Oleh :
( ) ( Vica Vebrianda )
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang dilakukan kali ini adalah untuk
menentukan berat molekul suatu zat dengan metode kenaikkan titik didih.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kenaikan titik didih berlawanan dengan penurunan titik beku suatu larutan
dimana peristiwa meningkatnya titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat
terlarut didalam pelarut tersebut. Titik didih adalah suhu saat tekanan uap suatu
cairan sama dengan tekanan di permukaan. Kenaikan titik didih larutan
merupakan salah satu sifat koligatif larutan. Kenaikan titik didih yang diakibatkan
oleh satu mol zat yang dilarutkan dalam 1.000 gr zat pelarut murni mempunyai
harga yang tetap dan disebut Kb (tetapan kenaikkan titik didih molal) (Rahayu,
2007).
Konsentrasi (molal) dari zat semakin besar maka kenaikan titik didih
larutan semakin besar. Titik didih larutan akan selalu lebih tinggi dari titik didih
pelarut murni. Titik didih pada zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair
mendidih. Titik didih yang diukur tanpa memperhitungkan pengaruh tekanan
maka disebut titik didih normal ( Anugerah, 2015).
Fenomena kenaikkan titik didih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya yaitu konsentrasi dan nilai Kb, dimana semakin tinggi konsetrasi dan nilai
Kb maka titik didih semakin besar. Dalam konsentrasi yang sama, jenis zat yang
terlarut juga mempengaruhi kenaikkan titik didih. Larutan elektrolit mempunyai
titik didih yang lebih tinggi daripada larutan non elektrolit.Semakin besar atau
banyak zat terlarut yang dicampurkan maka semakin besar pula suhu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik didih (Putri, 2017).
Berdasarkan nilai titik didihnya zat terlarut, larutan dibagi menjadi dua.
Pertama yaitu zat terlarut yang memiliki masa lebih besar dari pada zat pelarut,
sehingga ketika dipanaskan zat yang menguap lebih dahulu adalah zat pelarut.
Kedua yaitu zat terlarut memiliki titik didih lebih kecil daripada pelarut sehingga
zat terlarut menguap lebih dahulu. Pemahaman mengenai kenaikkan titik didih
sangat diperlukan di dunia industri, terutama industri pangan (Rusdiani dkk.,
2017).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Air (aquadest) 94 0 0
4.2 Pembahasan
Pertama bahan sebanyak 100 ml yaitu air dimasukkan kedalam gelas ukur,
kemudian larutan NaCl, larutan gula dan larutan KCl juga dimasukkan kedalam
gelas ukur. Setelah itu semua bahan dipanaskan menggunakan penangas air
sampai tiap bahan mendidih. Selanjutnya setelah mendidih suhu masing-masing
larutan diukur menggunakan thermometer. Terakhir hasilnya dicatat dan
dimasukkan kedalam analisis data untuk mendapatkkan berat molekul zat terlarut.
Kenaikkan titik didih adalah perubahan yang terjadi pada titik didih suatu
larutan dikarenakan penambahan zat terlarut. Titik didih suatu larutan sebanding
dengan konsentrasinya, artinya ketika konsentrasi besar maka titik didih juga akan
semakin tinggi. Suhu suatu larutan pada saat di didihkan adalah ketika suatu
larutan mendidih secara sempurna. Tekanan udara diatas permukaan zat cair juga
mempengaruhi titik didih larutan, apabila tekanan udara kecil diatas permukaan
zat cair maka titik didih zat cair tersebut rendah ( Ismiyati, 2020).
Tekanan uap merupakan ukuran dari jumlah uap yang ada diatas cairan
pada suhu tertentu. Tekanan uap diatas cairan adalah sebanding dengan suhu
cairan, ketika suhu cairan tinggi maka tekanan uap yang dihasilkan juga akan
semakin tinggi. Tekanan uap sebuah cairan yang mulai mendidih akan sama
dengan tekanan atmosfer disekitar cairan. Suatu larutan yang memiliki titik didih
yang tinggi ketika dipanaskan, maka larutan tersebut memiliki tekanan uap yang
tinggi pula untuk suatu larutan mencapai titik didih maksimum (Sastrohamidjojo,
2018).
Larutan yang memiliki konsentrasi sama tidak berarti memiliki titik didih
yang sama juga. Larutan yang konsentrasi yang sama tetapi memiliki titik didih
yang berbeda dikarenakan adanya perbedaan jumlah partikel larutan non elektrolit
dan elektrolit. Larutan non elektrolit memiliki lebih sedikit jumlah partikel
dibanding larutan elektrolit. Tidak dapatnya larutan non elektrolit terionisasi
membuat jumlah partikelnya lebih sedikit dibanding larutan elektrolit (Julianto,
2013).
Larutan memiliki titik didih yang berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik didih yaitu tekanan, massa zat, dan
pencampuran zat lain dalam larutan. Tekanan yang rendah diatas zat cair pada
suatu daerah membuat titik didih suatu zat cair juga rendah. Pengaruh massa pada
titik diidh suatu zat cair adalah ketika massa lebih banyak, maka titik didih suatu
zat cair akan semakin tinggi pula. Terakhir yaitu pengaruh pencampuran zat lain
dalam suatu zat cair yaitu dimana titik didih larutan akan selalu lebih tinggi dari
titik didih pelarut murni (Muchson, 2013).
Air memiliki titik didih 100 c, tetapi berdasarkan hasil praktikum di
laboratorium air memiliki titik didih 94 c. Hal ini bisa terjadi karena tekanan
udara di laboratorium tidak 1 atm. Titik didih air yang 100 c hanya bisa terjadi
pada tekanan 1 atm dan pada ketinggian 0 meter atau sejajar dengan permukaan
laut. Perbedaan tekanan ini yang membuat perbedaan titik didih pada air
(Firmansyah, 2018).
BAB V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum bab senyawa alkohol dan fenol kali
ini adalah:
1. Berdasarkan hasil praktikum, air memiliki titik didih 94 c.
2. Larutan NaCl memiliki titik didih 93 c, ΔT -1 dan nilai Kb yaitu 0,001.
3. Larutan gula memiliki titik diidh 95 c, ΔT -1 dan nilai Kb -0,001.
4. Larutan KCl memiliki titik didih 93 c, ΔT -1 dan nilai Kb 0,001.
5. Titik didih larutan lebih tinggi daripada pelarut murni.
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah., Efendy dan Suharti. 2015. Analisis Kesalahan Konsep Sifat Koligatif
Larutan pada Mahasiswa Kimia Universitas Negeri Malang dan
Eliminasinya Menggunakan Media Visualisasi Stastik. Jurnal Ilmu
Pendidikan. 21 (2) : 27-38.
Firmansyah, Juli. 2018. Eksplanasi Air Mendidih dalam Suhu Ruang. Jurnal
Filsafat Indonesia. 1 (1) : 75-79.
Ismiyati dan F. Sari. Identifikasi Kenaikan Titik Didih Pada Proses Evaporasi,
Terhadap Konsentrasi Larutan Sari Jahe. Jurnal Teknik Kimia. 9 (2) : 33-
39.
Julianto, T. S. 2013. Biokimia : Biomolekul dalam Perspektif Al-Quran.
Deepublish, Yogyakarta.
Muchson, M. 2013. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Topik
Gaya Antarmolekul pada Matakuliah Ikatan Kimia. Jurnal Pendidikan
Sains. 1 (1) :14-25.
Putri, L. M. A., T. Prihandono dan B. Supriadi. 2017. Pengaruh Konsentrasi
Larutan Terhadap Laju Kenaikkan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran
Fisika. 6 (2) : 147-153.
Rahayu, I. 2007. Praktis Belajar Kimia. Visindo media Parsada, Yogyakarta.
Satrohamidjojo, H. 2018. Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Rusdiani, S., D. Suhendar dan T. Sudiarto. 2017. Perbandingan Sifat Koligatif
Campuran Larutan Garam Dengan Air Zamzam Berdasarkan Berat
Jenisnya. 4(1) : 9-16.
LAMPIRAN
Bahan
Dikeringkan alat
300 ml
Diisi gelas piala air
Dipanaskan menggunakan
penangas
Hasil
b). Analisis Data
1. gr NaCl
Dik : M = 0,5 M
Mr NaCl = 58,5
Pair = 100 ml
Dit : gr = …?
Jawab : M = gr/Mr x 1000/v
0,5 = gr/Mr x 1000/100
0,5 = 10. gr/58,5
29,5 = 10gr
gr = 2,925 = 3
2. gr glukosa
Dik : M = 0,5 M
Mr NaCl = 180
Pair = 100 ml
Dit : gr = …?
Jawab : M = gr/Mr x 1000/v
0,5 = gr/Mr x 1000/100
0,5 = 10. gr/180
90 = 10gr
gr =9
3. gr NaCl
Dik : M = 0,5 M
Mr NaCl = 74,5
Pair = 100 ml
Dit : gr = …?
Jawab : M = gr/Mr x 1000/v
0,5 = gr/Mr x 1000/100
0,5 = 10. gr/74,5
37,25 = 10gr
gr = 3,725 = 3,7gr
c) Dokumentasi