Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0

Kimia FMIPA UNMUL

ANALISIS ION Cd(II) MENGGUNAKAN RESIN TERMODIFIKASI ABU KULIT


SINGKONG - Ca - ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGISI KOLOM DALAM TAHAPAN
PRAKONSENTRASI

Rientha Septiana*, Aman Sentosa Panggabean, Bohari Yusuf


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua, Samarinda
Kalimantan Timur 75123, Indonesia
Corresponding Author : rientha22@gmail.com

ABSTRACT

Ca-Alginate (CAA) resins modified by ash of cassava roots bark (ACRB) and utilized as material for
column filler in ion preconcentration stage has been carried out. Preconcentration method was carried out by
off-line method, sample poured into column by down flow, eluted by 1,0 M HCl and measured by Atomic
Absobtion Spectrofotometer (AAS). Optimum component to produce modified microcapsule ACRB-CAA in
mixture of 1% Na-Alginate, 1M CaCl2 and 0,05 gr of ACRB. The result revealed that ion Cd(II) retention in
pH 4, sample volume and eluent HCl were 10 mL and 4 mL respectively and retention capacity 1,3705 mg
Cd/gr resins. This method achieved a good result for Cd ion analysis with limit of detection 0,0101 mg/L and
1,29% of %CV and can be applied for ion Cd analysis of sample water from environment with percent of
recovery >95% by spike method. Environmental sample taken from Mahakam River, well-water, ex coal
excavation site.

Keywords : Preconcentration, Modified resins Ash of Cassava Roots bark - Ca - Alginate

PENDAHULUAN dapat dikonsumsi pula oleh manusia. Limbah kulit


Kadmium (Cd) adalah salah satu logam singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang
yang dikelompokkan dalam jenis logam berat mampu mengurangi kadar logam berat berbahaya.
non-esensial. Logam ini jumlahnya relatif kecil, Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan
tetapi dapat meningkat jumlahnya dalam bahwa kulit singkong memiliki kandungan
lingkungan karena proses pembuangan sampah protein, selulosa non-reduksi, serat kasar yang
industri maupun penggunaan minyak sebagai tinggi dan HCN (asam sianida). Komponen-
bahan bakar (Pacyna, 1987). Di samping itu komponen tersebut mengandung gugus –OH, –
daerah pertambangan seperti pertambangan seng NH2, –SH dan –CN yang dapat mengikat logam.
(Zn), timbal (Pb) maupun tembaga (Cu) selalu Kulit singkong mengandung C (Karbon) sebesar
mengandung kadmium sebagai bahan sampingan. 59,31% yang berarti terdapat carbon yang tinggi,
Baik kadmium maupun seng mempunyai daya H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar
gabung yang tinggi terhadap sulfur (S), sehingga 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 %, S (Sulfur)
sumber kadmium dan seng yang paling utama sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.
adalah mineral sulfida, dimana kandungan Selain itu, menurut Hanifah dkk (2010), kulit
kadmium dalam mineral tersebut dapat mencapai singkong juga mengandung 459,56 ppm HCN
5% (Winter, 1982). Kadmium digunakan secara (asam sianida) (Hasrianti, 2012). Studi
intensif dalam proses electroplating (pelapisan pendahuluan telah dilakukan dan didapatkan hasil
elektrik), pembuatan baterai, plastik, galvanasi bahwa abu kulit singkong dapat menyerap logam
karena Cd memiliki keistimewaan nonkorosif. kadmium (Cd), tembaga (Cu) dan timbal (Pb)
Digunakan pula dalam pembuatan alloy, pigmen dengan penyerapan masing-masing secara
warna cat, keramik, percetakan tekstil dan pigmen berturut-turut sebesar 73,91%; 70,37% dan
untuk gelas dan email gigi. Bagi manusia 69,16%.
kadmium sebenarnya merupakan logam asing, Salah satu teknik dalam penentuan
tubuh sama sekali tidak memerlukan dalam proses konsentrasi ion-ion logam dalam sampel air alam
metabolisme (Widowati, 2008). adalah teknik prakonsentrasi. Penggunaan metode
Kulit singkong selama ini sering prakonsentrasi sebagai tahap awal analisis
disepelekan dan dianggap sebagai limbah dari instrumental untuk menentukan konsentrasi logam
tanaman singkong. Padahal, kulit singkong ini renik di dalam air telah banyak dilakukan.
memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang Prakonsentrasi sendiri pada prinsipnya berfungsi

205
Rientha Septiana
Kimia FMIPA UNMUL

untuk memisahkan sampel logam dengan matriks Pembuatan Mikrokapsul Termodifikasi Abu
pengganggu dan mengurangi efek dari matriks. Kulit Singkong-Ca-Alginat
Pembentukan kompleks logam dengan agen Larutan CaCl2 0,5 M sebanyak 50 mL
khelat yang kemudian diekstraksi oleh pelarut dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian
organik merupakan salah satu metode ditambahkan dengan 0,05 gram abu kulit
prakonsentrasi yang berkembang. Teknik singkong. Selanjutnya larutan Na-alginat 1%
prakonsentrasi memberikan solusi terhadap ditambahkan setetes demi setetes dengan buret
keterbatasan kepekaan instrumen dalam sambil diaduk dengan magnetik stirer hingga
penentuan logam berat pada konsentrasi yang terbentuk mikrokapsul termodifikasi abu kulit
sangat rendah. singkong-Ca-Alginat, diatur pula laju alir pada
Berdasarkan uraian di atas, maka pada buret serta kecepatan putar dari magnetik stirer.
penelitian ini akan dilakukan pembuatan resin Setelah terbentuk mikrokapsul termodifikasi abu
berbasis mikrokapsul Ca-alginat yang kulit singkong-Ca-Alginat, dikeringkan pada suhu
dimodifikasi dengan penambahan abu kulit ruang ± 24 jam. Selanjutnya resin yang telah
singkong. Resin yang diperoleh akan digunakan kering dapat ditentukan retensinya terhadap ion
sebagai bahan pengisi kolom untuk tahapan Cd(II).
prakonsentrasi ion Cd(II) dan digunakan pula
aliran kolom dari atas ke bawah (down flow) Retensi Mikrokapsul Termodifikasi Abu Kulit
karena lebih mudah pengoperasian laju alirnya, Singkong-Ca Alginat Terhadap Ion Cd(II)
serta dideteksi menggunakan spektrofotometer Mikrokapsul Termodifikasi Abu Kulit
serapan atom (SSA). Dalam tahap ini akan Singkong-Ca-Alginat yang telah kering ditimbang
dipelajari komposisi pembuatan resin sebanyak 0,1 gram dimasukkan ke dalam botol
termodifikasi abu kulit singkong-Ca-alginat yang film plastik. Kemudian resin tersebut direndam ke
optimum serta optimasi prakonsentrasi dan kinerja dalam 10 mL larutan Cd(II) 2 mg/L dan
analitik. Metode ini diharapkan dapat memberikan didiamkan selama ± 24 jam, diukur absorbansi
kapasitas retensi dan % recovery yang baik untuk Cd(II) dalam filtrat menggunakan alat
ion Cd(II) dan dapat memberikan manfaat yang Spektrofotometer Serapan Atom pada λ = 228,8
sangat besar untuk menanggulangi keterbatasan nm.
yang dimiliki oleh instrumen analisis dalam
analisis runut. Optimasi Resin Termodifikasi Abu Kulit
Singkong-Ca-Alginat
METODOLOGI PENELITIAN Pengaruh pH
Penelitian ini bersifat eksperimental Pada tahap ini digunakan metode batch,
laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk sebanyak 0,1 gram resin termodifikasi abu kulit
mengetahui karakteristik retensi resin singkong-Ca-Alginat yang paling bagus
termodifikasi Abu Kulit Singkong - Ca - Alginat penyerapannya dimasukkan ke dalam botol film
yang digunakan pada teknik prakonsentrasi ion plastik. Direndam ke dalam 10 mL larutan asam
Cd(II) pada tingkat analisi runut yang dapat optimum dengan variasi pH 1-8. Perendaman
diaplikasikan untuk mendeteksi ion logam dilakukan selama 24 jam, disaring dan
tersebut pada sampel air dari lingkungan. dikeringkan. Kemudian 10 mL larutan Cd(II) 2
mg/L dimasukkan ke dalam botol film plastik
Pembuatan Abu Kulit Singkong yang berisi resin tersebut dan diaduk perlahan.
Pada penelitian ini kulit singkong yang Direndam selama 24 jam lalu disaring, diukur
digunakan adalah kulit singkong bagian dalam absorbansi filtrat dengan menggunakan
(berwarna putih) dari beberapa pohon yang Spektrofotometer Serapan Atom. Dari hasil
kemudian dikumpulkan dan dibersihkan dengan pengukuran akan didapatkan pH optimum dari
air yang mengalir. Kemudian kulit singkong yang resin termodifikasi abu kulit singkong-Ca-Alginat
telah bersih, dipotong-potong dan dalam menyerap ion logam Cd(II).
dikeringanginkan. Selanjutnya abu kulit singkong
dibuat dengan membakar kulit singkong sebanyak Kapasitas Retensi Resin Termodifikasi Abu
300 gr yang telah dikeringanginkan pada tungku Kulit Singkong-Ca-Alginat
furnace pada suhu 600°C selama 4 jam. Pada tahap ini digunakan metode batch,
Kemudian abu yang telah terbentuk digerus dimana 0,1 gram resin termodifikasi abu kulit
hingga halus. singkong-Ca-Alginat direndam ke dalam 10 mL
larutan Cd(II) dengan variasi konsentrasi 1, 2, 4,

206
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL

6, 8, 10, 12, 15, 20, 30 dan 40 mg/L pada kondisi Linearitas


pH optimum. Perendaman dilakukan selama 24 Sebanyak 10 mL larutan Cd(II) dengan
jam dan diukur absorbansi Cd(II) menggunakan variasi konsentrasi 0,05; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 dan
Spektrofotometer Serapan Atom. 0,6 mg/L dengan kondisi optimum dan prosedur
yang sama seperti di atas kemudian diukur
Optimasi Prakonsentrasi absorbansinya. Dengan memplotkan absorbansi vs
Pembuatan Kolom konsentrasi Cd(II) akan diperoleh persamaan garis
Kolom resin dibuat dengan cara regresi.
menyiapkan kolom berisi resin termodifikasi abu
kulit singkong-Ca-Alginat sebanyak 2 gram. Batas Deteksi atau LOD (Limit of Detection)
Kolom disangga oleh statif yang terdapat pada Dalam penelitian ini LOD ditentukan
tiang. dengan mengukur harga absorbansi dari
konsentrasi Cd terkecil yang masih dapat
Pengaruh Konsentrasi Eluen ditentukan dan dibedakan dari absorbansi yang
Ke dalam kolom yang telah berisi resin diberikan oleh blanko dengan beberapa kali
termodifikasi abu kulit singkong-Ca-Alginat pengukuran. Limit deteksi dinyatakan sebagai
dimasukkan 10 mL larutan standar Cd(II) 2 mg/L. perbandingan absorbansi standar (S) terhadap
Cd(II) yang terdeteksi selanjutnya dielusi oleh 10 absorbansi blanko (N) atau S/N=3 (LIPI, 2003).
mL HCl dengan berbagai variasi konsentrasi 0,5-
2,0 M. Eluat yang ditampung diukur Aplikasi Terhadap Sampel dari Alam
absorbansinya menggunakan Spektrofotometer Pengaruh Matriks
Serapan Atom. Dari hasil pengukuran akan Untuk menentukan pengaruh matriks
didapatkan konsentrasi optimum eluen. terhadap penentuan Cd(II) dalam sampel air dari
alam, dilakukan penentuan % recovery dengan
Pengaruh Volume Cd(II) metode spike. Pada metode ini sejumlah tertentu
Ke dalam kolom yang telah berisi resin volume standar Cd(II) dipipet lalu diencerkan
termodifikasi abu kulit singkong-Ca-Alginat dengan sampel air. Perlakuan selanjutnya
dimasukkan larutan standar Cd(II) 2 mg/L dengan dilakukan dengan kondisi pengukuran optimum
berbagai variasi volume 2-16 mL. Cd(II) yang dan absorbansinya diukur.
teretensi selanjutnya dielusi oleh 10 mL HCl 1,0
M. Eluat yang ditampung diukur absorbansinya Penentuan Konsentrasi Cd(II) pada Sampel
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Air dari Alam
Dari hasil pengukuran akan didapatkan volume Penentuan konsentrasi Cd(II) dalam sampel
optimum larutan Cd(II). air dilakukan berdasarkan kondisi optimum
seperti yang telah dilakukan pada prosedur
Pengaruh Volume Eluen sebelumnya. Sampel air diambil dari Sungai
Ke dalam kolom yang telah berisi resin Mahakam, Air Sumur dan Air Bekas Galian Batu
termodifikasi abu kulit singkong-Ca-Alginat Bara.
dimasukkan larutan standar Cd(II) 2 mg/L dengan
volume 10 mL. Cd(II) yang teretensi selanjutnya HASIL DAN PEMBAHASAN
dielusi oleh HCl 1,0 M dengan berbagai variasi Kurva Kalibrasi (Sebelum Prakonsentrasi)
volume 1-12 mL. Eluat yang ditampung diukur Kurva kalibrasi dibuat untuk mencari
absorbansinya menggunakan Spektrofotometer daerah linieritas suatu pengukuran antara
Serapan Atom. Dari hasil pengukuran akan konsentrasi analit dalam sampel dengan daerah
didapatkan volume optimum eluen. ukur yang diberikan. Linieritas dievaluasi dari
grafik yaitu dengan memplotkan absorbansi
Kinerja Analitik sebagai fungsi dari konsentrasi analit, yang biasa
Kebolehulangan disebut kurva kalibrasi.
Sebanyak 10 mL larutan Cd(II) 0,1 mg/L
diukur absorbansinya dengan dilakukan secara
berulang kali (n=7) dengan kondisi optimum
dengan prosedur yang sama seperti di atas.

207
Rientha Septiana
Kimia FMIPA UNMUL

0,35 terlihat pada konsentrasi 0,5 M memberikan


penyerapan tertinggi sebesar 50,42%.
0,3
0,25
Absorbansi

0,2 60
y = 0,1519x + 0,0002
0,15 R = 0,9975 50

% Penyerapan
0,1 40
0,05 30
0 20
0 0,5 1 1,5 2 2,5
Standar Cd (mg/L) 10
0
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Ion Logam Cd(II) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
(Sebelum Prakonsentrasi) Konsentrasi CaCl2 (M)

Diperoleh persamaan garis regresi y = Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi CaCl2


0,1519x + 0,0002 dengan koefisien korelasi (R) =
0,9975 dengan rentang konsentrasi 0,4-2,0 mg/L. 60,00
50,00
% Penyerapan

Rendemen Abu Kulit Singkong 40,00


Penetapan rendemen karbon aktif bertujuan 30,00
untuk mengetahui jumlah karbon aktif yang
dihasilkan dari proses karbonisasi dan aktivasi. 20,00
Perhitungan rendemen didasarkan pada bobot 10,00
kering oven bahan baku. Rendemen karbon aktif 0,00
yang dihasilkan dipengaruhi oleh cara 0 0,5 1 1,5 2
pengaktifan. Rendemen abu kulit singkong yang Konsentrasi Na-Alginat (%)
dihasilkan pada penelitian ini adalah sebesar 1% -
1,3%. Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Na-Alginat
Teori kinetika menyebutkan bahwa semakin
tinggi suhu reaksi maka laju reaksi akan Resin yang terbentuk pada konsentrasi Na-
bertambah cepat. Peningkatan suhu akan Alginat 0,5% memiliki bentuk yang tidak cukup
mempercepat laju reaksi antara karbon dan uap air baik, berbentuk berupa lembaran tipis bukan
sehingga banyak karbon yang terkonversi menjadi berbentuk mikrokapsul. Hal ini disebabkan karena
H2O dan CO2 dan semakin sedikit karbon yang konsentrasi Na-Alginat yang kecil sehingga tidak
tersisa. Hal ini mengakibatkan rendemen karbon terbentuk resin yang baik. Sedangkan pada Na-
aktif rendah (Hudaya & Hartoyo, 1990). Alginat dengan konsentrasi 1,5% resin yang
Peningkatan waktu karbonisasi cenderung dapat terbentuk cukup baik namun memiliki ukuran
menurunkan hasil rendemen. Hal ini disebabkan yang cukup besar, hal ini berpengaruh pada luas
oleh dengan semakin lama waktu karbonisasi daerah kontak antara resin dan sampel sehingga
maka kemungkinan terjadinya reaksi antara arang kemampuan retensi dari resin menurun. Pada
dengan zat pengoksidasi atau pengaktif konsentrasi Na-Alginat 1,0%, resin yang
membentuk CO, CO2, dan H2 juga semakin terbentuk memiliki ukuran dan bentuk yang baik,
meningkat sehingga karbon aktif yang terbentuk luas interaksi resin dan sampel cukup luas,
berkurang. sehingga kemampuan retensi dari resin
meningkat.
Pembuatan Mikrokapsul Abu Kulit Singkong-
Ca-Alginat
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pada
pembuatan resin dengan merubah konsentrasi
CaCl2 semakin besar maka akan menaikkan
tingkat daya retensinya terhadap ion logam Cd(II),

208
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL

60 90
80
50 70

% Penyerapan
% Penyerapan

40 60
50
30 40
30
20
20
10 10
0
0 0 2 4 6 8 10
0 0,1 0,2 0,3 pH
Massa Abu Kulit Singkong (gr)
Gambar 5. Pengaruh pH pada Mikrokapsul
Gambar 4. Pengaruh Penambahan Abu Kulit Termodifikasi Abu Kulit Singkong-
Singkong Ca-Alginat
Dari gambar 4 dapat dilihat persen Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa pada pH
penyerapan mikrokapsul pada berat abu kulit 4 resin termodifikasi Abu Kulit Singkong-Ca-
singkong 0,005 gr berada pada 32,72% dan pada Alginat memberikan hasil penyerapan yang baik
berat abu kulit singkong 0,05 gr berada pada dimana pada pH tersebut ion logam Cd(II) yang
51,28%, pada berat abu kulit singkong 0,15 gr dan terserap sebesar 78,24%. Berdasarkan grafik di
0,25 gr persen penyerapan masing-masing adalah atas dapat dilihat bahwa pada kondisi pH 1-4
sebesar 37,45% dan 20,48%. Dari hasil di atas dipilih sebagai suasana pengkondisi resin
dapat diketahui penyerapan optimum mikrokapsul mikrokapsul ini. Sedangkan pada pH 5-8 terjadi
termodifokasi Abu Kulit Singkong-Ca-Alginat penurunan % penyerapan, hal ini disebabkan
berada pada berat abu kulit singkong 0,05 gr. apabila pada kondisi basa (pH > 5) maka ion
logam Cd(II) akan membentuk dalam bentuk
Pengikatan Resin Termodifikasi Abu Kulit hidroksidanya sehingga alat sudah tidak dapat
Singkong-Ca-Alginat Terhadap Ion Logam Cd mendeteksi keberadaan ion logam Cd(II) dengan
Kandungan silika pada abu kulit singkong baik. Pada pH basa juga memberikan efek
akan membantu Ca-Alginat untuk menyerap ion terhadap stabilitas bentuk manik-manik
logam Cd, sehingga akan meningkatkan persen mikrokapsul menjadi fasa cair (kembali larut).
penyerapan dari ion logam Cd. Ikatan yang terjadi Untuk pengerjaan selanjutnya akan digunakan
antara resin termodifikasi Abu Kulit Singkong- larutan pH 4 untuk mengkondisikan resin agar
Ca-Alginat dengan ion logam Cd adalah berupa dapat memaksimalkan proses penyerapan logam
ikatan Van Der Walls, dalam hal ini logam diikat Cd(II).
melalui pembentukan ikatan lemah dengan gugus
O pada pasangan elektron bebasnya pada senyawa Kapasitas Retensi
pembentuk alginat (Fuks, dkk, 2006). Sehingga Kapasitas retensi adalah kemampuan Resin
gugus O yang memiliki elektron pasangan bebas Termodifikasi Abu Kulit Singkong-Ca-Alginat
mampu mengikat ion logam Cd pada gugus O tersebut dalam menyerap ion logam Cd(II).
yang tidak terikat oleh Ca dan silika pada abu Semakin banyak jumlah ion logam Cd(II) yang
kulit singkong dalam pembentukan gel. diserap, semakin besar kapasitas retensinya.
Pengikatan secara lemah antara logam Cd dan Pengukuran kapasitas retensi dapat dilakukan
resin termodifikasi Abu Kulit Singkong-Ca- dengan metode batch.
Alginat inilah yang digunakan sebagai teknik 3,0000
sorpsi-desorpsi metode prakonsentrasi pada
Kapasitas Retensi (mg/g

2,5000
penelitian ini. 2,0000
1,5000
Resin)

Optimasi Resin Termodifikasi 1,0000


Pengaruh pH 0,5000
Pada penentuan pengaruh resin terhadap pH 0,0000
digunakan metode Batch, pengukuran konsentrasi 0 10 20 30 40 50
larutan ion logam Cd(II) dengan memvariasikan Konsentrasi Cd (mg/L)
larutan asam pH 1–8.
Gambar 6. Penentuan Kapasitas Retensi

209
Rientha Septiana
Kimia FMIPA UNMUL

Akan terdapat dua persamaan garis regresi Pengaruh Volume Asam


antara kapasitas retensi –vs- konsentrasi, yaitu : y 1,6000
= 0,0694x + 0,0345 dan y = 0,0682x + 0,0576 ,
1,4000
dimana perpotongan antara kedua garis ini
1,2000

Cd Terelusi (mg/L)
merupakan kapasitas retensi optimum dari resin
termodifikasi Abu Kulit Singkong-Ca-Alginat 1,0000
yaitu sebesar 1,3705 mg/g. 0,8000
0,6000
Optimasi Prakonsentrasi
0,4000
Pengaruh Konsentrasi Asam
0,2000
0,9000
0,8000 0,0000
Cd Terelusi (mg/L)

0,7000 0,0 5,0 10,0 15,0


0,6000 Volume HCl (mL)
0,5000
0,4000 Gambar 9. Pengaruh Volume Eluen HCl
0,3000
0,2000
Ion logam Cd(II) yang terelusi meningkat
0,1000
0,0000 hingga volume 4 mL, kemudian ion logam Cd(II)
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 yang terelusi menurun seiring meningkatnya
Konsentrasi HCl (M) volume eluen. Dari hasil di atas dapat ditentukan
volume eluen HCl optimum berada pada volume 4
Gambar 7. Pengaruh Konsentrai Eluen HCl mL.
Konsentrasi eluen HCl yang digunakan Kinerja Analitik
adalah sebesar 1,0 M. Karena pada kondisi Presisi (Kebolehulangan)
konsentrasi HCl 1,0 - 2,0 M memberikan hasil Tingkat kebolehulangan yang dinyatakan
yang tidak begitu jauh berbeda, sehingga dapat dengan koefisien variasi (KV) yang diperoleh dari
disimpulkan bahwa pada konsentrasi HCl 1,0 M hasil pengukuran di atas adalah sebesar 1,29%.
sudah mampu memberikan hasil yang optimum Hasil ini cukup baik mengingat % KV yang masih
untuk mengelusi logam Cd(II). diperbolehkan adalah ≤ 5 % (LIPI, 2003).
Pengaruh Volume Cd (II) Linieritas
2,5000 Linieritas adalah kemampuan metode untuk
menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau
2,0000 setelah diolah secara matematika, sebanding
Cd Terelusi (mg/L)

dengan konsentrasi analit pada batas rentang


1,5000
konsentrasi tertentu. Pada penelitian kali ini,
1,0000
dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dengan
melewatkan standar ion logam Cd(II) melalui
0,5000 kolom yang berisikan resin termodifikasi Abu
Kulit Singkong-Ca-Alginat dengan berbagai
0,0000 variasi konsentrasi.dari hasil yang diperoleh
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0
persamaan garis regresinya y = 0,1675x + 0,0557
Volume Cd (mL)
dengan koefisien korelasinya R = 0,9982 dengan
rentang konsentrasi antara 0,05 - 0,6 M. Dalam
Gambar 8. Pengaruh Volume Ion Logam Cd(II)
suatu penetapan, harga regresi yang baik
Semakin banyak volume ion logam Cd(II) sebaiknya > 0,99 (Miller dan Miller, 1975).
yang digunakan semakin tinggi juga konsentrasi
ion logam Cd(II) yang terelusi oleh eluen HCl 1
M, namun pada volume 12 mL Cd(II) yang
terelusi mengalami penurunan. Dari grafik di atas
dapat ditentukan volume Cd(II) optimum berada
pada volume 10 mL.

210
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 ISBN 978-602-50942-0-0
Kimia FMIPA UNMUL

0,18 Perolehan Kembali (% Recovery) dari Sampel


0,16 Alam
Absorbansi
0,14 Perolehan kembali (% recovery)
0,12 y = 0,1675x + 0,0557 menunjukkan tingkat keakurasian dari metode
0,1 R = 0,9982
yang digunakan. Perolehan kembali dilakukan
0,08
0,06 dengan membandingkan nilai konsentrasi analit
0,04 yang terukur dengan konsentrasi analit yang
0,02 terhitung, yaitu melakukan analisis spike sampel
0 (sampel buatan) yang telah diketahui
0 0,2 0,4 0,6 0,8
konsentrasinya. Akuarsi metode dikatakan baik,
Konsentrasi Cd(mg/L)
jika didapatkan % recovery antara 95-105% atau
ada pula rentang % recovery yang bisa diterima
Gambar 10. Kurva Kalibrasi Ion Logam Cd(II)
yaitu 90-110% (Sumardi, 1993).
(Setelah Prakonsentrasi)
Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk
pengukuran % perolehan kembali ion logam Cd
Limit Deteksi
setelah dilewatkan resin Ca-Alginat termodifikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang
abu kulit singkong maka pengaplikasian terhadap
dilakukan untuk prakonsentrasi ion logam Cd(II)
sampel alam dapat dilihat pada tabel 1 di bawah
dengan menggunakan resin termodifikasi Abu
ini :
Kulit Singkong-Ca-Alginat, batas deteksi yang
diperoleh sebesar 0,0101 mg/L. Sedangkan untuk
nilai LOD sebelum prakonsentrasi didapatkan
nilai 0,0191 mg/L. Sehingga didapatkan
peningkatan limit deteksi sebesar 1,89 kali.

Tabel 1. Pengukuran Metode Spike Terhadap sampel Alam


Cd
No. Sampel Alam Cd Terukur Spike % Recovery
Terukur Standar
1 Air Sungai Mahakam 0,9637 0,9183 0,05 99,52
2 Air Sumur 0,8894 0,8552 0,05 98,25
Air Bekas Galian Batu
3 1,0627 0,9827 0,05 102,91
Bara

Dari hasil penelitian diperoleh hasil batas deteksi sebesar 0,0101 mg/L serta
perolehan kembali dari sampel air Sungai persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi,
Mahakam sebesar 99,52 %, air sumur sebesar yaitu y = 0,1675x + 0,0557 dengan R = 0,9982.
98,25 % dan air bekas galian batu bara sebesar Nilai perolehan kembali (% recovery) metode ini
102,91 %. Hasil tersebut menunjukan bahwa cukup baik yaitu > 95 %, dimana metode spike
metode yang dilakukan memiliki tingkat akurasi yang dilakukan untuk matriks sampel dari Sungai
yang baik untuk analisis ion logam Cd(II). Sungai Mahakam, Air Sumur dan Air Bekas
Galian Batu Bara tidak mengganggu hasil
KESIMPULAN pengukuran.
Abu Kulit Singkong cukup baik untuk
dapat dimodifikasi sebagai bahan pengisi DAFTAR PUSTAKA
mikrokapsul termodifikasi berbasis Ca-Alginat. [1] Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan.
Kondisi optimum untuk kinerja metode Yogyakarta : Penerbit Andi.
prakonsentrasi menggunakan resin Termodifikasi [2] Adegbola, A. A. dan O. Asaolu. 1986.
Abu Kulit Singkong-Ca-Alginat sebagai resin Preparation of Cassava Peels for Use in
pengisi kolom adalah dengan keadaan pH 4, Small Ruminant Production in Western
konsentrasi eluen HCl 1 M, volume ion logam Nigeria. In: T. R. Preston and M. Y.
Cd(II) 10 mL, volume eluen HCl 4 mL serta Nuwanyakapa (eds), Towards Optimal
kapasitas retensi sebesar 1,3705 mg/gr resin. Feeding of Agricultural by-product to
Tingkat kebolehulangan metode ini yang Livestock in Africa Processing of a
ditunjukkan dengan % KV sebesar 1,29 %, nilai Workshop. At University of Alexandria,

211
Rientha Septiana
Kimia FMIPA UNMUL

Agypt, October 1985, ILCA, Addis Ababa, [16] Sari, I. Y. L. 2012. Prakonsentrasi Ion
Ethiophia, 1986 : 109-115. Cu(II) Menggunakan Resin Berbasis
[3] Austin, G. T. 1996. Industri Proses Kimia Mikrokapsul Ca-Alginat dengan
Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Mnggunakan Metode Kolom. Skripsi
[4] Darmono. 1999. Kadmium (Cd) dalam Sarjana Sains. Universitas Mulawarman.
Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap Samarinda.
Kesehatan dan Produktivitas Ternak. [17] Sohilait, H. J., T. H. Pentury, J. A. Rupilu,
Wartazoa Vol. 8, No. 1, Th. 1999. A. Bandjar dan R. Hutagalung. 2010.
[5] Deasy, B. P. 1984. Microencapsulation and Kontribusi untuk Pengembangan
Related Drug Processes. New York : Pendidikan, Biodineritas dan Metigai
Marcel Dekker. 1-14. Bencana pada Daerah Kepulauan. Seminar
[6] Furia, T. E. 1972. Handbook of Food Nasional basic Science II. ISBN : 978 : 602
Additives 2nd Ed. CRC Pres Inc. USA. Pp. : 97522-0-5. Universitas Pattimura. Ambon.
653. [18] Sudarmadji, J. Mukono dan Corrie I. P.
[7] Hasrianti. 2012. Adsorpsi Ion Cd2+ dan 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Cr6+ pada Limbah Cair Menggunakan Kulit Dampaknya Terhadap Kesehatan. Jurnal
Singkong. Program Pasca Sarjana. Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2,
Universitas Hasanuddin. Makasar. Januari 2006 : 129-142.
[8] Karthikeyan, G., K. Anbalagan dan N. M. [19] Suwarsa, S., Buchari dan A. S. Panggabean.
Andal. 2004. Adsorption Dynamics and 2008. Pengembangan Metode
Equilibrium Studies of Zn(II) into Chitosan. Prakonsentrasi dengan Teknik Injeksi Alir
Indian J. Chem. Sci., 116, 2, pp : 119-127. untuk Analisis Cu2+ dan Pb2+ dalam Air
[9] Khopkar, S. M. 2008. Konsep Dasar Kimia Aliran Sungai Citarum dan Waduk
Analitik. Jakarta : UI-Press. Saguling. Jurnal Matematika dan Sains.
[10] Kusumawati, W. 2013. Pemanfaatan Resin September 2008, Vol. 13, No. 3.
PSDVB-EDTA sebagai Material Pengisi [20] Svehla, G. 1990. Buku Ajar Vogel : Buku
Kolom dalam Tahapan Prakonsentrasi Ion Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro
Mn(II) dalam Sampel. Skripsi Sarjana dan Semimikro Bagian I. Jakarta : Kalman
Sains. Universitas Mulawarman. Media Pusaka.
Samarinda. [21] Underwood, A. L. dan R. A. Day. 2002.
[11] LIPI. 2003. Kursus Ketelusuran Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Pengukuran dan Validasi Metode. Bandung Erlangga.
: Pusat Penelitian Kimia. [22] Winter, H. 1982. The Hazards of Cadmium
[12] Moldovan, Z. 2002. Spectrofotometric in Man and Animals. J. App. Toxicol. 2(2) :
Determination of Trace Iron(III) in Natural 61-67.
Water after Its Preconcentration with
Chelating resin. J. Serb. Chem. Soc., Vol.
10, 669-676.
[13] Pacyna, J. M. 1987. Atmospheric
Emissions of Arsenic, Cadmium, Lead and
Mercury from High Temperature Processes
in Power Generation and Industry. In :
Lead, Mercury, Cadmium and Arsenic in
The Environment. Hutchinson and Meema
(Ed). John Willy & Sons, 69-87.
[14] Rasyid, A. 2003. Algae Coklat
(Phaeophyta) sebagai Sumber Alginat.
Oseana. Vol. XXVIII, No. 1, Th. 2003 : 33-
38.
[15] Rukmana, R. 2012. Ubi Kayu : Budi Daya
dan Pascapanen. Yogyakarta : Kanisius.

212

Anda mungkin juga menyukai