Anda di halaman 1dari 6

GAGAL GINJAL

Penggunaan obat pada pasien dengan fungsi ginjal menurun dapat memperburuk kondisi penyakit
karena beberapa alasan :

- Kegagalan untuk mengekskresikan obat atau metabolitnya dapat menimbulkan toksisitas.

- Sensitivitas terhadap beberapa obat meningkat, meskipun eliminasinya tidak terganggu.

- Banyak efek samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien gagal ginjal.

- Beberapa obat tidak lagi efektif jika fungsi ginjal menurun.

Sebagian besar masalah ini dapat dihindari dengan mengurangi dosis atau dengan menggunakan
alternatif obat lain.   

 
PRINSIP PENYESUAIAN DOSIS PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Batas fungsi ginjal yang mengharuskan dosis suatu obat dikurangi bergantung pada apakah obat
tersebut dieliminasi seluruhnya lewat ginjal atau sebagian dimetabolisme, dan seberapa besar
toksisitasnya.

Pada sebagian  besar obat yang efek sampingnya tidak berhubungan atau sedikit hubungannya
dengan dosis, modifikasi regimen dosis secara tepat tidak diperlukan dan cukup dilakukan
perencanaan pengurangan dosis secara sederhana.

Pada obat yang lebih toksik dengan batas keamanan yang sempit, sebaiknya digunakan regimen
dosis yang didasarkan atas laju filtrasi glomerulus. Pada obat yang efikasi dan toksisitasnya
berkaitan erat dengan kadar plasma, anjuran regimen hanya dapat dijadikan sebagai pedoman
pengobatan awal; pengobatan selanjutnya harus disesuaikan dengan respon klinis dan kadar
plasma.

Dosis pemeliharaan total  per hari suatu obat dapat dikurangi baik dengan cara mengurangi dosis
tiap kali pemberian atau dengan memperpanjang interval pemberian antar dosis. Untuk beberapa
obat, jika dosis pemeliharaan dikurangi, perlu diberikan suatu dosis muatan jika dibutuhkan efek
segera. Hal ini disebabkan apabila pasien diberi obat apapun dengan dosis lazim, diperlukan waktu
lebih dari lima kali waktu paruh untuk mencapai kadar plasma steady state. Karena waktu paruh obat
yang diekskresikan  melalui ginjal menjadi lebih lama pada keadaan gagal ginjal, maka diperlukan
beberapa hari agar dosis yang telah dikurangi dapat mencapai kadar plasma terapetik. Dosis
muatan ini biasanya sama besarnya dengan dosis awal untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.
 

Obat-obat nefrotoksik harus, jika mungkin, dihindari pada pasien dengan gangguan ginjal karena
akibat nefrotoksisitas ini bisa lebih parah apabila renal reserve sudah berkurang.
 

Penggunaan Tabel Dosis


Dosis yang dianjurkan ditetapkan berdasarkan tingkat keparahan gangguan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal dinyatakan dalam Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) yang dihitung berdasarkan formula
yang berasal dari penelitian mengenai modifikasi diet pada penyakit ginjal (‘Formula
MDRD’ / Modification of Diet in Renal Disease  yang menggunakan kreatinin serum, umur, jenis
kelamin, dan ras) atau dapat juga dinyatakan sebagai bersihan kreatinin (yang paling baik diperoleh
dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam namun seringkali dihitung berdasarkan formula atau
nomogram yang menggunakan kreatinin serum, berat badan, jenis kelamin, dan usia).
Kadar kreatinin serum kadang-kadang juga digunakan sebagai ukuran fungsi ginjal namun hanya
sebagai panduan kasar.
 

Penting
Diperlukan perhatian khusus saat menginterpretasikan anjuran penyesuaian dosis yang didasarkan pada
bersihan kreatinin (misalnya dihitung berdasarkan formula Cockroft dan Gault) karena fungsi ginjal saat
ini sering dilaporkan berdasarkan perkiraan kecepatan filtrasi glomerulus normal pada luas permukaan
tubuh 1,73 m2 dan diperoleh dari formula MDRD. Dua jenis ukuran fungsi ginjal tidak dapat saling
dipertukarkan penggunaannya.
 

Untuk keperluan peresepan obat, gangguan fungsi ginjal secara umum dibagi ke dalam tiga tingkat
(definisi bervariasi sesuai dengan tingkat gangguan fungsi ginjal; selanjutnya, apabila informasi yang
tersedia tidak sesuai dengan penggolongan ini, nilai bersihan kreatinin atau ukuran fungsi ginjal
yang lain bisa digunakan).

Tingkat gangguan fungsi ginjal

GAGAL GINJAL
Penggunaan obat pada pasien dengan fungsi ginjal menurun dapat memperburuk kondisi penyakit
karena beberapa alasan :

- Kegagalan untuk mengekskresikan obat atau metabolitnya dapat menimbulkan toksisitas.

- Sensitivitas terhadap beberapa obat meningkat, meskipun eliminasinya tidak terganggu.

- Banyak efek samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien gagal ginjal.

- Beberapa obat tidak lagi efektif jika fungsi ginjal menurun.

Sebagian besar masalah ini dapat dihindari dengan mengurangi dosis atau dengan menggunakan
alternatif obat lain.   

 
PRINSIP PENYESUAIAN DOSIS PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Batas fungsi ginjal yang mengharuskan dosis suatu obat dikurangi bergantung pada apakah obat
tersebut dieliminasi seluruhnya lewat ginjal atau sebagian dimetabolisme, dan seberapa besar
toksisitasnya.
Pada sebagian  besar obat yang efek sampingnya tidak berhubungan atau sedikit hubungannya
dengan dosis, modifikasi regimen dosis secara tepat tidak diperlukan dan cukup dilakukan
perencanaan pengurangan dosis secara sederhana.

Pada obat yang lebih toksik dengan batas keamanan yang sempit, sebaiknya digunakan regimen
dosis yang didasarkan atas laju filtrasi glomerulus. Pada obat yang efikasi dan toksisitasnya
berkaitan erat dengan kadar plasma, anjuran regimen hanya dapat dijadikan sebagai pedoman
pengobatan awal; pengobatan selanjutnya harus disesuaikan dengan respon klinis dan kadar
plasma.

Dosis pemeliharaan total  per hari suatu obat dapat dikurangi baik dengan cara mengurangi dosis
tiap kali pemberian atau dengan memperpanjang interval pemberian antar dosis. Untuk beberapa
obat, jika dosis pemeliharaan dikurangi, perlu diberikan suatu dosis muatan jika dibutuhkan efek
segera. Hal ini disebabkan apabila pasien diberi obat apapun dengan dosis lazim, diperlukan waktu
lebih dari lima kali waktu paruh untuk mencapai kadar plasma steady state. Karena waktu paruh obat
yang diekskresikan  melalui ginjal menjadi lebih lama pada keadaan gagal ginjal, maka diperlukan
beberapa hari agar dosis yang telah dikurangi dapat mencapai kadar plasma terapetik. Dosis
muatan ini biasanya sama besarnya dengan dosis awal untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.
 

Obat-obat nefrotoksik harus, jika mungkin, dihindari pada pasien dengan gangguan ginjal karena
akibat nefrotoksisitas ini bisa lebih parah apabila renal reserve sudah berkurang.
 

Penggunaan Tabel Dosis


Dosis yang dianjurkan ditetapkan berdasarkan tingkat keparahan gangguan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal dinyatakan dalam Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) yang dihitung berdasarkan formula
yang berasal dari penelitian mengenai modifikasi diet pada penyakit ginjal (‘Formula
MDRD’ / Modification of Diet in Renal Disease  yang menggunakan kreatinin serum, umur, jenis
kelamin, dan ras) atau dapat juga dinyatakan sebagai bersihan kreatinin (yang paling baik diperoleh
dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam namun seringkali dihitung berdasarkan formula atau
nomogram yang menggunakan kreatinin serum, berat badan, jenis kelamin, dan usia).
Kadar kreatinin serum kadang-kadang juga digunakan sebagai ukuran fungsi ginjal namun hanya
sebagai panduan kasar.
 

Penting
Diperlukan perhatian khusus saat menginterpretasikan anjuran penyesuaian dosis yang didasarkan pada
bersihan kreatinin (misalnya dihitung berdasarkan formula Cockroft dan Gault) karena fungsi ginjal saat
ini sering dilaporkan berdasarkan perkiraan kecepatan filtrasi glomerulus normal pada luas permukaan
tubuh 1,73 m2 dan diperoleh dari formula MDRD. Dua jenis ukuran fungsi ginjal tidak dapat saling
dipertukarkan penggunaannya.
 

Untuk keperluan peresepan obat, gangguan fungsi ginjal secara umum dibagi ke dalam tiga tingkat
(definisi bervariasi sesuai dengan tingkat gangguan fungsi ginjal; selanjutnya, apabila informasi yang
tersedia tidak sesuai dengan penggolongan ini, nilai bersihan kreatinin atau ukuran fungsi ginjal
yang lain bisa digunakan).

 
Tingkat gangguan fungsi ginjal

GAGAL GINJAL
Penggunaan obat pada pasien dengan fungsi ginjal menurun dapat memperburuk kondisi penyakit
karena beberapa alasan :

- Kegagalan untuk mengekskresikan obat atau metabolitnya dapat menimbulkan toksisitas.

- Sensitivitas terhadap beberapa obat meningkat, meskipun eliminasinya tidak terganggu.

- Banyak efek samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien gagal ginjal.

- Beberapa obat tidak lagi efektif jika fungsi ginjal menurun.

Sebagian besar masalah ini dapat dihindari dengan mengurangi dosis atau dengan menggunakan
alternatif obat lain.   

 
PRINSIP PENYESUAIAN DOSIS PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL
Batas fungsi ginjal yang mengharuskan dosis suatu obat dikurangi bergantung pada apakah obat
tersebut dieliminasi seluruhnya lewat ginjal atau sebagian dimetabolisme, dan seberapa besar
toksisitasnya.

Pada sebagian  besar obat yang efek sampingnya tidak berhubungan atau sedikit hubungannya
dengan dosis, modifikasi regimen dosis secara tepat tidak diperlukan dan cukup dilakukan
perencanaan pengurangan dosis secara sederhana.

Pada obat yang lebih toksik dengan batas keamanan yang sempit, sebaiknya digunakan regimen
dosis yang didasarkan atas laju filtrasi glomerulus. Pada obat yang efikasi dan toksisitasnya
berkaitan erat dengan kadar plasma, anjuran regimen hanya dapat dijadikan sebagai pedoman
pengobatan awal; pengobatan selanjutnya harus disesuaikan dengan respon klinis dan kadar
plasma.

Dosis pemeliharaan total  per hari suatu obat dapat dikurangi baik dengan cara mengurangi dosis
tiap kali pemberian atau dengan memperpanjang interval pemberian antar dosis. Untuk beberapa
obat, jika dosis pemeliharaan dikurangi, perlu diberikan suatu dosis muatan jika dibutuhkan efek
segera. Hal ini disebabkan apabila pasien diberi obat apapun dengan dosis lazim, diperlukan waktu
lebih dari lima kali waktu paruh untuk mencapai kadar plasma steady state. Karena waktu paruh obat
yang diekskresikan  melalui ginjal menjadi lebih lama pada keadaan gagal ginjal, maka diperlukan
beberapa hari agar dosis yang telah dikurangi dapat mencapai kadar plasma terapetik. Dosis
muatan ini biasanya sama besarnya dengan dosis awal untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.
 

Obat-obat nefrotoksik harus, jika mungkin, dihindari pada pasien dengan gangguan ginjal karena
akibat nefrotoksisitas ini bisa lebih parah apabila renal reserve sudah berkurang.
 
Penggunaan Tabel Dosis
Dosis yang dianjurkan ditetapkan berdasarkan tingkat keparahan gangguan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal dinyatakan dalam Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) yang dihitung berdasarkan formula
yang berasal dari penelitian mengenai modifikasi diet pada penyakit ginjal (‘Formula
MDRD’ / Modification of Diet in Renal Disease  yang menggunakan kreatinin serum, umur, jenis
kelamin, dan ras) atau dapat juga dinyatakan sebagai bersihan kreatinin (yang paling baik diperoleh
dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam namun seringkali dihitung berdasarkan formula atau
nomogram yang menggunakan kreatinin serum, berat badan, jenis kelamin, dan usia).
Kadar kreatinin serum kadang-kadang juga digunakan sebagai ukuran fungsi ginjal namun hanya
sebagai panduan kasar.
 

Penting
Diperlukan perhatian khusus saat menginterpretasikan anjuran penyesuaian dosis yang didasarkan pada
bersihan kreatinin (misalnya dihitung berdasarkan formula Cockroft dan Gault) karena fungsi ginjal saat
ini sering dilaporkan berdasarkan perkiraan kecepatan filtrasi glomerulus normal pada luas permukaan
tubuh 1,73 m2 dan diperoleh dari formula MDRD. Dua jenis ukuran fungsi ginjal tidak dapat saling
dipertukarkan penggunaannya.
 

Untuk keperluan peresepan obat, gangguan fungsi ginjal secara umum dibagi ke dalam tiga tingkat
(definisi bervariasi sesuai dengan tingkat gangguan fungsi ginjal; selanjutnya, apabila informasi yang
tersedia tidak sesuai dengan penggolongan ini, nilai bersihan kreatinin atau ukuran fungsi ginjal
yang lain bisa digunakan).

Tingkat gangguan fungsi ginjal

Kreatinin serum (perkiraan) (lihat


Tingkat GFR absolut keterangan di atas)

Ringan 20 – 50 mL/menit 150 – 300 mikromol/L

Sedang 10 – 20 mL/menit 300-700 mikromol/L

erat <10 mL/menit >700 mikromol/L

Faktorkonfersi:
Liter/24jam   :mL/menitx1,44
mL/menit      : Liter/24 jam x 0,69

Formula modifikasi diet pada penyakit ginjal (MDRD, Modification of Diet in Renal Disease)
menghasilkan perkiraan laju filtrasi glomerulus normal pada pasien dengan luas permukaan tubuh
1,73 m2. Laju filtrasi glomerulus absolut individual dapat dihitung berdasarkan eGFR seperti di
bawah ini :
GFR (absolut) : eGFR x luas permukaan tubuh individual/1,73

DIALISIS
Untuk peresepan bagi pasien rawat jalan yang menjalani dialisis peritoneal kontinyu
(CAPD, continuous ambulatory peritoneal dialysis) atau hemodialisis, lihat literatur khusus dialisis.
Fungsi ginjal menurun sejalan dengan bertambahnya usia; banyak pasien lansia mempunyai GFR di
bawah 50 ml/menit yang, karena berkurangnya massa otot, mungkin saja tidak memperlihatkan
kenaikan kreatinin serum. Adalah lebih baik untuk mengasumsikan pasien setidaknya mengalami
gangguan fungsi ginjal ringan ketika meresepkan obat bagi pasien lansia.

Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai panduan untuk obat-obat yang diketahui memerlukan
pengurangan dosis pada gangguan fungsi ginjal, dan untuk obat-obat yang mungkin berbahaya atau
tidak efektif. Peresepan obat sebaiknya seminimum mungkin pada semua pasien dengan penyakit
ginjal berat.

Jika dari kondisi klinis dicurigai ada gangguan ginjal, yang ringan sekalipun, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan fungsi ginjal sebelum meresepkan obat apapun yang memerlukan modifikasi dosis.

Anda mungkin juga menyukai