Anda di halaman 1dari 15

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA DAN PERBANDINGAN


PERENCANAAN ATAP KONSTRUKSI
MENGGUNAKAN KAYU JABON DAN KAYU
BENGKIRAI

DISUSUN OLEH :

AGUS WIDYATMOKO - C.131.15.0077

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat. Seiring dengan


hal tersebut mengakibatkan pembangunan bangunan atau proyek misal, gedung-gedung
bertingkat, perumahan, jalan transportasi, bangunan irigasi, dll, juga ikut meningkat dengan
pesat. Sehingga muncul akan konsumsi bahan-bahan konstruksi mengalami peningkatan guna
untuk menunjang perkembangan sarana dan prasana tersebut(Soeryanto,2004).
Maka tak jarang sering terjadi kelangkaan bahan-bahan konstruksi di suatu daerah
tertentu. Dengan kelangkaan bahan tesebut maka harga beli bahan menjadi sangat mahal.
Disamping itu permintaan bahan material seolah tak bisa dibendung. Misal bahan material
kayu, kayu banyak digunakan pada konstruksi bangunan, misal untuk daun pintu, kusen,
kuda-kuda, konstruksi atap, dll. Sedangkan untuk menghasilkan bahan konstruksi kayu, kita
harus menanam pohon dan menunggu beberapa tahun bahkan sampai puluhan tahun untuk
dapat menghasilkan bahan kayu yang berkualitas(Soeryanto,2004).
Seiring berkembangnya zaman bahan kayu dapat diganti dengan bahan baja dan
alumunium, akan tetapi kebanyakan pelaku konstruksi lebih memilih bahan konstruksi kayu
dibandingkan bahan baja atau alumunium dengan alasan mudah pengerjaan, ringan, mudah
diketahui kalau ada cacat, dan tahan terhadap tekanan dan lenturan.
Bahan kayu Bengkirai Kalimantan sendiri permintaan pasarnya sangat tinggi, disamping
itu umur untuk tumbuh pohon bengkirai sendiri sangat lama. Lambat laun pasti akan terjadi
kelangkaan. Untuk mengantisipasi kelangkaan bahan kayu tersebut kita harus cari alternative
lain, salah satunya mencari bahan kayu lain yang mudah didapat, umur pohonnya pendek, dan
kekuatan tekan, tarik dan kelenturan bahan sama atau lebih tinggi dari pada kayu bengkirai.
Disini peneliti akan melakukan penelitian pada kayu jabon. Karena kayu jabon memiliki umur
yang pendek, mudah hidup di dataran tinggi maupun rendah, mudah dalam pembibitan,
tingkat kelurusannya sangat tinggi, dan mudah dikeringkan.
Atas dasar tersebut peneliti mengambil judul penelitian “ANALISA DAN
PERBANDINGAN PERENCANAAN ATAP KONSTRUKSI MENGGUNAKAN KAYU
JABON DAN KAYU BENGKIRAI” yang peneliti anggap sangat penting dilaksanakan untuk
dapat memenuhi kebutuhan konstruksi kelak.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penyelenggaraan perencanaan konstruksi bangunan gedung, pemakaian bahan
kayu tidak bisa dihindari. Dan saat pada saat ini penggunaan atau pemakaian kayu semakin
meningkat lebih tinggi. Guna untuk menekan penggunaan bahan konstruksi yang berbahan
dasar kayu, maka diperlukan bahan alternatif lain yang berbahan dasar bukan berasal dari
kayu atau perlu mengganti bahan kayu yang pada saat pertumbuhan kayu tersebut sangat lama
dengan kayu yang masa pertumbuhannnya sangat cepat. Disamping itu bahan dasar kayu
tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan untuk menjadi kayu yang layak digunakan
untuk bahan konstruksi.
Dengan adanya bahan baru yang sudah tersedia sangat banyak, mudah dibudidayakan,
cepat pertumbuhannya, maka lambat laun permasalahan kelangkaan bahan kayu konstruksi
bias teratasi. Sedangkan saat ini bahan kayu dengan jenis tertentu sudah mengalami
kelangkaan sehingga harganya melonjak sangat tinggi. Maka sangat berpengaruh dengan
pembengkakkan biaya pembangunan dan perkembangan di kota tersebut. Maka dari itu kita
harus menyediakan alat, bahan, dan kelengkapan konstruksi yang melimpah supaya
pembangunan dan perencanaan konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan mudah
dilaksanakan.
Para pelaku pembangunan gedung atau perumahan banyak merencanakan konstruksi
atapnya menggunakan bahan kayu, biasanya kayu yang kuat lenturnya tinggi, kuat tekan dan
tariknya juga tinggi, dan berat jenisnya rendah.
Oleh karena itu mencari bahan kayu yang seperti kriteria diatas sangatlah penting dan
berguna banyak semua orang.

1.3 Rumusan Masalah


Seperti yang sudah di ketahui kegunaan bahan kayu pada konstruksi bangunan terutama
konstruksi atap sangatlah penting. Sedangkan persediaan bahan kayu yang berkualitas sendiri
sangatlah terbatas.
Pembahasan penelitian ini akan diuraikan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Bagaimana perbandingan nilai kuat tekan, kuat tarik, kelenturan, ketahanan dan
berat kayu jabon dengan kayu bengkirai?
2. Apakah kayu jabon dapat menggantikan kayu bengkirai pada struktur atap
bangunan?
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengantisipasi kelangkaan bahan
konstruksi kayu yang sudah mulai langka dengan kayu yang mudah dibudidayakan.
Dengan maksud tersebut , tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perbandinan nilai kuat tekan, kuat tarik, kelenturan,
ketahanan, dan berat dari kayu jabon dengan kayu bengkirai.
2. Untuk mengetahui apakah kayu jabon dapat menggantikan kayu bengkirai pada
struktur atap bangunan dan konstruksi lainnya.
1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua orang terutama bagi pelaku konstruksi
bangunan.Dan ikut andil dalam percepatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dikarenakan
dengan bertambahnya bahan konstruksi maka pembangunan sarana dan prasana berjalan
dengan lancar. Secara tidak langsung dapat memperlancar kegiatan perekonomian di
Indonesia dan menumbuhkan perkonomian yang sangat luas. Dan dapat menarik investor
asing masuk ke Indonesia(Soeryanto,2004).
Dan kita dapat terlepas akan ketergantungan dengan satu macam jenis bahan baku
konstruksi terutama kayu. Karena sudah tersedia banhan sangat melimpah dan mudah untuk
diproduksi(Soeryanto,2004).
Di sisi lain, manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai masukan,
pedoman, evaluasi, dan umpan balik bagi perencana dan pelaku konstruksi dalam menentukan
bahan-bahan konstruksi yang cocok digunakan dan yang murah dan mudah didapat.
1.6 Keaslian
Menurut penelitin DT. Gunawan (1999), Memahami konstruksi kayu jabon mahoni
sengon dan bengkirai, dengan memperhitungkan kuat tekan tarik dan kelenturan,
Hasil ini telah dilakukan penelitian tentang kuat tekan tarik dan kelenturan kayu jabon
lebih kecil dari pada kayu sengon dan mahoni, akan tetapi berat jenisnya lebih besar dari pada
kayu sengon dan mahoni.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan penelitian
tentang kuat tekan, tarik, dan kelenturan kayu jabon dan bengkirai.
BAB. II
STUDI PUSTAKA
2.1 Pengertian kayu
Kayu adalah bahan yang dapatkan dari tumbuh-tumbuhan di alam dan termasuk
tumbuhan vegetasi hutan.Tumbuh-tumbuhan yang dimaksud disini adalah pepohonan
(tresss). Secara umum terdapat perbedaan antara tanaman dan pohon yaitu, dari tanaman tidak
dihasilkan hasil kayu tetapi dari pohon yang diharapkan adalah hasil kayunya. Oleh karena itu
kayu tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan manusia, dan kebutuhannya akan selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian maka penyediaannya harus sejalan agar
tidak terjadi kekurangan bahan baku. Penyediaan kayu dari hutan alam relatif sukar untuk
ditaksir, sementara penyediaan dari hutan tanaman lebih mudah, upaya melalui pembuatan
hutan tanaman industri merupakan langkah yang positif.
Kayu merupakan komoditi hasil hutan yang banyak di manfaatkan oleh manusia untuk
berbagai keperluan hidupnya, mulai dari yang sederhana (korek api, peti sabun) sampai
kepada bahan lux/mewah (furniture, bahan interior kapal dan bangunan, ukiran, dll) serta
bahan bangunan.
Setiap jenis kayu mempunyai ciri tersendiri baik sifat kimia, fisik/mekaniknya.. Sebagai
contoh kayu jenis fast growing spesies mempunyai sifat mekanik yang lebih lemah jika
dibandingkan dengan jenis non fast growing spesies, karena kondisi set-set kayunya berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah: faktor biologis
(microorganisme yang menyerang kayu), kadar air, berat jenis kayu. Faktor-faktor tersebut
pada dasamya dapat dimanipulasi sehingga upaya pencegahan.
Gangguan kekuatan kayu dapat dipertahankan, misalnya dengan cara pengawetan
dengan zat kimia, dikeringkan atau dengan cara di manipulasi percepatan tumbuhnya.
Mengenai komponen kimia kayu, hal itu mempunyai arti yang penting, karena dapat
mengetauhi penggunaan suatu jenis kayu dan dapat membedakan suatu jenis kayu yang secara
anatomis susah untuk dibedakan.
Susunan kimia kayu dapat digunakan sebagai identifikasi kekuatan suatu jenis kayu
terhadap serangga atau jamur perusak. Selain itu dapat pula digunakan untuk mengatur
pengerjaan/perlakuan dalam pengolahan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pemilihan
suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahannya.
Suatu bahan perlu diketahui sifat-sifat sepenuhnya dari Sifat Utama Kayu:

a) Renewable resources adalah Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat


diperbarui, atau sumber daya alam yang dapat pulih keberadaannya atau
dapat dikembalikan persediannya dalam waktu yang cepat .
b) Bahan mentah yang mudah dijadikan barang lain, seperti kertas, bahan sintetik,
teksil, bahkan sampai daging tiruan.
c) Mempunyai sifat-sifat spesifik (elastis, ulet tahan terhadap pembebanan yang
tegak lurus dengan serat atau sejajar seratnya). Sifat-sifat seperti ini tidak
dipunyai oleh bahan-bahan lain yang bisa dibuat oleh manusia.

Dalam menggunakan bahan kayu juga memiliki berbagai macam kerugian tersendiri. Kerugian
menggunakan bahan kayu antara lain yaitu :

a) Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar , apalagi kalau dalam keadaan kondisi
sangat kering akan sangat mudah terbakar.
b) Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu
hanya menjadi limbah.
c) Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak biasa menutup secara
keseluruhan karena terbatasnya diameter kayu biasanya untuk menyikapi hal ini kayu
harus disambung atau diperlebar/diperbesar.
d) Kayu mudah terkena serangan oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau
serangga lainnya.
e) Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum
kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu
kayu harus dikeringkan sebelum digunakan.
f) Kayu bersifat higroskopis, dan sensitive terhadap kelembaban.

2.2 Kayu Jabon


Jabon ini Tanaman Kayu Keras yang cepat tumbuh, Tanaman yang termasuk famili
Rubiaceae ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 meter diatas permukaan laut, tanaman ini
tumbuh pada jenis tanah lempung, podsolik cokelat dan aluvial lembab yang dapat kita
jumpai di sepanjang sungai yang beraerasi baik. Warna kayu jabon pada teras dan bagian
gubal pada kayu jabon pada umumnya hampir sama ( seperti tidak ada batas antara
keduanya ) yakni berwarna kuning semu-semu putih atau ada juga yang berwarna kuning
kecoklatan.
Tekstur dari kayu jabon sendiri umumnya agak halus , akan tetapi ada juga yang
mempunyai tekstur kasar, dari hal itu maka kita bisa simpulkan bahwa kayu jabon memiliki
serat yang halus sampai kasar. Kayu jabon memiliki serat yang lurus-lurus dengan tingkat
kekerasan yang tergolong lunak, selain itu kayu jabon mempunyai nilai penyusutan yang
cukup tinggi dikarenakan kandungan air dalam kayu ini cukup tinggi. Pohon Jabon
merupakan jenis pohon cahaya (light-demander) yang cepat tumbuh. Pada umur 3 tahun
tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Pada usia 5-6 tahun lingkar batangnya
bisa 40 sampai 50 cm, diameter Pertumbuhan antara 5-10 cm/tahun().
Untuk bobot kayu jabon tergolong sangat ringan, kalau menurut lansiran situs
departemen kehutanan repuplik Indonesia ( Dephut RI ) kayu jabon memiliki berat jenis rata-
rata kering udara sebesar 0,42, jauh lebih kecil dari berat jenis rata-rata kayu bengkirai sekitar
0,70. Sedangkan tingkat keawetannya bukan tergolong jenis kayu dengan tingkat keawetan
baik ( rendah ). Dalam cacatan departemen kehutanan repuplik Indonesia ( Dephut RI )
memasukkan kayu jabon ini kedalam golongan kayu dengan tingkat kuat kelas III hingga IV.
Menurut Sadiyo dkk (2003), terdapat banyak sifat yan erhubungan dengan sifat fisis
dari sebuah kayu berat jenis , kadar air , penyusutan dan penampilan dari kayu tersebut. Berat
jenis memiliki kaitannya langsung dengan kekuatan, kekerasan, dan sifat pengerjaan dari
kayu tersebut.
Dari hasil pengujian kayu jabon memiliki berat jenis 0,40 gr/cm3 dengan rata-rata
kadar airnya sebesar 17%. Sifat fisis lain yang perlu diperhitungkan dalam penelitian ini
adalah penyusutan kayu ketika terjadi perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat. Dari
hasil pengujian kayu jabon mengalami penyusutan sebagai berikut, pada arah tangensial
sebesar 2,870%, sedangkan untuk arah radial mengalami penyusutan sebesar 1,975%, dan
pada arah longitudinal mengalami penyusutan sebesar 0,452%.
Umumnya penyusutan pada arah tangensial lebih besar daripada penyusutan pada arah
radial , dan penyusutan terkecil biasanya pada arah longitudinal. Hal ini disebabkan karena
susunan jari-jari yang memanjang kerah radial, sehingga penyusutan kearah radial tertahan.

2.3 Kayu Bengkirai


Kayu bengkirai merupakan salah satu jenis kayu yag berkualitas untuk konstruksi. Hal
tersebut dapat dibuktikan pada saat proses pengerjaan (pengerjaan kayu bengkirai). Kayu
bengkirai ini mudah diproses seperti diserut, dipotong, diukir dll. Oleh sebab itu banyak orang
yang memasukkan kayu bengkirai ini kedalam golongan-golongan kayu pertukangan.
Dalam dunia teknik sipil saat ini banyak sekali orang-orang yng menggunakan kayu
bengkirai untuk memproduksi beraneka ragam bahan-bahan konstruksi yang berasal dari
kayu. Hal tersebut memang tidak bisa lepas dari kualitasnya yang memang terbukti benar-
benar baik oleh dunia teknik sipil.Dan hingga saat ini, permintaan terhadap kayu bengkirai
sangatlah banyak, oleh sebab itu kayu bengkirai ini masuk kedalam jenis kayu yang memiliki
nilai komersial yang sangat tinggi.
Sama halnya dengan kayu besi, kayu bengkirai ini adalah jenis kayu yang berasal dari
Kalimantan atau dengan kata lain adalah jenis kayu khas Kalimantan. Kayu bengkirai
biasanya bewarna kuning semu-semu kecoklatan pada bagian teras, sedangkan pada bagian
gubalnya bewarna coklat muda.Tekstur kayu bengkirai ini ada yang bertekstur halus dan ada
juga yang bertekstur agak kasar.Kayu bengkirai dengan tingkat kekerasannya sangat tinggi.
Dan daya retaknya kayu bengkirai ini ada yang sedang dan ada pula yang memiliki daya retak
tinggi ( tergantung dari tingkat ketuaan kayunya ). Dan bobot kayu bengkirai ini tergolong
jenis kayu yang sangat berat.Bahkan dalam prakteknya, kayu ini lebih berat dari kayu jati.
Kalau menurut cacatan departemen kehutanan repuplik Indonesia ( Dephut RI ) kayu
bengkirai ini memiliki berat jenis rata-rata 0,91 lebih besar dari berat jenis rata-rata kayu jat
yang hanya 0,70.

2.4 Konstruksi Bangunan


Bahan konstruksi adalah bahan yang dipergunakan untuk mendukung beban dalam arti
memerlukan perhitungan atau analisa yang cukup cermat dan untuk kayu mencakup bahan
untuk kuda-kuda, tiang pancang, jembatan, dan sebagainya.
Wirjomartono (1997) dalam risetnya menunjukkan bahwa dalam penggunaan kuda-
kuda kayu dapat menghemat biaya sekitar 40% - 50% dibandingkan menggunakan baja.
Diperkirakan sekitar 80% konsumsi bahan kayu diperuntukkan pada bangunan rumah atau
gedung, sedangkan yang 20% untuk perancah, jembatan, dermaga dan lain-lain. Penggunaan
kayu untuk pembangunan jembatan dan tiang pancang tidak lebih dari 5%. Jika kita akan
bicara tentang kayu sebagai bahan struktur bangunan, maka yang harus diperhatikan antara
lain adalah kekuatan dan keawetan kayu, karena tujuan umum para pemilik bangunan maupun
perencana adalah membangun/mempunyai gedung yang aman dan kuat konstruksinya, biaya
konstruksinya murah, umur bangunan cukup lama serta biaya pemeliharaannya ringan.
Sampai abad ke-20 sebagian besar dari hampir semua bangunan perumahan
danstruktur bangunan komersial dibangun dari kayu. Karena masih berlimpahnya sumber
kayu menyebakan hampir semua struktur bangunan perumahan, jembatan, bangunan
komersial ringan, pabrik dan tiang menggunakan kayu solid. Sekarang bangunan tersebutlebih
banyak menggunakan bahan kayu struktural yang lebih modern.Misalnya lantai, dinding, atap
untuk konstruksi ringan umumnya dibuat dari papan kayu atau panel kayu.
(Wirjomartono,1997)
Kayu untuk keperluan bangunan umumnya dari kelas kuat I, II dan III dengan rasio
kekuatan terhadap berat yang cukup tinggi, serta mempunyai kelas awet I atau II. Bila dari
kelas awet III atau di bawahnya, maka kayu tersebut harus diawetkan terlebih
dahulu.Penggunaan kayu gergajian secara konvensional untuk bahan bangunan hanya terbatas
untuk dimensi tertentu dan tidak bisa digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan
bentangan yang lebar dan tinggi. Untuk mendapatkan kayu denganbentangan dan ukuran yang
besar sangat sulit, karena bentang dan ukuran terbesar sesuai dengan ukuran pohonnya.
Untuk mengatasi hal itu perlu dibuat balok glulam yaitu gabungan dua atau lebih papan kayu
gergajian yang direkat dengan menggunakan perekat tertentu dengan arah serat kayunya
sejajar satu sama lain. Laminasinya dapat terdiri dari beberapa atau satu jenis kayu, dengan
jumlah lapisan dari dua sampai banyak.Glulam ini dapat digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan dengan bentangan yang cukup besar seperti gedung olah raga, hall, pabrik, hanggar,
dan lain-lain.

2.5 Atap Bangunan


Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian
paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan dan harus
mendapat perhatian yang khusus dari si perencana (arsitek). Karena dilihat dari
penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang
memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya
arstistik. Bisa juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan rumah.
Atap sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya, sehingga akan terlindung dari
panas, hujan, angin dan binatang buas serta keamanan.
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yng berfungsi sebagai
penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan
kenyamanan bagi penggunan bangunan. 
Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu : struktur penutup atap,
gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang
terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam
fondasi melalui kolom dan atau balok.
Untuk konstruksi atau struktur, pada umumnya, atap terdiri dari tiga bagian utama
yaitu struktur penutup atap, gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh
struktur rangka atap, yang terdiri dari kuda-kuda, gording, usuk dan reng. Beban-beban atap
akan diteruskan ke dalam fondasi melalui kolom dan atau balok.
Struktur atap pada umumnya juga dibuat dengan mengikuti atau menyesuaikan dengan
denah atau bentuk keseluruhan bangunan (desain atap rumah). Jika rumah terdiri atas dua
lantai, struktur atap dibuat mengikuti denah atau layout rumah pada lantai dua.

BAB. III
METODOLOGI PENELITIAN

Tahapan adalah proses mempelajari, memahami, menganalisis, serta memecahkan masalah


berdasarkan fenomena yang ada dan juga merupakan rangkaian proses yang panjang dan
terkait secara sistematis.
Penelitian yang baik dan terarah akan menghasilkan kesimpulan yang baik pula. Agar
penelitian berjalan dengan baik dan terarah maka diperlukan kerangka penelitian yang di
dalamnya berisi suatu deskripsi dan langkah – langkah yang harus dilakukan dalam
melakukan penelitian, mulai dari tahap awal yaitu identifikasi masalah dan perumusan
masalah sampai tahap akhir kesimpulan.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis deskriptif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di laboraturim Struktur teknik sipil, Universitas Semarang dan
proyek pembangunan perumahan “ Griya Candi Asri” di Ungaran Barat, Kab. Semarang.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Demi tercapainya tujuan penulisan dan agar diperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan dalam pembahasan tugas akhir ini maka penulis melakukan pengambilan data
melalui :
a) Metode kepustakaan (library orientantion) yaitu penumpulan data melalui literatur
seperti : karya ilmiah, bahan kuliah, dan bahan pustaka lainya yang berhubungan
dengan penulisan tugas akhir ini.
b) Metode pengambilan data langsung atau observasi dari lapangan (field Method)
yaitu pengumpulan data yang didukung konsultasi penulis dengan dosen
pembimbing maupun dari pihak proyek.
c) Dan masukan-masukan dari dosen pembimbing dan orang yang sudah memahami
tentang struktural jenis kayu.

3.3.2 Sumber Data


Sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data primer
Data primer merupakan yang diperoleh langsung ujicoba dilapangan pada
pengambilan sampel untuk dijadikan data dasar, namun dapat juga dijadikan pengontrol data
yang sudah tersedia pada data sekunder. Data-data yang berhubungan dengan data primer
meliputi data hasil penelitian, ujicoba dan perhitungan manual. Dan semua data dan hasil agar
dapat dijadikan pembanding dengan hasil yang sudah ada digunakan di lapangan sampai saat
ini.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis berupa informasi tertulis atau
bentuk dokumen lainnya yang berupa informasi tertulis atau bentuk dokumen lainya yang
berhubungan dengan cirri-ciri dan data khusus tentang perkayuan dan struktur atap.

1. Deskripsi atap bangunan


Direncanakan atap bangunan konstruksi baik jenis perumahan maupun gedung
bertingkat yang diperuntukkan untuk semua jenis atap.
2. Data – Data Lain

Data – data lain yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu :


a) Data penyelidikan sifat kayu (SPT)
b) Hasil penelitian
c) Perhitungan stuktural atap dihitung menggunakan SAP dan perhitungan manual.

3.4 Alur Penelitian ( Flowchart)


Dapat kita lihat langkah – langkah yang harus dilakukan dalam penelitian ini kedalam
flowchart seperti yang ada di bawah ini;
mulai

Identifikasi & perumusan


masalah

Tujuan penelitian

Studi lapangan Studi pustaka

Persiapan alat

Pengambilan data
Hasil tidak valid
Uji validasi Di ulang

tidak

valid

Pengolahan data

Analisis
Kesimpulan & saran

selesai
Gambar 3.1 Flowchart tahapan penelitian.

3.4 Jadwal (Time Schedule)

Oktober 15 November 15 Desember 15


No Jenis Pekerjaan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. SURVEY LAPANGAN x

2. DOKUMEN PRA RENCANA x

3. BAB I. PENDAHULUAN x

4. BAB II. STUDI PUSTAKA x

5. BAB III. METODELOGI PENELITIAN x x x x

6. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN x x x x

7. BAB V. DAFTAR PUSTAKA x

8. PRINT OUT + JILID x

3.2 Deskripsi Tahapan Penelitian


3.2.1 Identifikasidan Perumusan masalah
Langkah ini merupakan awal dari penelitian, yaitu dengan mencari masukan terhadap
masalah yang diteliti melalui observasi. Peneliti merumuskan masalah bahwa apakah kayu
jabon mempunyai nilai atau kriteria yang sama kuat dengan kayu bengkirai untuk
menggantikan bahan konstruksi bangunan.
3.2.2 Penentuan Tujuan
Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa tujuan untuk memfokuskan permasalahan
dengan hasil akhir berupa laporan akhir. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah seperti yang
dijelaskan keterangan di atas. Dan hasil dari tujuan peelitian ini diharapkan bisa menjadi
manfaat bagi semua orang terutama para pelaku konstruksi bangunan yang ada di Indonesia.

3.2.3 Studi Lapangan


Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan situasi yang ada di tempat
penelitian sehingga dapat dipelajari langkah-langkah dan dapat diketaui peralatan pendukung
yang akan di perlukan dalam penelitian ini.
3.2.4 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dengan mempelajari hasil dan teori-teori yang sudah ada.Adapun
teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah mengenai hasil dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan untuk menjadi kayu yang bisa digunakan sebagai
konstruksi.

I BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sadiyo sucahyo dkk.2003.Nilai Kekuatan Tumpu Baut Pada Empat Jenis Kayu Rakyat
Indonesia. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. Bogor.
Aprilia, M. 2011.Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu
Tropis. Bogor.
Darmadjanti,R. 2013. Atlas Kayu Indonesia Jilid IV, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan. Bogor
Suyono, Sosrodarsono, 2005, . Atlas Kayu Indonesia Jilid II , PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Pandit. 2011. Analisis Sifat Dasar Kayu Hasil Hutan Tanaman Rakyat. Laporan Tugas Akhir
Strata 1. UGM, Yogyakarta.
Prayitno, T.A. 2007. Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Riset Program Magister. UGM,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai