Anda di halaman 1dari 13

2.

LANDASAN TEORI

Sebelum memasuki pengertian pencemaran lingkungan, perlu diketahui


aspek-aspek lingkungan yang harus didentifikasi terlebih dahulu guna mengetahui
faktor apa saja yang akan berdampak pada lingkungan. Pengertian aspek
lingkungan sendiri adalah adalah unsur dari suatu kegiatan, produk, jasa dari
organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan, aspek lingkungan yang
penting adalah aspek lingkungan yang mempunyai atau dapat mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan bagi operasi di perusahaan atau di sekeliling
perusahaan
Pengidentifikasian aspek ini mencakup aspek udara, limbah cair, limbah
padat dan penggunaan sumber daya. Hasil dari identifikasi lingkungan yang
memiliki dampak negatif ini yang akhirnya menjadi faktor pencemar lingkungan.
Berikut akan dijelaskan mengenai pencemaran lingkungan.

2.1. Definisi Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan memiliki berbagai pengertian atau definisi.
Menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988,
pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Sedangkan menurut Mohkaris (2008) pencemaran lingkungan
dapat diartikan sebagai penambahan atau masuknya zat-zat asing ke lingkungan
dalam jumlah tertentu sehingga dapat menyebabkan ancaman bagi kesehatan
manusia, terganggunya kehidupan, terganggunya ekosistem dan rusaknya sumber
daya alam dalam suatu ekosistem. Jadi menurut penulis pencemaran lingkungan
memiliki pengertian bahwa segala sesuatu baik benda ataupun makhluk hidup

4 Universitas Kristen Petra


5

yang masuk ke dalam lingkungan dengan jumlah tertentu sehingga keseimbangan


lingkungan menjadi tidak baik dan tidak berfungsi seperti fungsinya.

2.2. Jenis Pencemaran Lingkungan


2.2.1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi
atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam sehingga udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi sesuai dengan fungsinya (Sunu, 2001). Beberapa gas yang berperan
dalam masalah pencemaran udara adalah karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), nitrogen dioksida (NO2), metana (CH4), amoniak (NH3), hidrogen
sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan clorofluorocarbon (CFC).

2.2.2. Pencemaran Air


Pencemaran air yaitu masuknya atau dimasukkannya makhuk hidup, zat,
energi, dan ata komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi
lagi sesuai dengan fungsinya (Sunu, 2001). Apabila hasil pengujian limbah
menunjukkan data yang melanggar peraturan, maka limbah tersebut harus diolah
sebelum digunakan atau dibuang ke lingkungan umum. Sebagai contoh
pengolahan limbah cair dapat dilakukan di instalasi pengolahan air limbah
(IPAL), sehingga hasil air yang terolah dapat dipergunakan kembali dan apabila
dibuang ke lingkungan umum, tidak membahayakan bagi kehidupan.

2.2.3. Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah
tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, dan peternakan. Sampah dapat
dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral, gas, dan air, sehingga
terbentuklah humus. Sampah organik itu misalnya dedaunan, jaringan hewan,
kertas, dan kulit. Sampah-sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai.
Sedangkan sampah anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik
seperti plastik, sulit atau tidak dapat diuraikan. Selain itu pencemaran tanah juga

Universitas Kristen Petra


6

dapat diakibatkan oleh sludge. Sludge merupakan lumpur sisa dari pengolahan
air limbah dimana keberadaannya perlu diuji terlebih dahulu agar kandungannya
tidak mencemari tanah (Besselievre, 1969).

2.3. Dampak Pencemaran Lingkungan


Dampak pencemaran terhadap lingkungan terutama terhadap kesehatan
manusia, tata kehidupan, pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam
jangakau pencemaran. Gejala pencemaran yang terjadi dalam waktu singkat dapat
diatasi dengan melihat sumber pencemaran lalu mengendalikannya. Tanda-tanda
pencemaran ini mudah terlihat pada komponen lingkungan yang terkena
pencemaran. Berbeda hal nya dengan pencemaran yang terjadi dalam waktu yang
cukup lama. Bahan pencemar sedikit demi sedikit berakumulasi. Dampak
pencemaran semula tidak begitu kelihatan, namun setelah menjalani waktu yang
relative panjang dampak pencemaran kelihatan nyata dengan berbagai akibat yang
ditimbulkan.
Bahan pencemar yang terdapat dalam limbah industri ternyata telah
memberikan dampak serius mengancam satu atau lebih unsur lingkungan.
Jangkauan pencemar dalam jangka pendek maupun panjang tergantung pada sifat
limbah, jenis, frekuensinya dan lamanya limbah berperan.

2.3.1. Dampak pencemaran udara


Dampak yang dapat ditimbulkan akibat pencemaran udara adalah:
a. Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan
(bronkhitis, emfisema, dan kemungkinan kanker paru-paru) (Bintoro, 1998).
b. Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan memudarnya
warna cat (Sunu, 2001).
c. Terganggunya pertumbuhan tanaman, seperti menguningnya daun atau
kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang bersifat
asam (Bintoro, 1998).
d. Adanya peristiwa efek rumah kaca yang dapat menaikkan suhu udara secara
global serta dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es kutub. Bila

Universitas Kristen Petra


7

es meleleh maka permukaan laut akan naik sehingga mempengaruhi


keseimbangan ekologi (Sunu, 2001).
e. Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida nitrogen
(Sunu 2001).

2.3.2. Dampak pencemaran air


Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain adalah:
a. Terganggunya kehidupan organism air karena berkurangnya kandungan
oksigen (Tresna 2000).
b. Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (Tresna, 2000).
c. Pendangkalan dasar perairan (Tresna 2000).
d. Punahnya biota air, misalnya ikan, udang dan serangga air (Bintoro,1998).

2.3.3. Dampak pencemaran tanah


Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain:
a. Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah)
b. Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk
pertumbuhan tanaman (Bintoro, 1998).
c. Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi (Tresna, 2000).

2.4. Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup


Tujuan program pengendalian pencemaran lingkungan hidup adalah
untuk mengurangi penurunan kualitas lingkungan hidup, seperti lingkungan
perairan dan udara, sebagai akibat kegiatan manusia yang menimbulkan
pencemaran. Pihak yang memiliki kontribusi terhadap pencemaran lingkungan
hidup seharusnya melakukan identifikasi sehingga pencemaran yang timbul bukan
dalam bentuk perkiraan tetapi dalam bentuk data yang akurat. Untuk mendapatkan
data yang akurat, perlu dilakukan pengujian sesuai dengan standar atau peraturan
yang berlaku. Selain itu, untuk mengetahui apakah hasil pengujian melanggar
peraturan atau tidak, maka hasil pengujian perlu dibandingkan dengan peraturan
yang ada. Jika pencemaran telah terdeteksi, tindakan pengendalian perlu
dilakukan agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Universitas Kristen Petra


8

Pengendalian dapat dilakukan melalui dua cara. Cara pertama yaitu


dengan mengurangi sumber pencemaran dengan melakukan pengendalian yang
diperlukan sehingga dapat memperkecil jumlah pencemaran. Cara kedua adalah
dengan mengguankan peralatan keselamatan bagi operator yang berada di sekitar
sumber pencemaran (Sunu, 2001).

2.4.1. Penanganan Pencemaran


Perusahaan atau pihak-pihak yang karena aktivitasnya menghasilkan limbah
seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap dampak lingkungan yang
diakibatkannya.
a. Penanganan Bahan Baku
Perusahaan sebaiknya mengetahui asal suatu bahan baku yang digunakan
apakah keberadaaannya merusak lingkungan atau tidak. Gerakan kepedulian
terhadap lingkungan ini dapat berfungsi lebih efektif apabila semua pihak ikut
mendukung dan berperan serta. Sebagai contoh perusahaan furniture yang
mempunyai kepedulian terhadap penggunaan bahan baku kayu yang
diperoleh tidak dengan merusak lingkungan, seperti misalnya kayu yang
berasal dari pengelolaan hutan lestari.
b. Penanganan Produk
Produk yang dihasilkan dari suatu perusahaan, apabila digunakan nantinya
tidak menimbulkan dampak atau mencemari lingkungan. Untuk itu, maka
perusahaan melakukan pengkajian dan peningkatan yang berkelanjutan
khususnya terhadap produk, agar hasil produk yang dihasilkan aman terhadap
lingkungan. Sebagai contoh industri kompresor, sebaiknya tidak lagi
memproduksi kompresor yang menggunakan CFC yang berpotensi merusak
lapisan ozon.
c. Penanganan Limbah
Setiap perusahaan yang memiliki aktivitas yang menghasilkan limbah
memiliki beberapa pilihan untuk mengatasi limbah yang dihasilkan,
diantaranya adalah (Sunu, 2001):

Universitas Kristen Petra


9

1. Perusahaan mengirimkan limbahnya ke pusat pengolahan limbah.


Limbah dikirim ke pusat pengolahan limbah yang telah mendapatkan
pengakuan oleh pihak yang berwenang. Apabila lokasi pusat pengoalahn
limbah jauh dengan perusahaan penghasil limbah, biaya transportasi relatif
lebih mahal.
2. Limbah dimanfaatkan perusahaan lain.
Limbah suatu perusahaan dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lain dan
bahkan dapat memiliki nilai tambah yang tinggi baik sebagai bahan baku
utama ataupun sebagai bahan baku penunjang. Sebagai contoh, industri
yang menggunakan HCl, maka limbah HCl yang konsentrasinya sudah
turun dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lain misalnya sebagai campuran
untuk industri pembersih lantai. Perusahaan yang harus meminta surat
keterangan tertulis dari perusahaan yang menerima limbah bahwa limbah
yang digunakan untuk keperluan lain tersebut dijamin tidak mencemari
lingkungan. Surat keterangan tersebut sebaiknya dari instansi yang
berwenang.
3. Perusahaan mengolah limbah sendiri.
Perusahaan dapat mengolah sendiri hasil limbahnya seperti limbah cair
diolah di instalasi pengolah air limbah (IPAL). Apabila hasil IPAL masih
menghasilkan limbah padat seperti sludge, maka sludge tersebut dapat
digunakan sebagai bahan baku produk alternatif seperti bata merah. Untuk
mendapatkan kepastian bahwa bata merah aman untuk lingkungan, dapat
dilakukan pengujian laboratorium.

2.4.2. Identifikasi Tools yang digunakan dalam penangan pencemaran


Dalam penanganan pencemaran lingkungan di PT Sosro Gresik
dibutuhkan beberapa alat bantu dalam pengerjaannya terutama dalam penentuan
aspek dampak lingkungan dan penentuan usulan yang digunakan berikut
merupakan tools yang akan digunakan:
2.4.2.1. Fishbone Diagram
Fishbone merupakan diagram yang menggambarkan berbagai faktor
yang menyebabkan timbulnya suatu masalah. Fishbone ini juga sering disebut

Universitas Kristen Petra


10

sebagai diagram sebab akibat, maksudnya diagram ini menunjukkan faktor-faktor


penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-
faktor penyebab itu. Ada beberapa kategori yang termasuk dalam faktor penyebab
yaitu faktor operator, material, metode, mesin, dan lingkungan. Kelima kategori
tersebut dapat dijelaskan secara lebih spesifik lagi. Jadi, Fishbone bermanfaat
untuk mencari akar penyebab dari suatu permasalahan.
2.4.2.2. Standard Operating Procedure (SOP)
Berikut ini beberapa definisi tentang Standard Operating Procedure,
yaitu:
1. SOP adalah serangkaian instruksi yang menggambarkan pendokumentasian
dari kegiatan yang dilakukan secara berulang pada sebuah organisasi (EPA,
2001)
2. SOP adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci bagaimana
suatu proses harus dilaksanakan (FEMA, 1999).
3. SOP adalah serangkaian instruksi yang digunakan untuk memecahkan suatu
masalah (Lingappan, 2000).
4. SOP adalah sebuah panduan yang dikemukakan secara jelas tentang apa yang
diharapkan dan disyaratkan dari semua karyawan dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari (“Developing standard operating procedures in Wildland Fire
Management”, 2003).
Fungsi dari standard operating procedure adalah untuk mendefinisikan
semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan yang dibutuhkan, yang
ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung
dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari (Stup,
2001). Sedangkan tujuan dari standard operating procedure adalah:
1. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
2. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja staff atau operator
dalam organisasi atau unit.
3. Melindungi organisasi dan staf dari malapraktek atau kesalahan administrasi
lainnya.
4. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.

Universitas Kristen Petra


11

5. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari staff atau
operator terkait.

2.4.3. Tata Cara Teknis Pengukuran Faktor Pencemaran Lingkungan


Berikut akan dijelaskan mengenai pengukuran faktor-faktor yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga dapat diketahui kadar untuk
masing-masing faktor apakah melebihi batas yang ditentukan atau tidak.
2.4.3.1. Tata Cara Teknis Pengukuran Udara
a. Teknik Pengujian Kualitas Udara
Metode sampling dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Sampling Udara Ambien
Sampling udara ambient dilakukan dengan beberapa cara: (Soedomo, 1998)
• Sampling menerus (kontinu), pada interval waktu yang regular dan kecil.
• Sampling tengah kontinu, regular misalnya mingguan, bulanan dan
tahunan.
• Sampling sesaat tidak kontinu, hanya dilakukan pada saat-saat tertentu
saja.
Sampling (kontinu) dilakukan pada daerah yang tercemar berat. Sampling
tengah kontinu dapat diterapkan di daerah-daerah yang agak tercemar,
sedangkan sampling sesaat biasanya merupakan suatu metode yang
dilakukan untuk maksud-maksud tertentu.
2. Sampling sumber
Sampling sumber merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam profram
pemantauan dan pengawasan pencemaran udara langsung dari titik
emisinya.
Di Indonesia badan yang mengukur kualitas udara untuk industri adalah
Balai Hiegene Perusahaan dan Kesehatan Kerja atau lebih dikenal dengan
Hiperekes.

Universitas Kristen Petra


12

Berikut merupakan parameter dan metode pengujian yang digunakan:


Tabel 2.1. Tabel Parameter dan Metode Pengukuran Kualitas Udara
No Parameter Metode Pengujian
1 Karbon Monoksida CO monitor
2 Oksida Nitrogen Saltzman
3 Suful Dioksida Pararosanilin
4 Debu Gravimetri
5 Total Partikel Gravimetri
6 Opasitas Ringelman

2.4.3.2 . Tata cara Teknis Pengukuran Bising


a. Bedasarakan teorinya, bising dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Continuous noise yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh aliran bunyi
dengan velositas yang tinggi (high velocity air flow in). Contohnya adalah
sumber kompresor, kipas angin,suara mesin, drilling dan grinding
(Mukono, 2006).
2. Impact noise adalah kebisingan kejut intensitas tinggi yaitu kebisingan
yang dihasilkan oleh ledakan yang hebat dengan energi yang tinggi.
Contohnya adalah ledakan bom (Mukono, 2006).
b. Metoda Pengukuran pun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
db(A)
selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan
setiap 5 (lima) detik (Keputusan Meteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun
1996).
2. Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter. Pengukuran dilakukan
selama 24 jam dengan selang waktu 16 jam pada siang hari, mulai pukul 6
pagi sampai 10 malam dan aktivitas malam hari selama 8 jam pada selang
waktu pukul 10 malam sampai jam 6 pagi (Keputusan Meteri Lingkungan
Hidup No. 48 Tahun 1996).

Universitas Kristen Petra


13

Proses pengukuran bising pada industri dilakukan oleh badan


HIPERKES. Badan ini melakukan pengukuran sesuai dengan keputusan
menteri Lingkungan hidup no. 48 tahun 1996. Pengukuran ini dilakukan
dengan cara langsung yang menggunakan alat sound level meter.
Sound level meter adalah alat pengukur untuk mengukur kebisingan.
Sound level meter ini akan bekerja dengan baik apabila dipasang kalibrator
listrik yang ringkas pada microphone. Kalibrator ini prinsip sama dengan
loudspeaker mini, yang menghasilkan bunyi tertentu, sehingga sound level
meter dapat di pasang. Sound level meter mempunyai jaringan bobot
khusus yang disebut dengan weighting network. Bobot khusus ini ditandai
dengan huruf A, B, C, dan D dibuat rangkaian elektronik yang
kepekaannya berubah terhadap frekuensi. A dinyatakan dalam dB (A)
dimana mendekati kurva kekerasan bunyi pada tingkat tekanan bunyi
rendah. Pada beban B untuk tingkat menengah dan C pada tingkat tekanan
bunyi tinggi. Sedangkan D digunakan untuk pengukuran kebisingan
pesawat (Harris, 1991).

2.4.3.3. Tata Cara Teknis Pengukuran Limbah Cair


a. Teknis Pengambilan air limbah

Gambar 2.1. Lokasi Pengambilan Air Limbah (SNI 6989.59:2008)

Universitas Kristen Petra


14

Keterangan gambar:
1. Bak kontrol saluran air limbah;
2. Inlet IPAL
3. Outlet IPAL
4. Perairan penerima sebelum air limbah masuk ke badan air;
5. Perairan penerima setelah air limbah masuk badan air
Untuk keperluan pengendalian pencemaran air, contoh diambil pada 3 (tiga)
lokasi:
1. Pada perairan penerima sebelum tercampur limbah (upstream) (titik 4,
Gambar 2.1) (SNI 6989.59:2008).
2. Pada saluran pembuangan air limbah sebelum ke perairan penerima (titik 3,
Gambar 2.1) (SNI 6989.59:2008).
3. Pada perairan penerima setelah bercampur dengan air limbah (downsream),
namun belum tercampur atau menerima limbah cair lainnya (titik 5, Gambar
2.1) (SNI 6989.59:2008).
b. Cara Pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air :
1. Siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan (SNI
6989.59:2008).
2. Bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali (SNI
6989.59:2008).
3. Ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam
penampung sementara, kemudian homogenkan (SNI 6989.59:2008).
4. Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis (SNI
6989.59:2008).
5. Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar
listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak
dapat diawetkan
6. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus (SNI
6989.59:2008)

Universitas Kristen Petra


15

c. Cara Menghitung BOD


BOD (biolchemical oxygen demand) merupakan jumlah DO yang dibutuhkan
mikroorganisme untuk menguraikan zat organik yang terlarut dalam limbah
cair. Kadar BOD yang tinggi menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam
air yang mengganggu kehidupan biota air. Pengujian BOD adalah pengukuran
jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam 5 hari oleh organism pengurai
aerobic dalam suatu volume limbah pada suhu 20 ºC (Sunu, 2001). Cara
menghitung BOD dapat dilihat pada lampiran 1 (Donald,1991).
d. Cara Menghitung COD
COD (chemical oxygen demand) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat organik dalam limbah cair dalam keadaan asam.
Kadar COD yang tinggi menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam air
yang mengganggu kehidupan biota air. Pengujian COD adalah pengujian yang
menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan seperti
kalium dikhromat yang digunakan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik
yang terdapat dalam air (Sunu, 2001). Cara teknis perhitungan COD dapat
dilihat pada lampiran 2 (Donald,1991).
e. Cara menghitung Dissolved Oxygen (DO) Winkler dengan Metode Modifikasi
Azide.
DO (dissolved oxygen) merupakan kadar oksigen yang terkandung di dalam
air. Semakin rendah kadar DO yang ada dalam suatu ekosistem air, maka
mengakibatkan terganggunya kehidupan makhluk hidup yang terdapat dalam
air. Cara teknis pehitungan DO dapat dilihat pada lampiran 3 (Donald,1991).
f. Teknik pengukuran minyak dan lemak menggunakan metode gravimetri
Minyak dan lemak merupakan salah satu factor penting selain faktor di atas
sebagai parameter dalam menentukan apakah air tersebut tercemar. Tata cara
pengukuran teknis minyak dan lemak dapat dilihat pada lampiran 4
(Donald,1991).

Universitas Kristen Petra


16

2.5. Persyaratan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya.


Apabila aspek lingkungan telah diidentifikasi, perusahaan harus
mengidentifikasi dan mengerti semua persyaratan yang diminta oleh perundang-
undangan, maupun persyaratan lainnya yang relevan dengan kegiatan perusahaan,
karena hal ini berhubungan dengan aspek lingkungan yang telah diidentifikasi.
Untuk memelihara kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi kegiatan, produk atau jasanya. Peraturan tersebut ada dalam
beberapa bentuk:
• Spesifik terhadap kegiatan (misalnya ijin operasi);
• Spesifik terhadap industri dari perusahaan;
• Undang-Undang lingkungan;
• Kewenangan, lisensi, dan ijin.
Agar tetap dapat mengikuti persyaratan perundang-undangan, Perusahaan
dapat membuat dan memelihara daftar semua Undang-Undang dan peraturan
perundang-undangan yang berkatian dengan kegiatan, produk atau jasanya.
Dalam banyak hal, persyaratan perundang-undangan dan standar teknik
sering tidak sesuai atau bahkan tidak ada yang memebuhi kebutuhan perusahaan.
Apabila hal ini terjadi, perusahaan perlu membuat kriteria kerja internal. Kriteria
yang berkaitan dengan kinerja dapat mencakup pelatihan, dan tanggung jawab
karyawan, penyediaan gedung atau fasilitas baru, penutupan fasilitas yang ada,
manajemen limbah, manajemen bahan berbahaya, dan lain sebagainya
Undang-undang beserta penjelasannya yang terkait dalam penanganan
pencemaran lingkungan di PT Sinar Sosro Gresik dapat dilihat pada lampiran 5.

Universitas Kristen Petra

Anda mungkin juga menyukai