PENDAHULUAN
Dalam dunia pertanian, hama menjadi faktor penting yang mempengaruhi hasil
produksi. Faktor hama tersebut tidak akan pernah bisa hilang selama kegiatan
produksi pertanian terus berlangsung. Oleh sebab itu, satu-satunya cara yang
dapat dilakukan adalah melakukan tindakan pengendalian.
1.2 Tujuan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spidol sedangkan bahan
yang digunakan ialah beras yang telah diberikan pewarna biru.
Adapun cara kerja yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut.
Dari percobaan yang telah dilakukan sesuai prosedur di atas, didapatkan hasil
sebagai berikut.
Perlakuan pertama
S2=∑ ¿ ¿
22.389
=
12−1
= 2035,36
Perlakuan kedua
10 35 -23,1 4096
1 14 -44,1 196
9 83 24,9 625
11 45 -13,1 576
14 63 4,9 9
15 33 -25,1 169
7 49 -9,1 36
20 38 -20,1 1600
5 28 -30,1 0
3.2 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan semua perlakukan dengan hasil
akhir sebaran spasial populasi hama adalah mengelompok. Pengulangan dilakukan
sebanyak 8 kali.
Untuk menentukan apakah populasi hama telah melampaui AE, maka harus
dilakukan kegiatan pemantauan secara berkala terhadap populasi hama, populasi
musuh alami, kondisi pertanaman, dan iklim. Hal ini dimaksudkan agar populasi
hama tidak terlambat dikendalikan. Dalam kegiatan pemantauan tersebut,
kepadatan populasi hama yang dikategorikan layak dikendalikan ditentukan
dengan teknik penarikan contoh beruntun (sequential sampling) berdasarkan pola
sebaran populasi, data AE, dan tingkat risiko kesalahan dalam pengambilan
keputusan pengendalian (Shepard, 1980).
Berdasarkan pola sebaran populasi ulat grayak, pola penarikan contoh yang
mempunyai tingkat kepercayaan tinggi dan efisien dapat ditentukan. Hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa apabila pola sebaran populasi bersifat
acak, maka pola penarikan contohnya adalah acak sederhana, sedangkan apabila
pola sebaran populasi bersifat mengelompok, maka pola penarikan contohnya
adalah acak sepanjang garis diagonal lahan (Nishida dan Torii 1970).
Dalam melakukan pengambilan sampel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Unti sampel
Unit sampel atau unit contoh adalah fraksi dari area yang dihuni suatu populasi
serangga sasaran, yang disebut universe. Contohnya, bila sampling permukaan
staple beras digudang menggunakan colokan, maka unit sampel adalah kuantitas
beras dalam colokan sedangkan permukaan staple beras adalah universe.
Adalah pola pengambilan sampel. Ada beberapa pola pengambilan sampel, antara
lain yaitu pola acak berlapis, pengambilan sampel sistematik, dan pola
pengambilan sampel purposif.
Atau disebut sampling adalah metode yang meliputi pemilihan unti contoh yang
tepat serta proses penarikan contoh
Dalam praktikum kali ini setelah dilakukan pengamatan, dihitung nilai rataan dan
ragamnya kemudian ditentukan pola sebaran spasialnya. Sebaran spasial adalah
penyebaran atau pemencaran orgtanisme didalam ruang tempat hidup atau habitat.
Pola sebaran spasial dibagi menjadi 3 yaitu : acak atau random, mengelompok
atau, agregat dan seragam atau merata (uniform).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Pola sebaran hama yang tergambar pada percobaan ini adalah pola sebaran
hama mengelompok.
2. Terdapat rumus tersendiri dalam menghitung pola sebaran spasial populasi
hama.
3. Manfaat dilakukannya pengambilan sampel ini adalah untuk menentukan
ambang batas diterima atau tidaknya suatu populasi hama sehingga dapat
diambil keputusan untuk pengambilan tindakan pengendalian.
DAFTAR PUSTAKA
Nishida, T. and T. Torii. 1970. A handbook of the field methods for research on
rice stem-borers and their natural enemies. Burgass and Sons (Abingdon).
IBP Handbook No. 14.