B. Eksperimen
1. Alat
Tabung reaksi, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, corong Buchner, timbangan, alat
penentu titik leleh.
2. Bahan
Etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, n-heksana, aquades, norit, kapas, es batu, sampel
A (Tablet Bodrex), sampel B (Tablet Ponstan) dan sampel C (Tablet Parasetamol)
C. Prosedur Kerja
1. Pemilihan Pelarut
Dimasukkan masing-masing 0.5 gram sampel A yang telah dihaluskan ke dalam 6 tabung
reaksi. Ditambahkan 2 ml akuades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluen dan heksana
pada masing-masing tabung reaksi. Tabung dikocok dan diamati kelarutan sampel pada
suhu kamar, dicatat hasil pengamatan. Sampel yang tidak larut dipanaskan, lalu dikocok
tabung dan dicatat kelarutannya. Dibiarkan larutan menjadi dingin dan diamati
pembentukan kristalnya. Dilakukan prosedur yang sama untuk sampel B dan C serta
ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi.
2. Rekristalisasi Sampel
Dimasukkan 0.1 gram sampel A ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 2 ml pelarut yang
sesuai dari hasil prosedur A. Dipanaskan campuran perlahan sambil dikocok hingga
semua padatan larut, lalu disaring. Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan filtrat menjadi
dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, disiapkan ice bath untuk
menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu dimasukkan wadah larutan ke dalam ice bath
dan diamati pemebentukan kristalnya. Disaring kristal dan dicuci dengan sejumlah
pelarut dingin menggunakan penyaring Buchner. Lalu dilanjutkan penyaringan hingga
kering. Kristal ditimbang dan dihitung persen recovery-nya.
D. Hasil Percobaan
1. Penentuan Pelarut
Sampel A
Sampel Suhu kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil
Asetat
Aseton
Toluena
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut
2. Penentuan Pelarut
Sampel B
Sampel Suhu kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil
Asetat
Aseton
Toluena
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut
3. Penentuan Pelarut
Sampel C
Sampel Suhu kamar Dipanaskan Didinginkan
TL L TL L TL L
Akuades
Etanol
Etil
Asetat
Aseton
Toluena
Keterangan: TL = Tidak Larut; L = Larut
Perlakuan
Sampel Suhu
Pelarut Panas Dingin Kering Rendemen
Kamar
Terbentuk
Larut Larut Terbentuk
Contoh Etanol kristal 60 %
Sebagian Semua Kristal
kembali
Sampel A
Sampel B
Sampel C
Keterangan:
Rendemen = (Berat Hasil Percobaan/Berat Sampel) x 100%
BAB III
DESTILASI
A. Pendahuluan
Destilasi atau penyulingan adalah metode yang banyak digunakan untuk memisahkan
campuran berdasarkan perbedaan kondisi yang diperlukan untuk mengubah fase komponen
campuran. Untuk memisahkan campuran cairan, cairan dapat dipanaskan untuk memaksa
komponen, yang memiliki titik didih berbeda, ke dalam fasa gas. Gas tersebut kemudian
dikondensasi kembali ke bentuk cair dan dikumpulkan. Jenis-jenis distilasi yang digunakan:
1. Destilasi Sederhana
Di dalam destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh
atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran dipanaskan maka
komponen yang titik didihnya lebih rendah menguap lebih dulu.
Selain perbedaan titik didih, perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah
substansi menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer. Destilasi sederhana
dimanfaatkan untuk memisahkan campuran air serta alkohol. Metoda ini digunakan untuk
memurnikan cairan-cairan yang tidak terurai pada titik didihnya dari pengotor-pengotor
non volatil atau memisahkan cairan yang mempunyai perbedaaan titik didih paling
sedikit antara 70-80oC.
2. Destilasi Fraksinasi
Destilasi fraksinasi merupakan salah satu destilasi yang berfungsi memisahkan
komponen-komponen cair dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Konstituen dari suatu campuran cairan yang berbeda titik didihnya sekitar 30oC atau
lebih dapat dipisahkan dengan teknik ini. Susunan peralatan sama dengan destilasi
sederhana, hanya dilengkapi dengan kolom fraksionasi. Aplikasi destilasi varian ini
digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam
minyak mentah.
Perbedaan destilasi fraksionasi dengan destilasi sederhana adalah ada kolom fraksionasi.
Di dalam kolom terjadi pemanasan bertahap dengan suhu berbeda setiap plat. Pemanasan
yang berbeda-beda bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat di bawahnya.
Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
3. Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasa digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak stabil,
terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya ataupun campuran yang memiliki
titik didih di atas 150°C. Aplikasi metode ini digunakan untuk memurnikan cairan
organik yang terurai pada atau di bawah titik didih normalnya atau untuk cairan yang
mempunyai titik didih sangat tinggi yang sulit dilakukan pada tekanan biasa.
Metode ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih rendah jika kondensor
menggunakan air dingin, sebab komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh
air. Untuk mengurangi tekanan dipakai pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi
menurunkan tekanan pada system atau digunakan Rotary Evaporator.
B. Eksperimen
1. Alat: Set alat distilasi, gelas ukur 10 mL, erlenmeyer, statif, kertas saring.
2. Bahan: Kayu manis, Magnesium Sulfat anhidrat, batu didih, akuades.
C. Prosedur Kerja
Prosedur pertama adalah melakukan persiapan sampel. Kayu manis dihaluskan yang sudah
bersih dan kering (dengan jumlah air minimum). Kemudian setting alat distilasi sesuai
gambar pada buku petunjuk praktikum. Dimasukkan 10 g sampel ke dalam labu alas bulat
250 ml. Labu diisi dengan akuades hingga setengah volume total labu, ditambahkan batu
didih. Dipasang kembali labu pada alat distilasi. Dipanaskan labu pada mantel pemanas
secara perlahan-lahan. Dihentikan distilasi jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100 ml atau
telah dipanaskan selama 1-1,5 jam. Dicatat volume distilat yang diperoleh, dibiarkan distilat
beberapa saat hingga diperoleh 2 fasa, fase air dan fase orgnaik. Dipisahkan minyak atsiri
dari air yang ada dalam campuran distilat lalu ditambahkan sedikit magnesium sulfat pada
distilat minyak atsiri dengan cara dekantasi. Dicatat volume minyak atsiri yang diperoleh.
Dihitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh. Diamati bau dan warna dari minyak atsiri
tersebut.
D. Hasil Percobaan
Data dan Perhitungan
1. Data Awal Kayu Manis
Berat sampel awal : …….gram
Volume air awal : …….ml
Bau : ……………….
Bentuk awal : ……………….
2. Data Percobaan
Massa minyak yang dihasilkan + Erlenmeyer : …………gram
Massa erlenmeyer : …………gram
Massa destilat yang diperoleh : …………gram
Bentuk : ……………….
Warna : ……………….
Setelah ditambah MgSO4 :………………..
BAB IV
NITRASI SENYAWA AROMATIS
A. Pendahuluan
Reaksi substitusi pada atom karbon alifatik umumnya bersifat nukleofilik dan reaksi
substitusi aromatik bersifat elektrofilik. Mekanisme reaksi substitusi aromatic elektrofilik
dapat dilihat sebagai berikut :
Tahap I:
Tahap II :
Reaksi tahap 1 menunjukkan benzena mendonorkan pasangan elektron bebas (PEB) pada
spesi elektrofilik (E+), menghasilkan intermediat karbokation, ion arenium. Reaksi tahap 2
melalui eliminasi sebuah proton dari ion arenium menghasilkan benzena tersubstitusi. Reaksi
monosubstitusi aromatik elektrofilik pada benzena dapat berjalan lambat atau cepat. Gugus
pensubstitusi yang meningkatkan laju reaksi disebut gugus pengaktivasi. Gugus pensubstitusi
yang menurunkan laju reaksi disebut gugus pendeaktivasi. Semua gugus yang mengaktivasi
cincin aromatik melalui dorongan elektron adalah pengarah orto-para. Substituen penarik
elektron umumnya pengarah meta. Klasifikasi gugus pengarah orto, meta dan para dapat
dilihat sebagai berikut:
B. Eksperimen
1. Alat
Erlenmeyer, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur, penangas es
2. Bahan
H2SO4 pekat, es batu, HNO3 pekat, toluene, aquadest, klorobenzena, metil benzoat,
nitrobenzene
C. Prosedur Kerja:
1. Nitrasi Toluena
Sebanyak 3 ml toluena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah berisi 6 ml
H2SO4 pekat. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga tidak terasa panas.
Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan erlenmeyer selama 10 menit.
Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat ke dalam
erlenmeyer yang masih berada dalam penangas es sambil diaduk. Diamati dengan teliti
dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil percobaan.
2. Nitrasi Klorobenzena
Sebanyak 2,25 ml klorobenzena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah
berisi 6 ml H2SO4 pekat. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga tidak
terasa panas. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan Erlenmeyer selama
10 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat ke
dalam erlenmeyer yang masih berada dalam penangas es sambil diaduk. Diamati dengan
teliti dan dicatat setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil percobaan.
3. Nitrasi Metil Benzoat
Sebanyak 1,5 ml metil benzoat dan 4 ml H2SO4 pekat dimasukkan ke dalam erlenmeyer
125 ml. Didinginkan campuran reaksi dalam penangas es hingga tidak terasa panas.
Ditambahkan 2 ml HNO3 pekat tetes demi tetes ke dalam campuran reaksi yang masih
berada dalam penangas es, diaduk campuran reaksi dengan menggoyangkan erlenmeyer.
Dilanjutkan pendinginan selama 5 menit. Diamati dengan teliti dan dicatat setiap
perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil percobaan.
4. Nitrasi Nitrobenzena
Sebanyak 2,25 ml nitrobenzena dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml yang telah
berisi 6 ml H2SO4 pekat. Diaduk campuran reaksi dengan cara menggoyangkan
erlenmeyer selama 20 menit. Ditambahkan perlahan campuran 2 ml H 2SO4 pekat dan 2
ml HNO3 pekat ke dalam erlenmeyer sambil diaduk. Diamati dengan teliti dan dicatat
setiap perubahan yang terjadi pada lembar pengamatan hasil percobaan.
D. Hasil Percobaan
berikut:
Gambar 1 Reaksi Sintesa Aspirin
Kemurnian aspirin diuji dengan menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi dengan gugus fenol
membentuk kompleks ungu atau ditentukan dengan uji titik leleh, dimana titik leleh aspirin
murni adalah 136oC. Asam salisilat akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan,
karena asam salisilat mempunyai gugus fenol.
Produk direkristalisasi menggunakan pelarut alcohol 96% panas. Kemurnian produk
ditentukan dengan mudah menggunakan “spot test”. Asam salisilat memiliki gugus fenolik,
sehingga menghasilkan uji positif, sedangkan aspirin murni tidak memberikan warna ungu.
B. Eksperimen
1. Alat
Penangas air, erlenmeyer 125 ml, batang pengaduk, klem, corong buchner, tabung reaksi,
tabung kapiler, melting blok, bunsen, termometer, buret.
2. Bahan
Asam asetil salisilat, anhidrida asetat, asam fosfat 85%, aquadest, etanol, FeCl3,
fenolftalein, tablet aspirin, NaOH 0,1 M.
C. Prosedur kerja
1. Sintesa Aspirin
Ke dalam labu 100 ml dimasukkan 5 g salisilat; 7,5 g asam asetat anhidrida (BJ: 1,08
g/ml) dan 5 tetes asam sulfat pekat. Campuran dikocok sampai homogen. Kemudian
dipanaskan di atas penangas air (suhu didalam labu ± 50-60 oC) sambil diaduk dengan
termometer selama 15 menit.
2. Isolasi
Didinginkan sambil tetap diaduk dan ditambah 75 ml air, kemudian disaring dengan
pompa vakum.
3. Pemurnian
Pemurnian dilakukan dengan rekristalisasi. Pelarut yang digunakan adalah campuran 15
ml alkohol 96% dan 40 ml aquadest. Kristal dimasukkan ke dalam pelarut dan
dipanaskan hingga semua kristal larut, kemudian didinginkan perlahan-lahan akan
diperoleh kristal berbentuk jarum.
4. Uji Aspirin
Disiapkan 3 tabung reaksi, asam salisilat, aspirin hasil sintesa dan aspirin murni
dimasukkan masing–masing ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 20 tetes
aquadest sanbil digoyang dan ditambah 10 tetes FeCl3 10%, diamati perubahan warna
yang terjadi.
D. Hasil Percobaan
3. Pemurnian
Hasil isolasi didestilasi kembali dengan suhu 224 oC, kemudian destilat ditampung dalam
wadah kering dan bersih. Hasil sintesis disimpan dalam wadah gelap, tertutup rapat dan
terlindung cahaya matahari.
D. Hasil Percobaan