Oleh :
( ) (Aqilah Zahra)
BAB I. PENDAHULUAN
Definisi dari sifat koligatif ialah sifat larutan yang tidak bergantung pada
jenis zat terlarutnya, akan tetapi pada banyaknya jenis zat terlarut dalam larutan.
Ada dua jenis sifat koligatif larutan yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan non-elektrolit. Pada saat larutan tidak dapat diketahui konsentrasi
dan zat terlarutnya. Maka, pengukuran berat jenis tidak dapat dilakukan,
dikarenakan larutan mengandung ion yang terdekomposisi (Rusdiani dkk., 2017).
Titik didih larutan merupakan suhu pada larutan saat tekanan uap jenuh
larutan sama seperti tekanan udara luar. Titik didih dipengaruhi oleh jumlah zat
terlarut yang berbeda pada setiap larutannya. Ketika jenis zat yang terlarut
dicampurkan semakin banyak, maka semakin tinggi pula titik didih larutannya.
Setelah ditinjau dari segi fisika, titik didih larutan akan naik jika zat cair mendidih
dan molekul mendapat energi yang cukup untuk membebaskan diri yang
selanjutnya akan berubah menjadi uap (Putri dkk , 2017).
Pengaruh titik didih larutan dikarenakan adanya keberadaan zat larutan
yang tidak dapat menguap. Titik didih larutan adalah suhu pada saat tekanan uap
larutan sama seperti tekanan atmosfer yang ada di luar. Suhu tekanan uap larutan
lebih rendah dibandingkan dengan tekanan uap murninya. Larutan yang suhunya
tidak dijaga dapat dinyatakan dengan satuan konsentrasi dalam molaritas yang
menyebabkan perubahan molaritas jika suhu berubah (Nasution, 2010).
Sifat koligatif merupakan sifat fisik larutan yang bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, namun tidak memiliki jenis. Umumnya, zat
terlarut yang akan menguap terlebih dahulu daripada pelarutnya, akan terjadi
sebaliknya yang mana pelarut dapat menguap lebih dahulu daripada zat
terlarutnya. Sifat demikian sering disebut sebagai sifat koligatif. Dampak dari sifat
koligatif ialah seperti penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih dan tekanan osmotik larutan (Sartika, 2018).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Air (aquadest) 94 0 0
2. Larutan NaCl 93 -1 -0,001
3. Larutan gula 95 -1 0,001
4. Larutan kCl 93 -1 -0,001
4.2 Pembahasan
Cara kerja pada praktikum dalam laboratorium yaitu yang pertama, air
yang digunakan dikeringkan. Kemudian diisi gelas piala kira-kira 300 ml air dan
dipanaskan dengan menggunakan bunsen. Setelah air dipanaskan, maka dapat
diukur titik didih dari pelarut murni. Selanjutnya, diukur sebanyak 3 kali titik
didih larutan dengan berat molekul, massa zat terlarut dan massa pelarut. Diulang
kembali langkah 4 untuk zat terlarut yang diberikan oleh asisten 3 kali.
Titik didih suatu zat merupakan suhu yang memiliki tekanan uap jenuh
yang sama dengan tekanan diatas permukaan zat cair. Pengaruh dari titik didih
suatu zat cair ialah tekanan udara, yang artinya jika tekanan udara semakin besar
maka titik didih zat cair akan semakin besar (Firmansyah, 2018). Disebut titik
didih karena suhu pada saat tekanan uap diatas permukaannya, sama seperti
tekanan uap diluar. Kenaikan suhu disebut dengan kenaikan titik didih karena
suatu zat dapat mendidih ketika memiliki suhu yang tinggi (Rizki, 2020).
Tekanan uap diatas cairan sebanding dengan suhu cairan, artinya ketika
suhu cairan meningkat maka tekanan uap yang dihasilkan semakin meningkat
pula (Firmansyah, 2018). Titik didih akan terjadi apabila tekanan uap larutan
sama dengan tekanan udara luar. Semakin rendah tekanan luar maka titik didih
akan semakin rendah, sehingga suatu larutan lebih cepat mendidih ditempat tinggi
(Sitanggang, 2019). Uap jenuh yang memiliki suhu tinggi dapat diperoleh dengan
cara menambahkan solven yang bertitik didih tinggi pula (Sutijan, 2018).
Larutan elektrolit merupakan suatu larutan yang dihasilkan oleh suatu zat
elektrolit. Umumnya, konsentrasi zat terlarut yang sama, harga sifat koligatif
larutan elektrolit akan lebih besar daripada yang non-elektrolit. Terjadi perbedaan
dikarenakan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan elektrolit tidak sama dengan
larutan non-elektrolit. Zat elektrolit akan terionisasi menjadi ion dalam
larutannya, sedangkan zat non-elektrolit tidak terurai atau tetap dalam keadaan
bermolekul, hingga jumlah partikel pada larutan elektrolit lebih banyak daripada
partikel dalam larutan non-elektrolit (Sitanggang, 2019).
Konsentrasi larutan merupakan komposisi yang memperlihatkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Konsentrasi memiliki terhadap
kenaikan titik didih. Dikatakan demikian karena jika semakin banyak jenis zat
terlarut yang dicampurkan, maka titik didih larutan semakin tinggi pula. Ketika
semakin besar konsentrasi yang dimiliki, energi yang digunakan pun semakin
besar hingga waktu yang diperlukan akan semakin kecil (Putri dkk., 2017).
Air memberi respon perbaan suhu pada permukaan laut, dengan titik beku
0°C dan titik didih 100°C. Berubahnya tekanan menyebabkan adanya perubahan
yang sesuai dalam suhu didih air. Air dapat mendidih pada suhu yang tempatnya
berbeda ketinggian. Biasanya titik didih 100°C dengan 1 atm berada di pantai
(Firmansyah, 2018).
BAB V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum kali ini adalah
sebagai berikut.
1. Pada air atau aquadest menghasilkan titik didih senilai 94°c dengan
kenaikan titik didih dan tetapan molalnya senilai 0.
2. Pada larutan NaCl menghasilkan titik didih senilai 93°c dengan kenaikan
titik didih -1 dan tetapan molalnya senilai -0,001.
3. Pada larutan gula memperoleh hasil titik didih senilai 95°c dengan
kenaikan titik didihnya -1 dan tetapan molal 0,001.
4. Pada larutan kCl memperoleh hasil titik didih senilai 93°c dengan
kenaikan -1 da tetapan molalnya -0,001.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah,J. 2018. Eksplanasi Ilmiah Air Mendidih Dalam Suhu Ruang. Jurnal
Filsafat Indonesia. 1(1):75-79.
Nasution, A,S. 2010. Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin dan Solar Ramah
Lingkungan. LEMIGAS, Jakarta.
Putri ,L,M,A. 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu
Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika. 6(2):147-153.
Rizki, E,F. 2020. Ringkasan Materi dan Latihan Soal Kimia Kelas XII SMA/MA.
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Rusdiani,S., D. Suhendar dan T. Sudiarti. 2017. Perbandingan Sifat Koligatif
Campuran Larutan Garam dengan Air Zam-zam Berdasarkan Berat
Jenisnya. Al-Kimiya. 4(1):9-16.
Sartika, R,P. 2018. Peranan Model Siklus Belajar SE Dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep Sifat Koligatif Larutan. Jurnal Kimia dan Pendidikan.
3(2):157-171.
Sitanggang,S. 2019. Buku e-Modul Kimia Sifat Koligatif Larutan Kelas XII.
Direktorat Pembinaan SMA-Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.
Sutijan., A. Budiman dan T. Yohanes. 2018. Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu
Terhadap Waktu Distilasi Pada Isolasi Minyak Cengkeh Menggunakan
Super-Steam Distilation. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 8(2):69-73.
LAMPIRAN
a) Diagram alir
Bahan
Dikeringkan alat
300 ml
Diisi gelas piala air
Dipanaskan menggunakan
penangas
Hasil
b) Analisis data
1) Gr NaCl
Dik. M = 0,5 M
Mr NaCl = 58,5
P = 100 ml
Dit. Gr..?
Jawab : M = gr/Mr × 1000/p
0,5 = gr/58,5 × 1000/100
0,5 × 58,5 = 10gr
29,25 = 10 gr
Gr = 3.
2) Gr Glukosa
Dik. M = 0,5
Mr NaCl = 180
P = 100 ml
Dit. Gr..?
Jawab: 0,5= gr/180 × 1000/100
0,5 × 180 = 10 gr
90 = 10 gr
Gr = 9
3) Gr kCl
Dik. M= 0,5
Mr kCl = 74,5
P = 100 ml
Dit. Gr..?
Jawab: Mr = gr/74,5 × 1000/100
0,5 = 1000×gr/7,450
3,725 = 1000×gr
Gr = 3,7
b) Dokumentasi