Anda di halaman 1dari 19

1.

Pengertian Wireline Log, jenis-jenis wireline log beserta prinsip dasar serta
objektifnya.
Wireline log merupakan suatu grafik kedalaman pada suatu sumur yang diplot
terhadap karakteristik atau properti fisik dari batuan. Kegiatan well logging memiliki
prinsip yaitu instrumen atau alat dimasukkan ke dalam sumur dan mencatat sifat fisik
batuan pada setiap kedalaman tertentu. Pencatatan yang dilakukan berdasarkan
kedalaman, waktu, dan jarak kemudian diplot pada suatu log yang memiliki skala tertentu
dan direkam dalam bentuk digital (Harsono, 1997).
Hasil dari logging yang berupa data dapat digunakan untuk mengidentifikasi
zona-zona produktif, kedalaman, ketebalan, dan membedakan fluida (baik itu minyak,
gas, dan air) sehingga memiliki fungsi utama untuk menghitung cadangan hidrokarbon di
dalam suatu reservoir.
Wireline log dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu log radioaktif, log elektrik, dan log
sonik. Log radioaktif dibagi menjadi 3 jenis log, yaitu log gamma ray, log neutron, dan
log densitas, sedangkan log elektrik dibagi menjadi 2 jenis log, yaitu log resistivitas dan
log SP (spontaneous potensial).
1. Log Gamma Ray
a. Prinsip Dasar
- Mengukur kandungan radioaktivitas alam dari suatu formasi yang
radioaktifnya berasal dari 3 unsur radioaktif, yaitu Uranium (U), Thorium
(Th), dan Potasium (K).
- Kurva GR dengan intensitas radioaktif yang sangat rendah menunjukan
lapisan permeabel yang bersih, sedangkan kurva GR dengan intensitas
radioaktif yang tinggi menunjukkan lapisan yang kotor (shally).
- Terekam dalam satuan API (American Petroleum Institute).
b. Objektif
- Membedakan lapisan permeabel dan tidak permeabel (radioaktif akan
cenderung berpusat dalam serpih atau shale yang tidak permeabel).
- Korelasi pada sumur yang berselubung, korelasi dari sumur ke sumur
(perubahan litologi terlihat jelas pada log).
Gambar 1. Contoh respon log gamma ray
2. Log Neutron
a. Prinsip Dasar
- Perekaman reaksi formasi (litologi) terhadap penambahan neutron.
- Porositas tinggi menunjukkan banyaknya fluida yang terkandung
dalam suatu formasi.
- Nilai neutron yang tinggi menunjukkan adanya kandungan
hidrogen (tersuplai oleh air).
- Neutron porosity bernilai maksimal pada clean limestones.
b. Objektif
- Menunjukkan banyaknya atom hidrogen (hydrogren index) dalam
suatu formasi.
- Mengukur kandungan air dalam formasi (mengukur porositas).
- Menentukan neutron porosity (penentuan pori apakah diisi oleh air
atau fluida lainnya)
- Pembeda antara minyak dan gas.
Gambar 2. Contoh respon log neutron
3. Log Densitas
a. Prinsip Dasar
- Sumber radioaktif pada alat memancarkan gamma rays ke dalam
formasi dengan energi sebesar (0.2 – 2.0 Mev)
- Sumber radioaktif yang digunakan adalah Cs137.
- Pada formasi yang memiliki densitas tinggi, sinar gamma akan
mencapai detektor dalam jumlah yang sedikit, sedangkan pada
densitas rendah, sinar gamma pada detektor akan tinggi (dalam
jumlah yang besar).
- Hasil perekaman log dalam satuan g/cc dalam skala bulk density.
b. Objektif
- Menghitung porositas.
- Menentukan densitas hidrokarbon.
- Mengidentifikasi mineral batuan (melalui densitasnya).
- Memperkirakan kandungan organik dari source rock.
Gambar 3. Contoh respon log densitas (garis merah)
4. Log Resistivitas
a. Prinsip Dasar
- Resistivitas merupakan kemampuan batuan untuk menghambat
jalannya arus listrik.
- Nilai resistivitas bergantung pada karakter fisik batuan, seperti
porositas, salinitas, dan jenis batuan.
- Nilai resistivitas akan tinggi pada lapisan permeabel yang
mengandung air tawar (bersifat isolator) dan nilainya rendah pada
lapisan permeabel yang mengandung air asin (bersifat konduktor).
- Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon nilai resistivitas akan
tinggi (bersifat resistif).
b. Objektif
- Menentukan jenis air pada lapisan permeabel.
- Menentukan jenis fluida yang terkandung pada lapisan.
Gambar 4. Contoh respon log resistivitas
5. Log Spontaneous Potensial (SP)
a. Prinsip Dasar
- Rekaman mengenai perbedaan arus listrik DC (dalam milivolt)
antara potensial natural dengan elektroda yang ditempatkan di
permukaan.
- Potensial natural merupakan pergerakan elektroda dalam lubang
bor.
- Log SP tidak dapat beroperasi pada non-conductive drilling muds.
- Defleksi negatif terjadi apabila salinitas kandungan < salinitas
lumpur.
- Harga SP untuk serpih cenderung konstan (shale base line), lapisan
permeabel ditandai dengan adanya defleksi SP dari shale base line.
b. Objektif
- Mendeteksi lapisan permeabel.
- Mendeteksi batas lapisan permeabel.
- Menentukan resistivitas air formasi.
- Menentukan volume serpih dalam lapisan permeabel.
Gambar 5. Contoh respon log SP

6. Log Sonik
a. Prinsip Dasar
- Log sonik mengukur kemampuan formasi untuk meneruskan
gelombang suara.
- Log sonik merupakan log akustik yang mengukur waktu tempuh
gelombang bunyi pada jarak tertentu di dalam lapisan batuan.
- Bunyi dengan interval yang teratur (dipancarkan dari sebuah
sumber bunyi (transmitter) dan alat penerima akan mencatat
lamanya waktu rambatan bunyi di dalam lapisan batuan (Δt).
- Besar atau kecilnya Δt tergantung dari jenis batuan dan besarnya
porositas batuan serta kandungan batuannya.
b. Objektif
- Evaluasi porositas dalam lubang bor yang terisi fluida.
- Determinasi variasi tekstur dari lapisan sand-shale.
- Identifikasi litologi dalam penentuan batuan induk.
Gambar 6. Contoh respon log sonik

2. Cara mengimpor data well (.las) ke software Geolog.


1) Pilih icon “Project” untuk melakukan proses import/export data.

2) Setelah muncul tampilan kotak dialog seperti gambar di bawah ini, drag data
sumur yang akan diolah.
3) Selanjutnya, akan muncul gambar seperti di bawah ini.

4) Kemudian klik “add to existing sets” apabila hanya akan menambahkan data Las
pada sumur data existing di dalam project dan klik unit conversion apabila dirasa
perlu untuk mengubah satuan unitnya.

5) Setelah semua data yang dirasa perlu untuk pengolahan telah diinput, klik tulisan
“import” yang ada pada sebelah kanan kotak dialog namun sebaiknya melakukan
pengecekan unit terlebih dahulu.
6) Setelah data diimport, lakukan export data.
3. Precalculation & Environmental Correction di software Geolog.
Precalculation
1) Pilih icon “Well” pada taskbar.

2) Klik Petrophysics > Precalc.


3) Tentukan nilai dari Input Set dan Output Set, beserta Value yang akan digunakan.
Apabila telah ditentukan, maka klik Start untuk menjalankan program.
Environmental Correction
1) Kik Petrophysics > Environmentals, lalu tentukan logging yang akan
digunakan. Dalam contoh ini akan digunakan Schlumberger Charts.

Gamma Ray
1) Klik Petrophysics > Environmentals > Schlumberger Charts >
Gamma Ray (Por7).
2) Tentukan nilai Input Set dan Output Set.
3) Klik Start untuk memulai proyek.
LAKUKAN LANGKAH YANG SAMA UNTUK KOREKSI NEUTRON, DENSITY,
RESISTIVITY, DAN INDUCTION INVANSION.
Misal untuk koreksi Neutron berarti klik : Petrophysics > Environmentals >
Schlumberger Charts > Neutron.
i. Gambar Neutron [NPH Open (Por13b, 14b)]

ii. Gambar Density [LDT (Por15a)]


Iii. Gambar Induction Invansion [ILD-ILM-Rxo (Rcor4a, Rint10)]

4. Pengertian Normalisasi Log Gamma Ray dan cara melakukannya di software Geolog.
Normalisasi log gamma ray merupakan suatu langkah yang digunakan untuk melakukan
penyamaan kisaran nilai pengukuran data log gamma ray yang memiliki distribusi data
yang berbeda-beda dari beberapa sumur yang ada. Hal ini dapat terjadi akibat perusahaan
logging yang berbeda-beda, pengoperasian alat yang berbeda-beda, ataupun waktu
akusisi yang berbeda-beda untuk masing-masing sumur. Dengan dilakukan normalisasi
terhadap log gamma ray maka nilai gamma ray dari masing-masing sumur berada pada
satu distribusi nilai kisaran yang sama.
5. Menghitung Vshale, porositas, dan saturasi air dengan module determin di software
Geolog.
Volume Shale adalah derajat volume yang menyatakan perbandingan volume
shale terhadap volume total suatu formasi. Kandungan serpih merupakan penghitungan
yang menggunakan log Gamma Ray, karena defleksi kandungan sinar gamma tidak
dipengaruhi oleh jenis fluida, tetapi sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur radioaktif
pada lapisan serpih.
Porositas memiliki definisi sebagai perbandingan antara volume pori/rongga
kosong dengan volume total dari batuan tersebut. Porositas dapat diketahui dari beberapa
macam log, seperti log densitas, log neutron, log sonic, maupun kombinasi dari antara
log-log tersebut.

Saturasi air merupakan suatu perbandingan antara kuantitas volume dari suatu
fluida dengan pori-pori dari batuan dimana fluida tersebut terkandung. Persentase dari
rongga kosong yang terisi oleh fluida itu yang dimaksud sebagai saturasi air.
6. Pengertian cutoff net sand, net reservoir, netpay, dan cara menghitungnya di software
Geolog.
Cut off merupakan suatu nilai batasan yang digunakan untuk menentukan zona
hidrokarbon yang ditentukan berdasarkan nilai batas volume shale (Vsh), porositas efektif
(Фeff) dan water saturation (Sw). Apabila nilai Vsh, Фeff, dan Sw pada suatu kedalaman
tertentu dapat dipenuhi, maka jenis fluidanya adalah hidrokarbon. Sebaliknya, apabila
ketiga nilai tersebut tidak terpenuhi, maka pada kedalaman sumur tersebut jenis fluidanya
adalah air (Utami FM, 2013). Cut off porositas ditentukan berdasarkan crossplot antara
nilai permeabilitas dan nilai porositas, sedangkan cut off saturasi ditentukan berdasarkan
crossplot antara nilai porositas dan nilai saturasi, sedangkan untuk cut off Vshale atau
kandungan lempung ditentukan dari hasil crossplot antara nilai porositas dengan nilai
Vshale.
Nilai dari masing-masing cut-off digunakan untuk penentuan net sand, net
reservoir, dan net pay di lapangan.
- Net sand adalah tebal lapisan batuan yang memiliki nilai porositas lebih
besar dari cut off yang telah ditentukan. Kemudian volume shale
diperhitungkan karena formasi atau batuan mengandung shale, sehingga
formasi atau batuan yang diambil adalah yang memiliki volume shale
lebih besar dari cut off yang telah ditentukan.
- Net reservoir adalah tebal lapisan formasi atau batuan yang memiliki nilai
dibawah nilai cut off volume shale dan cut off porositas.
- Net pay adalah tebal lapisan net reservoir yang dibawah nilai dari cut off
saturasi air. Tujuan dari perhitungan net pay adalah untuk menghilangkan
interval batuan non-produktif.
7. Menghitung permeabilitas dengan menggunakan metode multiple regression analysis.
Metode Multiple regression analysis adalah konsep perhitungan matematika dasar yang
menggunakan variable terikat dengan variable bebas, dalam hal ini yang menjadi variable
terikatnya yaitu permeabilitas core (cperm) dan variable bebas adalah log porositas
(PHIE) serta porositas core (cpor), dengan tujuan mentransformasi nilai permeabilitas
core (cperm) menjadi log permeabilitas (k mra). Dari data-data tersebut dilakukan fungsi
regresi, yang dilakukan regresi antara permeabilitas core (cperm) dan porositas core
(cpor).
8. Pengertian petrophysical rock typing dan metode-metodenya.

Petrophysical rock type (PRT) adalah upaya membagi kelas batuan reservoar
menggunakan nilai porositas dan permeabilitas. Terdapat banyak metode yang bisa digunakan
untuk mengelompokkan PRT, namun metode – metode tersebut tidak selalu cocok untuk
diaplikasikan pada setiap reservoir. Metode yang cocok digunakan pada reservoar silisiklastik
adalah Winland R35 (Porras dkk, 1999), sedangkan untuk reservoar karbonat adalah Pore
Geometry Structure (Palabiran dkk, 2016). Metode yang cocok digunakan pada kedua reservoir
baik silisiklastik dan karbonat adalah metode Flow Zone Indicator atau Hydraulic Flow Unit
(Palabiran dkk, 2016; Abdullah dan Garrouch, 2019; Armaya dan Setyowiyoto, 2019). Metode
Hydraulic Flow Unit juga lebih sering digunakan di banyak bidang, seperti pemboran, produksi
dan reservoar (Mirzaei-Paiaman dkk, 2019).

Identifikasi PRT dilakukan melalui analisis data core. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis fasies, asosiasi fasies dan diagenesis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lingkungan
pengendapan dan proses proses diagenesis serta pengaruh keduanya terhadap rock type yang
terbentuk. Data sayatan tipis berupa data sekunder diinterpretasi ulang untuk mendukung analisis
fasies, asosiasi fasies dan diagenesis.

Pengolahan data untuk menentukan PRT dimulai dengan data RCAL (porositas dan
permeabilitas). Metode yang digunakan antara lain: Hydraulic Flow Unit (HFU), Global
Hydraulic Element (GHE), Winland R35, dan Pore Geometry Structure (PGS). Setelah
ditentukan PRT dengan metode – metode tersebut, ditentukan korelasi nilai porositas dan
permeabilitas pada setiap PRT (poro-perm transform). Korelasi tersebut digunakan untuk
menentukan nilai permeabilitas prediksi.

Nilai permeabilitas prediksi tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai permeabilitas


sesungguhnya dari data RCAL. Metode yang paling cocok diaplikasikan untuk formasi ini
adalah metode yang menghasilkan nilai permeabilitas prediksi mirip atau bahkan sama dengan
nilai permeabilitas yang sesungguhnya.

Untuk menentukan PRT dengan metode HFU, langkah awalnya adalah dengan
menentukan flow zone indicator (FZI) (Haikel dkk, 2018). Penentuan PRT dengan metode GHE
dapat dilakukan dengan nilai FZI maupun basemap (Akbar & Permadi, 2014). Sama seperti
metode GHE, metode Winland juga mempunyai basemap. Begitu pula dengan metode PGS
(Wibowo & Permadi, 2013). Metode PGS bisa digunakan di reservoar silisiklastik maupun
karbonat (Akbar, 2019)

Anda mungkin juga menyukai