaitu sebagai active site untuk
reduksi/oksidasi air dan untuk mengekstrak elektron dari fotokatalis sehingga
tidak kembali ke VB.

15
2.10Energi Gap
Menurut Gunlazuardi (2001), TiO2 mempunyai energi celah pita 3,2 eV.
Hal ini mengindikasikan bahwa h+ pada permukaan TiO2 merupakan spesi
oksidator kuat yang akan mengoksidasi spesi kimia lain yang memiliki potensial
redoks lebih kecil. Anatase merupakan tipe dari TiO2 yang paling aktif
dibandingkan dengan brokite dan rutile. Hal ini dikarenakan band gap dari anatase
sebesar 3,2 eV (lebih dekat ke sinar UV, dengan panjang gelombang maksimum
388 nm). hal ini yang membuat letak pita konduksi dari anatase lebih tinggi
daripada rutil.
Sedangkan pita valensi dari anatase dan rutil sama yang membuat anatase
mampu mereduksi molekul oksigen menjadi superoksida serta mereduksi air
menjadi hidrogen (Linsebigler, 1995). Semakin kecil band gap, semakin mudah
pula fotokatalis menangkap foton dengan tingkat energi yang lebih kecil namun
kemungkinan terbentuknya rekombinan elektron dan hole menjadi semakin besar.
Titanium dioksida merupakan salah satu semikonduktor oksida yang telah
dipelajari secara ekstensif sebagai fotokatalis sejak ditemukan efek sensitisasi
cahaya oleh Honda dan Fujishima pada tahun 1971. Titanium dioksida memiliki
energy gap yang sangat lebar yaitu sekitar 3,2 eV-3,8 eV (Beiser, 1987). Titanium
(IV) oksida merupakan material yang digunakan untuk solar cell dan fotokatalis
untuk dekomposisi air, pelapisan material untuk membuat lapisan superhidrofilik
dan lainnya. Struktur titanium (IV) oksida sangat menarik karena berbentuk
tetragonal (rutil dan anatase) dan ortorombik (brokite). Diantara struktur titanium
(IV) oksida tersebut, jenis anatase yang menunjukkan fotoaktifitas yang paling
tinggi diantara bentuk kristal lainnya. Oleh karena itu, titanium (IV) oksida hanya
aktif di bawah sinar ultraviolet (panjang gelombang <400 nm) dengan lebar band
gap 3,2 eV (anatase). Respon fotokatalis dalam sinar visibel (panjang gelombang
> 400 nm) dibutuhkan untuk memanfaatkan spektrum sinar untuk produksi energi
hidrogen dengan pemecahan air, pemurnian air dan udara, dan pemanfaatan
lainnya (Fujishima et al, 1999).
Liang et al (2007) mempelajari hubungan antara panjang gelombang
absorpsi dengan energi band gap dengan membandingkan titanium (IV) oksida
dengan TNT (titanium (IV) oksida nanotube). Sebagai perbandingan Degussa P25
mempunyai absorbansi diatas 400 nm, untuk TNT berada pada panjang
gelombang antara 370-380 nm. Quan et al (2005) mengemukakan tentang
pergeseran blue shift secara signifikan dengan energi band gap yang tinggi dari
TNT dibandingkan dengan partikel titanium (IV) oksida menggunakan preparasi
material, struktur kristal, dan permukaan.
Menurut Welte et al dan Monllor-Satocca et al dalam Valencia et al (2010)
Spektrum absorpsi dari semikonduktor sangat penting. Semikonduktor untuk
fotokatalis mempunyai harga yang sebanding antara band gap dengan gelombang
cahaya baik visibel atau ultra violet, mempunyai harga Eg < 3,5 eV. Kebanyakan
peneliti menetapkan dalam titanium (IV) oksida bentuk rutile mempunyai dua

16
band gap yaitu direct band gap yang besarnya 3,06 eV dan indirect band gap yang
besarnya 3,10 eV dan anatase hanya mempunyai indirect band gap 3,23 eV.
Menurut Reddy et al dalam Valencia (2010) band gap dari titanium (IV)
oksida bentuk anatase mempunyai band gap indirect sangat rendah yaitu 2,95 eV
– 2,98 eV. Bentuk anatase dari titanium (IV) oksida lebih menguntungkan. Telah
dilaporkan dalam berbagai literatur bahwa band gap dari titanium (IV) oksida
bentuk anatase sekitar 2,86 eV sampai 3,34 eV, perbedaan tersebut disebabkan
karena perbedaan stoikhiometri dari cara sintesisnya, kandungan impurities,
ukuran kristal dan tipe transisi elektronik (Hidalgo et al, 2007; Hossain et al,
2008).
Band gap dari titanium (IV) oksida sebesar 3,2 eV-3,8 eV masih terlalu
lebar untuk proses eksitasi elektron. Lebarnya band gap dari titanium (IV) oksida
diatasi dengan penambahan dopan logam untuk menurunkan band gap dari
titanium (IV) oksida seperti yang dilakukan oleh Slamet et al (2011) dan Afrozi
(2010). Penelitian terus berkembang untuk meningkatkan efisiensi dan sensitivitas
terhadap cahaya dari TiO2, salah satunya adalah dengan dopan logam. Istilah
dopan merujuk pada pengotor pada suatu material dengan tujuanmemodifikasi
karakteristik elektroniknya. Dengan gambaran tersebut, dopan harus mampu.

2.11 Doping TiO2 Dengan Menggunakan Ion Logam


Efektifitas fotokatalis dapat ditingkatkan melalui proses doping ion logam.
Aktivitas fotokatalis TiO2 berkaitan dengan struktur dan ukuran nanopartikel dari
TiO2. Penambahan ion logam akan mempengaruhi karakter dari TiO2 dimana akan
mempengaruhi efektivitas sistem fotokatalisnya (Rilda, 2010).
Doping material TiO2 dengan berbagai jenis logam baik dengan cara
tersubstitusi maupun terintertisi pada permukaan TiO2, dapat mempengaruhi
karakteristik struktur, morfologi dan fotoaktivasi material TiO 2. Logam yang
dapat bertindak sebagai dopan antara lain besi (Fe), Vanadium (V), Kromium
(Cr), Nikel (Ni), dan platina (Pt). Dopan logam tersebut dapat membentuk larutan
padat substitusi atau intertisi dengan TiO2 tergantung pada ukuran dan tingkat
oksidasi ion logam (Choi, 2009)

2.12Hidrogen
Hidrogen merupakan energi serba guna yang dapat digunakan sebagai
sumber energi hampir disetiap aktivitas yang membutuhkan energi. Sel bahan
bakar hidrogen merupakan konversi energi yang efisien yang mulai
dikembangkan. Keuntungan tenaga sel bahan bakar dari hidrogen adalah bebas
polusi dan juga memiliki lebih dari dua kali lipat efisiensi pembakaran bahan
bakar biasa. Hidrogen saat ini belum banyak digunakan, tetapi memiliki potensial
sebagai sumber energi di masa depan. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai
sumber (air, bahan bakar fosil, atau biomassa) dan merupakan hasil samping dari
proses kimia lainnya.

17
Hidrogen merupakan suatu senyawa kimia yang memiliki sifat utama yaitu
sangat mudah terbakar. Sebagai sumber energi, hidrogen mempunyai kandungan
massa energi yang paling tinggi dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, yaitu
120,7 kJ/g. Pada sektor energi bahan bakar alternatif, hidrogen banyak diarahkan
untuk sel bahan bakar (fuel cells), seperti Proton-Exchange Membrane Cells
(PEMFC), yang diproyeksikan dapat menggantikan pembangkit tenaga listrik.
Hidrogen terdapat dalam jumlah banyak di jagat raya baik dalam bentuk
molekul hidrogen (H2) maupun atom hidrogen (H) karena hidrogen merupakan
unsur penyusun benda-benda langit seperti bintang. Namun, keberadaan hidrogen
dalam keadaan bebas (sebagai molekul H2) di bumi jumlahnya tidak lebih dari 1
ppm (v/v). Kebanyakan hidrogen yang ada di bumi ditemui dalam bentuk
senyawa kimia seperti senyawa hidrokarbon dan air. Untuk mendapatkan
hidrogen dalam bentuk molekul diatomik dari senyawa kimia tersebut, diperlukan
banyak energi. Metode produksi hidrogen yang banyak digunakan saat ini adalah
proses steam reforming of methane (SRM). Proses ini memang menghasilkan
hidrogen dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada proses fotokatalitik
heterogen. Namun, karena menghasilkan senyawa CO melebihi toleransi yang
diperkenankan untuk aplikasi fuel cell (10-20 ppm), proses ini membutuhkan unit
tambahan untuk proses pemurnian hidrogen (Takenaka, 2001). Selain itu,
kebanyakan senyawa metana yang digunakan bersumber dari minyak bumi dan
gas alam yang merupakan sumber energi yang tidak terbaharukan.
Sintesis hidrogen selain menggunakan metode Steam Methane Reforming
(SRM) dapat juga menggunakan partial oxidation, plasma reforming, dan coal.
Tetapi, metode partial oxidation, plasma reforming, dan coal menghasilkan gas
CO selain itu proses yang digunakan juga mahal. Oleh sebab itu, metode seperti
partial oxidation, plasma reforming, dan coal dihindari. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai bahan baku utama
sintesis hidrogen dengan menggunakan air. Metode yang sering digunakan untuk
sintesis hidrogen adalah dekomposisi air atau water splitting yang menghasilkan
gas hidrogen dan oksigen yang lebih ramah lingkungan.

2.13 Proses Dekomposisi Air


Secara termodinamika, reaksi dekomposisi air merupakan reaksi yang sulit
terjadi karena memiliki energi bebas gibbs yang besar (ΔGo= 238 kJ/mol setara
dengan 2,467 eV). Mekanisme dasar dekomposisi air menggunakan fotokatalis
heterogen dengan kosentrasi asam 1 M dengan elektrode Pt pada tekanan 1
atmosfer pada suhu 25 oC diilustrasikan pada Gambar 2.4 berikut ini:

18
Gambar 2.1. Prinsip dasar dekomposisi pada fotokatalis heterogen.

Prinsip dasar dekomposisi air dimulai ketika semikonduktor dikenai sinar


yang memiliki energi sama atau lebih besar dari band gap semikonduktor untuk
mengeksitasi elektron yang berada di pita valensi menuju ke pita konduksi dengan
meninggalkan hole di pita valensi. Perpindahan elektron ini menyebabkan
terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi. Pada proses dekomposisi air, molekul air
direduksi oleh elektron untuk membentuk hidrogen dan dioksidasi oleh hole untuk
membentuk oksigen. Pada proses dekomposisi air, bagian bawah dari pita
konduksi harus memiliki potensial reduksi yang lebih negatif dari potensial H+
untuk membentuk H2 (0 V vs NHE), sementara bagian teratas pada pita valensi
harus lebih positif daripada potensial oksidasi dari H2 untuk membentuk O2 (1,23
V vs NHE). Oleh karena itu, band gap yang digunakan harus lebih dari 1,23 eV
Reaksi keseluruhan dari dekomposisi air ada tiga langkah ditunjukkan pada
Gambar 2.5 berikut ini:

Gambar 2.2. Proses reaksi dekomposisi air pada fotokatalis heterogen.

19
Langkah pertama dari reaksi dekomposisi air adalah fotokatalis menyerap
energi foton lebih tinggi daripada energi gap dari fotokatalis dan menyebabkan
terjadinya foto eksitasi yang menyebabkan terciptanya elektron hole pada bulk.
Langkah kedua, foto eksitasi menyebabkan e- dan h+ memisah tanpa
adanya rekombinan. Langkah ketiga menyerap spesies yang akan direduksi dan
dioksidasi untuk menggerakkan elektron dan hole untuk memproduksi H2 dan O2.
Langkah pertama dan kedua sangat bergantung pada struktur dan sifat-sifat
elektronik dari fotokatalis.
Langkah ketiga dari dekomposisi air merupakan gambaran cocatalyst yang
biasa didopan untuk meningkatkan aktifitas dari fotokatalis untuk meminimalisir
adanya rekombinan. Cocatalyst ini biasanya berupa logam-logam mulia atau
oksida logam dan didopan pada permukaan fotokatalis juga menyebar pada
nanopartikel untuk mengaktifkan sisi aktif dan mengurangi energi aktifasi untuk
gas yang dihasilkan. Keberadaan cocatalyst ini merupakan langkah yang penting
untuk menciptakan bulk dan sifat-sifat permukaan dari material untuk
meningkatkan aktifitas fotokatalitik untuk reaksi dekomposisi air.

2.14 Kualitas Air


Kualitas air memegang peranan penting dalam kehidupan baik organism
air maupun manusia. Kualitas air juga mempengaruhi seluruh komunitas perairan
seperti bakteri, tanaman air, ikan, zooplankton dan sebagainya.
Kualitas air menurut Sumarwoto (1984) ditenmtukan oleh banyak faktor
yaitu zat terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup khususnya jasad renik
didalam air, maka dapat dikatakan bahwa kualitas air adalah tingkat pencemaran
akibat proses alami dan aktivitas budaya manusia yang mempengaruhi kelayakan
air ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis.
Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari jumlah
kandungan bahan pencemar didalam limbah. Kandungan pencemar didalam
limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin kecil jumlah parameter dan
semakin kecil konsentrasinya, hal ini menunjukkan semakin kecil peluang untuk
terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Menurut Kristanto (2002) beberapa kemungkinan yang akan terjadi akibat
masuknya limbah kedalam lingkungan :
 Lingkungan tidak mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini disebabkan
karena volume limbah kecil, parameter pencemar yang terdapat dalam limbah
sedikit dengan konsentrasi yang kecil.
 Ada pengaruh perubahan, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
 Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah :


a. Volume limbah
b. Kandungan bahan pencemar

20
c. Frekuensi pembuangan limbah (Kristanto, 2002)

2.14.1 Kualitas Fisika-Kimia


Menurut Hadisubroto (1989) beberapa petunjuk yang digunakan untuk
menjelaskan adanya pencemaran dan parameter kualitas air adalah :
1. Teperatur
Temperatur sangat penting bagi kondisi lingkungan air, disamping pengaruh
langsung pada proses biologi. Temperatur mempunyai pengaruh adanya
lapisan air di suatu perairan lapisan atas (epilimnion) lebih panas dari lapisan
bawah (hipolimnion). Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan tyransisi
(termokline).
2. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut mempunyai faktor kritis yang lain dari lingkungan air, karena
temperature turun, tingkat kekeruhan oksigen tinggi. Keterlarutan oksigen di
air tawar lebih tinggi daripada air asin, karena sumber oksigen terlarut dekat
permukaan, konsentrasi oksigenakan turun dengan makin dalamnya air. Pada
temperature kamar, jumlah oksigen terlarut dalam air adalh 8 mg/l. Pada air
yang terkena pencemaran, produksi oksigen melalui fotosintesis dan oksigen
terlarut dari udara dapat mengenyangkan air dengan oksigen. Adanya materi
pencemar dapat mengurangi jumlah oksigen dalam air.
Tabel hubungan DO dengan kualitas air :
Kualitas air % kekenyangan Mg/l
Baik 90 - 100 13,5 - 15
Sedikit tercemar 75 - 90 11,25 – 13,5
Tercemar sedang 50 - 75 7,5 – 11,25
Sangat tercemar < 50 <7,5
Keterangan :
Kenaikan temperature dari 100C akan menurunkan sejumlah 50% oksigen
(Hadisubroto, 1989).
3. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD menyatakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan
organik dalam air. BOD yang rendah menunjukkan sedikit pencemaran, kira-
kira 5 mg/l uji BOD mengukur tendensi elemen yang menggunakan oksigen.
BOD mengukur kandungan oksigen total dan kemampuan sistem untuk
menurunkan oksigen.
4. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand merupakan ukuran yang baik, karena memberikan
petunjuk tentang jumlah materi yang terdegradasi oleh makhluk hidup dan
materi yang bersifat racun atau toksik
5. Kekeruhan, warna dan bau
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya zat-zat koloid yaitu zat
yang terapung, serta terurai secara halus, jasad-jasad renik atau benda lain yang

21
tidak mengendap segera. Warna air berkaitan erat dengan zat-zat koloid yang
tersuspensi di dalamnya. Masalah warna dan bau dapat dilacak dari bermacam-
macam zat pencemar, misalnya zat kimia pembersih maupun zat kimia terlarut
mengandung bau.
6. Petunjuk biologis spesies
Komposisi spesies dan keanekaragaman mungkin penting sebagai petunjuk
adanya pengaruh zat pencemar. Bakteri, plankton, fungi, dan protozoa air
adalah organ yang paling cocok untuk digunakan dalam mempertimbangkan
situasi air. Keadaan biologis air diperiksa sengan parameter jumlah bakteri E.
coli atau Caliform. Parameter ini dipilih oleh karena diantara organism yang
telah dipelajari, E. coli hampir memenuhi semua persyaratan sebagai
organisme indikator yang ideal mengenai polusi air. Bakteri caliform tidak
membahayakn manusia, namun adanya bakteri ini menunjukkan adanya
kontaminasi zat pencemar dan menyebabkan organism terkena penyakit.
7. Derajat keasaman (pH)
Adanya CO2 dan asam organik yang menjadikan pH air antar 4 – 6. Umumnya
air yang tidak tercemar mempunyai Ph 6 – 7, dalam criteria air golongan B pH
yang dianjurkan adalah 5 – 9.

Kualitas suatu perairan ditentukan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan


biotik maupun lingkungan abiotik yang berupa faktor fisik, kimia dan biologi
(Kristanto, 2002).
Pemantauan air sungai terhadap pencemaran dapat melalui berbagai cara
pengamatan secara fisik, antara lain tingkat kejernihan air, perubahan suhu, rasa
dan warna. Pengamatan secara kimia antara lain berdasarkan zat kimia yang
terlarut, perubahan Ph, atau pengamatan secara biologis yaitu pengamatan
organism yang hidup dalam air. Cara ini didasarkan terhadap keadaan lingkungan.
Perubahan lingkungan secara fisik atau kimia akan berpengaruh terhadap
organism perairan tersebut.

2.14.2 Kualitas Biologi


Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme
terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae, cacing, serta plankton.
Penentuan kualitas mikroorganisme dilator belakangi dasar pemikiran bahwa air
tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks ini maka penentuan
kualitas biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorganisme indikator
pencemaran (Kusnadi, 2003).
Menurut Sunu (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme yang terdapat di dalam air yaitu :
1. Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber seperti
air hujan, air permukaan, air tanah, air laut dan sebagainya.

22
2. Komponen nutrient dalam air
Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang cukup untuk kehidupan
mikroorganisme yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu.
3. Komponen beracun
Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
yang terdapat didalam air. Sebagai contoh asam-asam organik dan anorganik,
klorin dapat membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainnya di dalam air.
4. Organisme air
Adanya organism di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme air, seperti protozoa dan plankton dapat membunuh bakteri.
5. Faktor fisik
Faktor fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotic, tekanan hidrostatik, aerasi, dan
penetrasi sinar matahari dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
yang terapat di dalam air.

2.15Limbah Industri Tekstil


Industri tekstil merupakan suatu industri yang bergerak dibidang garmen
dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui tahapan proses :
Spinning (pemintalan) dan Weaving (penentuan).
Limbah industri tekstil tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang
merupakan senyawa kimia sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat.
Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna
tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap
oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat
mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom) (Winarni dan Oriyati, 1980)
Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara
warna dengan serat (Hadi risnandar dan Yulianto Kurniawan, 1998). Skema
proses produksi tekstil dan limbah yang dihasilkan (Nemerow, 1978).

Serat : kapas, rayon, polyester

Pemintalan

Penenunan

Kain

Penghilangan kanji (Karakteristik limbah : BOD dan COD tinggi,


pH netral, total solid tinggi)

23
Pemasakan (Karakteristik limbah : BOD dan COD tinggi,
pH tinggi, , total solid tinggi, suhu tinggi)

Pengelantangan (Karakteristik limbah : BOD dan COD tinggi,


pH tinggi, dan total solid tinggi)
Mercerizing (Karakteristik limbah : BOD dan COD rendah,
pH tinggi dan total solid rendah)

Pencelupan (Karakteristik limbah : BOD dan COD tinggi, Ph


berkisar antara netral- alkalis, dan total solid
tinggi)
Pencapan

Melalui banyaknya proses yang dilakukan maka limbah yang dihasilkan


pun berbeda. Hasil dari proses pewarnaannya tergantung pada pewarna yang
digunakan (Suratno, 1998). Penggolongan zat warna tekstil berdasarkan cara
pencelupannya disajikan pada tabel berikut ini :

No Golongan zat warna Sifat


1 Zat warna direct Mempunyai daya ikat dengan serat selulosa,
pencelupan dilakukan secara langsung
dalam larutan dengan zat-zat tambahan yang
sesuai.
2 Zat warna mordant Mempunyai daya ikat yang lemah dengan
serat. Pada proses pencelupan biasanya
dilakukan dengan penambahan krom pada
zat warna sehingga membentuk kompleks
logam.
3 Zat warna reactive Mempunyai gugus relative yang dapat
membentuk ikatan kovalen kuat dengan
serat selulosa, protein, poliamida dan
polyester, dilakukan pada suhu rendah dan
tinggi.
4 Zat warna penguat Mempunyai daya ikat yang kuat dengan
serat. Selulosa, warna terbentuk dalam serat
setelah ditambahkan garam penguatnya.
5 Zat warna asam Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat
protein dan poliamida. Pencelupan
dilakukan pada kondisi asam dan secara
langsung ditambahkan pada serat.
6 Zat warna basa Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat
protein. Pencelupan dilakukan pada kondisi
basa dan secara langsung ditambahkan pada

24
serat.
7 Zat warna belerang Memiliki daya ikat yang kuat dengan serat
selulosa. P[ada gugus sampingnya
mengandung belerang yang mampu
berikatan kuat dengan serat.
(Sumber : Zille, 2005)

Limbah-limbah itu dialirkan ke kolam-kolam pengendapan dan


selanjutnya dialirkan ke sungai. Agar air limbah tidak menimbulkan pengaruh
negatif terhadap lingkungan perairan maka diperlukan suatu teknik pengolahan
yang diarahkan agar kriteria yang ditetapkan dalam baku mutu air limbah industri
dapat terpenuhi. Baku mutu merupakan spesifikasi dari jumlah bahan pencemar
yang perbolehkan dibuang ke lingkungan dan ini merupakan langkah penting
dalam usaha mengendalikan pencemaran dan melestarikan lingkungan (Suratno,
1998).

2.16 Metilen Biru


Metilen biru merupakan zat warna dasar yang penting dalam proses
pewarnaan kulit,kain mori, dan kain katun. Penggunaannya dapat menimbulkan
efek samping yaitu iritasi saluran pencernaan jika tertelan, sianosis bila terhirup,
iritasi pada kulit bila tersentuh oleh kulit.
Zat warna tekstil umumnya terbuat dari senyawa azo dan turunnya dari
gugus benzene. Gugus benzene sangat sulit terdegradasi. Senyawa azo bila terlalu
lama berada dilingkungan akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya
karsinogenik dan mutragenik. Karena itu perlu dicari alternatif efektif untuk
menguraikan limbah tersebut. Zat warna berasal dari sisa-sisa zat warna yang tak
larut dan juga dari kotoran serat alam. Selain mengganggu lingkungan zat warna
juga dapat bersifat racun dan sukar dihilangkan. Zat warna azo juga banyak
digunakan dalam industri tekstil, makanan, kosmetika dan obat-obatan. Zat warna
azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat pada zat warna tekstil, yaitu
sekitar 60-70 %. Senyawa azo memiliki struktur R-N=N-R’, dengan R gugus –
N=N yang dinamakan struktur azo (Sen & Demirer, 2003: 595-601). Metilen biru
merupakan senyawa kimia aromatic heterosiklik dengan rumus molekul
C6H18SCl.3H2O dan memiliki rumus struktur seperti pada gambar dibawah ini.

25
Gambar : Struktur metilen biru

Senyawa metilen biru memiliki struktur sedemikian rupa sehingga dapat


menyerap radiasi sinar Uv-vis. Penerapan cahaya dengan interaksi yang kuat
dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas yang disebut senyawa fotoaktif.
Senyawa organik termasuk metilen biru setelah menyerap sinar UV/ energi foton
(hv) akan teraktifkan sehingga menjadi tidak stabil dan akan mengalami peruraian
menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan relatif tidak berbahaya bagi
lingkungan. Reaksi tersebut disebut fotolisis atau fotodegradasi. Reaksi
fotodegradasi metilen biru dapat dituliskan sebagai berikut :

1
C6H18N3SCl(teradsorb+terlarut)+5 O2→HCl+H2SO4+3HNO3+16CO2+6H2O
2

Penggunaan zat warna metilen biru secara luas akan menyebabkan


penyebaran limbah zat warna kedalam lingkungan tanpa pengolahan terlebih
dahulu. Hal ini dapat merusak lingkungan dan berbahaya bagi manusia karena zat
warna tersebut merupakan pemicu penyakit kanker/ bersifat karsinogenik.

2.17 Baku Mutu Air Limbah Industri


Sehubungan dengan fungsi baku mutu lingkungan maka dalam hal
menentukan apakah telah terjadi pencemaran dari kegiatan industri atau pabrik
dipergunakan dua buah sistem baku mutu lingkungan yaitu :
a. Effluent standart merupakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan
untuk dibuang ke lingkungan.
b. Stream standart merupakan batas kadar limbah untuk sumber daya tertentu,
seperti sungai, waduk dan danau. Kadar yang ditetapkan ini didasarkan pada
kemampuan sumber daya berdasarkan sifat peruntukannya (Darsono, 1995).
Baku mutui limbah cair adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada
sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air (Darsono,
1995).

26
Baku mutu air limbah (effluent standart) dipergunakan untuk perencanaan,
perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dari perbagai sector. Untuk
melindungi sumber air sesuai dengan peruntukkannya maka perlu ditetapkan baku
mutu limbah cair dengan berpedoman kepada alternatif mutu limbah cair yang
ditetapkan dalam keputusan menteri Negara kependudukan dan lingkungan hidup
No.KEP-51/MENLH/10/1995.Tabel karakteristik dan baku mutu limbah industri :
Parameter Satuan Kadar maksimum
Biochemical oxygen demand (BOD) mg/l 60
Chemical oxygen demand (COD) mg/l 150
Total suspended solid (TSS) mg/l 50
pH - 6,0 – 9,0
Fenol total mg/l 0,5
Krom total mg/l 1,0
Amonia total mg/l 8,0
Sulfida mg/l 0,3
Minyak dan lemak mg/l 3,0
(Sumber : KepMen LH No.51/menlh/10/1995)

2.18 Pengolahan Limbah Tekstil Secara Fisika dan Kimia


Pengolahan limbah tekstil dapat dilakukan secara fisika, kimia dan biologi.
Proses fisika yang digunakan dalam pengolahan limbah adalah proses
penyaringan dan adsorpsi. Penyaringan merupakan proses pemisahan padat-cair
melalui suatu alat penyaring, sedangkan proses adsorpsi dilakukan dengan
penambahan adsorben seperti zeolit, karbon aktif, serbuk gergaji. Pengolahan
limbah cair dengan cara adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran
poartikel, pH dan lama waktu kontak antara adsorben dengan bahan pencemar.
Pengolahan limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap ( koloid), logam-logam berat, dan
zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu. Salah satu
contoh pengolahan limbah secara kimia adalah koagulasi. Prinsip koagulasi
adalah penambahan koagulan seperti MgSO pada limbah sehingga terjadi
interaksi antar bahan pencemar dengan koagulan membuat endapan.

2.19 Pengolahan Limbah Tekstil Secara Biologi


Pengkajian biodegradasi zat warna tekstil secara biologi lebih banyak
diarahkan dengan menggunakan bakteri dan jamur. Beberapa bakteri pada kondisi
anaerob dilaporkan mampu untuk mendegradasi zat warna azo diantaranya
Aeromonas sp., Pseudomonas sp., dan Flavobacterium sp. Sebaliknya, ada
beberapa bakteri yang dilaporkan mampu mendegradasi zat warna azo pada

27
konsisi aerob diantaranya adalah Plesiomonas sp dan Vibrio sp (Sastrawidana,
2012).
Pada kondisi anaerob degradasi zat warna tekstil menggunakan bakteri
lebih cepat dibandingkan dengan kondisi aerob, namun kelemahannya yaitu
menghasilkan amina aromatik yang bersifat lebih toksik dibandingkan dengan zat
warna azo itu sendiri. Hasil uji toksitas menunjukkan degradasi limbah tekstil
pada kondisi anaerob lebih toksik dibandingkan dengan limbah awal
(Sastrawidana, 2012).

2.20 Beberapa karakrterisasi pada TiO2


1. XRD
Difraksi sinar x adalah teknik analitik yang serbaguna untuk mengetahui
struktur Kristal suatu padatan, seperti keramik, logam, material elektronik,
organik dan polimer. Difraksi sinar X terjadi pada hamburan elastic foton-foton
sinar x oleh atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar x
dalam fasa tersebut memberikan interferensi yang konstruktif.
Dasar dari penggunaan difraksi sinar x untuk mempelajari kisi Kristal
adalah berdasarkan persamaan Bragg. Berdasarkna persamaan bragg, jika
seberkas sinar x dijatuhkan pada sampel Kristal, maka bidang Kristal itu akan
membiaskan sinar x yang memiliki panjang gelombang yang sama dengan jarak
antar kisi dalam Kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh
detector kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak
bidang Kristal yang terdapat dalam sampel, maka kuat intensitas pembiasan yang
dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang
Kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Ilustrasi
hukum bragg dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Puncak yang melar menunjukkan kristalinitas yang lebih baik. Difraksi


sinar x sangat penting pada identifikasi senyawa kristalin. Kekuatan dari cahaya
yang terdifraksi tergantung pada kuantitas material kristalinyang sesuai di dalam
sampel sehingga sangat mungkin mendapatkan analisa kuantitatif dari sejumlah

28
relatif konstituen dari campuran senyawa padatan. Alat yang digunakan dalam
karakterisasi XRD seperti pada gambar dibawah ini :

Gambar : Alat XRD

2. SEM
SEM merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mengamati dan
menganalisis karakteristik mikrostruktur dari bahan padat seperti logam, keramik,
polimer dan komposit . SEM memiliki resolusi (daya pisah) dan ketajaman
gambar yang tinggi yaitu sekitar 0,5 nm dengan perbesaran maksimum sebesar 5
x 105 kali. Selain itu, cara analisis SEM tidak merusak bahan. SEM menggunakan
pancaran sinar yang timbul akibat eksitasi elektron untuk melihat partikel
berukuran mikro.
Keunggulan-Keunggulan SEM lainnya dibandingkan dengan regresi
berganda diantaranya ialah :
1. Memungkinkan adanya asumsi-asumsi yang lebih fleksibel
2. Penggunaan analisis faktor penegasan untuk mengurangi kesalahan
pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel laten.
3. Daya tarik interface pemodelan grafis untuk memudahkan pengguna membaca
keluaran hasil analisis
4. Kemungkinan adanya pengujian model secara keseluruhan daripada koefisien-
koefisien secara sendiri-sendiri
5. Kemampuan untuk menguji model-model dengan menggunakan beberapa
variabel tergantung.
6. Kemampuan untuk membuat model terhadap variabel-varriabel perantara.

29
7. Kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan.
8. Kemampuan untuk menguji koefiisien-koefisien diluar antara beberapa
kelompok subyek.
9. Kemampuan untuk mengatasi data yang sulit, seperti data time series dengan
kesalahan otokorelasi.

30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di sungai daerah Silungkang, yang merupakan
daerah air penerima limbah industri tekstil.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian


3.2.1 Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Nanopartikel TiO2
2. Polietilen glikol (PEG 6000)
3. Aquades
4. Air limbah
3.2.2 Alat Penelitian
1. XRD (X-ray Diffraction)
2. SEM (Scanning Electron Microscope)

3.4 Tahapan Penelitian


1. Sintetis TiO2
Sintetis material fotokatalis TiO2 dilakukan dengan metoda pemanasan sederhana
dalam larutan polimer. Nanopartikel TiO2 sebanyak 20 g dan PEG sebanyak 10 g
dicampurkan dengan aquades sebanyak 100 ml kemudian diaduk secara merata
selama 1 jam sehingga dihasilkan larutan kental polimer. Larutan polimer
dipanaskan di dalam furnace pada suhu 4000C dan ditahan konstan selama 0 jam
(tanpa ditahan), 1 jam, 2 jam dan 3 jam.

2. Karakterisasi sampel
Setelah seluruh sampel disintetis kemudian dikarakterisasi menggunakan
XRD, SEM dan dilakukan uji aktivitas fotokatalis.

1. XRD
Karakterisasi menggunakan difraksi sinar x bertujuan untuk mengetahui
struktur Kristal yang terbentuk pada sampel, menganalisa kemurnian serta jenis
impuritas yang terdapat pada sampel berdasarkan intensitas penyerapan sudut 2θ
yang terbentuk. Pada penelitian ini dipakai X’PERT Powder PANalytical
Diffractiometers untuk karakterisasi XRD seperti pada gambar dibawah ini.

31
Gambar : X’PERT Powder PANalytical Diffractometers

Logam target yang digunakan adalah Cu dengan panjang gelombang K-


α1= 1,54060 Å dan K-α2= 1,54443 Å serta K-αβ= 1, 39225 Å. Alat ini
dioperasikan pada temperature 250C dengan tegangan 40Kv dan kuat arus 30 Ma.
Sudut difraksi (2θ) yang dipakai mulai dari 20,0066 0 sampai 79,98860 dengan step
size 0,01300 dan scan step time selama 8,6700 detik.
Sampel diletakkan pada tempat sampel (sampel holder) kemudian
diratakan menggunakan kaca. Setelah itu masukan sampel ke dalam difraktometer
untuk kemudian dilakukan penembakan dengan sinar X. Sebelum memulai
pengujian difraksi (menekan tombol start pada menu computer) terlebih dahulu
diatur sudut 2θ dan variabel-variabel lainnya seperti yang telah dipaparkan di atas.
Setelah pengukuran selesai maka akan diperoleh data hasil difraksi dalam bentuk
soft data yang dapat disimpan dalam bentuk excel (extension xlsx). Data ini dapat
dikonversi ke bentuk extension xy (file.xy)untuk memudahkan dalam pengolahan
data. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah menggunakan software
PCPDFWIN untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung dalam sampel.
Kemudian dilanjutkan dengan penghalusan data menggunakan perangkat lunak
Rietica dengan Rietveld.
Faktor-faktor yang menentukan dalam melakukan pencocokkan antar data
hasil penelitian dengn data hasil perhitungan, diataranya :
a. Profil (Rp)

R p =¿ y io − y ic∨ ¿ ¿
y io
Dimana yio merupakan intensitas pengamatan pada setiap pola difraksi dan y ic
adalah intensitas perhitungan pada setiap pola difraksi.

32
b. Weighted Profile (Rwp)

1 /2
wi ( y io − y ic )
R℘ =
[ wi y 2io ]
Dimana wi adalah weight/bobot pada setiap pengamatan.

c. Bragg (Rb)

[ I ko −I kc ]
R B=
I ko

Dimana Iko merupakan intensitas pengamatan terintegrasi refleksi k dihiting


pada akhir refinemen setelah pembagian setiap yio antara puncak kontribusi
(dan latar belakang saat refinement) sesuai dengan intensitas hasil perhitungan
Ikc.
d. Expected (Rexp)

1 /2
N−P
Rexp =
[ ]2
wi y io

Dimana N adalah jumlah pengamatan (yaitu jumlah total yio ketika refinement
latar belakang) dan P adalah jumlah parameter yang disesuaikan.-

e. Goodness of fit (t2)

2 2
wi ( y io − y ic ) R
2
t =
N−P
= ℘
Rexp [ ]
Dalam melakukan penghalusan difraktogram menggunakan metode rietveld ini
perlu diperhatikan nilai GoF (Goodnessof Fit). Hout and erny (2016)
mengatakan bahwa indikator yang baik adalah GoF. Jika nilai GoF > 1 model
struktural atau pemodelan profil harus tetap ditingkatkan, tetapi nilai GoF < 2
ini sudah memuaskan. Nilai GoF yang disimbolkan dengan X 2 4 pun sudah
dapat diterima (Kisi,1994).

f. Scherrer
Pengujian ini juga dapat menentukan ukuran bulir sampel dengan
menggunakan persamaan Scherrer :

33

D=
βcosθ

Dimana D adalah ukuran partikel, C adalah konstanta numerik (̴ 0,9), λ adalah


panjang gelombang sinar X, β adalah maksimum setengah lebar puncak
(FWHM) dalam radian dan θ adalah sudut difraksi.
2. SEM
Morfologi permukaan dan diameter partikel TiO2 hasil sintesis dapat
diamati menggunakan alat SEM. Hasil yang diperoleh berupa scanning
electron micrograph yang memiliki bentuk tiga dimensi berupa foto. Biasanya
SEM memiliki pebesaran 1.000-40.000 kali. Bagian utama dari SEM yaitu
penembak elektron, lensa magnetic dan lensa objektif, fine probe, drtrktor,
specimen, dan monitor CRT.
Gambar dibawah merupakan skema SEM, penembak berfungsi untuk
menembakkan elektron ke sampel. Lensa magnetic dan lensa objektif berfungsi
membengkokan dan memfokuskan berkas elektron. Fine probe berfungsi
membaca permukaan sampel, Detektor berfungsi menangkap hamburan
elektron. Speciment berfungsi untuk meletakkan sampel yang akan diuji.
Monitor cathode ray tube (CRT) berfungsi untuk mengamati struktur sampel
antara lain berupa topogarfi, morfols, dan komposisi unsur atau senyawa yang
terkandung di dalam objek.
Berkas elektron yang dihasilkan oleh elektron gun difokuskan pada ruang
vakum sehingga membentuk fine probe. Berkas elektron dilewatkan melalui
lensa magnetic dan lensa objektif. Lensa objektif berfungsi sebagai pembelok
berkas elektron secara horizontal dan vertical, sehingga berkas dapat membaca
seluruh permukaan sampel. Berkas elektron yang sampai kepermukaan sampel
mengalami interaksi dengan elektron pada permukaan sampel. Tumbukan
elektron dengan permukaan sampel menghasilkan beberapa sinyal. Sinyal
tersebut diantaranya adalah secondary electrons, backscattered electrons (BSE)
dan diffracted backscattered electrons (EBSD). Secondary electrons
memberikan informasi morfologi dan topologi pada sampel. Backcattered
electrons biasanya digunakan untuk memberikan gambaran kontras pada
sampel. Selanjutnya, sinyal-sinyal tersebut diperkuat dan besar amplitudonya
ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada monitor CRT. Pada layar CRT
inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar dapat diamati (Vita,
2015).

34
Partikel TiO2 dikarakterisasi menggunakan SEM dengan tegangan 20 Kv
dengan perbesaran 40.000 kali.

3. UJI AKTIVITAS FOTOKATALIS


TiO2 yang telah disintesis diaplikasikan pada penjernihan air limbah
tekstil. Nanopartikel TiO2 sebanyak 2,5 g dicampurkan pada air limbah teksil
sebanyak 200 mL disinari dibawah paparan cahaya matahari selama 5 jam
penyinaran. Setelah penyinaran dilakukan pengujian kualitas dari aire yaitu
derajat keasaman (pH) dan total Dissolved Solid (TDS).Untuk menentukan
TDS yang terkandung dalam air, Halcow (1999) menggunakan persamaan :

A−B
TDS ( mg/L ) = X 1000
V

Dengan B dalah masa awal kertas saring (mg), A adalah masa akhir kertas
saring (mg) adalah V volume sampel (ml).

35
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Tuty Emilia dkk. (2016). Pengaruh Konsentrasi Limbah Pada Proses
Pengolahan Limbah Pewarna Sintetik Procion Red Dengan Metode
UV/FENTON/TIO2. Jurnal Teknik Kimia, 22(1).
Firmansyah dkk. (2015). Aplikasi Fotokatalis TiO2-Zeolit Untuk menurunkan
Intensitas Zat Warna Tartrazin Secara Fotokatalitik. Jurnal of Natural
Science, 4(1), 10-16.
Naimah, Siti dkk. (2014). Degradasi Zat Warna Pada Limbah Cair Industri
Tekstil Dengan Metode Fotokatalitik Menggunakan Nano composite TiO2-
Zeolit. Jurnal Kimia Kemasan, 36, 225-236.
Wildan, Achmad dkk. (2017). Pengolahan Limbah Batik Dengan Metode
Fotokatalitik Di Desa Gemawang Kabupaten Semrang. Abdimas
Unwahas, 2(2).

36

Anda mungkin juga menyukai