Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PREFORMULASI SABUN PADAT ANTIBAKTERI

DARI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

Dosen :

Wiwit Witdiastusti, S. Farm

Oleh :

Winda Fitriani 16180100006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
Preformulasi Sabun Padat Antibakteri Menggunakan Ekstrak Rimpang Kunyit

BAB I

Tinjauan Pustaka

1.1 Latar Belakang


Sabun mandi adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak yang berasal dari
minyak nabati dan atau lemak hewani. Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair,
berbusa dan digunakan sebagai pembersih (Kamikaze, 2002). SNI (1994) mendefinisikan
sabun sebagai pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium
dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dari NaOH
dikenal dengan sebutan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dari KOH
dikenal dengan sebutan sabun lunak (soft soap).
Sabun mandi merupakan sabun natrium yang pada umumnya ditambah zat pewangi atau
antiseptik, digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak berbahaya bagi
kesehatan. Sabun yang baik harus memiliki daya detergensi yang tinggi, dapat diaplikasikan
pada berbagai jenis bahan dan tetap efektif walaupun digunakan pada temperatur dan tingkat
kesadahan air yang berbeda-beda (Shrivastava, 1982).
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi
minyak. Pada proses saponifikasi minyak, akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol,
sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol.
Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses
netralisasi terjadi karena reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali (Kirk et al., 1954).
Kirk et al. (1954) menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan
mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama, yaitu asam lemak dengan rantai
karbon C12 – C18 dan sodium atau potasium. Jungermann et al. (1979) membagi sabun
batangan menjadi tiga, yaitu cold-made, opaque dan transparan. Sabun cold-made dapat
berbusa 4 dengan baik dalam air yang mengandung garam (air sadah), sabun opaque adalah
sabun mandi biasa yang berbentuk batang dan penampakannya tidak transparan, sementara
sabun transparan memiliki penampakan yang transparan dan menarik, serta mampu
menghasilkan busa yang lembut di kulit.
1.2 Tinjauan Teori
Salah satu tanaman berkhasiat obat yang sering digunakan masyarakat untuk pengobatan
tradisional adalah kunyit (Curcuma domestica Val) terutama pada bagian rimpangnya.
Masyarakat Indonesia sering menggunakan rimpang kunyit sebagai obat antiradang,
antidiare, obat masuk angin, mengobati gatal, luka dan sesak nafas (Maulidya & Sari, 2016).
Aktivitas farmakologi rimpang kunyit lainnya yaitu sebagai antiinflamasi, anti
imunodefisiensi, antivirus, antibakteri, antijamur, antioksidan, antikarsinogenik dan
antiinfeksi (Rajesh H. dkk, 2013).
Kunyit (Curcuma domestica Val) memiliki berbagai kandungan senyawa seperti
alkaloid, flavonoid, kurkumin, minyak atsiri, saponin, tanin dan terpenoid. Kurkumin dan
minyak atsiri telah terbukti memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi. Selain itu, golongan
senyawa kurkuminoid memiliki kandungan yang berkhasiat sebagai antibakteri, antikejang,
analgetik, antidiare, antipiretik dan antitumor. Senyawa kurkumin sama seperti dengan
senyawa kimia lain seperti antibiotik, alkaloid, steroid, minyak atsiri, resin, dan fenol yang
termasuk ke dalam hasil metabolit sekunder dari suatu tanaman (Kristina dkk, 2007;
Wijayakusuma H, 2008; dan Indrayanto 1987). Pemanfaatan senyawa pada rimpang kunyit
sebagai antibakteri telah diteliti dan dilakukan pengujian oleh Pangemanan dkk, 2016 yang
menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 95% memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas sp.
Aktivitas Antibakteri kunyit Kandungan fitokimia di dalam kunyit kuning yang bersifat
antibakteri telah dibuktikan secara empiris. Beberapa bukti tentang manfaat kunyit kuning di
masyarakat adalah mengobati luka pada kulit. Caranya dengan memborehkan parutan kunyit
kuning di bagian luka. Di antara tanaman keluarga Zingiberaceae, kunyit kuning terbukti
mengandung kurkumin (zat warna kuning) paling tinggi dan memiliki kemampuan
farmakologis sebagai antibakteri dengan cara merusak membran sel, selain itu sebagai
antiradang, antioksidan, antikanker, anti-HIV, dan antiparasit (Djojoseputro 2012).
Kurkumin adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit kuning
(Curcuma domestica Val.)
Klasifikasi tanaman kunyit menurut Yusuf & Nisma (2013), dalam taksonomi tanaman
kunyit dikelompokkan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val
Kunyit adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai
bumbu dalam berbagai jenis masakan. Kunyit memiliki nama latin Curcuma domestica
Val. Kunyit termasuk salah satu suku tanaman temu-temuan (Zingiberaceae). Kandungan
kimia kunyit terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan minyak essensial
dihasilkan dengan destilasi uap dari rimpang. Kurkumin (diferuloylmethane) merupakan
komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna kuning (Atmaja 2008).
Bahan Tambahan yang Digunakan

No. Nama Bahan Fungsi


1. Asam Stearat Konsistensi dan kekerasan Sabun
1. Virgin Coconut Oil Moisturizer
2. Minyak Zaitun Melembabkan kulit, antioksidan alami
4. NaOH 30 % Alkalizing Agent,
5. Etanol 96% Pereaksi, pelarut
6. Gliserin Humektan
7. Sukrosa Pengental
8. Trietanolamin Emulsifying Agent
9. Asam Sitrat Menstabilkan dan menurunkan pH
10. BHT Antioksidan
11. Cocamidropropyl Betain Surfaktan (Menghasilkan Busa)
12. Parfum (Essence Orange) Pengharum
13. Aquadest Pelarut

BAB II
URAIAN BAHAN TAMBAHAN

2.1 Formula
Formula R/1 Formula R/2 Formula R/3

Ekstrak Rimpang Kunyit 2% Ekstrak Rimpang Kunyit 4% Ekstrak Rimpang Kunyit 6%


Asam Stearat 8% Asam Stearat 8% Asam Stearat 8%
Virgin Coconut Oil 1% Virgin Coconut Oil 1% Virgin Coconut Oil 1%
Minyak Zaitun 2% Minyak Zaitun 2% Minyak Zaitun 2%
NaOH 30 % 15% NaOH 30 % 15% NaOH 30 % 15%
Etanol 96 % 1% Etanol 96 % 1% Etanol 96 % 1%
Gliserin 10% Gliserin 10% Gliserin 10%
Sukrosa 30% Sukrosa 30% Sukrosa 30%
Trietanolamin 2% Trietanolamin 2% Trietanolamin 2%
Asam Sitrat 3% Asam Sitrat 3% Asam Sitrat 3%
BHT 0,1% BHT 0,1% BHT 0,1%
Cocamidropropyl Betain 2% Cocamidropropyl Betain 2% Cocamidropropyl Betain 2%
Parfum 0,5% Parfum 0,5% Parfum 0,5%
Aquadest ad 50 gr Aquadest ad 50 gr Aquadest ad 50 gr

Total Bobot Sediaan : 50 gr


2.2 Monografi Bahan
a. Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat(C18H36O2) dan heksadekanoat
(C16H32O2). Berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau
kuning pucat, mirip lemak lilin, larut dalam 20 bagian etanol (95 %) p, dalam 2 bagian
kloroform P dan dalam 3 bagian eter P (Depkes RI, 1979). Asam stearat berperan dalam
memberikan konsistensi dan kekerasan pada sabun (Mitsui, 1997)
b. Virgin Coconut Oil
Minyak kelapa murni ( Virgin Coconut Oil atau VCO ) merupakan produk olahan asli
Indonesia yang mulai banyak digunakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum
Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau karamel
Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1)
Berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C
Ph : tidak terukur, karena tidak larut dalamair. Namun karena termasuk dalam
senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7
Persentase : tidak menguap pada suhu 21⁰C (0%)
Penguapan
Titik cair : 20-25⁰C
Titik didih : 225⁰C
Kerapatan udara (Udara = 1) : 6,91
Tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 121⁰C
Kecepatan penguapan (Asam Butirat = 1) : tidak diketahui (Widiyanti, 2015).
VCO efektif dan aman digunakan sebagai moisturizer pada kulit sehingga dapat
meningkatkan hidratasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Lucida et al.,
2008). Asam-asam lemak rantai pendek dan sedang seperti asam laurat dan asam oleat
mudah diserap melalui kulit sehingga dapat meningkatkan laju penetrasi zat aktif dari
sediaan krim dengan VCO sebagai fase minyak pembentuk basis krim (Lucida et al.,
2008).

c. Minyak Zaitun
Minyak zaitun diperoleh dengan cara memeras buahnya. Minyak zaitun berperan
penting dalam industri kosmetik, karena diyakini berkhasiat untuk menjaga kelembapan
dan kelembutan kulit, sehingga kulit tetap awet muda. Minyak zaitun mempunyai
kandungan vitamin E yang merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Vitamin E
dapat mencegah stress oksidatif pada kulit yang disebabkan oleh sinar UV (Muliyawan
dan Suriana, 2013; Sari dan Setyowati, 2014).
Minyak Zaitun
Olive Oil (Martindal The Extra Pharmacopoeia 28 hal 697) Pemerian       : Minyak
berwarna kuning pucat atau kuning kehijauan dengan sedikit bau khas dan rasa yang
khas. Kelarutan       : Sukar larut dalam alcohol, larut dalam aseton, karbon disulfide,
kloroform dan eter.
Khasiat          : Emolien
Konsentrasi   : 5 %

d. Natrium Hidroksida 
(Depkes RI, 1979 Halaman 421)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian :Bentuk batang massa hablur air keping-keping, keras dan rapuh dan
menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan
korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai bahan tambahan

e. Etanol 96 %
(Farmakope Indonesia Edisi III : 65)
Nama resmi         :   AETHANOLUM
Nama lain            :   Alkohol ; Etanol
Rumus molekul   :   C2H6OH
Berat molekul      :   46,068 g/mol
Rumus struktur    :   CH3 – CH2 – OH
Pemerian              :   Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah khas,
rasa panas,mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan         :   sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P
OTT :Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi

gelap.

Penyimpanan :   dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan :   sebagai pereaksi, Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.

f. Gliserin
Monografi Gliserin (Rowe et.al., 2009)
Sinonim : Glycerol, glycerin, croderol
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,09
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau, viskos, cairan yang higroskopis,
memiliki rasa yang manis, kurang lebih 0,6 kali manisnya dari
sukrosa
Kelarutan : Gliserin praktis tidak larut dengan benzene, kloroform, dan
minyak, larut dengan etanol 95%, methanol dan air.
Stabilitas : Pada suhu 20°C. Gliserin sebaiknya ditempat yang sejuk dan
kering.
Penggunaan : Digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika, pada
formulasi farmasetika sediaan topikal dan kosmetik, gliserin
utamanya digunakan 24 sebagai humektan dan pelembut. Rentang
gliserin yang digunakan sebagai humektan sebesar ≤30%.

g. Sukrosa
(FI IV hal 762, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6 hal 704).
Rumus Molekul :C11H22O1
Berat Molekul :342,30.
Pemerian :Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
medidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Titik Leleh :1600 C – 1680 C
Khasiat :Pemanis dan pengental.
OTT : Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi dengan logam berat
yang dapat menjadi inkompatibel dengan bahan penolong seperti
asam askorbat. Sukrosa juga mungkin saja terkontaminasi sulfit
yang pada konsentrasi sulfit tinggi menyebabkan perubahan warna
saat penyalutan tablet.
Stabilitas : Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada temperatur
ruangan dan kelembaban sedang, dapat menyerap 1% bau yang
dilepaskan ketika dipanaskan pada suhu 900 C. Membentuk
karamel ketika dipanaskan diatas 1600 C . Bisa disterilkan dengan
autoklaf atau penyaringan. Pada suhu 1100 C – 1450 C dapat
mengalami inversi menjadi dekstrosa dan fruktosa. Inversi
dipercepat pada suhu diatas 1300 C dan dengan adanya asam.
Penyimpanan :Wadah tertutup baik.
pKa :12,62.
Bj :1,2865 – 1,3471.

h. Trietanolamin
Monografi Trietanolamin (Rowe et.al., 2009)
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat dengan sedikit
bau amoniak
Kelarutan : Larut dalam air, metanol, karbon tetraklorida, dan aseton
Penggunaan : Sebagai emulsifying agent
Konsentrasi : 2-4 % Topical Formulations (HOPE Ed 6 th)
Trietanolamin (TEA) merupakan senyawa sabun yang terbentuk melalui transplantasi
asam lemak dan produk trietanol teknis yang mengandung 10-15% dietanolamin dan 5%
monoetanolamin. Trietanolamin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topical,
terutama dalam pembentukan emulsi. Bersifat sangat higroskopis, TEA akan berubah
warna menjadi coklat apabila terpapar oleh udara dan cahaya langsung (Rowe et al, 2009)

i. Asam Sitrat
(Ditjen POM : 48)
Nama resmi : Acidum Citricum
Nama lain : Asam sitrat
RM/BM : C6H8O7/192,12
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut  dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan dapar pH 4 dan 5, sequistering agent
j. BHT
Monografi BHT (Rowe et al., 2009)
Sinonim : Butylated Hydroxytoluene, Agidol, BHT, 2,6- bis(1,1-
dimethylethyl)-4-methylphenol, 2,6-di-tertbutyl-p-cresol, Embanox BHT; Impruvol,
Nipanox BHT, Tenox BHT, Topanol, Vianol, butylhydroxytoluenum.
Rumus molekul : C15H240
Berat molekul : 220,35
Titik lebur : 70oC
Pemerian : Serbuk kristal atau padat kuning putih atau pucat dengan aroma
fenolik yang samar.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan
alkali hidroksida, dan asam mineral encer. Bebas larut dalam
aceton, benzen etanol 95%, eter metanol, toluen, berbagai minyak
dan minyak mineral.
Penggunaan : BHT digunakan sebgai anti oksidan dalam kosmetik, makanan,
dan obat-obatan, dapat digunakan juga sebagai anti virus. Pada
sediaan 26 topikal, BHT digunakan sebagai anti oksidan dengan
kadar 0,0075-0,1%.
Inkompatibilitas : Dengan agen pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganat dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam
ferri dapat menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas.
Pemanasan dengan katalitik asam menyebabkan dekomposisi cepat
dengen pelepasan gas isobutena yang mudah terbakar.

k. Cocamidopropyl Betain (CAB-30)


Cocamidopropyl betain merupakan cairan dengan penampakan bening kekuningan dan
memiliki bau yang khas. Bahan ini merupakan jenis surfaktan amfoterik dengan pH 6,0-7,5,
merupakan surfaktan dengan sifat pembusa, pembasah, dan pengemulsi yang baik, khususnya
dengan keberadaan surfaktan anionik (Barel, 2009). Selain itu betaine juga merupakan surfaktan
yang lembut, daya busanya tidak dipengaruhi oleh pH, dan sifatnya kompatibel dengan surfaktan
anionik, kationik, maupun nonionik (Rieger, 2000).
Betaine sifatnya tidak begitu mengiritasi, bahkan dengan adanya betaine dapat
menurunkan efek iritasi surfaktan anionik (Barel, 2009). Hal tersebut terbukti dari
penelitian Teglia dan Secchi (1994) bahwa cocoamidopropyl betaine memiliki efek
antiiritan yang mirip dengan wheat protein ketika ditambahkan ke larutan SLS. Baik
wheat protein maupun cocoamidopropyl betaine dapat melindungi kulit dari iritasi.
Sehingga betaine tepat untuk produk-produk seperti shampoo dan sabun cair.

l. Aquadest
Monografi Aquadest (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa
Inkompatibilitas : Meta alkali, magnesium oksida, garam anhydrous, bahan organik
dan kalsium karbid
Penggunaan : Sebagai pelarut Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan
dan pelarut dalam pengolahan, formulasi dan pembuatan produk
farmasi, bahan aktif farmasi (API) dan intermediet, dan reagen
nalitis. Nilai spesifik dari air yang digunakan untuk aplikasi
tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (Rowe et al., 2009).

BAB III

3.3 Perhitungan Bahan


A. Formula 1
a. Ekstrak Rimpang Kunyit : 2% x 50 gr = 1 gr
b. Asam Stearat : 8% x 50 gr = 4 gr
c. Virgin Coconut Oil : 1% x 50 gr = 0,5 gr
d. Minyak Zaitun : 2% x 50 gr = 1 gr
e. NaOH 30 % : 15% x50 gr = 7,5 gr
f. Etanol 96 % : 1% x 50 gr = 0,5 gr
g. Gliserin : 10% x 50 gr = 5 gr
h. Sukrosa : 30% x 50 gr = 15 gr
i. Trietanolamin : 2% x 50 gr = 1 gr
j. Asam Sitrat : 3% x 50 gr = 1,5 gr
k. BHT : 0,1% x 50 gr = 0,05 gr
l. Cocamidropropyl betain : 2% x 50 gr = 1 gr
m. Parfum : 0,5% x 50 gr =0,25 gr
n. Aquadest ad 50 gr
= 50 gr - ( 1gr+4gr+0,5gr+1gr+7,5gr+0,5gr+5gr+15gr+1gr+1,5gr+0,05gr+1gr+0,25gr)
= 50 gr - ( 38,3 gr)
= 11,7 gr
B. Formula 2
a. Ekstrak Rimpang Kunyit : 4% x 50 gr = 2 gr
b. Asam Stearat : 8% x 50 gr = 4 gr
c. Virgin Coconut Oil : 1% x 50 gr = 0,5 gr
d. Minyak Zaitun : 2% x 50 gr = 1 gr
e. NaOH 30 % : 15% x50 gr = 7,5 gr
f. Etanol 96 % : 1% x 50 gr = 0,5 gr
g. Gliserin : 10% x 50 gr = 5 gr
h. Sukrosa : 30% x 50 gr = 15 gr
i. Trietanolamin : 2% x 50 gr = 1 gr
j. Asam Sitrat : 3% x 50 gr = 1,5 gr
k. BHT : 0,1% x 50 gr = 0,05 gr
l. Cocamidropropyl betain : 2% x 50 gr = 1 gr
m. Parfum : 0,5% x 50 gr =0,25 gr
n. Aquadest ad 50 gr
= 50 gr - ( 2gr+4gr+0,5gr+1gr+7,5gr+0,5gr+5gr+15gr+1gr+1,5gr+0,05gr+1gr+0,25gr)
= 50 gr - ( 39,3gr)
= 10,7 gr
C. Formula 3
a. Ekstrak Rimpang Kunyit : 6% x 50 gr = 3 gr
b. Asam Stearat : 8% x 50 gr = 4 gr
c. Virgin Coconut Oil : 1% x 50 gr = 0,5 gr
d. Minyak Zaitun : 2% x 50 gr = 1 gr
e. NaOH 30 % : 15% x50 gr = 7,5 gr
f. Etanol 96 % : 1% x 50 gr = 0,5 gr
g. Gliserin : 10% x 50 gr = 5 gr
h. Sukrosa : 30% x 50 gr = 15 gr
i. Trietanolamin : 2% x 50 gr = 1 gr
j. Asam Sitrat : 3% x 50 gr = 1,5 gr
k. BHT : 0,1% x 50 gr = 0,05 gr
l. Cocamidropropyl betain. : 2% x 50 gr = 1 gr
m. Parfum : 0,5% x 50 gr =0,25 gr
n. Aquadest ad 50 gr
=50gr - ( 3gr+4gr+0,5gr+1gr+7,5gr+0,5gr+5gr+15gr+1gr+1,5gr+0,05gr+1gr+0,25gr)
= 50 gr - ( 40,3gr)
= 9,7 gr
3.4 Penimbangan Bahan
A. Formula 1
a. Ekstrak Rimpang Kunyit : 1 gr
b. Asam Stearat : 4 gr
c. Virgin Coconut Oil : 0,5 gr
d. Minyak Zaitun : 1 gr
e. NaOH 30 % : 7,5 gr
f. Etanol 96 % : 0,5 gr
g. Gliserin : 5 gr
h. Sukrosa : 15 gr
i. Trietanolamin : 1 gr
j. Asam Sitrat : 1,5 gr
k. BHT : 0,05 gr
l. Cocobetain : 1 gr
m. Parfum : 0,25 gr
n. Aquadest (ad 50 gr) : 11,7 gr
B. Formula 2
a. Ekstrak Rimpang Kunyit : 2 gr
b. Asam Stearat : 4 gr
c. Virgin Coconut Oil : 0,5 gr
d. Minyak Zaitun : 1 gr
e. NaOH 30 % : 7,5 gr
f. Etanol 96 % : 0,5 gr
g. Gliserin : 5 gr
h. Sukrosa : 15 gr
i. Trietanolamin : 1 gr
j. Asam Sitrat : 1,5 gr
k. BHT : 0,05 gr
l. Cocobetain : 1 gr
m. Parfum : 0,25 gr
n. Aquadest (ad 50 gr) : 10,7 gr
C. Formula 3
a. Ekstrak Rimpang Kunyit : 4 gr
b. Asam Stearat : 4 gr
c. Virgin Coconut Oil : 0,5 gr
d. Minyak Zaitun : 1 gr
e. NaOH 30 % : 7,5 gr
f. Etanol 96 % : 0,5 gr
g. Gliserin : 5 gr
h. Sukrosa : 15 gr
i. Trietanolamin : 1 gr
j. Asam Sitrat : 1,5 gr
k. BHT : 0,05 gr
l. Cocobetain : 1 gr
m. Parfum. : 0,25 gr
n. Aquadest (ad 50 gr) : 9,7 gr

3.5 Alat dan Bahan


A. Alat
1. Timbangan Analitik
2. Batang Pengaduk
3. Sendok Tanduk
4. Baker Glass
5. Kertas Perkamen
6. Pipet Tetes
7. Mortir dan Stamfer
8. Cawan Penguap
9. Kaki Tiga
10. Bahan Alam
B. Bahan
1. Ekstrak Rimpang Kunyit
2. Asam Stearat
3. Virgin Coconut Oil
4. Minyak Zaitun
5. NaOH 30 %
6. Etanol 96 %
7. Gliserin
8. Sukrosa
9. Trietanolamin
10. Asam Sitrat
11. BHT
12. Cocobetain
13. Essence Orange
14. Aquadest

3.6 Cara Kerja


A. Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunyit
1. Sebanyak 50 g serbuk simplisia rimpang kunyit dimasukkan ke dalam wadah,
kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 500 ml. Ditutup
dengan aluminium foil dan dibiarkan selama lima hari sambil sesekali diaduk.
2. Setelah lima hari, sampel yang dimaserasi tersebut disaring menggunakan kertas
saring sehingga menghasilkan filtrate.
3. Kemudian filtrate di uapkan sehingga diperoleh ekstrak kental rimpang kunyit.
Setelah itu ekstrak ditimbang dan disimpan dalam wadah tertutup sebelum
digunakan untuk pengujian.
B. Pembuatan Sabun Padat
1. Siapkan alat dan bahan
2. Bersihkan alat, setarakan timbangan
3. Timbang bahan
4. Larutkan NaOH 30 % dengan menggunakan Aquadest didalam Beaker glass, aduk ad
larut dan homogen.
5. Masukkan Asam stearat, minyak zaitun, VCO dan TEA kedalam cawan penguap
kemudian panaskan diatas penangas air dilebur hingga suhu 70 C, lalu ditambahkan
larutan NaOH 30 % pada suhu 70 C, diaduk sampai terbentuk massa yang homogen.
6. Kemudian ditambahkan secara berturut-turut BHT, Gliserin, Sukrosa, Etanol 96%,
dan cocamidropropyl betain serta sisa aquadest sedikit demi sedikit pada suhu yang
sama sampai homogen.
7. Selanjutnya dilakukan pendinginan hingga suhu 50-40 C, kemudian tambahkan
parfum oil secukupnya lalu diaduk sampai terbentuk massa sabun padat.
8. Kemudian tuangkan kedalam cetakan, didinginkan setelah itu baru dilakukan evaluasi
sediaan.

3.7 Evaluasi Sediaan

1. Uji Kadar Air

Adapun cara untuk menguji kadar air pada sabun kunyit dengan memasukkan cawan ke
dalam lemari pengeringan selama 1 jam. Kemudian keluarkan cawan dan masukkan
dalam desikator agar suhu cawan normal kembali, lalu timbang berat kosong cawan dan
catat beratnya. Selanjutnya masukkan 5 g sampel dalam cawan lalu masukkan dalam
oven selama 2 jam dengan suhu 105°C. Setelah 2 jam keluarkan dan timbang cawan
beserta sampel tersebut (Sari, dkk., 2010).

Kadar air (%) = Berat sampel awal – Berat sampel akhir x 100%
Berat sampel awal
3
2. Uji pH Sabun
Adapun cara untuk menguji derajat keasaman sabun yaitu dengan menyiapkan 5 g
sampel yang akan dianalisis pH-nya. Sampel dilarutkan ke dalam 10 ml aquadest. pH
diukur dengan memasukkan pH meter yang telah dicuci dengan aquadest. Angka yang
tertera pada pH meter dicatat sebagai pH sabun (Sari dkk, 2010).

3. Uji Stabilitas Busa


Sabun sebanyak 1 g dimasukkan ke tabung reaksi yang berisi 10 ml aquadest,
kemudian dikocok selama 1 menit. Busa yang terbentuk diukur tingginya menggunakan
penggaris (tinggi busa awal). Tinggi busa diukur kembali setelah 5 menit (tinggi busa
akhir) (Jannah, 2009). Kemudian stabilitas busa dihitung dengan rumus :
Uji stabilitas busa = 100% - (% busa yang hilang)
% busa yang hilang= (Tinggi busa awal – tinggi busa akhir ) × 100%
Tinggi busa awal

4. Uji Iritasi
Iritasi pemakaian sabun dilakukan terhadap 10 orang panelis dengan cara
membasahi tangan panelis dengan air, kemudian diberikan sabun yang akan diuji. Sabun
yang diaplikasikan ke tangan kemudian digosok-gosok selama satu menit. Tangan dicuci,
kemudian didiamkan selama lima menit. Iritasi diamati dengan jalan melihat terjadinya
perubahan pada kulit seperti kemerahan, gatal dan kasar (Ayu dkk, 2009).

5. Analisis Respon Panelis


Analisis respon panelis ini bertujuan untuk mengetahui kesukaan panelis
menggunakan uji organoleptik terhadap sabun yang dibuat berdasarkan tekstur,
penampakan (warna dan bentuk sabun), pembusaan, wangi, kesan lembut dan kesan kesat
dari sabun (Maripa, dkk., 2014). Adapun untuk menguji organoleptik dari sabun padat
madu dengan penambahan ekstrak kunyit terhadap 10 panelis. Pada uji ini sampel
disajikan kepada panelis untuk memberikan penilaian pada warna, aroma, tekstur dan
penampakan dengan cara mengamati sampel kemudian mengisi lembar uji yang telah
disediakan.

Daftar Pustaka

1. Maulidya S, Sari A. 2016. Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma
longa Linn) SEL Vol. 3No. 1 Juli 2016: 16-23
2. Maripa B. R., Kurniasih Y., dan Ahmadi. (2014). Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap
Kualitas Sabun Padat dari Minyak Kelapa (Cocos Nucifera) yang Ditambahkan
Sari Bunga Mawar (Rosa L.). Pendidikan Kimia, FPMIPA IKIP Mataram.
3. Ayu D. F., Ali A., dan Sulaiman R. (2009). Evaluasi Mutu Sabun Padat dari Minyak
Goreng Bekas Makanan Jajanan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dengan
Penambahan Natrium Hidroksida dan Lama Waktu Penyabunan. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Riau, Pekanbaru
4. Sari T. I., Julianti P. K., dan Tri J. N. S. (2010). Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair
dari Minyak Jarak. Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17
5. Rajesh H. et al., 2013. Phytochemical Analysi Of Methanolic Extract Of Curcuma Longa
Linn Rhizome, International Journal Of Universal Pharmacy And Bio Sciences, ISSN 2319-8141
6. Wijayakusuma, H.M.H., et ., al. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta:
Pustaka Kartini
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia
IV,. Penerbit Dirjen POM : Jakarta.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak
Tanaman Obat. Cetakan 1. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai