PERCOBAAN VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, karena kayu telah banyak
digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari. Kayu sebagai bahan bangunan
mempunyai kelebihan dibanding bahan bangunan lainnya, tersedia hampir di
seluruh dunia yang mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran, secara
alami mempunyai penampilan yang sangat dekoratif, serta beratnya relatif ringan.
Berat jenis kayu adalah sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat
mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan sering
digunakan secara campur aduk. Berat jenis merupakan perbandingan berat jenis
bahan dengan berat jenis air. Perhitungan berat jenis banyak di sederhanakan
dalam sistem metrik karena 1 cm 3 air beratnya tepat 1 gr. Jadi berat jenis dapat
dihitung secara langsung dengan membagi berat dalam gram dengan volume dalam
sentimeter kubik. Dengan angka, maka kerapatan dan berat jenis adalah sama.
Namun, berat jenis tidak mempunyai satuan karena berat jenis adalah nilai relatif.
Berat jenis kayu dapat ditentukan pada berbagai kondisi kadar air kayu berupa
basah, segar, kering air dan kering tanur.
Oleh karena itu, sebagai mahasiswa kita harus mengetahui karakter yang
terkandung perihal karakter yang terkandung dalam kayu ini, seperti halnya beton
sebagai struktur yang kuat kayu juga sangat berperan dalam pembuatan
pergedungan dan sebagainya sehingga kebutuhan penelitian begitu menunjang
dalam pemanfaatan dalam bidang bangunan, seiring perkembangan jaman yang
pesat, kayu menjadi sasaran utama dalan aktifitas sebagai multi guna sehingga
semakin hari kayu ini menjadi langkahnya karena pemanfaatan yang berlebihan
yang di sebabkan salah satunya ialah kurang pemahaman dari masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini ialah, untuk menentukan berat jenis dan kerapatan
kayu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan
volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm 3 atau kg/m3.
Massa atau berat dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat
menggunakan berbagai macam kondisi kayu (kondisi segar/basah, kering udara,
kadar air tertentu dan kering tanur) . Berat jenis tidak bersatuan (unitless) karena
merupakan perbandingan berat benda terhadap berat dari volume air yang sama
dengan volume benda yang diukur atau dapat juga didefinisikan sebagai
perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan volume
pada berbagai kondisi kayu) terhadap kerapatan air pada suhu 40 0C. Air memiliki
kerapatan 1 g/cm3 atau 1000 kg/m3 pada suhu standar tersebut. Karenanya kayu
dengan berat jenis 0,50 mempunyai kering 0,50 gram/cm 3 atau 500 kg/m3. Dalam
sistem Inggris, air memiliki kerapatan 62,4 pon/kk 3. Karenanya, kerapatan sepotong
kayu dengan berat jenis 0,50 adalah 0,50 x 62,4 atau 31,2 pon/kk 3 (berat kering
tanur per unit volume pada kandungan air tertentu).
Berat jenis kayu adalah salah satu sifat fisika kayu yang paling penting.
Kebanyakan sifat mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan
kerapatan. Di dalam bahasan-bahasan umum istilah berat jenis dan kerapatan
sering digunakan secara campur aduk. Namun, seperti yang akan dibahas kemudian
istilah-istilah ini mempunyai arti yang tepat dan berbeda meskipun keduanya
mengacu pada konsep yang sama. Kekuatan maupun kekakuan kayu naik dengan
berat jenis. Ciri transmisi panas kayu naik dengan berat jenis seperti halnya panas
per satuan volume yang dihasilkan dalam pembakaran. Kelakuan penyusutan dan
pengembangan kayu juga terpengaruh, meskipun hubungannya tidak begitu
langsung seperti halnya sifat-sifat kekuatan. Sifat-sifat fisik lainnya adalah kadar air,
kembang susut dan kekuatan kayu (Dumanauw, 1993).
C. Jenis-Jenis Kayu
Jenis kayu terbagi menjadi dua yaitu jenis kayu lunak (softwood) dan jenis kayu
keras(hardwood). Jenis kayu tersebut terbagi karena kayu memiliki sifat fisik yang
bervariasi serta kepadatan yang beragam. Jenis kayu tersebut juga mempunyai
guna yang berbeda, seperti kayu lunak sering digunakan untuk membuat kertas
karena kepadatan dan struktur kerapatan kayunya yang sangat renggang dan
mudah untuk dihancurkan. Berbeda dengan kayu keras yang sering digunakan
untuk membuat sebuah furnitur karena kepadatan dan struktur kerapatannya yang
rapat dan kekerasan struktur kayunya.
Banyak yang berpendapat kalau kayu keras dan lunak dibedakan dari daunnya,
kayu keras biasanya dari pohon yang berdaun lebar dan kayu lunak biasanya dari
pohon yang berdaun runcing. Akan tetapi banyak juga yang menyangkal pendapat
tersebut karena ada beberapa kayu keras yang memiliki struktur kerapatan yang
renggang dan bisa jadi lebih lunak dari pada beberapa jenis kayu lunak
berkerapatan tinggi.
Kayu yang dikategorikan kedalam kayu keras (hardwood) tidak berarti keras dan
kayu yang dikategorikan kedalam kayu lunak (softwood) tidak pula berarti kayu
tersebut lunak. Ada soft hardwood dan hard softwood jadi struktur kerapatan dan
kepadatannya terbagi. Akan tetapi jenis tersebut akan sulit diidentifikasi dengan
kasat mata.
struktur dan morfologinya. Selain itu, tipe sel dan jumlah serta penyusunnya juga
terdapat perbedaan.
D. Manfaat Kayu
1. Menjadi tiang rumah
2. Bahan pembuat perahu
3. Furniture rumah
4. Bantalan rel kereta api
5. Menjadi rangkah konstruksi jembatan
6. Bahan pembuat alat music
I >0,90
II 0,60-0,90
III 0,40-0,60
IV 0,30-0,40
V <0,30
mM
ρM=
VM
Adapun untuk mencari kerapatan setelah kayu dioven selama 24 jam, digunakan
rumus:
mo
⍴o =
Vo
K M . mM
SM=
Vm
Demikian pula untuk menghitung berat jenis kayu setelah dioven selama 24 jam
digunakan rumus :
K o . mo
So =
Vo
Keterangan:
BAB III
METODE PERCOBAAN
Kayu dengan ukuran yang sama pada pengujian kadar air kayu
C. Prosedur Percobaan
1. Memotong kayu utuh sesuai ukuran pada pengujian kadar air kayu.
2. Melakukan pengamatan sampel kayu apakah ada cacat pada kayu atau tidak,
kemudian catat hasil pengamatan.
3. Lakukan penimbangan sampel kayu dan catat berat awal sampel kayu
(m¿¿ M ) ¿
4. Dapatkan volume sampel kayu sesuai dengan dimensi yang telah di tentukan
(V ¿¿ M )¿
5. Oven sampel kayu dengan suhu 110 ℃ untuk mendapatkan berat kering
oven (m¿¿ o) ¿ selama 24 jam.
BAB IV
mM
ρM=
VM
1) Sampel 1
mm1 =64,92 gr
mM 1
ΡM1 =
VM 1
64,92
=
10000 0
= 0,0006492 gr/mm3
2) Sampel 2
mM 2 = 63,64 gr
V M2 = 100000 mm3
mM 2
ρM 2 =
VM2
63,64
=
10000 0
= 0,0006364 gr/mm3
ρM 1 + ρ M 2
ρ M ( rata-rata) =
2
0,0006492+ 0 , 0006364
=
2
= 0,0006428 gr/mm3
mo
⍴o =
Vo
1) Sampel 1
mO 1 = 55,70 gr
V O1 = 100000 mm3
mo 1
ρo 1 =
V o1
55,70
=
10000 0
= 0,000557 gr/mm3
1) Sampel 2
mO 2 = 54,51 gr
V O2 = 100000 mm3
mo
ρo 2 =
Vo
54,51
=
10000 0
= 0,0005 gr/mm3
ρM 1 + ρ M 2
ρ o ( rata-rata) =
2
0,0003+0 , 0005
=
2
= 0,0004 gr/mm 3
K M . mM
SM=
Vm
1) Sampel 1
mM 1 = 39,50 gr
V M1 = 155024 mm3
KM1 = 1000 mm3 /gr
K M 1 x mM 1
SM 1 =
Vm 1
1000 x 39,50
=
155024
= 0,2547
2) Sampel 2
mM 2 = 75,46 gr
V M2 = 146880 mm3
KM2 = 1000 mm3 /gr
KM 2 x mM 2
SM 2 =
Vm 2
1000 x 75,46
=
146880
= 0,5137
Program Studi Teknik Sipil
P Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi Kelompok XXVI
SM 1+ SM 2
SM ( rata-rata) =
2
0,2547+0,5137
=
2
= 0,3842
K o . mo
So =
Vo
1) Sampel 1
mo 1 = 35,90 gr
V o1 = 127680 mm3
K o 1 x mo 1
So 1 =
Vo 1
1000 x 35,90
=
127680
= 0,2811
2) Sampel 2
mo 2 = 75,46gr
V o2 = 135688 mm3
Ko2 = 1000 mm3 /gr
K o 2 x mo 2
So 2 =
Vo 2
1000 x 75,46
=
135688
= 0,5561
S o 1+ S o 2
So ( rata-rata) =
2
0,2811+ 0 ,5561
=
2
= 0,4186
B. Pembahasan
Dari hasil didapatkan kerapatan rata-rata sebelum dioven (ρ¿¿ M )¿
0,0004gr/mm3, berat jenis rata-rata sebelum dioven (S¿¿ M )¿0,3842 dan
kerapatan rata-rata sebelum dioven ( ρ¿¿ o)¿ 0,0004 gr/mm3, berat jenis rata-rata
setelah dioven (S¿¿ o)¿0,4186.
ASTM D2395
Observasi I II Observasi I II
ρM ρO
( rata-rata) 0,0005 ( rata-rata) 0,0005
gr/mm³ gr/mm³
SM 0,2547 0,5137 SO 0,2811 0,5561
SM SO
0,3842 0,4186
( rata-rata) ( rata-rata)
BAB V
A. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan praktikum kerapatan kayu rata rata sebelum
dioven/keringudara ( ρ M ) adalah 0,0004gr/mm3.
2. Dari hasil percobaan praktikum kerapatan kayu rata rata setelah dioven/kering
oven (So) adalah 0,4186, dan berdasarkan klasifikasinya sampel kayu yang diuji
termasuk kelas kuat III.
B. Saran
1. Sebaiknya praktikan saling menjalin komunikasi dengan baik.
2. Sebaiknya pratikan harus bisa mengatur waktu jadwal kuliah dan waktu
pratikum, agar pratikum berjalan dengan lancar dan mata kuliah yang
diprogramkan tidak ada waktu yang bertabrakan antara pratikum dan kuliah.
3. Fasilitas yang ada di dalam laboratorium hendaknya dirawat dengan baik dan
semakin ditingkatkan baik dari segi jumlah maupun kualitas sesuai dengan
kemajuan teknologi yang ada saat ini.
4. Sebaiknya alat-alat dalam lab disusun dengan rapi agar pada saat melakukan
pratikum, praktikan dan asisten merasa nyaman.
5. Buat kakak yang dikasih tanggung jawab dalam membimbing kami selama
praktikum tetap semangat dan tetap sabar dalam membimbing kami meskipun
kami melakukan banyak kesalahan.
6. Sebaiknya dalam melakukan praktikum dilakukan dengan teliti dan sesuai
prosedur agar data yang didapatkan tidak ada yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM D143-09 : Standard Test Method for Small Clear Specimens of Timber.
ASTM D2395 : Standard Test Method for Density and Specific Gravity (Relative
Density) Of Wood and Wood-Based Materials
ASTM D4442-92 : Standard Test Method for Direct Moisture Content Measurement of
Wood and Wood Based Materials
Tonapa, Suryanti Rapang, 2017. Pedoman Praktikum Teknologi Bahan. Makassar:
Universitas Kristen Indonesia Paulus.
LAMPIRAN
Foto Alat
1. Bahan
2. Foto Kegiatan