Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA KAYU
STUDI KASUS BAHAN BANGUNAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7


Donatus Akum G1011221361
Dio Rayhan Alghifari G1011221105
Meilani Safitri G1011221129
Nurul Huda G1011221041
Priska Geani G1011221241
Rahma Saharani G1011221115

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan praktikum "Studi Kasus Bahan Bangunan".
Kami juga berterimakasih kepada Pak Fathul Yusro, S.Hut, M.Si, Ph.D karena materi yang
beliau sampaikan dikelas sangat membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Rasa terima
kasih juga kami ucapkan kepada Kak Rahmanisa Rizqi Fariska dan seluruh pihak yang terlibat
yang mana tidak bisa disebutkan satu-satu.

Meskipun begitu, kami selaku penulis sangat menyadari masih banyak kekeurangan
dalam penyusunan laporan ini. Kami memberi dan membuka ruang untuk pemberian kritik,
saran, serta komentar mengenai laporan praktikum ini. Kami percaya dengan adanya kritik,
saran, serta komentar dari para pembaca akan membuat diri kami menjadi jauh lebih baik dalam
menyusun laporan dan pelaksanaan praktikum untuk ke depannya

Pontianak, 13 September 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
BAB 2 METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT
2.2 BAHAN
2.3 LANGKAH KERJA
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Eusideroxylon zwageri
4.2.2 Calophyllum dioscurii
4.2.3 Shorea laevis
4.2.4 Shorea ovalis
BAB 5 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Jenis Kayu
Tabel 2. Sifat Mekanik Kayu Berdasarkan Atlas Kayu
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh
bahan- bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian,
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam
industry pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih
jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga
dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal (Fengel dan Wegener 1983).

Sifat mekanik kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan atau beban dari
luar. Muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan
untuk mengubah bentuk dan besarnya benda (Dumanauw, 1999).

Sifat mekanika kayu terdiri dari keteguhan industri, keteguhan tekan/kompressi.


Keteguhan geser, keteguhan lengkung (lentur), kekakuan, keuletan, kekerasan, dan
keteguhan belah. Dalam laporan ini, percobaan yang dilakukan khusus mengenai
keteguhan lengkung (lentur) (Purwaningsih, 2014).

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Mahasiswa diharapkan dapat mengindentifikasi jenis kayu yang digunakan untuk jenis-
jenis bahan bangunan.
BAB 2
METODE PENELITIAN

2.1 ALAT

1. Alat Tulis
2. Meteran

2.2 BAHAN

1. Papan
2. Kaso
3. Balok
4. Tiang

2.3 LANGKAH KERJA

1. Pengamatan dan wawancara atau studi bahan bangunan di toko bangunan atau
rumah penduduk yang terbuat dari kayu.
2. Identifikasi jenis kayu yang diperoleh dari hasil pengamatan diklasifikasikan
sesuai dengan jenis pengunaan.
3. Hasil pengamatan jenis kayu dan jenis pengunaan didokumentasikan, dicatat, dan
dimasukkan ke dalam table pengamatan.
4. Cantumkan sifat mekanis berdasarkan Atlas Kayu Jilid I-IV.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

Kayu merupakan material yang termasuk salah satu bahan bangunan yang berasal dari
tumbuhan. Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, industry, dan
oksigen. Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran
pada suhu tinggi dengan oksigen yang melimpah, residu semacam ini dikenal sebagai abu
(Haygreen, 1993).

Perlakuan pengembangan dan penyusutan kayu juga berpengaruh, meskipun hubungannya


tidak begitu langsung seperti halnya sifat-sifat kekuatan. Sangat mungkin untuk dipelajari
lebih lanjut banyak mengenai sifat alami contoh uji kayu dengan menentukan berat jenisnya
dari setiap pengukuran industri yang lain. Barangkali karena industri ilmiah inilah bahwa
berat jenis adalah sifat pertama yang harus diteliti (Setyamidjaja, 1993).

Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang merupakan bekas cabang kayu yang
patah. Pada daerah mata kayu terjadi pembengkokkan arah serat, sehingga kekuatan kayu
menjadi berkurang. Menurut Desch dan Dinwoodie (1981).

Di Indonesia sendiri, perkembangan industry kayu lapis terjadi sekitar tahun 1980-an
semenjak diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut
kondisi hutan di Indonesia masih sangat mendukung perkembangan industry kayu lapis.
Ketersediaan log-log herdiameter besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai
syarat utama bahan baku dalam pembuatan kayu lapis masih cukup melimpah (Iswanto,
2008).

Fokus pada inovasi dalam bahan bangunan yang ramah lingkungan. Mereka meninjau
perkembangan terbaru dalam material seperti beton hijau, bahan daur ulang, dan teknologi
pemantauan kualitas udara dalam bangunan (Chen dan Wang 2020).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 Daftar Jenis Kayu Yang Digunakan

No

Nama Jenis Nama Indonesia dan Jenis Produk Kayu (checklist) Sifat Mekanik (lihat
Kayu Latin (atlas kayu) di Atlas kayu)
(nama kayu)

Papan Kaso Balok Tiang


1 Belian (ULIN) ✓ ✓ ✓ ✓ Terdapat keteguhan
Eusideroxylon lentur statik, yaitu :
zwageri tegangan batas proporsi
(kg/cm2), tegangan
batas patah (kg/cm2),
modulus elastisitas
(1.000 kg/cm2), usaha
sampai batas roporsi
(kgm/dm3), usaha
sampai batas patah
(kgm/dm3).
2 Bintangur Calophyllum ✓ ✓ Terdapat keteguhan
dioscurii lentur statik, yaitu :
tegangan batas
proporsi (kg/cm2)
tegangan batas patah
(kg/cm2), modulus
elastisitas
(1.000kg/cm), usaha
sampai batas roporsi
(kgm/dm3), usaha
sampai batas patah
(kgm/dm3)
3 Bengkirai Shorea laevis ✓ ✓ ✓ Terdapat keteguhan
lentur statik, yaitu :
tegangan batas
proporsi (kg/cm2),
tegangan batas patah
(kg/cm2), modulus
Elastisitas
(1.000kg/cm2), usaha
sampai batas proporsi
(kgm/dm3), usaha
sampai batas patah
(kgm/dm3).

4 Mabang Shorea ovalis    Terdapat keteguhan


lentur statik, yaitu :
tegangan batas proporsi
(kg/cm2), tegangan
batas patah (kg/cm2),
modulus elastisitas
(1.000kg/cm2), usaha
sampai batas proporsi
(kgm/dm3), usaha
sampai batas patah
(kgm/dm3).

Tabel 1. Daftar Jenis Kayu


4.1.2 Sifat Mekanik Kayu Berdasarkan Atlas Kayu

Nama Nama Sifat Mekanik (tabel) Sesuaikan Dengan Isian Yang Ada di
No Jenis Indonesia dan Atlas
Kayu Latin (Atlas Ketuguhan Lentur Statik
(Nama Kayu) Tegangan Tegangan Modulus Usaha Usaha
Daerah) Batas Batas Patah Elastisitas Sampai Sampai
Proporsi (kg/cm2 ) (1.000 Batas Batas
(kg/cm2) kg/cm2 ) Proporsi Patah
(kgm/dm3 ) (kgm/dm3 )
B K B K B K B K B K
1 Belian (ULIN) 961 1.113 1.343 1.431 174 184 3,0 3,8 11,9 13,9
Eusideroxylon
zwageri
2 Bintangur Calophyllum 253 374 456 489 67 77 0,5 1,0 3,3 2,2
dioscurii
3 Bengkirai Shorea laevis 872 857 1.160 1.243 189 187 2,3 2,2 7,0 7,6

4 Mabang Shorea ovalis 300 385 479 618 118 114 0,4 0,8 2,9 4,3

Tabel 2. Sifat Mekanik Kayu Berdasarkan Atlas Kayu


4.2 PEMBAHASAN

Dari pengamatan dan studi kasus yang kami dapatkan bahwa setiap kayu itu
memiliki kekuatannya masing-masing, yang mana sebagai berikut :

4.2.1. Eusideroxylon zwageri


Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) Terdapat keteguhan lentur statik, yaitu :
tegangan batas proporsi (kg/cm²),Tegangan batas patah (kg/cm²), modulus elastisitas
(1.000 kg/cm²),usaha sampai batas roporsi (kgm/dm3), usaha sampai batas patah
(kgm/dm³).
Kadar air dalam kayu ulin dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti
lingkungan, iklim, dan proses pengeringan. Secara umum, kayu ulin memiliki kadar air
yang rendah, biasanya kurang dari 20%. Kadar air yang rendah ini membuatnya sangat
tahan terhadap perubahan ukuran dan deformasi saat digunakan sebagai bahan konstruksi.
Sifat-sifat kayu ulin saat digunakan sebagai material produksi meliputi:
1. Ketahanan terhadap air dan cuaca: Kayu ulin memiliki ketahanan alami
terhadap air dan cuaca ekstrem, membuatnya cocok untuk digunakan di luar
ruangan seperti untuk bangunan tahan lama, dek, atau kapal.
2. Ketahanan terhadap serangan hama: Kayu ulin memiliki sifat anti rayap dan
ketahanan terhadap serangan hama lainnya, menjadikannya pilihan yang baik
untuk aplikasi yang memerlukan perlindungan terhadap kerusakan hama.
3. Kekuatan: Kayu ulin memiliki kekuatan mekanis yang tinggi, membuatnya
cocok untuk aplikasi yang memerlukan kekuatan, seperti konstruksi jembatan
atau tangga.
4. Kekerasan: Kayu ulin cenderung keras, yang membuatnya tahan terhadap aus
dan goresan, sehingga sering digunakan untuk lantai dan mebel.
5. Tampilan estetis: Kayu ulin memiliki tampilan yang indah dengan serat yang
khas, memberikan sentuhan estetis yang tinggi untuk berbagai aplikasi
4.2.2. Calophyllum dioscurii
Kayu Bitangur (Calophyllum dioscurii) Terdapat keteguhan lentur statik, yaitu :
tegangan batas proporsi (kg/cm²),Tegangan batas patah (kg/cm²), modulus elastisitas
(1.000 kg/cm²),usaha sampai batas roporsi (kgm/dm³), usaha sampai batas patah
(kgm/dm³).
Kadar air dalam kayu bitangur dapat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan
dan pengolahan kayu tersebut. Secara umum, kayu bitangur biasanya memiliki kadar air
awal yang tinggi, yang dapat mencapai sekitar 70-80% atau lebih. Namun, dalam proses
pengeringan atau pengolahan, kadar air ini harus dikurangi menjadi tingkat yang lebih
rendah sebelum digunakan sebagai bahan produksi.
Ketika kayu bitangur digunakan sebagai material produksi setelah pengeringan,
beberapa sifatnya termasuk:
1. Kekuatan: Kayu bitangur cenderung memiliki kekuatan yang baik, tetapi ini
juga dapat bervariasi tergantung pada tingkat pengeringan, perlakuan kimia,
dan pengolahan selanjutnya.
2. Kerentanan terhadap Serangan Hama dan Jamur: Kayu bitangur memiliki
tingkat kerentanan yang tinggi terhadap serangan hama dan jamur jika tidak
diolah atau dilindungi dengan baik.
3. Penyusutan: Kayu bitangur cenderung mengalami penyusutan yang signifikan
ketika kadar airnya berubah, sehingga perlu diperhitungkan dalam desain dan
penggunaan sebagai material.
4. Kestabilan Dimensi: Kayu bitangur memiliki tingkat stabilitas dimensi yang
lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis kayu keras lainnya, sehingga
dapat mengalami perubahan bentuk dengan perubahan kadar air.
5. Tampilan dan Warna: Kayu bitangur sering memiliki warna cokelat hingga
merah keunguan yang menarik, dan tekstur yang unik, yang membuatnya
cocok untuk penggunaan dalam proyek-proyek estetika.
4.2.3. Shorea laevis
Bengkirai (Shorea laevis) Terdapat keteguhan lentur statik, yaitu : tegangan batas
proporsi (kg/cm²),Tegangan batas patah (kg/cm²), modulus elastisitas (1.000 kg/cm²),
usaha sampai batas roporsi (kgm/dm³), usaha sampai batas patah (kgm/dm³).
Kadar air dalam kayu bengkirai dapat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan
di mana kayu tersebut ditemukan. Secara umum, kayu bengkirai memiliki kadar air awal
yang cukup tinggi, biasanya sekitar 40-60%. Namun, untuk digunakan sebagai material
produksi, kadar airnya perlu dikurangi agar sesuai dengan kebutuhan.
Sifat kayu bengkirai sebagai material produksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahan terhadap cuaca: Kayu bengkirai memiliki sifat tahan terhadap cuaca
dan serangan hama kayu, sehingga cocok untuk aplikasi luar ruangan seperti
jembatan, dek, dan pagar.

2. Kekerasan: Kayu bengkirai termasuk kayu keras dengan tingkat kekerasan


yang baik. Ini membuatnya tahan terhadap tekanan dan aus, sehingga sering
digunakan dalam konstruksi.
3. Daya tahan: Kayu bengkirai memiliki daya tahan yang baik terhadap
perubahan dimensi akibat perubahan kelembaban. Ini mengurangi risiko
penyusutan atau perubahan bentuk yang signifikan.
4. Tampilan: Kayu bengkirai memiliki tampilan yang menarik dengan warna
cokelat tua hingga merah kecokelatan. Ini memberikan tampilan estetis yang
baik.
5. Berat jenis: Kayu bengkirai termasuk dalam kategori kayu berat dengan berat
jenis yang cukup tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi penanganan dan
pengangkutan kayu.

4.2.4. Shorea ovalis


Mabang (Shorea ovalis) Terdapat keteguhan lentur statik, yaitu : tegangan batas
proporsi (kg/cm²),Tegangan batas patah (kg/cm²), modulus elastisitas (1.000 kg/cm²),
usaha sampai batas roporsi (kgm/dm³), usaha sampai batas patah (kgm/dm³).
Kadar air dalam kayu Mabang dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor,
seperti lingkungan tumbuhnya dan kondisi penyimpanan. Secara umum, kayu yang telah
dikeringkan dengan baik memiliki kadar air sekitar 8-12%. Namun, ini bisa lebih tinggi
jika kayu belum dikeringkan dengan baik atau terpapar kelembaban.
Sifat kayu Mabang saat digunakan sebagai bahan produksi akan bergantung pada
beberapa faktor, termasuk kadar airnya, kerapatan, kekuatan, dan sebagainya. Kayu
Mabang biasanya digunakan dalam berbagai aplikasi seperti konstruksi, perkayuan, atau

pembuatan perabotan. Ini memiliki sifat-sifat seperti kekuatan yang baik, tahan terhadap
serangan serangga dan jamur, serta tampilan serat kayu yang menarik. Namun, karena
sifat alami kayu, perlu mempertimbangkan perawatan dan perlindungan tambahan
terhadap kelembaban ekstrem dan kerusakan fisik.
Penting untuk mengukur kadar air kayu sebelum digunakan dalam proyek produksi
untuk memastikan kualitas dan ketahanannya terhadap perubahan lingkungan. Selain itu,
metode pengeringan dan perlindungan tambahan seperti pengecatan atau lapisan
pelindung dapat meningkatkan sifat tahan lama kayu Mabang dalam berbagai aplikasi
produksi
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum Studi Kasus Bahan Bangunan dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama-tama, praktikum ini memungkinkan kita untuk memahami bahwa setiap jenis kayu
memiliki karakteristik mekanik yang unik. Ini mencakup faktor-faktor seperti kekuatan,
kekerasan, elastisitas, dan ketahanan terhadap tekanan atau lenturan. Jenis kayu Belian,
sebagai contoh, mungkin memiliki kekuatan yang sangat baik, sedangkan jenis Bengkirai
mungkin lebih elastis.

Selain itu, praktikum ini menekankan pentingnya memahami sifat mekanik kayu sebelum
menggunakannya dalam konstruksi atau proyek lainnya. Ini memungkinkan kita untuk
membuat pilihan yang tepat dalam penggunaan jenis kayu yang sesuai dengan kebutuhan
spesifik, memastikan keamanan, keberlanjutan, dan efisiensi proyek tersebut.

Selain itu, atlas kayu dapat dianggap sebagai alat yang sangat berguna untuk referensi.
Dengan memiliki akses ke informasi yang tepat, kita dapat membuat keputusan yang lebih
informasi dan berdasarkan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Fengel, D., dan Wegener, G., 1983,


Wood :Chemistry, Ultrastructure, Reaction, ed.1,
Gadjah Mada University Perss, Jogjakarta.

Dumanauw, J.F., 1999, Mengenal Kayu. Pika: Semarang

Purwamimgsih, Endah Dwi. 2014. Ilmu Kayu.


Universitas Mataram: program Study Kehutanan

Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. 1993..


Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar.
diterjemahkan oleh Hadikusumo, S.A. dan Prawirohotmodjo, S. Gajahmada
University Press. Yogyakarta.

Setyamidjaja, 1993. Karet budidaya dan Pengolahan, Kanisius, Jakarta.

Iswanto, A.H. 2008. Kayu Lapis. Karya Tulis.


Dapartemen Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Chen, S., Zhang, Z., Yang, J., Wang, J., Zhai, X., Bärnighausen, T., & Wang, C. 2020.
Fangcang shelter hospitals: a novel concept for responding to public health
emergencies. The Lancet.

Atlas Kayu Jilid I-IV


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai