Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

HIDROLISIS KHEMIS

OLEH :

NURHASNA

(2110422009)

KELOMPOK : 8

ASISTEN :

INDAH KURNIA PUTRI

….

LABORATORIUM PENDIDIKAN II

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
NURHASNA (2110422009)

2022

HIDROLISIS KHEMIS

I. Prinsip Kerja
Gula dapat terbentuk dari pati melalui proses hidrolisis khemis oleh asam. Proses
dapat dibantu atau dipercepat melalui pemanasan.

II. Metode Penelitian


2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2022 di Laboratorium
Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas, Padang.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu test tube, timbangan, refraktometer,
penangas air, pipet tetes, gelas ukur, spidol permanen, thermometer, dan batang
pengaduk. Sedangkan, bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tepung
terigu, tepung tapioka, tepung maizena, tepung sagu, cuka dan aquades.

2.3 Cara Kerja


Untuk perlakuan kontrol, dimasukkan masing-masing 1 gram tepung tapioka, tepung
terigu, tepung sagu, dan tepung maizena ke dalam test tube yang berbeda-beda dan
dihomogenkan dengan 9 ml aquadest.Kontrol dilakukan tanpa penambahan cukadan
tanpa pemanasan.Sedangkan untuk perlakuan diberi cuka, dicukupkan dengan cuka
25% sebanyak 2 ml dan dihomogenkan dengan 8 ml aquadest lalu dipanaskan pada
suhu 100˚C selama 1 jam, sesekali dikocok.Setiap 15 menitdiukur dengan
refraktometer secara periodik dan kadar gula diukur di awal dan di akhir pemanasan.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil

2
NURHASNA (2110422009)

Berikut hasil pengamatan hidrolisis khemis pada beberapa tepung yaitu tepung
terigu, sagu, maizena, dan tapioka dan kadar gulanya diukur menggunakan
refraktometer.

Tabel 1. Kadar gula (% Brix) hasil hidrolisis khemis dengan kontrol dan tanpa
penambahan cuka

Bahan Periode (menit)


0 15 30 45
Tepung terigu 0 0 0 0
Tepung sagu 0 0 0 0
Tepung maizena 0 0 0 0
Tepung tapioka 0 0 0 0

Grafik 1. Kadar gula (% Brix) hasil hidrolisis khemis dengan kontrol dan tanpa
penambahan cuka

Tabel 2. Kadar gula (% Brix) hasil hidrolisis khemis dengan perlakuan dipanaskan
dan penambahan cuka

3
NURHASNA (2110422009)

Bahan Periode (menit)


0 15 30 45
Tepung terigu 0 0 2,5 5
Tepung sagu 0 0 0,5 0,5
Tepung maizena 0 1,5 1 2,5
Tepung tapioka 0 1,5 2,5 3

Grafik 1. Kadar gula (% Brix) hasil hidrolisis khemis dengan kontrol dan tanpa
penambahan cuka

3.2 Pembahasan
Hasil pengamatan praktikum yang telah dilakukan mengenai Hidrolisis khemis pada
beberapa jenis tepung yang dijadikan bahan atau sampel praktikum yaitu tepung
tapioka, tepung terigu, tepung sagu, dan tepung maizena didapatkan hasil bahwa
semua bahan dengan perlakuan kontrol tidak mengalami kenaikan kadar gula, dan
bahan dengan perlakuan ditambahkan cuka mengalami kenaikan kadar gula.Pada
menit ke 15 setelah dipanaskan pada suhu 100°C, sebagian bahan mulai mengalami
hidrolisis, yaitu pada tepung tapioka dan tepung maizena. Sedangkan tepung terigu
dan tepung sagu tidak mengalami hidrolisis, kadar gulanya masih pada skala 0. Pada
menit ke 30 semua bahan mengalami hidrolisis, bahan yang kadar gulanya paling
tinggi yaitu tepung tapioka dan tepung maizena. Pada menit ke 45 tepung sagu tidak
4
NURHASNA (2110422009)

mengalami kenaikan skala, yang berarti tepung sagu tidak mengalami proses
hidrolisis lagi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis yaitu kandungan selulosa


bahan baku,pH hidrolisis, waktu hidrolisis, suhu, tekanan, dan konsentrasi asam
(Wulandari, Retno. 2017).Kandungan selulosa pada bahan baku sangat berpengaruh
terhadap hidrolisis.Apabila bahan baku mengandung sedikit selulosa, maka glukosa
yang dihasilkan juga sedikit.Kadar pH juga berpengaruh terhadap
konsentarasi.Apabila konsentrasi asam tinggi, maka pH yang dihasilkan
rendah.Semakin lama waktu hidrolisis maka akan semakin besar pula konsentrasi
glukosa yang dihasilkan.Semakin besar suhu maka semakin besar pula konstanta
kecepatan reaksi.Semakin besar konsentrasi asam maka semakin banyak kadar
glukosa yang dihasilkan sampai dengan konsentrasi optimum.

Menurut Rahmawati, (2015), Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan


molekul amilum menjadi komponen sederhana penyusunnya seperti dekstrin,
maltotriosa, maltosa,dan glukosa.Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan
dibanding dengan hidrolisis asam, karena enzim akan memutus ikatan secara
spesifik, kerusakan warna dapat diminimalkan dan tidak menyisakan residu. Proses
hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat menggunakan katalis enzim, asam atau
gabungan keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar
dengan hidrolisis secara asam. Hidrolisis secara asam memutus rantai pati secara
acak, sedangkan hidrolisis secara enzimatis memutus rantai pati secara spesifik pada
percabangan tertentu. Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan
dibandingkan hidrolisis asam, karena prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya
dapat dikontrol, biaya pemurnian lebih murah, dan kerusakan warna dapat
diminimalkan (Rahmayanti, 2010).

Menurut Suarsa, 2017 pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air. berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Sumber.Hewan dan manusia
juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.Pati tersusun dari dua
macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.
5
NURHASNA (2110422009)

Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil/OH oleh suatu


senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis pati terjadi antara
suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satkarena reaktan air
yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis
pati dapat menggunakan katalisator ion H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi
yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut (Sihombing, 2014):

(C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6


Karbohidrat Air Gula pereduksi

IV. Penutup

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang hidrolisis khemis dapat
disimpulkan bahwa :

1. Kadar gula hasil hidrolisis khemis dengan kontrol dan tanpa penambahan
cuka pada semua tepung yaitu 0%

2. Dari beberapa perlakuan yang dilakukan, bahan praktikum yang paling cepat
mengalami proses hidrolisis adalah bahan yang diberi perlakuan+cuka

3. Tepung terigu memiliki kadar gula yang lebih tinggi dibandingkan yang
lainnya dengan perlakuan dipanaskan dan penambahan cuka saat 45 menit.

4.2 Saran
Saran yang untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya fasilitas alat laboratorim
yang disediakan lebih lengkap dan jumlahnya mencukupi untuk seluruh kelompok
praktikan, seperti timbangan, refraktometer, dan pemanas air, sehingga waktu
menjadi lebih efisien.

6
NURHASNA (2110422009)

Daftar Pustaka

Rahmawati, Alifia Yuanika. Aji Sutrisno. 2015. Hidrolisis Tepung Ubi Jalar Ungu
(Ipomea Batatas L.) Secara Enzimatis Menjadi Sirup Glukosa Fungsional: Kajian
Pustaka. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang.

Rahmayanti, Dian. 2010. Pemodelan dan Optimasi Hidrolisa Pati Menjadi Glukosa
Dengan Metode Artificial Neural Network-Genetic Algorithm (ANN-GA). Skripsi.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Sihombing, 2014. Hidrolisis pada Tepung Tapioka. Skripsi. Universitas Islam


Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Suarsa, Wayan, 2017. Hidrolisis Zat Pati Beras Merah Menggunakan Katalis Asam
Klorida. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Udayana.

Wulandari, Retno. 2017. Pengaruh Suhu, ph, Waktu Hidrolisis, dan Konsentrasi
H2SO4 Terhadap Kadar Glukosa yang Dihasilkan dari Limbah Kulit Kakao. Skripsi.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7
NURHASNA (2110422009)

LAMPIRAN (Dokumentasi Kerja Selama Praktikum)

Gambar 1. Alat dan Bahan

8
NURHASNA (2110422009)

Gambar 2. Onjek setelah diberi perlakuan dan kontrol

a b c
. . .

d
.
Gambar 3. Pengukuran dengan refraktometer setelah 30 menit pada
tepung a.sagu, b. tapioka, c. terigu, d. maizena 30 menit

9
NURHASNA (2110422009)

a b c
. . .

d
.
Gambar 4.Pengukuran dengan refraktometer setelah 45 menit pada
tepung a.maizena, b. terigu, c. sagu, d. tapioka

10

Anda mungkin juga menyukai