Kayu memiliki ketahanan alami terhadap beberapa pengaruh eksternal akan tetapi kayu tidak
dapat mempertahan toleransi jangka panjang terhadap lingkungan luar ruangan. Dari alasan
itu, material kayu diresapi dengan pengawet atau dilapisi dengan lapisan pelindung berbasis
pelarut yang mengancam lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagai hasil dari
perkembangan teknologi, melindungi bahan kayu dengan produk impregnasi dan bahan kimia
telah dilarang sepenuhnya. Baru-baru ini Amerika Utara memiliki metode perlindungan kayu
yang ramah lingkungan dengan cara perlakuan panas. Akan tetapi, perlakuan panas dapat
mengurangi daya tahan bahan kayu, memperdalam warna kayu dan efek negatif pada kilap
dan kekerasan kayu. Solusi untuk itu adalah dengan memutihkan kayu. Pemutihan
merupakan penghilangan pigmen warna pada struktur kayu dengan berbagai bahan mimia
pemutihan dan sistem pemutihan.
TUJUAN
Menggunakan bahan kimia pemutih untuk menghilangkan perubahan warna yang terjadi pada
permukaan kayu setelah perlakuan panas untuk mengembalikan warna alami kayu.
METODE PENELITIAN
1. perlakuan panas
Sampel kayu Pinus Skotlandia (Pinus Sylvestris) dipilih secara acak dari bagian gubal dan
semua serat biasa yang dipamerkan, tanpa variasi warna atau kerapatan, tanpa simpul dan
bebas retak, memiliki cincin tahunan tegak lurus ke permukaan, dan dipotong sesuai dimensi
18 × 110 × 350 mm, dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam TS 2470. Selanjutnya,
Sampel yang dikeringkan disimpan disimpan pada suhu 103 ± 2 ° C sampai mencapai berat
konstan. Kemudian dipanaskan dengan suhu 140 ° C dan 160 ° C selama 3, 5, dan 7 jam.
Terakhir disimpan dalam lemari ber-AC pada suhu 20 ± 2 ° C dan kelembaban relatif 65 ±
5% sampai berat konstan tercapai.
2. penerapan proses pemutihan
Zat putih yang duginakan ada Pemutih Natrium hidroksida (NaOH), natrium silikat
(NaSiO3), hidrogen peroksida (H2O2), dan asam oksalat (H2C2O4) ditunjukkan pada tabel 1
Bahan kimia yang disiapkan diaplikasikan dengan spons ke permukaan sampel yang diberi
perlakuan panas, pertama sejajar, kemudian tegak lurus, dan kemudian sejajar lagi dengan
serat pada 100 ± 10 mL / m2. Larutan kimia konstitutif dari kombinasi yang berbeda
diaplikasikan secara individual pada permukaan kayu dengan interval 3 menit untuk
memungkinkan interaksi bahan kimia yang sebelumnya diterapkan dengan kayu. Untuk
meningkatkan penetrasi tegak lurus, setelah dilakukan bleaching, sampel kayu yang diolah
dibiarkan mengering pada suhu kamar selama 2 hari, kemudian dilakukan proses netralisasi
dengan aquades. Akhirnya, kadar air sampel disesuaikan menjadi 12% dan permukaan
sampel diampelas sedikit sebelum melakukan pengukuran eksperimental.
3. pengukuran warna
Total perubahan warna (ΔE*) dihitung sebelum Before
performing the color measurements, the device was calibrated to a= -1.00± 0.3; b= 0.58± 0.3;
L= 94.95± 0.3
KESIMPULAN
• Setelah perlakuan panas, larutan pemutih alkali yang diterapkan pada kayu memiliki
efek positif pada pemulihan warna alami material. Namun, diamati bahwa perbedaan
nada warna dapat terbentuk karena struktur kayu yang heterogen dan senyawa yang
ditemukan di dalamnya. • Nilai rata-rata perubahan warna total pinus Skotlandia
setelah perlakuan panas ditentukan sebesar 15,93. Sebagai hasil dari penerapan larutan S1
setelah perlakuan panas, nilai rata-rata perubahan warna total pinus scots adalah 16,33,
dengan larutan S2 9,29, dan dengan larutan S3 17,93. Penerapan larutan S2 dapat
direkomendasikan untuk mengembalikan warna alami pada kayu pinus Skotlandia yang
diolah dengan panas
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
Kelebihan
Gambar-gambar yang ditampilkan dapat dilihat dengan jelas dan mudah dipahami.
Menjelaskan secara detail perhitungan perunbahan warna
kekurangan
memiliki rumus-rumus yang sulit dipahami bagi orang awam