Galleys Adil Barus Jurnal Repro
Galleys Adil Barus Jurnal Repro
Abstract
Poly Aluminum Chloride (PAC) is an effective coagulant used to bind flocs and form larger flocs. This is
because PAC has Al2O3 content which actively binds to flocs and reduces the zeta potential of colloids by
releasing aluminum ions and binding to anions in river water so that the repulsive forces between colloidal
particles are reduced and the attractive forces increase so that the flocs formed are larger. and can settle
by gravity. Based on research that has been carried out using PAC at doses of 18, 20, 22, 24, 26, 28 ppm for
each PAC sample, it is produced at an Al2O3 level of 10.50% to obtain 3.40; 3.07; 3.02; 2.70; 2,19,1,57 NTUs.
At 10.69% Al2O3 content, 2.78 was obtained; 2.22; 1.85; 1.82; 1.53; 1.39 NTUs. At 10.72% Al2O3 content, 2.42
was obtained; 2,12; 1.90; 1.65; 1.44; 1.11 NTUs. The greater the Al2O3 level, the smaller the turbidity
produced, therefore the higher the Al2O3 level in the PAC, the smaller the flow rate of the PAC being flowed,
because the dose used is smaller. The optimum dose obtained from 10.50% Al2O3 is 28 ppm; 10.69% Al2O3
content is 26 ppm and 10.72% Al2O3 content is 24 ppm. Those the greater the Al2O3 content in the PAC, the
less amount of PAC used. What if the Al2O3 level exceeds the limit of the standard it will accelerate and
increase the formation of flocs so that during agitation the floc will break and cause turbidity again.
Whereas if the Al2O3 level does not reach the limit of the standard then floc will not form.
6
I. PENDAHULUAN
Perusahaan Tirtanadi Deli Tua menghasilkan air minum, dimana air yang akan diolah berasal dari air
sungai Deli. Untuk menghasilkan air yang memenuhi standar harus terlebih dahulu diolah. Dalam
pengolahannya, IPAM Tirtanadi Deli Tua melakukan pengolahan air ini dengan beberapa metode
pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, beberapa cara
yang dilakukan adalah sedimentasi dan filtrasi. Pada pengolahan secara biologi biasanya dilakukan untuk
membunuh mikroorganisme dengan pemberian bahan disinfektan berupa klorin cair. Pada pengolahan
secara kimia, pengolahannya dilakukan dengan cara menambah suatu senyawa kimia yang biasanya
disebut dengan koagulan dimana senyawa ini berfungsi untuk mengikat flok pada air sehingga flok
membesar dan mengendap sehingga air hasil olahan menjadi jernih.
Poly Aluminium Chloride (PAC) merupakan koagulan yang digunakan pada proses pengolahan air. Pada
umumnya koagulan yang sering digunakan adalah Aluminium Sulfat atau tawas. Saat ini telah ditemukan
koagulan yang lebih baik kinerjanya dari pada menggunakan tawas yaitu PAC. Untuk penjernihan Air
Sungai, PAC memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan tawas yaitu korosivitasnya rendah, flok
yang dihasilkan lebih besar sehingga mudah untuk dipisahkan, dan pH air hasil pengolahannya stabil.
Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam koloid untuk memberikan efek destabilisasi
sehingga terbentuk mikroflok. Sedangkan flokulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk
meningkatkan pembentukan mikroflok menjadi makroflok. Dosis koagulan adalah salah satu faktor
terpenting untuk menentukan kondisi optimal dalam koagulasi dan flokulasi (Patel dan Vashi, 2013).
PAC lebih cepat membentuk flok dari pada koagulan lainnya hal ini diakibatkan gugus aktif Aluminat
atau Al2O3 dari PAC yang bekerja efektif dalam mengikat koloid sehingga gumpalan floknya menjadi lebih
padat. Di dalam air PAC akan terdisosiasi melepaskan Al3+ dan menurunkan zeta potensial dari partikel,
yang mengakibatkan gaya tolak menolak antar partikel menjadi berkurang akibatnya terjadi penggabungan
partikel-partikel membentuk flok yang berukuran lebih besar. Sistem koloid terbentuk dengan dua fase
yakni fase pendispersi (pelarut) dan fase terdispersi (terlarut). Sistem koloid pada air adalah jenis sol cair
dengan fase pendispersi berupa cairan dan fase terdispersi berupa padatan. Kondisi koloid (sol cair) terjadi
ketika padatan dengan molekul- molekul yang berukuran sangat kecil (10-6 -10-3 mm) terdispersi dalam
cairan. Selain itu, kondisi ini menyebabkan partikel koloid tidak dapat terendapkan dengan gaya gravitasi.
Hal ini dikarenakan cairan koloid memiliki gaya saling tolak menolak (zeta potensial) antar partikel yang
cukup besar. Berdasarkan ikatan partikel koloid dengan air, ada dua jenis ikatan yakni koloid hidrofilik dan
koloid hidrofobik. Pada koloid hidrofilik, ikatan dengan air disebabkan oleh gugus fungsi polar (-OH, -COOH,
-NH2) seperti pada air limbah domestik. Sedangkan koloid hidrofobik tidak memiliki ikatan dengan air
seperti pada air sungai yang keruh akibat tanah (anorganik). Akan tetapi, pada praktiknya air limbah
seringkali memiliki kedua sifat ikatan sekaligus (Bratby, 2016).
Dalam proses pengolahan air, tentunya koagulan yang digunakan perlu diperhatikan terhadap
persyaratan mutu. Salah satu syarat mutu PAC adalah kadar Al2O3 yang terdapat dalam kandungan PAC.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3822-1995, kadar Aluminium Oksida (Al2O3) dalam PAC
cair adalah 10 – 11 %. Apabila kadar Al2O3 pada PAC kurang dari SNI, maka akan mengakibatkan PAC
kurang efektif untuk mengikat flok, sedangkan kadar Al2O3 yang lebih dari SNI akan mengakibatkan flok
yang terbentuk mudah pecah saat agitasi sehingga menimbulkan kekeruhan kembali. Kadar Al2O3 yang
terdapat pada PAC sangat berpengaruh pada penambahan PAC pada proses pengolahan air, dimana PAC
yang memiliki kadar Al2O3 yang tinggi akan lebih sedikit digunakan dari pada PAC yang memiliki kadar
Al2O3 yang lebih rendah.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh kadar Al2O3 pada Poly
Aluminium Chloride yang digunakan pada proses penjernihan air dan Untuk mengetahui dosis optimum
yang diperoleh dari Poly Aluminium Chloride pada proses penjernihan air.
8
PAC memiliki karakterisitik muatan listrik positif yang tinggi, sehingga PAC dapat dengan mudah
menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid yang memiliki muatan listrik berlawanan sehingga
dapat mengurangi gaya tolak menolak antar partikel sampai sekecil mungkin, sehingga memungkinkan
partikel-partikel koloid tersebut saling mendekat dan membentuk gumpalan atau flok yang lebih besar.
(Saritha dkk, 2017)
2,78 2,7
2,42
2,22
2,12 2,19
1,9
1,85 1,82
1,65 1,53 1,57
1,44 1,39
1,11
Berdasarkan analisis yang diperoleh pengaruh kadar Al2O3 terhadap PAC yang ditambahkan pada
proses penjernihan air adalah semakin besar kadar Al2O3 maka semakin kecil turbiditas atau kekeruhan air
yang dihasilkan yang dapat dilihat pada tabel, bahwa dengan kekeruhan air sungai yang sama yaitu 33,8
NTU dapat memperoleh kekeruhan air hasil olahan Jar Test berbeda. Pada pengujian Jar Test dengan
menggunakan kadar Al2O3 10,50 %, kekeruhan yang dihasilkan sangat jauh berbeda dengan pengujian Jar
Test menggunakan kadar Al2O3 10,72 %. Hal tersebut dikarenakan PAC memiliki gugus aktif Aluminat atau
Al2O3 yang semakin meningkat jika kadar Al2O3 juga meningkat dan bekerja lebih efektif dalam mengikat
koloid sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat. Di dalam air PAC akan melepaskan Al3+ dan
menurunkan zeta potensial dari partikel koloid. PAC sendiri memilliki karakteristik muatan listrik positif
yang diperoleh dari ion aluminium yang bermuatan positif sehingga PAC dengan mudah menetralkan
muatan listrik pada permukaan koloid yang memiliki muatan berlawanan sehingga mengakibatkan gaya
tolak menolak antar partikel menjadi berkurang dan meningkatkan gaya tarik menarik antar partikel
menjadi kuat akibatnya terjadi penggabungan partikel - partikel membentuk flok yang berukuran lebih
10
besar. Sedangkan pada pengujian Jar Test kadar Al2O3 10,69 % kekeruhan yang dihasilkan tidak berbeda
jauh dengan kadar Al2O3 10,72 %, namun cukup jauh berbeda dari 10,50 %.
Pengaruh penambahan PAC terhadap pH yang dihasilkan pada air olahan hasil Jar Test, tidak terlalu
berpengaruh pada pH, karena pada pengukuran pH sebelum dan sesudah hanya berbeda 0,1. Hal ini
disebabkan karena PAC tidak mempengaruhi pH air selama proses Jar Test.
Dosis optimum adalah dosis yang digunakan untuk penetapan debit aliran PAC, berdasarkan
ketentuan Tirtanadi Deli Tua dosis optimum PAC hasil Jar Test adalah ≤ 1,6 NTU. Hasil perlakuan Jar Test
dengan kadar Al2O3 10,50 % diperoleh dosis optimum adalah 28 mg/l dengan kekeruhan 1,57 NTU, kadar
Al2O3 10,69 % diperoleh dosis optimum 26 mg/l dengan kekeruhan 1,53 NTU, kadar Al2O3 10,72 %
diperoleh dosis optimum 24 mg/l dengan kekeruhan 1,65 NTU. Maka semakin tinggi kadar Al2O3 yang
terdapat pada PAC, semakin sedikit penggunan dosis yang ditambahkan pada proses penjernihan air
sehingga debit aliran PAC juga semakin berkurang, yang mengakibatkan PAC semakin sedikit digunakan.
V. SIMPULAN
Pengaruh kadar Al2O3 terhadap PAC yang ditambahkan pada proses penjernihan air dapat dilihat
dari kekeruhan yang dihasilkan dengan kadar Al2O3 yang berbeda dan dosis yang sama menghasilkan
turbiditas yang berbeda. Pada kadar Al2O3 10,50 % diperoleh 3,40; 3,07; 3,02; 2,70; 2,19,1,57 NTU. Pada
kadar Al2O3 10,69 % diperoleh 2,78; 2,22; 1,85; 1,82; 1,53; 1,39 NTU. Pada kadar Al2O3 10,72 % diperoleh
2,42; 2,12; 1,90; 1,65; 1,44; 1,11 NTU. Semakin besar kadar Al2O3 maka semakin kecil turbiditas yang
dihasilkan.
Dosis optimum yang diperoleh dari kadar Al2O3 10,50 % yaitu 28 ppm; kadar Al2O3 10,69 % yaitu 26
ppm dan kadar Al2O3 10,72 % yaitu 24 ppm. Dengan demikian semakin besar kadar Al2O3 pada PAC maka
semakin sedikit jumlah PAC yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin, M. M., & Lawler, D. F. (2013). Water Quality Engineering: Physical/Chemical Treatment
Processes.New Jersey: John Wiley & Sons
Bratby, J. (2016). Coagulation and Flocculation in Water and Wastewater Treatment, 3rd Edition. London:
IWAPublishing.
Chen, W., Zheng, H., Teng, H., Wang, Y., Zhang, Y., Zhao, C., & Liao, Y. (2015). Enhanced Coagulation-
Flocculation Performance of Iron-Based Coagulants: Effects of PO43- and SiO32- Modifiers.PLOS
ONE, 1-20.
Hutomo, Sandy Wahyu Setyo. (2015). Keefektifan Dosis Poly Aluminium Chloride (PAC) Dalam Menurunkan
Kadar Phosphate Pada Air Limbah Laundry Di Gatak Gede Boyolali. Surakarta: Naskah Ilmiah.
Margaretha, dkk. (2012). Pengaruh Kualitas Air Baku Terhadap Dosis Dan Biaya Koagulan Aluminium Sulfat
Dan Poly Aluminium Chloride. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Patel,H., & Vashi, R. T. (2013). Comparison of Naturally Prepared Coagulants for Removal of COD And Color
from Textile Wastewater. Global NEST Journal 15, 4:522-528.
Saritha, V., Srinivas, N., & Vuppala, N. V. (2017). Analysis and optimization of coagulation and flocculation
process. Applied Water Science 7, 451–460.
Standar Nasional Indonesia. (1995). Standar Nasional Indonesia Poly Aluminium Clorida 06 – 3822 – 1995.
Badan Standarisasi Nasional.
Vogel. (1979). Buku Teks Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke-5. Terjemahan
Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
11