Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pertanian, hama menjadi faktor penting yang mempengaruhi hasil
produksi. Faktor hama tersebut tidak akan pernah bisa hilang selama kegiatan
produksi pertanian terus berlangsung. Oleh sebab itu, satu-satunya cara yang
dapat dilakukan adalah melakukan tindakan pengendalian.

Upaya menanggulangi aktivitas hama yang merugikan kegiatan produksi telah


diperkenalkan kepada para petani. Dengan berjalannya waktu, telah banyak
metode-metode pengendalian hama yang dikembangkan. Tindakan pengendalian
tersebut tentunya tidak bisa dilakukan secara sembarangan dimana diperlukan
pengetahuan tentang populasi hama misalnya serangga tersebut apakah telah
mencapai ambang batas yang telah layak dilakukan pengendalian serta tipe
penyebarannya di suatu hamparan lahan.

Pengetahuan tentang populasi hama dan penyebarannya sangat penting untuk


diketahui oleh petani karena berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk
melakukan pengendalian. Dalam praktikum ini akan dibahas mengenai
penghitungan populasi hama dan pola penyebarannya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pola sebaran hama melalui simulasi pengambilan sampel.


2. Mengetahui cara menghitung hama melalui sebaran spasial.
3. Mengetahui manfaat pengamatan populasi hama di lahan pertanian.
II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spidol sedangkan bahan
yang digunakan ialah beras yang telah diberikan pewarna biru.

2.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.


2. Memberikan tanda berupa nomor pada setiap kotak-kotak keramik yang
berjumlah 5x4.
3. Mengambil beberapa genggam beras (20g) kemudian menaburkannya
secara acak tanpa melihat pada masing-masing kotak.
4. Menghitung setiap butir beras yang berada dalam masing-masing kotak
(12 kotak sampel) dan dicatat jumlahnya.
5. Mengkalkulasikan setiap jumlah menggunakan rumus statistik yang telah
disediakan.
III. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan sesuai prosedur di atas, didapatkan hasil
sebagai berikut.

Perlakuan pertama

NO KOTAK JUMLAH (y) RATA-RATA (ӯ) (y-ӯ)²


1 28 63 1225
3 68 63 25
5 28 63 1225
7 116 63 2809
9 156 63 8649
10 56 63 49
11 19 63 1936
12 75 63 144
14 104 63 1681
16 8 63 3025
18 73 63 100
20 24 63 1521

Di dapatkan nilai S2 yaitu

S2=∑ ¿ ¿

22.389
=
12−1

= 2035,36

Di dapatkan nilai x́ yaitu


755
x́ = = 63
12

Jadi karena x́<S2 maka pola sebaran spasial adalah mengelompok.

Perlakuan kedua

NO KOTAK JUMLAH (y) RATA-RATA (ӯ) (y-ӯ)²


3 43 63 400
4 30 63 1089
7 127 63 4096
8 77 63 196
11 88 63 625
12 39 63 576
14 60 63 9
15 73 63 100
16 76 63 169
18 57 63 36
19 23 63 1600
20 63 63 0
Perlakuan ketiga

NO KOTAK JUMLAH (y) RATA-RATA (ӯ) (y-ӯ)²


2 44 -14,1 400

18 119 60,9 1089

10 35 -23,1 4096

1 14 -44,1 196

9 83 24,9 625

11 45 -13,1 576

14 63 4,9 9

8 146 87,9 100

15 33 -25,1 169

7 49 -9,1 36

20 38 -20,1 1600

5 28 -30,1 0
3.2 Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan semua perlakukan dengan hasil
akhir sebaran spasial populasi hama adalah mengelompok. Pengulangan dilakukan
sebanyak 8 kali.

Untuk menentukan apakah populasi hama telah melampaui AE, maka harus
dilakukan kegiatan pemantauan secara berkala terhadap populasi hama, populasi
musuh alami, kondisi pertanaman, dan iklim. Hal ini dimaksudkan agar populasi
hama tidak terlambat dikendalikan. Dalam kegiatan pemantauan tersebut,
kepadatan populasi hama yang dikategorikan layak dikendalikan ditentukan
dengan teknik penarikan contoh beruntun (sequential sampling) berdasarkan pola
sebaran populasi, data AE, dan tingkat risiko kesalahan dalam pengambilan
keputusan pengendalian (Shepard, 1980).

Berdasarkan pola sebaran populasi ulat grayak, pola penarikan contoh yang
mempunyai tingkat kepercayaan tinggi dan efisien dapat ditentukan. Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa apabila pola sebaran populasi bersifat
acak, maka pola penarikan contohnya adalah acak sederhana, sedangkan apabila
pola sebaran populasi bersifat mengelompok, maka pola penarikan contohnya
adalah acak sepanjang garis diagonal lahan (Nishida dan Torii 1970).

Dalam melakukan pengambilan sampel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :

1. Unti sampel

Unit sampel atau unit contoh adalah fraksi dari area yang dihuni suatu populasi
serangga sasaran, yang disebut universe. Contohnya, bila sampling permukaan
staple beras digudang menggunakan colokan, maka unit sampel adalah kuantitas
beras dalam colokan sedangkan permukaan staple beras adalah universe.

2. Ukuran atau jumlah sampel

Ditentukan oleh peralatan yang digunakan, seperti yang dilakukan dalam


praktikum kali ini.
3. Interval pengambilan sampel

Merupakan jarak atau selisih  waktu dari pengamatan pertama ke pengamatan


berikutnya.

4. Desain pengambilan sampel

Adalah pola pengambilan sampel. Ada beberapa pola pengambilan sampel, antara
lain yaitu pola acak berlapis, pengambilan sampel sistematik, dan pola
pengambilan sampel purposif.

5. Mekanik pengambilan sampel

Atau disebut sampling adalah metode yang meliputi pemilihan unti contoh yang
tepat serta proses penarikan contoh

Dalam praktikum kali ini setelah dilakukan pengamatan, dihitung nilai rataan dan
ragamnya kemudian ditentukan pola sebaran spasialnya. Sebaran spasial adalah
penyebaran atau pemencaran orgtanisme didalam ruang tempat hidup atau habitat.
Pola sebaran spasial dibagi menjadi 3 yaitu : acak atau random, mengelompok
atau, agregat dan seragam atau merata (uniform).
IV. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.

1. Pola sebaran hama yang tergambar pada percobaan ini adalah pola sebaran
hama mengelompok.
2. Terdapat rumus tersendiri dalam menghitung pola sebaran spasial populasi
hama.
3. Manfaat dilakukannya pengambilan sampel ini adalah untuk menentukan
ambang batas diterima atau tidaknya suatu populasi hama sehingga dapat
diambil keputusan untuk pengambilan tindakan pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA

Nishida, T. and T. Torii. 1970. A handbook of the field methods for research on
rice stem-borers and their natural enemies. Burgass and Sons (Abingdon).
IBP Handbook No. 14.

Shepard, B. M. 1980. Sequential sampling plans for soybean arthropods, p.79-93.


In: M. Kogan ard D.C. Herzog (eds.). Sampling methods in soybean
entomology Springer-Verlag, New York.

Anda mungkin juga menyukai