TERINTEGRASI WETLAND
Dandi Wahyudi, Dr. Rizki Purnaini, S.T., M.T, Govira Christiadora Asbanu, S.Pd.Si.,
M. Sc
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: d1051211084@student.untan.ac.id
Abstrak: Industri pengolahan karet menghasilkan tiga jenis limbah, yaitu limbah cair,
limbah padat dan asap. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil analisa air untuk parameter
BOD, COD, dan TSS cukup tinggi pada bak shreeder dan bak asam, sedangkan pada effluent
scrubber menunjukkan parameter amonia yang cukup tinggi. Salah satu cara untuk
menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan ammonia dalam air limbah adalah dengan sistem
pengolahan biologis secara aerob dan anaerob.Pemilihan metode atau unit pengolahan
buangan industri pengolahan karet dilakukan dengan tujuan menurunkan berbagai polutan
atau pencemar yang memungkinkan ada di dalam air limbah buangan industri karet. Potensi
cemaran di industri crumb rubber dalam bentuk cemaran air dan udara. Parameter utama
pencemar air adalah BOD, COD, dan TSS yang melebihi baku mutu. Teknologi yang tepat
untuk mengolah air limbah dengan karakteristik tersebut dapat dilakukan dengan sistem
anaerobik terintegrasi wetland.
Kata Kunci: limbah karet, amonia, crumb rubber, air limbah, udara
Abstract: The rubber processing industry produces three types of waste, namely liquid waste,
solid waste and smoke. The test results showed that the water analysis results for BOD, COD
and TSS parameters were quite high in the shreeder tank and acid tank, while the effluent
scrubber showed quite high ammonia parameters. One way to reduce the levels of BOD,
Dandi Wahyudi, Dr. Rizki Purnaini, S.T., M.T, Govira Christiadora Asbanu, S.Pd.Si., M. Sc
COD, TSS and ammonia in wastewater is with an aerobic and anaerobic biological treatment
system. The selection of a method or unit for processing waste from the rubber processing
industry is carried out with the aim of reducing various pollutants or contaminants that may
be present in the water. rubber industry waste. Potential contamination in the crumb rubber
industry in the form of water and air pollution. The main parameters of water pollutants are
BOD, COD and TSS which exceed quality standards. The right technology to treat
wastewater with these characteristics can be done with an integrated anaerobic wetland
system.
Pendahuluan
Kegiatan industri dalam menghasilkan suatu barang dan atau jasa memberikan
berbagai dampak positif dalam kegiatan perekonomian di suatu daerah bahkan negara
Indonesia. Namun dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan oleh suatu industri tertentu
dapat menghasilkan dampak negatif, yaitu berupa limbah sebagai hasil sampingan dari
kegiatan industri tersebut. Limbah tersebut merupakan polutan yang tidak terlepaskan dari
suatu industri, baik itu industri besar maupun industri kecil. Namun dari setiap kegiatan
produksi yang dilakukan oleh suatu industri tertentu dapat menghasilkan dampak negatif,
yaitu berupa limbah sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut. Efek yang dapat
ditimbulkan dari limbah industri tentu dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Produksi cat membutuhkan berbagai macam bahan baku, seperti resin, pigmen, dan pelarut.
Bahan baku tersebut dapat berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan, seperti
minyak bumi. Selain itu, proses produksi cat juga dapat menghasilkan berbagai macam
limbah, seperti limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
Pengolahan limbah cair, limbah padat serta limbah gas adalah salah satu cara menjaga
hasil pengolahan yang keluar tetap bersih dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan
polutan yang ada di dalam limbah tersebut, atau juga dengan menguraikan polutan yang ada
di dalam air limbah sehingga dapat menghilangkan sifat-sifat dari polutan tersebut. Dalam
pengolahan limbah hasil pengolahan karet harus melakukan perencanaan yang baik terlebih
dahulu, seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengolahan, menentukan unit-unit yang
dapat digunakan untuk menurunkan parameter yang dapat hadir dalam suatu limbah industri
dari industri tertentu. Perencanaan ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah (Baku Mutu Air
Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Pengolahan Karet). Adanya perencanaan ini
diharapkan dapat memudahkan dalam penentuan unit pengelolaan yang tepat dan efektif
dalam menurunkan berbagai parameter yang mungkin saja dapat hadir.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi literatur (literature review).
Studi literatur merupakan metode dengan mengumpulkan data dan informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang dibahas dengan cara mengidentifikasi, mengevaluasi, serta
mensintesis literatur ilmiah dan teori yang ada. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan metode deskriptif.
tujuan menurunkan berbagai polutan atau pencemar yang memungkinkan ada di dalam air
limbah buangan industri karet. Pengolahan juga dilakukan agar air limbah dibuang sesuai
dengan baku mutu yang telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
5 Tahun 2014 berisi tentang Baku mutu air limbah yang diperbolehkan dibuang ke badan air.
Tabel 1 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Industri Karet
BOD5 100 60
COD 250 200
TSS 100 100
Amonia Total 15 5
Nitrogen Total ( Sebagai N) 25 10
pH 6,0-9,0 6,0-9,0
3
40 m per ton produk
Debit Limbah Paling tinggi 40 m3 per ton produk karet
karet
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
Identifikasi cemaran dilakukan untuk air buangan dari bagian proses produksi. Sampel
air diuji untuk parameter BOD, COD, TSS, amonia, pH dan temperatur sesuai dengan BMAL
(baku mutu air limbah) industri karet untuk lokasi di bak shreeder, bak asam, dan buangan
scrubber. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil analisa air untuk parameter BOD, COD,
dan TSS cukup tinggi pada bak shreeder dan bak asam, sedangkan pada effluent scrubber
menunjukkan parameter amonia yang cukup tinggi. Salah satu cara untuk menurunkan kadar
BOD, COD, TSS, dan ammonia dalam air limbah adalah dengan sistem pengolahan biologis
secara aerob dan anaerob.
pencemar organik dalam air. Selain sebagai pereduksi cemaran, tumbuhan wetland dapat
dijadikan sebagai tanaman hias. Pengolahan limbah cair industri karet menggunakan
instalasi tumbuhan mensiang (Scirpus grossus L.f) dengan media pendukung perlit
secara kontinu menurunkan 95,93 –97,98% BOD.Tanaman yang efektif untuk
digunakan pada system wetland lainya adalah Typha angustifolia, bambu air (Equisetum
hyemale), melati air (Echinodorus palaefolius).
1. Pengumpulan Limbah
Limbah cair dari industri karet dikumpulkan dari sumbernya dan dialirkan ke sistem
pengolahan.
2. Prapemrosesan
Sebelum memasuki sistem anaerobik terintegrasi wetland, limbah cair mungkin perlu
diproses secara prapemrosesan. Ini bisa mencakup penghilangan benda-benda besar,
partikel kasar, atau bahan-bahan yang dapat mengganggu proses anaerobik.
3. Reaktor Anaerobik
4. Wetland Buatan
Setelah melalui reaktor anaerobik, limbah cair dapat dialirkan ke wetland buatan.
Wetland ini berfungsi sebagai sistem alami yang menggunakan tanaman air, substrat,
dan mikroorganisme untuk membersihkan air limbah. Tanaman-tanaman ini dapat
menyerap nutrisi berlebih dan mengurangi kandungan polutan dalam air.
5. Fitoremediasi
Tanaman yang ditanam dalam wetland dapat melakukan fitoremediasi, yaitu proses
di mana tanaman menggunakan akar mereka untuk menyerap, mengakumulasi, dan
menghilangkan polutan dari air. Tanaman-tanaman tertentu dapat efektif dalam
mengurangi kandungan logam berat dan bahan kimia tertentu.
6. Penyimpanan Sementara
Air yang telah diolah dapat disimpan sementara sebelum dibuang ke lingkungan atau
digunakan kembali dalam proses industri.
Setelah melalui semua tahapan pengolahan, air yang telah diolah dapat dibuang ke
lingkungan sesuai dengan standar peraturan atau digunakan kembali dalam proses
produksi, jika memungkinkan.
Kesimpulan
Potensi cemaran di industri crumb rubber dalam bentuk cemaran air dan udara.
Parameter utama pencemar air adalah BOD, COD, dan TSS yang melebihi baku mutu.
Teknologi yang tepat untuk mengolah air limbah dengan karakteristik tersebut dapat
dilakukan dengan sistem anaerobik terintegrasi wetland. Teknologi ini diharapkan dapat
mengolah air limbah agar memenuhi baku mutu air limbah industri karet sesuai Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014.
BIBLIOGRAFI
Andriani, Y., Sari, I. R. J., Fatkhurrahman, J. A., & Harihastuti, N. (2019). Potensi Cemaran
Lingkungan Di Industri Karet Alam Crumb Rubber. Prosiding SNPBS (Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-4.
Belladona, M. (2017). Analisis tingkat pencemaran sungai akibat limbah industri karet di
kabupaten Bengkulu Tengah. Prosiding Semnastek.
Ferosandi, A. (2017). Analisis persepsi masyarakat lingkungan industri karet remah di Kota
Palembang (Doctoral dissertation, Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sriwijaya).
Hakim, A. R., & Citra, M. D. N. F. Industri Pengolahan Karet di Indonesia.
Limbah Industri.
Marsantia, G., Suroso, E., & Utomo, T. P. (2014). Kajian strategi kebijakan industri olahan
karet ribbed smoked sheet (RSS) berbahan baku lateks kebun dalam upaya
peningkatan mutu produk. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 19(1), 84-
95.
Nurjanah, S., Zaman, B., & Syakur, A. (2017). Penyisihan bod dan cod limbah cair industri
karet dengan sistem biofilter aerob dan plasma dielectric barrier dischare
(DBD) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Yani, M., Ismayana, A., Nurcahyani, P. R., & Pahlevi, D. (2012). Penghilangan bau amoniak
dari tempat penumpukan leum pada industri karet remah dengan menggunakan teknik
biofilter. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 17(1), 58-64.
Copyright Holder:
Dandi Wahyudi, Dr. Rizki Purnaini, S.T., M.T, Govira Christiadora Asbanu, S.Pd.Si., M.
Sc (2023)