BIOKIMIA
OLEH :
DEWI NURHASANAH
(2110421005)
KELOMPOK : 8
ASISTEN :
LABORATORIUM PENDIDIKAN II
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
DEWI NURHASANAH (2110421005)
I. Prinsip Kerja
Pemanasan akan memutuskan ikatan jenuh, penjenuhan yang bersifat irreversible
pada mentega dan margarin. Mentega dan margarin merupakan produk emulsi air
dalam lemak, dibantu pengemulsi.
2
DEWI NURHASANAH (2110421005)
3
DEWI NURHASANAH (2110421005)
3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan ini tentang denaturasi ikatan jenuh
didapatkan hasil sebagai berikut. Hasil yang didapatkan pada tabel 1 pengamatan
organoleptic margarin dan mentega yaitu pada margarin berwarna kuning pekat,
aroma minyak, rasa asin, dan tekstur padat. Pernyataan di atas didukung oleh
penelitian Sintia dan Astuti (2018) bahwa jenis lemak margarin tidak memiliki
rasa dan aroma khas seperti mentega karena terbuat dari lemak nabati. Memiliki
kandungan air sekitar 16%, margarin memiliki titik leleh yang cukup tinggi
sekitar 33-42℃ . Hal tersebut yang membuat margarin aman disimpan dalam
suhu ruang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prameswari dan Estiasih (2013)
bahwa margarin mengandung kadar lemak yang tinggi. Margarin terdiri
dari 80-81% total lemak. Warna kekuningan margarin berasal dari beta-
karoten (pro vitamin A) yang terkandung dalam minyak asal atau
diperkaya dengan penambahan vitamin A, B1, B2, dan D.
Pada mentega berwarna kuning pucat, aroma susu, rasa hambar, dan
tekstur padat.Hal ini berdasarkan pernyataan Sintia dan Astuti (2018) yaitu jenis
lemak mentega memiliki aroma dan rasa yang khas harum karena terbuat dari
susu sehingga produk juga akan beraroma harum dan terasa susu hambar. Titik
leleh mentega cukup rendah, antara 33-35℃ sehingga efek pemakaian mentega
akan menghasilkan adonan lebih lembek dan mudah melebar jika dipanggang
karena sifat mentega kurang plastisin dibandingkan margarin. Butter memiliki
warna lebih pucat dan aroma harum gurih khas susu, tetapi butter tidak dapat
disimpan diluar terlalu lama karena mudah berbau tengik.
4
DEWI NURHASANAH (2110421005)
5
DEWI NURHASANAH (2110421005)
jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan
rangkap pada atom karbon. Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka terhadap
oksidasi dan pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak jenuh.
Efek dominan dari asam lemak jenuh adalah peningkatan kadar kolesterol total
dan K-LDL (kolesterol LDL) (Sartika, 2008).
Menurut Sartika (2008) Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan
gliserol yang diperoleh dari hasil hidrolisis lemak, minyak maupun senyawa
lipid lainnya. Asam lemak pembentuk lemak dapat dibedakan berdasarkan
jumlah atom C (karbon), ada atau tidaknya ikatan rangkap, jumlah ikatan
rangkap serta letak ikatan rangkap. Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak
dibedakan menjadi asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) yaitu asam
lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang
memiliki ikatan rangkap disebut sebagai asam lemak tidak jenuh (unsaturated
fatty acids), dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) memiliki
1 (satu) ikatan rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau
lebih ikatan rangkap.
Asam lemak tidak jenuh (memiliki ikatan rangkap) yang terdapat di
minyak dapat berada dalam dua bentuk yakni cis dan trans. Jumlah asam lemak
trans dapat meningkat akibat pengolahan seperti hidrogenasi, pemanasan pada
suhu tinggi. Dari hasil penelitian selama dekade terakhir menunjukkan dampak
negatif asam lemak trans terhadap kesehatan yaitu dapat memicu penyakit
jantung koroner. Pada reaksi hidrogenasi terjadi pengikatan atom H, sehingga
molekul cis akan berubah menjadi molekul trans. Bentuk trans sulit mengalami
efek polarisasi meski dipengaruhi oleh medan (Widodo, dkk., 2019).
Faktor-faktor penyebab denaturasi yaitu pemanasan, perubahan pH,
tegangan permukaan, dan pelarut organik (Sari, 2017). Secara umum, lemak tak
jenuh tunggal berpengaruh menguntungkan kadar kolesterol dalam darah,
terutama bila digunakan sebagai pengganti asam lemak jenuh. Asam lemak tak
jenuh tunggal (MUFA) lebih efektif menurunkan kadar kolesterol darah,
daripada asam lemak tak jenuh jamak (PUFA). Kerusakan minyak akibat proses
penggorengan pada suhu tinggi (200-250℃ ) yang merusak ikatan rangkap pada
asam lemak tidak jenuh sehingga hanya tinggal asam lemak jenuh saja. Hal
6
DEWI NURHASANAH (2110421005)
tersebut berisiko membuat kolesterol darah semakin tinggi. Selain itu, vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) juga mengalami kerusakan,
sehingga fungsi nutrisi minyak goreng jauh menurun, bahkan berpengaruh
negatif terhadap tubuh (Sartika, 2008).
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang dapat disimpulkan bahwa :
1. Margarin dan mentega memiliki ciri Organoleptic yang berbeda.
2. Margarin terbuat dari lemak nabati sedangkan mentega terbuat dari lemak
hewani.
3. Mentega lebih cepat mencair daripada margarin, dikarenakan titik leleh
mentega lebih tinggi daripada margarin.
4. Setelah dilakukan pendinginan pada mentega terdapat emdapan warna putih
dibagian bawah yang merupakan endapan susu.
5. Setelah dilakukan pendinginan pada margarin terdapat dua fasa, yaitu fasa
berwarna kuning di bagian atas dan berwarna bening kekuningan di bagian
bawah yang disebabkan karena margarin terbuat dari bahan nabati.
4.2 Saran
Saran yang untuk praktikum selanjutnya yaitu sebaiknya setelah praktikum selesai
maka alat-alat yang digunakan dibersihkan kembali dan lebih berhati-hati dalam
penggunaan alat-alat praktikum agar tidak rusak atau pecah.
7
DEWI NURHASANAH (2110421005)
DAFTAR PUSTAKA
8
DEWI NURHASANAH (2110421005)
LAMPIRAN
a b c
d e
Gambar 1. Alat dan Bahan :
a) Kompor, b)Timbangan, c) Erlenmeyer, d) Margarin, e) Mentega
a b c
d e f