Anda di halaman 1dari 13

MENGHITUNG INTENSITAS SERANGAN HAMA

(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)

Oleh

Aditya Kuncahyo
1414121006
Kelompok 2

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Segala tanaman yang dibudidayakan akan selalu dilakukan perlindungan yang


bijak terhadap tanaman tesebut, baik dari serangan hama maupun penyakit yang
menyerang. Hama ialah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat
dilihat dengan mata. Hama tersebut dapat berupa binatang, dan dapat merusak
tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang merusak
secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan
hama yang merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui penyakit.
Salah satu jenis hama yang banyak ditemukan di daerah pertanian adalah
serangga, serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi
sekarang ini yang jumlahnya kira-kira setengah dari dari jumlah populasi mahluk
hidup di bumi (Saputra, 2001).

Hama dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis. Kebanyakan hama yang


menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga.
Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan
oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu
pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan
kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya
merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau
biasa kita sebut dengan hama langsung (Endah, 2005).

Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama


umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan,
mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman
menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil
langkah/tindakan pengendalian. Serangan hama pada suatu tanaman akan
menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku
yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas
tersendiri. Maka dengan ini dilakukan praktikum ini agar kita dapat menghitung
seberapa besar pengaruh hama terhadap tanaman, dan apakah hama tersebut sudah
bisa merugikan. Kemudian juga kita dapat menghitung intensitas kerusakan akibat
serangan hama. Sehingga dengan kita mempelari semua kita bisa mengendalikan
hama dengan baik dan benar.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menentukan nilai skala kerusakan pada suatu tanaman.


2. Dapat menghitung nilai skor kerusakan pada suatu tanaman.
3. Dapat membedakan antara kerusakan mutlak dan tidak mutlak.
II. METODELOGI PERCOBAAN

2.1. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 10 daun angsana, 10
daun kacang tanah, 10 daun kacang hijau, pena dan kertas HVS.

2.2. Prosedur Praktikum

Adapun langkah kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing daun dikumpulkan dan dikelompokkan dengan tanaman


masing-masing.
2. Daun diamati keruksakannya dan diberi nilai skala kerusakannya.
3. Kemudian dihitung nilai kerusakan dengan skorsing masing-masing tanaman
dengan rumus :
( .)
= Dimana : n = bagian tanaman yang rusak
.

V = skala kerusakan
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi saat pengamatan
N = Jumlah/bagian yang menjadi sampel yang diamati

4. Setelah itu dihitung nilai kerusakan mutlaknya dengan menggunakan rumus :



= (+) Dimana : a = jumlah bagian tanaman yang rusak

b = jumlah bagian tanaman yang tidak rusak


III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan

Adapun hasil data pengamatan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan


adalah sebagai berikut :

A. Kacang tanah
No. Sampel daun ke- Nilai skala
1 1 0
2 2 0
3 3 0
4 4 0
5 5 0
6 6 2
7 7 3
8 8 1
9 9 2
10 10 1
Nilai skors 30%
Kerusakan mutlak 50%

B. Kacang hijau

No. Sampel daun ke- Nilai skala


1 1 1
2 2 1
3 3 2
4 4 2
5 5 2
6 6 3
7 7 1
8 8 2
9 9 1
10 10 2
Nilai skors 56%
Kerusakan mutlak 100%

C. Angsana

No. Sampel daun ke- Nilai skala


1 1 0
2 2 0
3 3 0
4 4 0
5 5 2
6 6 1
7 7 2
8 8 1
9 9 3
10 10 3
Nilai skors 40%
Kerusakan mutlak 60%

3.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini menghitung intensitas serangan hama menggunakan 3


jenis daun sebagai bahan objek pengamatan. Yaitu terdiri dari daun kacang tanah,
daun kacang kedelai dan daun handelum yang tentu saja daun ini telah terkena
serangan hama. Kemudian dilakukan pengamatan pada setiap sampel untuk
menentukan criteria dan nilai kerusakan setiap sampel daun. Pada percobaan
intensitas serangan hama didapatkan hasil percobaan nilai skorsing daun angsana
40%, kacang tanah 30%, dan kacang hijau 56%. Sedangkan nilai kerusakan
mutlak untuk daun angsana 60%, kacang hijau 100%, dan kacang tanah 50%.

Intensitas Serangan adalah tingginya tingkat serangan atau kerusakan tanaman


yang disebabkan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) baik itu hama
maupun penyakity yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. Intensitas
serangan merupakan besarnya serangan dama maupun penyakit pada suatu area
pertanaman yang dapat dinyatakan secara kuantitatif.

Kerusakan pada tanaman dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu kerusakan mutlak
dan kerusakan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian
tanaman yang ditimbulkan oleh serangan OPT sehingga menyebabkan
tanaman/bagian tanaman tersebut tidak menghasilkan dan kehilangan hasil
produksinya. Kerusakan tidak mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman
yang ditimbulkan oleh serangan OPT sehingga menyebabkan tanaman/bagian
tanaman tersebut masih menghasilkan dan akan pulih lagi apabila dilakukan
pengendalian (Hidayat,2000).
.
Yang merupakan hama penting bagi tanaman kacang hijau yaitu lalat kacang.
Lalat kacang memiliki ukuran tubuh yang kecil berukuran 1,5 mm, mempunyai
warna hitam mengkilap, dan akan bersembunyi pada siang hari di dalam rumput,
dan kepongpongnya atau pupa berwarna coklat. Dampak pada tanaman, terdapat
bercak-bercak pada daun pertama, polong yang diserang gugur, daun mulai layu
dan kekuning-kuningan, tanaman akan mati saat berumur 3-4 minggu.
Pengendaliannya hama ini dapat dilakukan dengan cara tanam serempak, tanam
gilir, benih masukan kedalam lubang dengan insektisida butiran seperti furadan
3G, dan penyemprotan dengan insektisida seperti Thiodin 35 EC mulai umur tiga
hari (Pracaya,2004).

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Dalam pembudidayaannya
banyak sekali ditemukan hama yang mengganggu aktivitasnya. Adapun hama
tersebuat antara lain adalah uret, ulat berwarna, ulat grapyak,kumbang dau, ulat
jengkal dan sikada (Pracaya. 2004).

Ulat berwarna memilikin gejala serangan daun terlipat menguning, akhirnya


mengering. Pengendalian hama ini dilakukan dengan cara penyemprotan
insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D. Hama yang menyerang
kacang hijau selanjutnya yaitu ulat grapyak meiliki mekanisasi serangan dengan
cara ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian
hama ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan gulma, menanam serentak,
pergiliran tanaman; dan penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
Kemudian hama selanjutnya yaitu Kumbang daun memiliki gejala serangan daun
tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian
hama ini dilakukan dengan cara penanaman serentak, penyemprotan Agnotion 50
EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC .

Angsana atau sonokembang (Pterocarpus indicus) adalah sejenis pohon penghasil


kayu berkualitas tinggi dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan).
Kayunya keras, kemerah-merahan, dan cukup berat, yang dalam perdagangan
dikelompokkan sebagai narra atau rosewood. Walaupun pohon ini termasuk
pohon yang besar, namun pohon ini mempunyai hama utama, hama tersebuat
adalah pengorok daun (Liriomyza huidobrensis). Serangan hama Liriomyza
huidobrensis dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman karena tusukan
ovipositor imago dan korokan larva pada jaringan daun sehingga menurunkan
kemampuan fotosintesis tanaman. Serangan berat mengakibatkan daun mengering
dan gugur sebelum waktunya (Kalshoven,1981).
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan


adalah sebagai berikut :

1. Nilai skor kerusakan pada daun angsana 40%, kacang tanah 30%, dan kacang
hijau 56%.
2. Nilai kerusakan mutlak untuk daun angsana 60%, kacang hijau 100%, dan
kacang tanah 50%.
3. Kerusakan mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman yang
ditimbulkan oleh serangan OPT sehingga menyebabkan tanaman/bagian
tanaman tersebut tidak menghasilkan dan kehilangan hasil produksinya.
Sedangkan kerusakan tidak mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian
tanaman yang ditimbulkan oleh serangan
DAFTAR PUSTAKA

Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hidayat, I. R. 2000. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Brawijaya. Usaha


Nasional.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops In Indonesia, Revised & Translated by P.


A. Van Der Laan. Jakarta. PT. Ichtiar Baru

Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya.Jakarta. Erlangga

Saputra, K. 2001.Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan.Jakarta.Bumi Aksara.


LAMPIRAN
Daun Angsana

Nilai Skor
( .)
= x 100%
.

(.)+(.)+(.)+(.)
= x 100%
.

++
= x 100%

= 40% %

Nilai mutlak

= + x 100%


= + x 100%

= 60%

Daun Kacang Tanah

Nilai Skor
( .)
= x 100%
.

(.)+(.)+(.)+()
= x 100%
.

+++
= x 100%

= 30 %

Nilai mutlak

= + x 100%


= + x 100%

= 50%
Daun Kacang Hijau

Nilai Skor
( .)
= x 100%
.

(.)+(.)+()
= x 100%
.

++
= x 100%

= 56 %

Nilai mutlak

= + x 100%


= + x 100%

= 100%

Anda mungkin juga menyukai