PERCOBAAN VII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, karena kayu telah
banyak digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari. Kayu sebagai bahan
bangunan mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan lainnya, tersedia
hampir di seluruh dunia yang mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan
ukuran, secara alami mempunyai penampilan yang sangat dekoratif, serta
beratnya relatif ringan. Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur
yang terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri
yang unik. Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda
terhadap volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan
porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong. Sekeping kayu segar dari
cemara dengan kerapatan 23,4 pon bahan kayu kering/kaki kubik berisi kira-
kira 25 % bahan dinding sel dan 75% rongga (terutama rongga sel) menurut
volumenya. Sebaliknya, white oak dengan kerapatan 46,8 pon kering/kaki
kubik mempunyai volume rongga kira-kira 50%. Apabila membicarakan kayu,
sangat membantu untuk membayangkan volume rongga yang ada
hubungannya dengan itu. Orang dapat memahami mengapa suatu balok yang
berisi 50% volume rongga akan bertahan terhadap pemampatan jauh lebih
besar daripada suatu balok dari spesies yang berbeda dengan 75% rongga.
B. Tujuan Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat jenis kayu adalah salah satu sifat fisika kayu yang paling penting.
Kebanyakan sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan
kerapatan. Di dalam bahasan-bahasan umum istilah berat jenis dan kerapatan
sering digunakan secara campur aduk. Namun, seperti yanga akan dibahas
kemudian istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan berbeda meskipun
keduanya mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun kekakuan kayu
naik dengan berat jenis. Ciri transmisi panas kayu naik dengan berat jenis
seperti halnya panas per satuan volume yang dihasilkan dalam pembakaran.
Kelakuan penyusutan dan pengembangan kayu juga terpengaruh, meskipun
hubungannya tidak begitu langsung seperti halnya sifat-sifat kekuatan. Sifat-
sifat fisik lainnya adalah kadar air, kembang susut dan kekuatan kayu
(Dumanauw, 1993).
C. Jenis-Jenis Kayu
Jenis kayu terbagi menjadi dua yaitu jenis kayu lunak (softwood) dan jenis
kayu keras(hardwood). Jenis kayu tersebut terbagi karena kayu memiliki sifat
fisik yang bervariasi serta kepadatan yang beragam. Jenis kayu tersebut juga
mempunyai guna yang berbeda, seperti kayu lunak sering digunakan untuk
membuat kertas karena kepadatan dan struktur kerapatan kayunya yang
sangat renggang dan mudah untuk dihancurkan. Berbeda dengan kayu keras
yang sering digunakan untuk membuat sebuah furnitur karena kepadatan dan
struktur kerapatannya yang rapat dan kekerasan struktur kayunya.
Banyak yang berpendapat kalau kayu keras dan lunak dibedakan dari
daunnya, kayu keras biasanya dari pohon yang berdaun lebar dan kayu lunak
biasanya dari pohon yang berdaun runcing. Akan tetapi banyak juga yang
menyangkal pendapat tersebut karena ada beberapa kayu keras yang memiliki
struktur kerapatan yang renggang dan bisa jadi lebih lunak dari pada beberapa
jenis kayu lunak berkerapatan tinggi.
D. Manfaat Kayu
1. Menjadi tiang rumah
2. Bahan pembuat perahu
3. Furniture rumah
4. Bantalan rel kereta api
5. Menjadi rangkah konstruksi jembatan
6. Bahan pembuat alat music
I >0,90
II 0,60-0,90
III 0,40-0,60
IV 0,30-0,40
V <0,30
cm3
= 453 590 mm3 / lb ketika massa dalam satuan lb dan volume dalam satuan
mm3
= 0.061024 ¿3 / g ketika massa dalam satuan g dan volume dalam satuan ¿3
= 1.000 cm3/ g ketika massa dalam satuan g dan volume dalam satuan cm 3
= 1000 mm3 / g ketika massa dalam satuan g dan volume dalam satuan mm3
m M = berat kayu setelah di potong ( gr )
V M = volume kayu yang telah di potong ( gr )
BAB III
METODE PERCOBAAN
1. Talam
2. Gergaji
3. Oven Pengering
5. Penggaris
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Memotong kayu utuh sesuai ukuran pada pengujian kadar air kayu.
2. Melakukan pengamatan sampel kayu apakah ada cacat pada kayu
atau tidak, kemudian catat hasil pengamatan.
3. Kemudian menimbang sampel kayu untuk mendapatkan berat awal
kayu (mM).
4. Menghitung untuk mendapatakan volume sampel kayu sesuai
dengan dimensi (VM).
5. Memasukkan sampel kayu ke dalam oven dengan suhu 103°C selama
24 jam. Setelah 24 jam, kemudian menimbang kayu untuk
mendapatkan berat kering oven (m0).
BAB IV
A. Hasil Percobaan
mM
ρM =
VM
Sampel I
0,551
ρ M ( rata- rata) =
0,571
= 0,561 g/cm3
Specific gravity at moisture content M :
Sampel I
0,551+ 0,571
SM ( rata- rata) ¿
2
¿0, 56
B. Pembahasan
Dari hasil didapatkan Density( ρ¿¿ M )¿ rata-rata 0,561 gr/cm3, Berat Jenis
( S¿¿ M )¿rata-rata 0,561.
BAB V
B. Saran
1. Sebelum memulai percobaan praktikan harus terlebih dahulu
memahami materi percobaan.
2. Sebaiknya alat-alat laboratorium dilengkapi agar praktikum tidak
terhambat karena kekurangan alat demi kelancaran praktikum.
3. Sebaiknya ketika melaksanakan praktikum diharapkan untuk datang
tepat waktu sesuai jadwal.
4. Sebaiknya ketika praktikan selesai melakukan percobaan agar
membersikan alat-alat yang telah digunakan dan dikembalikan ke
tempat semula.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C218 : Standard Test Method for Relative Density (Specific Gravity) and
Absorption of Fine Aggregate
http://eddysusilofahutan2012.blogspot.com/2015/05/kerapatan-kayu.html?m=1
http://trisnusatriadi.blogspot.com/2009/05/berat-jenis-dan-kerapatan-kayu.html?
m=1
Tonapa, Suryanti Rapang. 2017. Pedoman Praktikum Teknologi Bahan, UKI PAULUS,
Makassar.
FOTO KEGIATAN
Gambar 2.3 Menimbang sampel untuk mendapatkan nilai berat benda uji mula-mula
(Gx)
Gambar 2.6 Memasukkan sampel kedalam oven untuk mendapatkan nilai berat kayu
kering oven