Anda di halaman 1dari 17

Nama : Sherlina Puspita

NPM : 16180100004
Mata Kuliah : Praktek Kosmetologi Bahan Alam
Dosen : Wiwit Witdiastuti, S.Farm.,

SABUN CAIR

1. Latar Belakang
Kulit menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai
pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono,
2007). Kulit merupakan pertahanan utama terhadap bakteri dan apabila kulit
tidak lagi utuh, maka menjadi sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor lain
(mikoplasma, riketsia dan klamidia).
Bentuk sediaan farmasi yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan
kulit salah satu diantaranya ialah sabun. Sabun adalah produk yang dihasilkan
dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci
dan membersihkan lemak (kotoran) (Hernani, 2010).
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi
yang terdiri dari dua komponen utama yakni asam lemak dengan rantai karbon
C16 dan sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan
reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak yang dapat berasal
dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang menggunakan penambahan
NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat
dengan penambahan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap) (Qisti, 2009).
Menurut Indonesian Trade Promotion Centre Lagos (2015), jenis sabun
pada saat ini tersedia dalam berbagai bentuk yaitu diantaranya adalah:
1) Sabun Batang
2) Sabun Cair
3) Sabun Busa
4) Sabun Gen atau Krim
5) Sabun Serbuk
Sabun mandi cair adalah sediaan berbentuk cair yang digunakan untuk
membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun dengan penambahan
surfaktan, penstabil busa, pengawet, pewarna dan pewangi yang diijinkan dan
digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1996).
Formulasi sabun cair terbentuk dari reaksi saponifikasi dari minyak dan
lemak dengan alkali (Mitsui, 1997). Untuk membentuk sabun cair, alkali yang
dipilih yaitu kalium hidroksida (Mitsui, 1997) karena KOH bersifat lebih mudah
larut dalam air. Penambahan KOH akan bepengaruh terhadap hasil uji pH, bobot
jenis dan kadar alkali bebas pada sabun cair. Selain minyak dan alkali bahan
tambahan lain yang digunakan yaitu asam stearat yang berfungsi untuk
menstabilkan busa dan memberikan kekentalan pada sabun. Berdasarkan fungsi
KOH dan asam stearat, maka pada penelitian ini minyak atsiri pala
diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun cair dengan variasi konsentrasi KOH
dan asam stearat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
kedua komponen tersebut terhadap sifat fisik dan stabilitas sabun cair.
Syarat sabun cair yang baik adalah memiliki pH 8-11, memiliki
kandungan alkali bebas tidak boleh melebihi 0,3% dan memiliki bobot jenis 1,01-
1,10g/mL (SNI, 1996).
Pemilihan sediaan sabun cair karena sabun cair memiliki kelebihan yaitu
bentuknya yang berupa cairan memungkinkan reaksi sabun cair pada permukaan
kulit lebih cepat dibandingkan sabun padat. Kelebihan lain sabun cair adalah
sabun cair lebih higienis dalam penyimpanan dan lebih praktis dibawa ketika
bepergian (Kurnia and Hakim, 2015).

2. Tinjauan Teori
Rumput laut adalah tanaman tingkat rendah yang tidak mempunyai akar,
batang, serta daun sejati. tumbuhan ini umumnya melekat pada substrat yang
berbentuk thallus. Rumput laut juga merupakan gabungan dari beberapa tanaman
yang tidak bervaskular dan memiliki pigmen klorofil untuk melakukan proses
fotosintesis.
Rumput laut memiliki struktur vegetatif yang tidak sama dengan tanaman
tingkat tinggi. Struktur vegetatif rumput laut tidak bisa dibedakan antara daun,
batang serta akar. Struktur yang tidak dapat dibedakan ini dikenal dengan sebutan
talus.
Talus pada rumput laut ialah multisel serta terdiri dari bentuk dan ukuran
yang berbeda. Talus dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang umum yakni
filamen dan sifon. Kedua bentuk talus ini dapat bervariasi yang nantinya akan
mendapatkan bentuk talus yang lebih kompleks. Hal ini juga termasuk filamen
ringkas sampai pada bentuk filamen yang lebih besar yang bisa dibedakan antara
kepala pelekap, stip serta lamina.
Klasifikasi Rumput Laut
Klasifikasi ilmiah tanaman rumput laut ini, antara lain;
Kingdo : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieraceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii atau Kappaphycus alvarezii
Rumput laut memiliki berbagai manfaat yang sangat beragam terutama
bagi dunia industri. Hal ini karena adanya kandungan alginat, agar-agar,
karagenan, dan zat-zat lain yang juga sangat kaya dengan mineral. Industri yang
telah memanfaatkan rumput laut antara lain pada industri makanan, kosmetik,
farmasi, tekstil, dan food supplement (Astawan, 2004).
Beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki arti
ekonomis penting adalah:
1) Rumput laut penghasil agar-agar (Agarophyte), yaitu Gracilaria,
Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea;
2) Rumput laut peng hasil karaginan (Canagenophyte), yaitu Eucheuma
spinosum, Eucheuma cottonii, Eucheuma striatum; dan
3) Rumput laut penghasil algin (Alginophyte), yaitu Sargasum, Macrocystis,
dan Lessonia (Astawan, 2004).
Agar-agar merupakan ekstrak dari rumput laut yang salah satunya berasal
dari jenis Gracilaria sp, sedangkan Gracilaria sendiri merupakan rumput laut
yang termasuk dalam golongan Rhodophyceae (alga merah).
Arang merupakan produk dari proses karbonisasi kayu yang sebagian
besar komponennya merupakan karbon. Arang aktif sendiri merupakan arang
yang telah mengalami pemprosesan secara lanjut dengan pemanasan tinggi atau
dengan menggunakan bahan-bahan kimia sehingga pori-pori yang dimiliki arang
menjadi terbuka dan mampu menjadi absorben. Daya serap arang aktif terjadi
karena adanya pori-pori berukuran mikro yang jumlahnya banyak (Yustinah,
2011).
Pemanfaatan arang aktif sebagai absorben banyak digunakan untuk
menyerap cairan beracun, gas beracun, bau busuk, penjernih air, dan sebagainya
(Akhmad, 2012). Bahan baku yang dapat digunakan sebagai pembuatan arang
aktif antara lain adalah limbah serbuk gergaji, limbah potongan-potongan kayu,
limbah industry perkebunan kelapa sawit, tempurung kelapa, tanaman kayu
hutan, aspal muda, dan lain-lain (Siddiq, 2015).
Menurut Lempang (2014), arang aktif dapat dibedakan dengan arang
berdasarkan sifat pada permukaannya. Permukaan arang masih ditutupi deposit
hidrokarbon yang menghambat keaktifannya, sedangkan permukaan arang aktif
relatif lebih bebas dari deposit, permukaannya luas dan pori-porinya telah
terbuka sehingga memiliki daya serap tinggi. Untuk meningkatkan daya serap
arang maka bahan tersebut dapat diubah menjadi arang aktif melalui proses
kativasi. Formulasi penambahan arang aktif pada sabun mandi cair dipercaya
dapat menyerap dan mengangkat kotoran dari permukaan sampai ke dalam pori-
pori.
Menurut Jenkins (1995) air panas yang ditambahkan yaitu 20 bagian dari
Na CMC, menurut Dirjen POM (1979), kelarutan dari bahan pensuspensi adalah
1: 20.
Extra virgin olive oil atau minyak zaitun murni adalah minyak yang
didapatkan dengan pemerasan secara langsung buah zaitun baik menggunakan
alat maupun tidak, dibawah suhu yang sesuai (cold pressing method) agar tidak
merubah atau mempengaruhi komposisi asli minyak zaitun. Dalam hal ini,
minyak zaitun yang dihasilkan oleh ekstraksi pelarut atau proses re-esterifikasi,
dan dicampur dengan minyak nabati lainnya tidak termasuk kategori EVOO
(IOC, 2013).
Merupakan minyak yang sangat terkenal untuk perawatan kulit. Minyak
zaitun memiliki beberapa jenis seperti: extra virgin, pomace, pure, extra light.
Minyak zaitun mempenetrasi kulit secara lebih baik dari minyak cair lainnya.
Tidak membuat pori-pori tersumbat dan membuat kulit lebih kencang. Sebagai
bahan pembuat sabun yang umum digunakan adalah dari jenis pomace, karena
harganya tidak begitu mahal. Minyak zaitun dapat digunakan hingga 100%
(Castille Soap).
Alkali yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun yaitu NaOH dan
KOH. NaOH digunakan dalam pembuatan sabun padat sedangkan KOH
digunakan dalam pembuatan sabun cair (Kurnia and Hakim, 2015). KOH
merupakan starting material yang digunakan dalam reaksi saponifikasi sabun.
Kalium hidroksida secara umum digunakan dalam formulasi sebagai pengatur
pH. Secara terapetik, kalium hidroksida juga digunakan dalam berbagai macam
sediaan yang diaplikasikan secara topikal. Kalium hidroksida bersifat
higroskopis dan mudah meleleh (Kibbe, 2009).
Dalam bidang farmasetika asam stearat digunakan pada sediaaan oral
maupun topikal. Pada sediaan topikal, fungsi asam stearat sebagai emulgator dan
zat penstabil. Dalam sediaan sabun cair, asam stearat berperan dalam
memberikan konsistensi kekerasan pada sabun dan menstabilkan busa (Mitsui,
1997).Asam stearat memiliki pemerian berwarna putih atau agak kuning, sedikit
mengkilap dengan tekstur kristal padat atau bubuk.
Butyl Hidroksianisol merupakan antioksidan yang juga memiliki sifat
antibakteri. Sebagai antioksidan, butyl hidroksianisol biasa digunakan secara
kombinasi dengan butyl hidroksitoluna (Guest, 2009).
1) KOH 40 %
KOH / Kalium Hidroksida Potassium Hydroxide (HOPE Ed. 6
Hal. 576 – 577)
Nama Resmi : Potassium Hydroxide
Nama Lain : kalii hydroxidum; kalium hydroxydatum; potash
lye; potassium hydrate.
RM : KOH
BM : 56.11
Pemerian : Massa putih atau hampir putih menyatu. Keras
dan rapuh dan menunjukkan fraktur kristalin. Kalium hidroksida
bersifat higroskopis dan deliquescent; pada paparan udara, ia
dengan cepat menyerap karbon dioksida dan air dengan
pembentukan kalium karbonat.
Kelarutan : Etanol (95%) 1 dalam 3, Eter Praktis tidak larut
Gliserin 1 dalam 2, Air 1 dalam 0,9, 1 dalam 0,6 pada 100°C
Kegunaan : Alkalizing agent
Stabilitas & penyimpanan : harus disimpan dalam wadah
kedap udara, bukan logam di tempat yang sejuk dan kering.
2) Na CMC
Na CMC (FI Edisi IV halaman 175).
Nama Lain : Carboxymethylcellulose sodium
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
higroskopis.
Kelarutan :Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloida; tidak lafrut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Stabilitas :Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi
pada pH dibawah 2. Viscositas larutan berkurang dengan cepat
jika pH diatas 10. Menunjukkan viskositas dan stabilitas
maksimum pada pH 7-9. Bisa disterilisasi dalam kondisi kering
pada suhu 160 selama 1 jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat.
OTT :Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan
dengan larutan garam besi dan beberapa logam seperti aluminium,
merkuri dan zink juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi
pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol
95%.; Membentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.
Kegunaan :Emulsifying agent, bahan pengental, suspending
agent, bahan penolong tablet, peningkat viskositas, zat penstabil
Konsentrasi : 0,25 – 1%
3) Asam Stearat
Acidum Stearicum/ Asam Stearat (FI III hal. 57)
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol (95%)P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3
bagian eter P.
Khasiat : Zat penstabil, Emulgator
Konsentrasi :1-20%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
4) BHA
BHA (HOPE, 2006 hal 79)
Nama Resmi : BUTYLATED HYDROXYANISOLE
Fungsi : Antioksidan
Konsentrasi penggunaan :
No Sediaan Konsenterasi
1 Injeksi IM 0,03%
2 Injeksi IV 0,0002-0,0005%
3 Minyak dan Lemak 0,02%
4 Sediaan Topical 0,005 – 0,02%
5 Betakaroten 0,01%
6 Vitamin A 10mg per satu juta unit

Pemerian : Serbuk kristalin putih atau hampir putih, bau


aromatik
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam metanol,
mudah larut dalam etanol, mudah larut dalam lebih dari atau sama
dengan 50% etanol-air, propilen glikol, kloroform, eter, dan
heksan, minyak biji kapas, minyak kacang, minyak kedelai,
gliseril monooleat, dan larutan alkali hidroksida
Stabilitas dan kondisi penyimpanan : pemaparan terhadap cahaya
dan sesepora logam mengakibatkan diskolorasi dan penurunan
aktivitas. BHA harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan oksidator dan garam
besi
5) Orange Essence
Essence Orange (Martindale halm.680 )
Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yang
diproses secara mekanik dan terkandung kurang lebih 90% lemon
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
Kegunaan : Pewarna dan pewangi
Konsentrasi : Kurang dari 1 %
Penyimpanan :Dalam wadah yang tertutup dan tempat yang
sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya matahari
6) Aquadest
Air Suling/Aquadest (FI III, hal 96)
BM : 18,02.
RM : H2O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es, air , dan uap). Air harus disimpan dalam
wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya
harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan
bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah
karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain
dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainnya yang mudah terhidrolisis.

3. Alat dan Bahan


Alat
a. Mortir dan stamper
b. Gelas beaker
c. Gelas ukur
d. Cawan porselin
e. Batang pengaduk
f. Timbangan analitik
g. Kompor listrik,
h. Pipet tetes
i. Sudip
j. Kertas Perkamen
k. Alat evaluasi
l. Blender
m. Penangas air
n. Wadah sabun
Bahan
a. Bubur Rumput Laut
b. Arang Aktif
c. Minyak zaitun
d. KOH 40%
e. Na CMC
f. Asam stearate
g. BHA
h. Orange Essence
i. Aquades

4. Formula yang diajukan


Resep yang ada di formula
1. R/ Ekstrak bunga Pacar air 5%, 10%, 15%
Minyak zaitun 15ml
KOH 40% 8ml
Na CMC 0,5g
SLS 0,5g
Asam stearate 0,25g
BHA 0,5g
Pengaroma 1ml
Aquades ad 50ml

2. R/ TEA 2,08%
EDTA 0,98%
Gliserin 3,47%
Sodium Klorin 0,98%
Esensial Oil 0,58%
Bubur Rumput Laut 23,6%
Asam Sitrat 2,32%
Aquades 50,96%
Pottasium Hydroxide 1,97%
VCO 3,47%
Minyak Jarak 4,63%
Penoxyetanol 3,47%
Setil Alkohol 2,08%
Arang Aktif 2,32%

Resep yang diusulkan


1. R/ Bubur Rumput Laut 20%
Arang Aktif 2%
Minyak zaitun 30%
KOH 40% 16%
Na CMC 1%
Asam stearate 0,5%
BHA 1%
Orange Essence qs
Aquades ad 100ml

2. R/ Bubur Rumput Laut 15%


Arang Aktif 2%
Minyak Zaitun 30%
KOH 40% 16%
Na CMC 1%
Asam Stearat 0,5%
BHA 1%
Orange essence qs
Aquadest ad 100ml
5. Perhitungan Bahan
Formula 1
1. Bubur Rumput Laut
20
x100 = 20g
100

2. Arang Aktif
2
x100 = 2g
100

3. Minyak zaitun
30
x100 = 30ml
100

4. KOH 40%
16
x100 = 16g
100

5. Na CMC
1
x100 = 1g
100

Air untuk Na CMC = 20 x 1gr = 20ml


6. Asam stearate
0,5
x100 = 0,5g
100

7. BHA
1
x100 = 1g
100

8. Orange Essence qs
1
x100 = 1ml
100

9. Aquades ad 100ml
100 – ( 20+2+30+16+1+20+0,5+1 )
100 – 90,5
9,5ml
Formula 2
a. Bubur Rumput Laut
15
x100 = 15g
100
b. Arang Aktif
2
x100 = 2g
100

c. Minyak zaitun
30
x100 = 30ml
100
d. KOH 40%
16
x100 = 16g
100
e. Na CMC
1
x100 = 1g
100
f. Air untuk Na CMC = 20 x 1gr = 20ml
g. Asam stearate
0,5
x100 = 0,5g
100
h. BHA
1
x100 = 1g
100
i. Orange Essence qs
1
x100 = 1ml
100

j. Aquades ad 100ml
100 – ( 15+2+30+16+1+20+0,5+1 )
100 – 85,5
14,5ml

6. Cara Pembuatan
1) Siapakan alat dan bahan
2) Timbang bahan
3) Buat bubur rumput laut dengan cara rumput laut diblender sampai
halus ( Massa 1 )
4) Buat corpus dengan cara masukkan aquadest panas dalam mortir
taburkan Na CMC biarkan mengembang gerus cepat hingga terbentuk
corpus emulsi ( Massa 2 )
5) Masukkan Minyak Zaitun kedalam beaker glass dipanaskan pada
suhu 50˚C tambahkan KOH, tambahkan BHA sedikit sambil diaduk
hingga menjadi pasta sabun ( Massa 3 )
6) Asam stearate larutkan dalam 5ml aquadest aduk sampai larut
7) Massa 3 ditambahkan larutan asam stearat gerus tambahkan corpus
CMC gerus sampai homogen
8) Tambahkan Bubur rumput laut dan arang aktif gerus sampai homogen
9) Tambahkan pengaroma gerus masukkan dalam wadah
10) Tambahkan aquadest sampai batas kalibasi
11) Lakukan Evaluasi

7. Evaluasi
1) Uji organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, aroma dan tekstur.
2) Uji homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan melihat sediaan secara kasat
mata, apakah sediaan sabun masih terdapat partikel kasar atau tidak, jika
tidak maka dikatakan sudah homogen.
3) Uji Sensori
Uji sensori dilakukan oleh panelis agak terlatih sebanyak 25 orang.
Panelis diminta untuk menilai kekentalan, aroma, jumlah busa yang
dihasilkan oleh sabun mandi cair, warna, dan kesan licin, kesan lembut
(kelembutan) yang ditinggalkan pada kulit. Hal ini dilakukan berdasarkan
uji hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis. Menurut Rahayu
(1998) pengujian ini menggunakan 7 skala kesukaan yaitu: 1 (sangat tidak
suka), 2 (tidak suka), 3 (agak tidak suka), 4 (biasa), 5 (agak suka), 6
(suka), dan 7 (sangat suka).
4) Uji derajat keasaman (pH)
Analisis kimia yang dilakukan terhadap sabun mandi cair berdasarkan
SNI: 06-4085-1996 berupa derajat keasaman (pH). Alat pH-meter
dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan buffer pH 6.86 ketika akan
melakukan pengukuran. Elektroda yang telah dibersihkan dicelupkan
dengan air suling. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda
ke dalam contoh yang akan diperiksa pada suhu 250C (Deiner, 2008).
5) Uji Logam Merkuri
Analisis kimia yang dilakukan selanjutnya yaitu melihat kandungan
merkuri. Sampel ditimbang dan ditambahkan HNO3 dan H2SO4
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung reaksi yang telah berisi
larutan tersebut diletakkan diatas vortex untuk dilakukan pemutaran.
Pemutaran dilakukan selama 5 menit, setelah pemutaran, dihitung tinggi
busa yang terdapat di dalam tabung reaksi (a cm). Lalu didiamkan tabung
reaksi selama satu jam, kemudian hitung kembali tinggi busa yang masih
tertinggal di dalam tabung reaksi (b cm) sesuai Pers. (1) (Deiner, 2008).
6) Uji Viskositas
Viskositas merupakan salah satu analisis yang dapat menunjukkan sifat
fisik dari suatu produk. Selain itu viskositas juga dapat menunjukkan
kestabilan produk. Nilai viskositas untuk produk sabun mandi cair
umumnya berkisar antara 400-4000 cPs (Williams dan Schmitt, 2002).
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer
brookfield (viskometer yang bekerja dengan cara menggerakkan suatu
benda di dalam cairan dengan cara membiarkan bola jatuh). Sampel
sebanyak 30 ml dituangkan ke dalam suatu wada dan diukur
viskositasnya menggunakan spindle no.3 dan no. 4 dengan kecepatan
pengadukan 30 rpm. Viskositasnya (cPs) adalah faktor koreksi (40 untuk
spindle no.3 dan 200 spindle no.4) dikalikan dengan angka hasil
pengukuran.
7) Uji Stabilitas Busa
Aquades dan sabun mandi cair dengan perbandingan 9:1 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Tabung reaksi yang telah berisi larutan tersebut
diletakkan diatas vortex untuk dilakukan pemutaran. Pemutaran
dilakukan selama 5 menit, setelah pemutaran, dihitung tinggi busa yang
terdapat di dalam tabung reaksi (a cm). Lalu didiamkan tabung reaksi
selama satu jam, kemudian hitung kembali tinggi busa yang masih
tertinggal di dalam tabung reaksi (b cm) sesuai Pers. (1) (Deiner, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

1. Anasari, Sukma, dkk. 2020. _Jurnal Pengaruh Penambahan Arang


Aktif Terhadap Mutu Sabun Mandi Cair Rumput Laut (Gracilaria
sp.). Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang. Jawa Barat.
2. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
3. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke-IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
4. https://banaransoap.com/bahan-pembuat-sabun-mandi/
5. MSDS. 2005. Carboxymethyl Cellulose Sodium MSDS. Texas:
Science Lab.
6. Rowe R.C., Sheskey P.J., and Owen., 2006, Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 5th Edition, Pharmaceutical Press,
London.
7. Stefanie, dkk. Jurnal formulasi sediaan sabun cair antiseptik
ekstrak etanol Bunga pacar air (impatiens balsamina l.) Dan uji
efektivitasnya terhadap bakteri staphylococcus aureus secara in
vitro . Program studi farmasi fmipa unsrat. Manado.

Anda mungkin juga menyukai