Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN


PADA MASA BANI ABBASIYAH

Disusun oleh :

Restiana

Guru:
Nita Khoirunisa, S.Pd., M.Pd

SMP NEGERI SATU ATAP LEUWISADENG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran pendidikan agama islam.
Karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang miliki, maka dalam pembuatan makalah ini
kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi terutama dari media internet
dan beberapa sumber lainnya. kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca guna perbaikan dimasa
mendatang.

Bogor, 3 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2

A. Bani Abbasiyah .................................................................................................... 2

B. Sejarah Bani Abbasiyah ........................................................................................ 2

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Abbasiyah ............................. 5

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 11

B. Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa permulaan peradaban yang benar-benar membawa perubahan yang
sangat besar, yang membawakan pula obor kesejahteraan dan kemanusiaan, Muhammad
SAW. beliau merupakan nabi penutup daripada nabi dan rosul, serta sebagai rahmatan lil
„alamin bagi umat manusia dengan Islam sebagai ajaran agama yang baru. Sehingga
beliau pula patut sebagai guru utama bagi pembaruan. Setelah nabi wafat ajaran tersebut
disebarluaskan oleh para sahabat, tabi‟in dengan memegang panji Islam yang kokoh.
Sehingga pasca nabi, ajaran Islam juga disebarluaskan diseluruh penjuru dunia.
Dalam penyebaran syari‟at Islam pasca Rosulullah SAW, terdapat beberapa
babakan, yakni mulai langsung dari Khulafaur Rasyidin, yang dijalankan oleh para
sahabat (11-41 H) yakni dari Abu Bakar as-Shidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin
Affwan, Ali bin Abi Thalib. Serta babakan Islam pada masa klasik (keemasan) yang
terdapat dua penguasa besar pada saat itu, yaitu pada masa Dinasti Umaiyah dan Dinasti
Abbasiyah. Pada bahasan ini, kita akan membahas lebih luas tentang Dinasti Abbasiyah
yang diusungkan dari kerabat Rasulullah, yakni keluarga Abbas. Mulai dari sejarah
hingga perkembangan ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bani abbasiyah?
2. Bagaimana sejarah bani abbasiyah?
3. Bagaimana perkembangan ilmuu pengetahuan pada masa bani abbasiyah?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang bani abbasiyah
2. Mengetahui sejarah bani abbasiyah
3. Mengetahui perkembangan ilmuu pengetahuan pada masa bani abbasiyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerintah daulah abbasiyah

Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan


sebelumnya dari Bani Umayyah. Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abdullah al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang
diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial,
dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang, dari
tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

B. Sejarah

1. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya


membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

a. Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan
Persia pertama.

b. Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

c. Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih
dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut

d. juga masa pengaruh Persia kedua.

e. Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani
Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah
al-Kubra/Seljuk Agung).

f. Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri
oleh invasi dari bangsa Mongol.

2
2. Pusat-Pusat Peradaban Masa Bani Abbasiyah
a. Baghdad
Kota baghdad dibangun oleh khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan
al-Mansur membangun kota ini ialah untuk seteril dari kelompok syiah maupun
kelompok bani umayyah yang baru saja dikalahkan. Letaknya di tebing sungai
Dajlah. Dari sungai ini jalannya transportsi barang dari India, Sind, Cina, Basrah,
Ahwaz, Wasit, Mausil, Diar bakar dan Diar Rabi‟ah. Bagdad dibangun oleh 1000
pekerja dari seluruh wilayah islam diawasi oleh arsitek ahli eropa yang dibayar
dengan harga mahal oleh khalifah al-Mansur.
Di dalam kota Baghdad dibangun berbagai peradaban seperti istana,
masjid, madrasah, kuttab dan perpustakaan, darul khaliah atau perkampungan
khalifah dan fasilitas lainya. Pada masa Harun al-Rasyid kota Baghdad dibangun
menjadi lebih sempurna, dengan fasilitas pendidikan, diantaranya berdiri
Universitas Nizamiyah dan perpustakaan Baitul Hikmah, dilengkapi dengan
fasilitas belajar yang lengkap. Pada akhirnya kota baghdad menjadi kota yang
makmur, maju dan kaya dengan tamadun, ilmu pengetahuan dan kebaikan serta
mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan terkenal di seluruh dunia.
Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru dunia datang untuk belajar
di kota Baghdad.
b. Samara

Diriwayatkan bahwa, asal kata samara dari bahsa Arab yang artinya siapa
yang melihat pasti menang. Kota ini dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh
seratus kilometer dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah
kota tua, Khalifah Harun menggali sebuah sugai yang dekat dengan istana
namanya Taqul. Selanjutnya Khalifah al-Muktasim juga telah membangun
sebuah istana yang dihadiahkan kepada permaisurinya. Kota itu dibangun
karena kota baghdad semakin sesak dengan penduduk dan peradaban. Di antara
bangunan-bangunan besar yang indah di kota samarra ialah mahligai Khalifah al-
Mutawakkil Khalifah Ke-10 yang diberi nama mahlighai al-Arus selanjutnya
dibangun mahlighai-mahligai Khalifah berikutnya, al-Mukhtar dan al-Walid.
3
c. Karkh

Kota karkh dibangun oleh Khalifah al-Mansur dengan tujuan sebagai kota
bayangan bagi Baghdad sebagai kota pusat pemerintahan. Kota Baghdad yang
sudah penuh sesak dengan berbagai bangunan, masjid, istana, madrasah,
makhtab dan bangunan fasilitas pemerintahan lainnya, maka Khalifah al-Mansur
memindahkan pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad ke kota Karkh.
Perniagaan yang dominan adalah perniagaan minyak wangi, tukang-tukuang besi,
tukang-tukang kayu, perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta
perniagaan bunga, dan perniagaan alat musik.

d. Anhar (Hasyimiyah)

Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh salah seorang raja persia
yang bergelar Heraklius. Pada saat Abbasyiah, maka Khalifah pertama Abu
Abbas Assafah memperbaiki kota ini dan mengganti namanya menjadi kota
Hasyimiyah. Pada saat al-Mansur menjadi Khalifah ke dua, dia merasa tidak
aman, karena pernah mendapat ancaman dari lawan politik, maka Khalifah al-
Mansur merancang untuk mendirikan kota baru yang namanya Baghdad.

Meskipun ibu kota Abbasyiah dipindahkan ke Baghdad di wilayah bekas


kekuasaan Romawi timur yang terkenal dengan Babilonia, akan tetapi
Hasyimiyah tetap menjadi salah satu pusat peradaban islam Abbasiyah. Selama 4
tahun Abu Abbas menjadi Khalifah, kota ini menjadi pusat ibu kota Abbasiyah.
Pada saat perkembangan peradaban Abbasiyah mengalami masa puncak
kejayaan, Hasyimiyah termasuk salah satu pusatnya pengembangan ilmu
pengetahuan.

e. Bukhara dan Samarkand

Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan
mongol. Sejarah berdiri dua kota ini adalah ketika Iskandar Zurkarnain

4
diperintahkan agar membatasi hegomoni Mongol mengadakan serangan ke
wilayah lain. Iskandar diutus ke wilayah ini yang sekarang dikenal dengan nama
wilayah Tranxoania dan membangun Bukhara dan Samarkand menjadi pusat
kota bagi komunitas diwilayah ini. Dua kota ini masuk ke wilayah pada masa
Abbasiyah berkuasa. Dua kota ini lahir ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan
Imam Samarkandi.

f. Mesir

Mesir sejak dahulu kalah telah berdiri beberapa kota tua yang dalam
sejarah mesir kuno telah kita kenal beberapa kota seperti Alexandria, Fustat, dan
Kahira yang sekarang dikenal dengan nama Kairo. Pada saat wilayah ini di
kuasai Abbasiyah, berdiri beberapa Universitas dan Masjid, Universitas al-Azhar
dan Masjid Quatul.[9]

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Abbasiyah


Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Bani Abbasiyah ini tidak
terlepas dari pengaruh upaya dinasti sebelumnya yaitu dinasti Bani Umayyah, pada masa
Umayyah ilmu pengetahuan mulai dikembangkan dan hal ini menjadi cikal bakal bagi
perkembangan yang lebih gemilang di masa setelahnya. Karena itu tidak benar
pernyataan bahwa pada masa Bani Abbasiyah tidak ada pengembangan ilmu
pengetahuan.
Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan
istilah „‟The Golden Age‟‟. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan,
baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang
berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan
buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan
cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.
Suasana tumbuhnya peradaban Abbasyiah terjadi setelah perluasan wilayah secara
besar-besaran. Faktor yang paling dominan mendorong suasana itu adalah kebijakan dari
5
khalifah Abu ja‟far, bahwa yang menjadi khalifah harus orang yang mencintai dan dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan. Suasana keilmuan memang diciptakaan oleh
khalifah dengan menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga pendidikan dan
perpustakaan dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim disediakan oleh siapa saja
yang mau belajar ilmu pengetahuan. Ulama dari berbagai disiplin ilmu didatangkan untuk
mengajari orang-orang islam yang belajar. Kegiatan menulis buku berjalan dengan sangat
pesat, karena pemerintah mewajibkan belajar sambil menuliskan ilmu kitab.
Kota Bagdad, merupakan ibu kota negara Kerajaan Abbasiyah yang didirikan
oleh Khalifah Abu Ja‟far al-Mansur (754 – 775 M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di
tepian Sungai Tigris. Masa keemasan Kota Bagdad terjadi pada pemerintahan Khalifah
Harun ar-Rasyid (786 – 809 M) dan anaknya al-Ma‟mun (813 – 833M).
Kota Samarra, letaknya di sebelah timur Sungai Tigris yang berjarak kurang lebih
60 km dari Kota Bagdad. Di kota ini terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni
bangunan Islam di kota-kota lain. Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup
kepentingan sosial saja, tetapi juga peradaban di semua aspek kehidupan, seperti:
administrasipemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi militer, administrasi
wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industri, Islamisasi pemerintahan,
kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat
Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta
pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan
perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan
arsitek.
Ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah tumbuh dan berkembang dengan suburnya
disebabkan oleh empat faktor :

1. Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain seperti
Persia, Yunani, India, yang sudah maju Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non
Arab yang masuk Islam dan sangat besar sahamnya dalam perkembangan Iptek.
Bangsa Persia berjasa dalam ilmu pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa
India terlihat pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi. Pengaruh Yunani
masuk melalui terjemahan-terjemahan berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.

6
2. Gerakan penterjemahan yang berjalan melalui 3 fase, fase pertama, pada masa Al-
Manshur sampai Harun Al-Rasyid, penterjemahan terfokus pada ilmu astronomi dan
logika (mantiq). Fase kedua, pada masa Al-Makmun hingga tahun 300 H, terfokus
pada ilmu kedokteran dan filsafat. Dan fase ketiga, setelah tahun 300 H, bidang ilmu
yang diterjemahkan semakin luas.

3. Perkembangan Bidang Ilmu Naqli :

a. Ilmu Hadis

Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah:

1) Imam Bukhari (810-870 M). Nama : Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardzibah al-Bukhari. Karyanya : kitab “al-Jami‟ al-
Shahih al-Bukhari”, “at-Tarikh as-Sagir”, “at-Tarikh al-Ausat”, “Tafsir al-Musnad
al-Kabir”, dll.

2) Imam Muslim (817 – 875 M). Nama : Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-
Qusyairi an-Nisaburi. Dalam rawi hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim sering
disebut Syaikhoni (Dua Syekh). Karyanya : kitab “al-Jami‟ al-shahih al-muslim”.
Para ulama‟ menempatkan kitab Sahih Muslim pada peringkat kedua sesudah
Sahih Bukhari.

3) Ibnu Majah (823-887 M). Nama : Abu Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba‟I
al-Qazwani. Karyanya: kitab “Sunan Ibnu Majah”.

4) Abu Daud (817-888 M). Nama : Abu Dawud Sulaiman bin al-asy‟as bin Ishaq bin
Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran al-Azdi as-Sijistani. Karyanya: kitab
“Sunan Abu Dawud”.

5) At-Tirmidzi (209-279 H). Nama : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin
Musa bin Da Dahlat as-Sulami al-Bugi. Dalam bidang hadits, at_Tirmizi adalah
murid Imam Bukhari. Pendapat Imam Bukhari tentang nilai hadits sering
ditampilkan dalam karyanya, “Sunan at-Tirmizi”.

7
6) An-Nasa‟i (830-915 M). Nama : Ahmad bin Syu‟aib bin Ali bin Bahr bin sinan.
An-Nasa‟i menulis beberapa kitab : as-Sunan al-Kubra, as-Sunan al-Mujtaba‟,
Kitab Tamyiz, Kitab ad-Du‟afa‟, Khasa‟is Amirul Mu‟minin Ali bin Abi thalib,
Musnad Ali, dan Musnad Malik.

b. Ilmu Tafsir

Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran: Pertama,
tafsir bil-ma‟tsur yaitu, interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari
hadis Nabi SAW dan para sahabatnya. Mufassir masyhur golongan ini antara lain
Ibn Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz, Ibn Athiyah al-Andalusy
(Abu Muhammad bin Athiyah), al-Sud‟a Muqatil bin Sulaiman yang mendasarkan
penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn Mas‟ud, dan para sahabat lainnya.

c. Ilmu Fiqih

Dalam bidang fiqih, para fuqaha‟ yang ada pada masa Bani Abbasiyah mampu
menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini. Ada 4 fuqoha‟ yang terkenal
dengan sebutan “Imam mazhab empat”

1) Imam Abu Hanifah (700-767 M). Nama : Nukman bin Tsabit, dikenal sebagai
pembangun madzhab Hanafi. Pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh
perkembangan yang terjadi di Kuffah, karena itu mazhab ini lebih banyak
menggunakan pemikiran rasional dari pada hadits. Karyanya: kitab “Musnad al-
Imam al-A‟dzam” atau fiqih al-akbar. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu
Yusuf, menjadi Qodhi Al-Qudhal di zaman Harun Al-Rasyid.

2) Imam Malik (713-795 M). Nama: Anas bin Malik, terkenal sebagai ahli hadis dan
pembangun Madzhab Maliki. Dia lebih cenderung menggunakan dalil naqli (nash
Qur'an dan hadis) dan tradisi masyarakat Madinah daripada dalil aqli (rasional).
Karyanya : yang terbesar berjudul Al-Muwattha', yang berisi kumpulan Hadits
Nabi.

8
3) Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia, Libiya, Mesir, Spanyol dan
daerah Afrika lainnya.

4) Imam Syafi‟i (767-820 M). Nama : Muhammad bin Idris Asy-Syafi'iy, terkenal
sebagai pembangun Madzhab Syafi'iy. Corak pemikiran Madzhabnya : berusaha
memadukan antara madzhab Hanafi yang rasionalis dan Maliki yang ortodoks
(salafi).

5) Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M). Nama : Ahmad bin Hanbal. Lahir di
Baghdad. Ia terbilang murid Imam Syafi'iy, dan pembangun Madzhab Hanbali.
Karya tulis terbesarnya berjudul : ”Al-Musnad” yang berisi kumpulan hadis Nabi,
dan kitab ”An-Nasikh wal Mansukh”.

d. Ilmu Akhlak dan Tasawuf

Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran


diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari
bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu hakekat yang pada
intinya mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, meninggalkan kesenangan dunia
dan hidup menyendiri untuk beribadah kepada Allah.

e. Ilmu Kalam (Teologi Islam)

1) Abu Hasan Al-Asy'ari (872-913 M). Ia pembangun paham Ahlussunnah wal


jamaah di bidang ilmu kalam. Ia terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib
bagi Alloh ada 13 sifat, mulai dari wujud, qidam baqo', sampai kalam.

2) Karya-karya tulisnya yang dijadikan rujukan para ulama ilmu kalam sampai
sekarang, diantaranya berjudul : a). Maqolatul Islamiyyin (pendapat golongan
Islam); b) Al-Ibanah 'an e. Ushuliddiniyyah (penjelasan tentang dasar-dasar
agama); c) Al-Luma' (sorotan) yang berisi penjelasan tentang ketuhanan, dosa
besar dan persoalan ‟aqidah.

3) Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M). Seperti halnya Al-Asy'ari, Ia pembangun


paham Ahlussunnah wal jamaah bidang ilmu kalam. Dalam membahas sifat-sifat
9
Allah, ia merumuskan bahwa sifat Allah berjumlah 20 sifat yang dikelompokkan
menjadi 4 sifat, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyah, ma'aniy dan ma'nawiyah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kemajuan Islam pada Masa Bani Abbasiyah Daulah Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah Al-Saffah pada tahun132 H / 750 M. Daulah Abbasiyah merupakan
kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah yang telah hancur di Damaskus.
Kemajuan dan perkembangan pada periode Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal (dari ajaran agama Islam) dan faktor eksternal (proses
sejarah umat Islam dalam kehidupannya).
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah Pada masa Daulah
Abbasiyah adalah masa keemasan bagi umat Islam atau yang sering disebut
dengan istilah „‟The Golden Age‟‟.
3. Pusat peradapan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah: di Kota Bagdad dan
Kota Samarra. Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial
saja, tetapi juga aspek peradaban dalam semua aspek kehidupan, seperti:
administrasi pemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi militer,
administrasi wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industry,
Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika,
geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam,
sastra, seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi
pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan
toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
4. Hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan Ilmu pada masa Daulah Abbasiyah:
meningkatkan keimanan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, menumbuhkan semangat menuntut
ilmu baik ilmu agama maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh
para cendekiawan Islam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai
dengan ajaran Islam, membina rasa kesatuan dan persatuan umat Islam dan

11
kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa,
negara, warna kulit, dan lain sebagainya.

B. Saran
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya pelajar. Namun, alangkah
baiknya jika pembaca tidak puas dengan materi yang kami buat dan bisa lebih
memahami dan mencari refrensi lain tentang materi yang terdapat dalam makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasjmi, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT.Bulan Bintang. 1997.

2. Tim Kementrian Agama Republik Indonesia,. Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI.
2015.

3. Su‟ud, Abu. Islamologi. Jakarta: PT Rineka Cipta 2003.

4. Nasution , Harun. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. Jakarta: UI-Press.
1985.

13

Anda mungkin juga menyukai