Anda di halaman 1dari 13

PENANGANAN LIMBAH CAIR KARET

Manajemen Perkebunan

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Aldo Fernando

150510130053

Muhamad Eza Suprapto

150510130118

Aurora Vivi

150510140167

Gita Sibarani

150510140186

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang
merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin
bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka
jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair
dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang
dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka
akan terjadi kerusakan lingkungan.
Pembangunan industri-industri baru pada saat ini dapat meningkatkan
kemakmuran bagi masyarakat, namun membawa dampak negatif terhadap
lingkungan hidup. Permasalahan tersebut perlu dipertimbangkan beberapa
efeknya seperti limbah yang dihasilkan. Industri yang menghasilkan limbah salah
satunya adalah industri karet. Industri karet menghasilkan limbah cair yang
mengandung senyawa organik yang relatif tinggi. Adanya bahan-bahan organik
tersebut menyebabkan nilai BOD (Biochemical Oxygent Demamd) dan COD
(Chemical Oxygent Demamd) pada limbah cair industri karet menjadi tinggi
(Yulianti dkk, 2005).
Limbah cair industri karet perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu
untuk menanggulangi pencemaran. Perkembangan teknologi membran
sebagai unit pengolah limbah saat ini sangat pesat dan banyak digunakan
dalam proses pemisahan. Teknologi membran mempunyai berbagai
keunggulan dibandingkan metode pemisahan yang konvensional, di antaranya
proses kontinyu, tidak memerlukan zat kimia tambahan, konsumsi energi
rendah, mudah dalam scale up, tidak membutuhkan kondisi yang ekstrim,
material membran bervariasi dan mudah dikombinasikan dengan proses
pemisahan lainnya (Kusumawati dan Tania, 2012).
Pengolahan limbah cair industri karet memiliki beberapa parameter yang
perlu diperhatikan untuk mengukur kadar bahan pencemar seperti BOD, COD,

TSS, ammonia dan pH. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah menetapkan baku mutu air
limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri karet dapat dilihat pada Tabel 1.1
berikut:

Penentuan suatu sistem pengolahan limbah yang tepat


terhadap air limbah terkait erat dengan informasi komposisi dan
karakteristik dari air limbah terlebih dahulu. Karena itu, macammacam industri
menjadi

penting

seperti industri karet dan karakteristik limbah


untuk

dipaparkan

dalam

kaitan

dengan

teknologi pengolahan air limbah dari industri, prinsip dasar


pemilihan teknologi yang tepat, dan contoh sistem pengolahan
limbahnya.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penangan limbah
cair karet.

BAB II
PEMBAHASAN
Industri Karet
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan
lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet,
seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah
perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa
Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan
karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha),
sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet
industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam
industri perkaretan.
Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau
kemudahan dalam proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet
atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah,
karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll sewaktu diproses
dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan
berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam
bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga
sangat disukai dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan
sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit
disaingi oleh karet sintetik dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun
dalam pembuatan sol karet yang sepatunya diproduksi dengan cara vulkanisasi
langsung.
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon,
protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.
Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air
dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau
antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga
meningkatkan ketahanan sobek.

Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi


keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin
sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam
bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26C) dan bila ini terjadi,
diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik barang jadi karet.
Sumber Limbah Industri Karet
Apabila dilihat dari tahapan poduksi baik dari bahan baku berasal dari lateks dan
bahan olahan karet rakyat (bokar), maka limbah yang terbentuk pada industri
karet dapat berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku
berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah yang akan terjadi
dengan rincian sebagai berikut :
1. makin kotor bahan karet olahan akan mkin banyak air yang diperlukan untuk
proses pembersihannya, sehingga debit limbah cairpun meningkat.
2. makin kotor dan makin tinggi kadar air dari bahan baku karet olahan, akan
makin mudah terjadinya pembusukan, sehingga kuantitas limbah gas/bau pun
meningkat.
3. bahan baku karet olahan yang kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan
pasir relatif tinggi.
Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga bertujuan
untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan relatif singkat.
Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah cair.
Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan rincian
sebagai berikut:
1. Bahan baku olahan karet rakyat
Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi
asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari karet baik
disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber limbahnya antara
lain:
a. penyimpanan koagulum
b. sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan
limbah
c. pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi
d. proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair,
waaupun jumlahnya relatif kecil
2. Bahan baku berasal dari lateks kebun

Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit,
tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya
adalah dari proses pencacahan dan peremahan.
Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang ,e,beri gambaran atas
tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin tinggi
kandungan bahan organik akan menyebabkan makn berkurangnya konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian berbagai biota
air. Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob
bergeser ke kondisi anaerob.
b. COD
COD mirip dengan BOD, bedanya osigen yang diperlukan merupakan oksigen
kimiawi seperti O2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara kimia
bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan karbon
dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir
seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan
organik yang teroksidasi secara biologis.
c. Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenos padatan yang terkandung di dalam cairan
limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu
paling lama sekitar 1 jam.
d. Padatan Tersuspensi
Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.
Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta
mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.
e. Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan secara
penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi
biologis atau koagulasi kimia.
f. Kandungan Nitrogen
Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit dan
nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa
tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.
g. Derajat Keasaman (pH)

Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH artinya
air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa.
Karakteristik dan Dampak Limbah Cair
Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi
karet dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan
1.

Perkiraan Debit Limbah Cair


Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air
untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknaya limbah cair yang
dihasilkan, sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah.
Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menjadi
limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi tidak
menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada dalam
bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana pengolahan. Nilai parameter limbah
pada setiap bagian proses pengolahan berbeda-beda. Nilai parameter BOD atau
COD yang sangat besar dari air buangan menunjukkan tingginya kadar bahan
organiknya, peningkatan kadar bahan organik akan makin mengganggu
ekosistem lingkungan yang menerima air buangan karena oksigen banyak
digunakan oleh bakteri pengurai untuk menghancurkan bahan organik tersebut.
Total padatan merupakan bahan yang berasal dari emecahan komponen
organik, sedangkan padatan tersuspendi merupakan bahan yang tidak larut d
dalam air dan cenderung mengalami pembusukan jika suhu air meningkat
(musim panas). Dampak negatif juga timbul jika air limbah langsung dibuang
ke sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi di areal perkebunan,
penanganan limbah cair relatif mudah, bahkan dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk tanaman karetnya.

2.

Karakteristik dan Dampak Limbah Padat


Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak
tergolong limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir
rotan, kayu, daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan
sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah
yang sudah sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Limbah tersebut jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA
dalam keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat kompos,
sehingga di TPA tinggal proses pelapukan akhir.
Pengolahan limbah cair
Pengolahan limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat atau
unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah dengan cara penyaringan
untuk meminimalisasi gangguan dalam proses pengolahan limbah
berikutnya. Proses pengolaha awal ini juga disebut sebagai pengolahan
proses fisika
a. penyaringan
bertujuan untuk memisahkan pengotor yang berupa padatan kasar atau
serpihan yang terbawa oleh limbah cair.
b. sedimentasi
sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dari cairannya dengan cara
mengendapkan secara gravitasi. Proses ini juga dapat memisahkan jenis
padatan berupa flok hasil proses kimiawi dan hasil proses biologi
c. netralisasi
limbah cair industri pengolahan karet bersifat asam, maka proses penetralan
perlu dilakukan terlebih daulu sebelum pengolahan lanjutan.
d. Equalisasi
Pross equalisasi sangat dibutuhkan agar aliran relatif konstan dan kinerja
proses operasi pada sistem pengolahan meningkat.
Pengolahan limbah lanjutan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
a. pengolahan secara kimiawi
b. pengolahan secara sistim kolam/flokulasi (aerob atau anaerob)
c. pengolahan secara lumpur aktif (biologi)
d. pengolahan secara pemanenan ganggang
pengolahan secara kimia
a. koagulasi

proses koagulasi adalah perlakuan kimiawi terhadap limbah cair dengan cara
penambahan bahan elektrolit yang berlawanan muatan dengan koloid.
Bahan kimia yang bisa digunakan sebagai koagulan adalah tawas/ alum,
fero sulfat, feri sulfat dan feri khlorida.
b. flokulasi
flokulasi adalah proses pengadukan lambat dan terus meneris terhadap air yang
dikoagulasikan dengan tujuan membentuk flok.
Pengolahan secara sekunder
Pengolahan secara sekunder juga disebut pengolahan secara biologi yang
bertujuan untuk mengirangi senyawa organik terlarut dalam air limbah.
Pengolahan secara kolam fakultatif
Pabrik karet yang terletak di lokasi dengan ketersediaan lahan terbuka yang
masih luas seperti di PT Perkebunan atau perkebunan swasta bes, sistem
kolam arobik/anaerobik yang dilanjutkan dengan kolam fakultatif dinilai
merupakan sistem penanganan limbah yang paling memadai.
a. proses aerob
bahan-bahan organik terlarut akan masuk ke dalam sel secara absorpsi,
sedangkan yang bersifat koloid masuk secara adsorpsi. Proses espirasi sel
mengoksidasi senyawa organik dan menghasilan senyawa fosfat yang
digunakan sebagai sumber tenaga.
1. kolam stabilisasi
proses pengolahan limbah cair dengan cara kolam stabilisasi berdasarkan
konsep pemurnian di alam. Proses biologis dapat terjadi secara
aerobik, fakultatif dan anaerobik.
Lumpur-lumpur yang mengendap dan organik terlarut yang berada di
bagian bawah akan didegradasi oleh bakteri anaerobik menghasilkan
bahan-bahan anorganik dan komponen-komponen lain yang berbau.
2. kolam aerasi
kolam aerasi merupakan engolahan degan sistem aerasi dimana pelarutan
oksige diperoleh dari alat-alat mekanis. Alat-alat untuk aerasi ada yang
di permukaan dan ada pula ditempatkan di dalam air. Pada bagian

akhir kolam aerasi harus dilengkapi dengan alat pengendapan untuk


pemisahan lumpur yang dihasilkan dari proses.
b. proses anaerob
pada kolam anaerobik berlangsung serangkaian reaksi seperti hidrolisis
senyawa organik organik oleh enzym ekstraselular menjadi organik
terlarut, reaksi aeidogenesis terhadap produk hidrolisis oleh bakteri
fakultatif/obligat anaerob menjadi molekul molekul.
Pengolahan secara lumpur aktif
Proses lumpur aktif banyak diterapkan karena mempunyai efisiensi
pengolahan yang tinggi dan lahan yang diperlukan tidak seluas seperti
pengolahan sistem kolam. Biomassa lumpur dlam tangki sedimentasi akan
terpisah dan cairan sebagai endapan. Sebagian lumpur tersebut didaur ulang
dan sisanya dibuang.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam proses lumpur aktif diperlukan untuk
kehidupan mikroorgansma, yaitu untuk melakukan oksidasi sumber karbon
(BOD) dan oksidasi senyawa nitrogen (nitrifikasi)
Perlakuan lumpur
Lumpur yang dikeluarkan dari unit pengolahan limbah cair dibedakan atas
lumpur primer dan lumpur sekunder. Lumpur primer berasal dari hasil
perlakuan fsika atau kimia, sedangkan lumpur sekunder berasal dari perlakuan
biologi. Lumpur sekunder umumnya masih memiliki kadar air yang cukup
tinggi. Perlakuan ini dengan pengurangan kadar air danmeningkatkan
kestabilan sift lumpur menjadi lebih aik agar penanganan selanjutnya tidak
menimbulkan permasalahan baru dalam lingkungan
a. Pemekatan
b. Stabilisasi
Pemanfaatan sludge
Sludge merupakan padatan hasil pengolahan limbah cai yang perlu
dilakukan penangannya atau tempat penyimpanan. Sludge ini selain
mengandung berbagai jenis mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis
senyawa organik yang tidaj dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Lumpur

yang dibiarkan di tempat terbuka tanpa penanganan lebih lanjut berpotensi


sebagai sumber pencemar.
Pemanfaatan lumpur sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu
alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan.
Pemanfaatan limbah lumpur sebagai pupuk juga harus memperhatikan kondisi
yang mendukung aktivitas mikroorganisme dalam proses melepaskan nutrien
yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman, yaitu kondisi lembab dan hangat,
serta kecukupan bahan makanannya.
Meski berpotensi sebagai pupuk, namun sludge mempunyai berbagai
sifat yang kurang baikyaitu : tekstur yang halus, unsur hara.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengolahan limbah dapat dikelompokkan kedalam pengolahan dari
sumbernya yang disebut sebagai proses produksi bersih, dan pengelolaan saat
limbah tersebut keluar dari proses produksi. Pengolahan limbah pendahuluan
bertujuan untuk memisahkan zat atau unsur padatan kasar yang ada dalam air
limbah dengan cara penyaringan untuk meminimalisasi gangguan dalam proses
pengolahan limbah berikutnya.
Teknik

pengelolaan

air

limbah

secara

efektif

dan

efisien

serta

berkesinambungan harus dilaksanakan dalam melakukan pengkajian dan inovasi


penerapan teknologi produksi bersih, untuk mendukung terwujudnya undustri
karet yang berdaya saing tinggi dan berwawasan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2007.

gambaran

sekilas

industri

karet.

http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/Karet/Karet.pdf. Di akses pada


tanggal 28 November 2016.
Damayanti, reskha dan Retno Martini. Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair
Dengan Menggunakan Limbah Ban Bekas Menggunakan Katalis Zeolit Y
dan ZSM-5 http://www.docstoc.com/docs/ Di akses pada tanggal 28
November 2016
Infokito.2007.

Limbah

Cair

Industri

Karet

Ancam

Perikanan

http://infokito.wordpress.com/2007/ Di akses pada tanggal 28 November


2016
Kusumawati N., dan Septiana T., (2012), Pembuatan dan Uji Kemampuan
Membran Kitosan sebagai Membran Ultrafiltrasi untuk Pemisahan Zat
Warna Rhodamin B, Molekul, Vol. 7 No. 1, Mei 2012: 43-52
Kresnawaty, Irma dkk. 2008. Optimisasi produksi biogas dari limbah lateks cair
pekat dengan penambahan logam.
Rollit.

2009.

Pemanfaatan

Limbah

Karet

Menjadi

Pupuk.

http://automotive.id.finroll.com/ Di akses pada tanggal 28 November 2016


Suhartini, Meri. Modifikasi produk dan daur-ulang limbah karet alam
http://www.digilib.ui.ac.id// Di akses pada tanggal 28 November 2016
Yulianti D., Kusumo W., dan Widya M., (2005), Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik
Karet PTPN IX Kebun Batu Jamus Karang Anyar Hasil Fitoremediasi
dengan Azolla microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza
sativa Linn.), BioSMART, Vol. 7, No. 2, Oktober 2005:125-130

Anda mungkin juga menyukai