Oleh :
( ) (Aqilah Zahra)
BAB I. PENDAHULUAN
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang
tidaktercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian
adalahzat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat
puladiartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang
keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil
makadiperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Emulsi
tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: pertama, fase terdispersi (zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butirankecil kedalam zat cair lain (fase internal). Kedua, fase
pendispersi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi
tersebut (fase eksternal). Terakhir emulgator (zat yang digunakan dalam
kestabilan emulsi) (Sutresna, 2018).
Lemak kakao merupakan jenis lemak yang paling sesuai untuk makanan
cokelat. Lemak kakao berupa lemak padat dengan titik leleh 32-35°C berwarna
kuning terang yang diperoleh dari biji kakao. Lemak kakao bersifat keras dan
rapuh dibawah suhu ruang, tetapi ketika dimakan akan meleleh sempurna di mulut
dengan tekstur yang lembut. Oleh karena itu dalam industri yang terutama produk-
produk cokelat, lemak kakao merupakan bahan baku yang berkontribusi penting
terhadap sifat tekstural dan sensori produk. Kandungan dalam lemak kakao ini
terbukti memiliki banyak manfaat untuk kesehatan kulit seperti melembabkan
kulit, penangkal radikal bebas dan menghilangkan bekas luka (Asriati, 2020).
Lemak babi merupakan bahan dasar makanan yang biasa digunakan
sebagai minyak goreng atau sebagai pelengkap masakan seperti layaknya lemak
sapi atau kambing, atau sebagai mentega. Kualitas rasa dan kegunaan dari lemak
babi sendiri bergantung pada bagian apa lemak tersebut diambil dan bagaimana
lemak tersebut diproses. Lemak babi memiliki kandungan lemak jenuh dan
kolesterol yang lebih rendah daripada mentega. Lemak pada babi perlu melalui
proses pengolahan untuk dapat menjadi lemak babi yang dapat menjadi bahan
makanan. Lemak babi mengandung 3770 kJ energi per 100 gram. Titik didihnya
antara 86-113OC tergantung pada letak lemak tersebut pada tubuh babi. Titik
asapnya 121-218OC. Nilai iodinnya 71,97. Memiliki pH sekitar 3.4, nilai
saponifikasi 255,90, titik lelehnya 36,8 dan bobot jenisnya 0,812 (Taufik, 2018).
Lemak berkarakteristik sebagai biomolekul organik yang tidak larut atau
sedikit larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti
chloroform, eter, benzene, heksana, aseton, dan alkohol panas. Minyak dalam air
akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena jika dibiarkan kedua larutan akan
memisah menjadi dua lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda kue akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan
bereaksi dengan soda membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif
permukaan sehingga tetes-tetes minyak menjadi tersebar seluruhnya. Lemak atau
minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol (Pargiyanti,
2019).
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
4.2 Pembahasan
Mayonnaise merupakan produk olahan telur yang memiliki kandungan
lemak tinggi karena bahan penyusun utamanya adalah kuning telur dan minyak.
Beberapa peranan tiap bahan dalam formulasi mayonnaise yaitu minyak dalam air
yang sebagian besar formulasinya menggunakan minyak nabati, vinegar, dan
kuning telur sebagai emulsifier serta bahan opsional lain seperti garam, gula,
mustard, dan lada putih. kuning telur memiliki kontribusi terhadap flavour, tekstur,
dan performan mayonnaise, oleh karena itu modifikasi lain dilakukan agar kuning
telur yang berfungsi sebagai emulsifier. Pembuatan mayonnaise melibatkan peran
fase pendispersi (fase minyak), fase terdispersi (fase air) dan emulsifier. Peran
utama dalam pembuatan mayonnaise adalah penggunaan minyak dan penggunaan
berbagai emulsifier, dan stabilizer (Evanuarini, 2016).
Kestabilan emulsi ditandai dengan terbentuknya larutan yang sempurna
antaradua zat atau cairan yang berbeda kepolarannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan emulsi diantaranya adalah perbedaan berat jenis antara
kedua fase, kohesi fase terdispersi, persentase padatan didalam emulsi,
temperature yang ekstrim, ukuran butiran fase terdispersi, dan viskositas fase
kontinyu. Selain itu Faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi terbagi dua, yaitu
faktor internal dan eksternal, faktor internal yang meliputi karakteristik (sifat-sifat
fisika dan kimia) dari minya mental dimana factor-faktor ini tidak mudah diubah
atau dikendalikan. Faktor eksternal yang dapat dikendalikan yaitu kondisi operasi
misalnya temperatur, pH, salinitas air, pembentuk emulsi, jenis pelarut demulsifier,
solid particles, umur emulsi dan sebagainya (Novrizal, 2017).
Emulsi dikatakan rusak bila mengalami hal-hal seperti ini, creaming yaitu
terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan dimana yang satu mengandung fase
dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Cara mengembalikan emulsi
yang rusak pada yaitu creaming bersifat reversible artinya bila dikocok
perlahanlahan akan terdispersi kembali. Emulsi yang rusak juga dapat
dikembalikan dengan cara mengaduknya dengan cara bertahap ke dalam emulsi
yang stabil. Kemudian ada koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya
emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen
(menyatu). Sifatnya irreversible (tidak bisa diperbaiki) (Setiawan, 2015).
Umumnya produk emulsi akan semakin kental dengan meningkatnya
konsentrasi minyak. Densitas yang rendah dari minyak dapat menimbulkan
masalah pada ketidakstabilan emulsi melalui mekanisme creaming, flocculation,
dan coalescence. Hubungan antara viskositas dan stabilitas emulsi telah di-
kemukakan. Dikatakan bahwa semakin kental suatu emulsi maka stabilitasnya
akan meningkat (Fatimah et al., 2018).
Adapun hasil pengamatan pada tiap kelompok berbeda-beda. Pada
kelompok 1, menggunakan bahan minyak dan kuning telur yang kemudian
membentuk emulsi, warna yang dihasilkan kuning dengan aroma yang tsjam dan
teksturnya kental. Pada kelompok 2, menggunakan mimyak sawit dan putih telur,
percobaan ini membentuk emulsi dengan warna putih tulang, aromanya asam dan
teksturnya kental. Pada kelompok 3, menggunakan minyak sawit dan kuning telur,
emulsi terbentuk dengan warna kuning pucat, aromanya tajam dan teksturnya
kental. Terakhir pada kelompok 4 menggunakan minyak kelapa, emulsi tidak
terbentuk, warna yang dihasilkan kuning pucat dan aromanya tajam serta
kekentalannya cair.
BAB V. KESIMPULAN
A. Diagram Alir
1. Emulsi
Bahan
5 ml minyak tetes
Di kocok dengan mixer secara perlahan dengan
demi tetes
kecepatan rendah selama 30 detik
1 ml minyak
Dikocok sampai minyak tidak terlihat lagi
Disimpan dalam
kulkas
Hasil
A
A
Hasil
Bahan
A
A
Hasil