Oleh:
1. Diah 16180100002
2. Sherlina Puspita 16180100003
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................................................i
Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................1
3.1 Formula..................................................................................................................7
3.4 Evaluasi..................................................................................................................9
BAB 4 Pembahasan..............................................................................................................12
4.3Hasil.......................................................................................................................12
BAB 5 Penutup.....................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................17
Daftar Pustaka......................................................................................................................18
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Granulasi basah adalah proses penambahan cairan pada suatu serbuk
atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan
yang akan menghasilkan granul (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan granul instan, berfungsi
sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pemanis dan bahan pelicin.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
atau kalsium sulfat Avicel juga merupakan pengikat yang sangat
baik dan dapat memperbaiki kekuatan mekanik secara signifikan
pada beberapa formulasi yang lemah.
(Sumber: Bandelin, 1989, Siregar dan Wikarsa, 2010)
b. Sukrosa
Rumus Molekul : C11H22O11
Berat Molekul : 342,30
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur
atau berbentuk kubus atau serbuk hablur putih;
tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Titik Leleh :160°C - 168°C
Khasiat : Pemanis dan pengental
Konsentrasi : 67%
OTT : Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi
dengan logam berat yang dapat menjadi
inkompatibel dengan bahan penolong seperti
asam askorbat. Sukrosa juga mungkin
terkontaminasi sulit yang pada konsentrasi
tinggi menyebabkan perubahan warna saat
penyalutan tablet.
Stabilitas : Stabil pada suhu ruangan & kelembaban sedang
Penyimpanan : Wadah tertutup baik
( sumber : Farmakope IV hal 762, Handbook of Pharmaceutical
Excipient edisi 6 hal 704)
4
c. PVP
Nama lain : Polivinil Pyrolidone
Rumus molekul : (C6H9NO)n
Pemerian : Serbuk hakus berwarna putih hingga putih
krem,tidak berbau atau hampir tidak
berbau,serbuk higroskopis
Kelarutan : Sangat larut dalam asam,kloroform , etanol
95%,keton,metanol dan air,praktis tidak larut
dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral
Stabilitas : penurunan kelarutan povidone stabil untuk
siklus pendek dari preparan Povidon mulai
berwarna gelap sampai batas tertentu pada
pemanasan 1500C ,dengan panas sekitar 1100C
1300C.
Penyimpanan : Inkompatibel terhadap bahan organik dan
anorganik
Kegunaan : Pengikat (0,5%-5%)
(Sumber : HOPE 6th edisi 2009 hal 581-582)
d. Lactosa Anhydrous
Nama lain : laktosa anhidrat
Rumus molekul : C12H22O11
Pemerian : Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel
Kristal warna putih, rasa manis, tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95%
dan eter.
Stabilitas : Laktosa dapat berubah warna menjadi
kecoklatan dalam penyimpanan. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh panas, kondisi lembab
5
yang kelembabannya hingga 80%.
Inkompabilitas : Laktosa anhidrat inkompatibel dengan
oksidator
kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan
amin primer dan sekunder bila disimpan dalam
kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan
kering.
Kegunaan : Tablet filler atau diluent atau pengisi
(Sumber: HOPE 6th edisi Halaman 359 – 361)
e. Aquadest
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan tak berwarna, tidak berbau, tidakberasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Zat pelarut
6
BAB III
METODE KERJA
a.1 Formula
7
11) Mikroskopik
12) Blender
B. Bahan
1) Ekstrak rosella
2) Sorbitol
3) PVP
4) Sukrosa
5) Laktosa
6) Aqua destilata P
7) Pengaroma
8) Asam asetat
9) Air
10) Butanol
8
bahan tercampur rata dan homogen kemudian tambahkan air sedikit
demi sedikit sampai terbentuk massa yang kempal. Setelah terbentuk
massa yang kempal kemudian diayak dengan menggunakan ayakan no.
12. Setelah semua bahan berubah menjadi granul kemudian ditebarkan
diatas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang dangkal dan
dikeringkan pada suhu 40-50 0C. Setelah granul kering diayak dengan
ayakan no. 16 dan tambahkan flavor aduk sampai tercampur homogen.
Kemudian granul yang terbentuk dilakukan uji fisis granul.
9
Syarat: 20° < θ < 40° (Cartensen, 1977).
c. Susut pengeringan
Susut pengeringan adalah banyaknya bagian zat yang mudah
menguap termasuk air. Ditimbang seksama seluruh granul basah yang
sudah diayak dalam botol timbang yang telah ditetapkan bobotnya
kemudian keringkan pada suhu 400C, tentukan waktu yang
menunjukkan granul mencapai kelembaban 2-4%, setelah itu lakukan
replikasi 3 kali.
d.
10
timbang 5 gram granul kemudian larutkan dalam 100 ml aqua destilata.
Aduk selama 20 detik dan amati banyaknya sedimen yang terjadi
selama 1-15 menit. Analisis Hasil Hasil pengujian yang telah dianalisis
dengan menggunakan dua cara, yaitu:
1) Pendekatan teoritis
Data yang diperoleh dari beberapa pengujian diatas
dibandingkan dengan persyaratan dalam Farmakope Indonesia
maupun pustaka lain.
2) Pendekatan statistic
Analisis data menggunakan metode statistik yaitu anava satu
jalan yang dilanjutkan uji LS.
11
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.2 Hasil
a. Uji waktu alir
12
Berdasarkan hasil waktu alir menunjukkan bahwa formula I dan formula II
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Siregar (1992: 39) yaitu 8,29 detik
dan 9,17 dimana syarat granul yang baik memiliki waktu alir kurang dari 10
detik untuk 100 gram granul, untuk formula III tidak memenuhi syarat yaitu
12,36 detik. Hal ini dikarenakan pada formula III konsentrasi PVP terlalu
banyak, dimana sifat dari PVP adalah higroskopis (Wade dan Raul, 1994: 392).
13
Nilai dari sudut diam yang dapat diterima antara 20-40° nilai dari sudut
diam jarang di bawah 20°, dan nilai sampai 40° menunjukkan potensial aliran
yang baik serta di atas 50° serbuk hanya mengalir dengan susah, itupun jika
mungkin (Lachman dkk,1989: 142).
Berdasarkan hasil uji sudut diam dari Tabel di atas hanya formula II dan
formula III yang nilai sudut diamnya lebih dari 40° yaitu 40,91° dan 42,19° ini
dikarenakan penggunaan povidon yang banyak, dimana povidon tersebut
merupakan serbuk halus (fines). Semakin meningkatnya jumlah fines maka
gaya tarik menarik antar partikel akan semakin kuat sehingga akan terbentuk
tumpukan granul akan sukar bergulir oleh karena itu formula I memiliki sudut
diam yang kecil. Sedangkan pada formula II dan III nilai sudut diamnya diatas
40° yaitu 40,91° dan 42,19° sehingga tidak memenuhi persyaratan.
c. Susut pengeringan
14
Hasil dari pengayakan pada tabel di atas menunjukkan bahwa FI merupakan
formula yang memiliki diameter partikel rata-rata terbesar yaitu 692,1797 μm.
Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi PVP mempengaruhi diameter partikel
dimana PVP berbentuk serbuk halus sehingga banyak granul yang melewati
ayakan. Oleh karena itu semakin banyak PVP akan menghasilkan diameter
partikel yang kecil, sehingga pada formula III dengan konsentrasi povidon 5%
memiliki diameter partikel yang kecil yaitu 646,3532μm dan untuk formula I
dengan konsentasi PVP 1% memiliki diameter partikel yang besar. Formula I
juga mempunyai jumlah fines dalam persen yang terkecil yaitu 0,72 %
sedangkan formula III mempunyai jumlah partikel-partikel halus dalam persen
yang terbesar yaitu 0,82 %. Dari hasil analisis menggunakan analisis variansi
satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa F hitung (0,014)
< F tabel (3,88). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna pada kandungan lembab granul antara ketiga formula.
15
Formula I memiliki banyak sedimen, ini dikarenakan formula I
memiliki ukuran partikel yang besar sehingga terbentuk sedimen yang banyak.
Selain itu faktor kelarutan juga dapat mempengaruhi banyak sedikitnya
sedimen. Ini dapat dilihat dari konsentrasi PVP pada formula I lebih sedikit
daripada formula III dimana PVP itu dapat meningkatkan kelarutan. Oleh
karena itu pada formula I sedimen yang terbentuk banyak.
16
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
A. Konsentrasi PVP pada formula I (1%) memenuhi kualitas granul instan
yang baik yaitu meliputi uji waktu alir (8,29), sudut diam (39,11), susut
pengeringan (2,99) dan distribusi ukuran partikel.
B. Berdasarkan uji waktu alir, sudut diam, susut pengeringan, distribusi
ukuran partikel dan uji tanggapan rasa memenuhi kualitas granul instan
yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
7. Siregar, C. 1992. Proses Validasi Manufaktur Sediaan Tablet. FMIPA,
ITB: Bandung.
8. Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Terjemahan)
Noerono, S. Edisi V. UGM press: Yogyakarta.
9. Wade. A & Raul. J.E. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exipients, 2nd
edition. London : American Pharmaceutical Association and The
Pharmaceutical Press.
19