Dosen :
Oleh :
JAKARTA
2020
Preformulasi Sabun Padat Antibakteri Menggunakan Ekstrak Rimpang Kunyit
BAB I
Tinjauan Pustaka
BAB II
URAIAN BAHAN TAMBAHAN
2.1 Formula
Formula R/1 Formula R/2 Formula R/3
c. Minyak Zaitun
Minyak zaitun diperoleh dengan cara memeras buahnya. Minyak zaitun berperan
penting dalam industri kosmetik, karena diyakini berkhasiat untuk menjaga kelembapan
dan kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda. Minyak zaitun mempunyai
kandungan vitamin E yang merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Vitamin E
dapat mencegah stress oksidatif pada kulit yang disebabkan oleh sinar UV (Muliyawan
dan Suriana, 2013; Sari dan Setyowati, 2014).
Minyak Zaitun
Olive Oil (Martindal The Extra Pharmacopoeia 28 hal 697) Pemerian : Minyak
berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan dengan sedikit bau khas dan rasa yang
khas. Kelarutan : Sukar larut dalam alcohol, larut dalam aseton, karbon disulfide,
kloroform dan eter.
Khasiat : Emolien
Konsentrasi : 5 %
d. Natrium Hidroksida
(Depkes RI, 1979 Halaman 421)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian :Bentuk batang massa hablur air keping-keping, keras dan rapuh dan
menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan
korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai bahan tambahan
e. Etanol 96 %
(Farmakope Indonesia Edisi III : 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol ; Etanol
Rumus molekul : C2H6OH
Berat molekul : 46,068 g/mol
Rumus struktur : CH3 CH2 OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah khas,
rasa panas,mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P
OTT :Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi
gelap.
f. Gliserin
Monografi Gliserin (Rowe et.al., 2009)
Sinonim : Glycerol, glycerin, croderol
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang higroskopis,
memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali manisnya dari
sukrosa
Kelarutan : Gliserin praktis tidak larut dengan benzene, kloroform, dan
minyak, larut dengan etanol 95%, methanol dan air.
Stabilitas : Pada suhu 20°C. Gliserin sebaiknya ditempat yang sejuk dan
kering.
Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika, pada
formulasi farmasetika sediaan topikal dan kosmetik, gliserin
utamanya digunakan 24 sebagai humektan dan pelembut. Rentang
gliserin yang digunakan sebagai humektan sebesar ≤30%.
g. Sukrosa
(FI IV hal 762, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6 hal 704).
Rumus Molekul :C11H22O1
Berat Molekul :342,30.
Pemerian :Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
medidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Titik Leleh :1600 C 1680 C
Khasiat :Pemanis dan pengental.
OTT : Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi dengan logam berat
yang dapat menjadi inkompatibel dengan bahan penolong seperti
asam askorbat. Sukrosa juga mungkin saja terkontaminasi sulfit
yang pada konsentrasi sulfit tinggi menyebabkan perubahan warna
saat penyalutan tablet.
Stabilitas : Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada temperatur
ruangan dan kelembaban sedang, dapat menyerap 1% bau yang
dilepaskan ketika dipanaskan pada suhu 900 C. Membentuk
karamel ketika dipanaskan diatas 1600 C . Bisa disterilkan dengan
autoklaf atau penyaringan. Pada suhu 1100 C 1450 C dapat
mengalami inversi menjadi dekstrosa dan fruktosa. Inversi
dipercepat pada suhu diatas 1300 C dan dengan adanya asam.
Penyimpanan :Wadah tertutup baik.
pKa :12,62.
Bj :1,2865 1,3471.
h. Trietanolamin
Monografi Trietanolamin (Rowe et.al., 2009)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat dengan sedikit
bau amoniak
Kelarutan : Larut dalam air, metanol, karbon tetraklorida, dan aseton
Penggunaan : Sebagai emulsifying agent
Konsentrasi : 2-4 % Topical Formulations (HOPE Ed 6 th)
Trietanolamin (TEA) merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui transplantasi
asam lemak dan produk trietanol teknis yang mengandung 10-15% dietanolamin dan 5%
monoetanolamin. Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topical,
terutama dalam pembentukan emulsi. Bersifat sangat higroskopis, TEA akan berubah
warna menjadi coklat apabila terpapar oleh udara dan cahaya langsung (Rowe et al, 2009)
i. Asam Sitrat
(Ditjen POM : 48)
Nama resmi : Acidum Citricum
Nama lain : Asam sitrat
RM/BM : C6H8O7/192,12
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan dapar pH 4 dan 5, sequistering agent
j. BHT
Monografi BHT (Rowe et al., 2009)
Sinonim : Butylated Hydroxytoluene, Agidol, BHT, 2,6- bis(1,1-
dimethylethyl)-4-methylphenol, 2,6-di-tertbutyl-p-cresol, Embanox BHT; Impruvol,
Nipanox BHT, Tenox BHT, Topanol, Vianol, butylhydroxytoluenum.
Rumus molekul : C15H240
Berat molekul : 220,35
Titik lebur : 70oC
Pemerian : Serbuk kristal atau padat kuning putih atau pucat dengan aroma
fenolik yang samar.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan
alkali hidroksida, dan asam mineral encer. Bebas larut dalam
aceton, benzen etanol 95%, eter metanol, toluen, berbagai minyak
dan minyak mineral.
Penggunaan : BHT digunakan sebgai anti oksidan dalam kosmetik, makanan,
dan obat-obatan, dapat digunakan juga sebagai anti virus. Pada
sediaan 26 topikal, BHT digunakan sebagai anti oksidan dengan
kadar 0,0075-0,1%.
Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganat dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam
ferri dapat menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas.
Pemanasan dengan katalitik asam menyebabkan dekomposisi cepat
dengen pelepasan gas isobutena yang mudah terbakar.
l. Aquadest
Monografi Aquadest (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa
Inkompatibilitas : Meta alkali, magnesium oksida, garam anhydrous, bahan organik
dan kalsium karbid
Penggunaan : Sebagai pelarut Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan
dan pelarut dalam pengolahan, formulasi dan pembuatan produk
farmasi, bahan aktif farmasi (API) dan intermediet, dan reagen
nalitis. Nilai spesifik dari air yang digunakan untuk aplikasi
tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (Rowe et al., 2009).
BAB III
Adapun cara untuk menguji kadar air pada sabun kunyit dengan memasukkan cawan ke
dalam lemari pengeringan selama 1 jam. Kemudian keluarkan cawan dan masukkan
dalam desikator agar suhu cawan normal kembali, lalu timbang berat kosong cawan dan
catat beratnya. Selanjutnya masukkan 5 g sampel dalam cawan lalu masukkan dalam
oven selama 2 jam dengan suhu 105°C. Setelah 2 jam keluarkan dan timbang cawan
beserta sampel tersebut (Sari, dkk., 2010).
Kadar air (%) = Berat sampel awal Berat sampel akhir x 100%
Berat sampel awal
3
2. Uji pH Sabun
Adapun cara untuk menguji derajat keasaman sabun yaitu dengan menyiapkan 5 g
sampel yang akan dianalisis pH-nya. Sampel dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest. pH
diukur dengan memasukkan pH meter yang telah dicuci dengan aquadest. Angka yang
tertera pada pH meter dicatat sebagai pH sabun (Sari dkk, 2010).
4. Uji Iritasi
Iritasi pemakaian sabun dilakukan terhadap 10 orang panelis dengan cara
membasahi tangan panelis dengan air, kemudian diberikan sabun yang akan diuji. Sabun
yang diaplikasikan ke tangan kemudian digosok-gosok selama satu menit. Tangan dicuci,
kemudian didiamkan selama lima menit. Iritasi diamati dengan jalan melihat terjadinya
perubahan pada kulit seperti kemerahan, gatal dan kasar (Ayu dkk, 2009).
Daftar Pustaka
1. Maulidya S, Sari A. 2016. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
longa Linn) SEL Vol. 3No. 1 Juli 2016: 16-23
2. Maripa B. R., Kurniasih Y., dan Ahmadi. (2014). Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap
Kualitas Sabun Padat dari Minyak Kelapa (Cocos Nucifera) yang Ditambahkan
Sari Bunga Mawar (Rosa L.). Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram.
3. Ayu D. F., Ali A., dan Sulaiman R. (2009). Evaluasi Mutu Sabun Padat dari Minyak
Goreng Bekas Makanan Jajanan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dengan
Penambahan Natrium Hidroksida dan Lama Waktu Penyabunan. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Riau, Pekanbaru
4. Sari T. I., Julianti P. K., dan Tri J. N. S. (2010). Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17
5. Rajesh H. et al., 2013. Phytochemical Analysi Of Methanolic Extract Of Curcuma Longa
Linn Rhizome, International Journal Of Universal Pharmacy And Bio Sciences, ISSN 2319-8141
6. Wijayakusuma, H.M.H., et ., al. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Kartini
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia
IV,. Penerbit Dirjen POM : Jakarta.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak
Tanaman Obat. Cetakan 1. Jakarta