Anda di halaman 1dari 25

ENIHAN UDANG VANNAMEI

24 Apr 2011 4 Komentar

by risky handayani (kiki) in Uncategorized

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Usaha meningkatkan pembangunan sub sektor perikanan khususnya dalam usaha


pembenihan sangat penting diperhatikan demi kelangsungan benih yang dihasilkan. Salah
satu usaha pembenihan yang cukup menjanjikan yaitu usaha pembenihan udang.

Usaha pembenihan udang di dunia, dewasa ini semakin marak selain budidaya udang
vannamei yang sudah menjamur di kalangan para teknis budidaya perikanan, ada jenis udang
spesies lain yang sudah dikembangkan yaitu Litopenaeus vannamei. Pengenalan udang oleh
beberapa negara Asia, yang berasal dari kawasan sub tropis sekitar perairan negara
dikawasan Amerika Latin (Meksiko, Equador dan Peru) seperti udang Vannamei, potensi dan
prospek bagi dunia usaha perikanan sangat besar sehingga dapat memberikan akses
komoditas udang terhadap pasar internasional.

PT BIRULAUT KHATULISTIWA, kini memproduksi benih udang Vannamei dan


Monodon. Beberapa faktor yang dijadikan dasar untuk budidaya udang jenis Vannamei
yaitu:

1. Jenis ini mayoritas lebih diminati oleh pasar dunia


2. Relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit
3. Mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dalam proses budidaya
4. Mempunyai tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungannya

Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha pembenihan udang Vannamei di PT BIRULAUT
KHATULISTIWA terletak di bagian Central Nauplii Production Departement (CNPD) yang
merupakan bagian yang memproduksi nauplii.

PT BIRULAUT KHATULISTIWA memiliki dua Central Nauplii Production Department,


dimana keduanya memproduksi jenis nauplii yang berbeda yaitu CNPD-1 khusus untuk
memproduksi jenis nauplii Vannamei, sedangkan CNPD-2 memproduksi 2 jenis nauplii yaitu
Monodon dan Vannamei. Kegiatan yang dilakukan pada departemen ini dimulai dari
penerimaan induk, reconditioning pengelolaan induk, seleksi induk matang gonad dan
matting, penanganan telur sampai menjadi nauplii, hingga pemanenan nauplii yang akhirnya
ditransfer ke hatchery.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perlu adanya tulisan yang mengulas
sedikit informasi, pengetahuan dan pengalaman mengenai produksi nauplii Vannamei di PT
BIRULAUT KHATULISTIWA, khususnya CNPD-1 yaitu berupa laporan kegiatan magang.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini, sbb :

1. Mengetahui secara langsung proses produksi nauplii di CNPD


2. Memberikan informasi proses produksi nauplii di CNPD secara riil yang terdapat di
CNPD
1. Mengkaji relevansi pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang
diterima di kampus
2. Sebagai bukti dari pelaksanaan kegiatan magang di CNPD

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persiapan Sarana dan Sarana

Menerut Agus 2003 Sarana dan fasilitas penunjang untuk usaha pembenihan
udang skala kecil tidak jauh berbeda dengan hatchery skala basar.Beberapa sarana
dan fasilitas yang secaraprinsip diperlukan untuk usaha pembenihan udang
kapasitas produksi lima juta per ekor benur adalah sebagai berikut

a. Bangunana hatchery
Bangubnan hatchery terdiri ruang sebagai berikut :

1. Ruang untuk menempatkan bak- bak perkawinana induk udang vanamei


berupa bangunan berukuran 12 mx14 m.bangunana ini beratap, tetapi tidak
berdinding
2. ruang untuk memelihara larva samapai PL udang, berupa bangunan
berukuran 14.mx13m
3. Ruangkultur plankton untuk budidaya pengembengbiakan planktonsebagai
makanan alami larva udang vannamei, berupa bangunan berukururan
7mx7m. bangunana ini dibuat dengan atap plastic bergelombang dab tidak
berdinding
4. Ruang generator, merupakan bangunan untuk menempatkan generator
untuk peneranagn maupun untuk operasioanal usaha pemebenihan udang
vannamei ( Agus, 2003)

b. banguna kantor atau mess

kantor digunakan untk melaksananakann program, perancanagn maupun kegiatan yang


berkaitan dengan usaha pembenihan. Bangunan kantor dapat tdibuat berukuran 6mx7m.
Sementara , mess untuk karyawan dibuat berukuran 6mx8 m. Pagar keliling dibuat untuk
keperluan keamanan meupun untuk menghindari binatang yang berkeliaran di sekitar temapat
pembenihan udang vannamei( Agus, 2003)

c. perlengkapan bak

Ada beberapa jenis bak yang perlu disiapkan, yaitu sebagai berikut.

1. Bka penampungan induk udang vannamei, yaitu bak untuk menempatkan induk yang
dikawinkankan. Bak dapat dibuat dari batu merah, berukuran 4 m xc 2mx 1,5 m (
volume air 12 m3), dan berjumlah 1 buah
2. bak perkawinan induk udang vannamei, untuk mengawinkan indduk udang jumlah
yang dibutuhkan duabuah. Bak dapat dibuat dari batu merah. Berukuran 8mx5mx1,5
atau untuk volume air 60 m3
3. bak penetasan telur udang vannamei, untuk menetaskan telur hasil perkawinana induk
udang . jumlah yang dibuthkan dua buah. Bak dapat dibuat dari batu merah, berkuran
2mx1x1 atau untuk volume air 2 m3
4. Bak larva udang vannamei. Jumlah yang dibutuhkan sepuluh buah. Bak dapat
dibuatdari batu merah berukuran 4 mx1mx1,5 m tau untuk volume air 6 m3
5. bak penetasan artemia, untuk menetaskan telur artemia sebagai makan larva udang.
Jumlah yang dibutuhkanempat buah. Bak berapasitas 0,5 m3, sebaiknay dibuat dari
fibreglass
6. bak recervoir, merupakan bak penampungan air laut untuk media pembenihan udang
vannamei. Jumalh yang dibutuhkan satu buah. Recervoir dibuat dari beton bertulang,
berukuranx5m 2 mx2 mx atau kapasitas volume 20 m3
7. Bak air tawar, meruakan bak penampungan air tawar untuk keperlukan membuat air
payau, jumlah yang dibutuhkan satu buah. Bak air tawar dapat dibuat dari batu merah,
berukuran 2 mx1mx1,5 atau kapasitas volume 3 m3
1. Peralatan hatchery

Peralatan yang harus ada dalam hatcheru adalah sebagi berikut ;

1. generator 10-15 KVA ( 2 unit) lengkap dengan instalasinya. Peralatan ini sangat
dibutuhka, meskipun unit penbenihan tersebut memeprgunakan summer listrik PLN,
khussnya jika terjadi gangguan listrik PLN
2. Pompa airv twar3-4 HP ( 1 unit. Peralatan ini sangat dibutuhkan, meskipun unit
pembenihan tersebut mempergunakan sumber air tawar dari PAM
3. Pompa iar laut berkapasitas200 liter menit ( 2 unit). Pompa ini digunanakn unutk :
4. mengambil air laut langsun dari laut ke unit pembenihan udang vannaei
5. Menaikan air laut langsung dari laut ke reservoir dan
6. Membuat air payau
1. Blowr berkapasitas 1 m 3/unit (1 unit), untuk mngatur aerasi. Blower
diperlukan pada pemeliharaanlarva, pembuatn air payau, penampunganan
benur, dan pemeliharaan makanan alami larva dan benir. Fungsi utama aerasi
dalam bak larva selain untuk menyebar makanan, juga untuk menambah
oksigen ke dalam media serta menekan terjadinya kanibalisme-
2. Tabung oksigenlengkap( 1unit), untuk menambah oksigen ke dalam kantong
berisi benur yang akan diangkut ke lokasi pemesana
3. batu aerasi dan selang plastic, untuk mendistribusikan udara ke dalam media
sehingga tekanan arus merata
4. Peralatan analisis air,untuk menganalisis air sehingga keadaad o2, co2,nh3 dan
NO 2 dalam media larva dapat dikontrol. Hal tersebut sangat penting untuk
menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan. Selain peralatan tersebut,
juga diperlukan refaktometer ( 2 buah) salinometer ( 1 buah) thermometer
(2buah), kertas lakmus secukupnya dan pemanas ( 5 buah)
5. Peralatan kantor dan lapangan, meliputi kebutuhan administrasi (1buah mesin
ketik, 1 buah kalkulator, 1 set meja kursi kantor lengkap, kebutuhan lapangan
1 buah pemotong rumput, 4 buah cangkul, dan 4 buah parang, serta kebutuhan
tranportasi 1 buah mobil pck up dan 1 buah sepeda motor. (Agus,2003)

1. Persiapan Air media

Faktor yang sangat menentukan dalam rangka pembenihan udang vannamei adalah system
pengelolaan air. Kebersihan air yang akan menetukan keberhasilan pembenihan udan. Dalam
pembenihan udang vannamei dibutuhkan 2 jenis air, yakni air laut dan air tawr. Pengadaan air
laut dapat diusahakan dengan menyedot air laut dengan menggunakan pompa dan pipa
paralon (PVC) yang dipasanghorisontal. Agar kebersihan laut yang akan disedot terjamin,
diperukan jarak pengambilan air dari garis pantai paling tidak 300 m. Disamping itu, ujung
pipa paralon hendaknya dilengkapi dengan saringan untuk menyaring kotoran.( agus,2003)

Ada beberpa alternative untuk memperoleh air laut yang bersih untuk keperluan pembenihan
udang windu

1.Pengadaan air laut melalui pipa yang ditanam dalam bak filter di dasar laut

2. Pengadaan air laut langsung dari laut melalui pipa yang akandipasang di atas dasar laut

3. pengadaan air laut melalui pipa yang ditanam di pantai

4. Pengadaan air laut melalui sumur yang dibuat di pantai

Air laut yang kan digunakan untuk pembenihan udang vannamei harus jernih dan higienis.
Air laut dari pipa saluran utama akan mendapatkan perlakukan pembersihan. Adapun tahapan
perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. air dalam pipa saluran pertama ditampung dalam bak penampungan selama semalam
2. Dari bak penampungna , air dialirkan ke bak penyaringan. Bak penyaringan pertama
dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama tidak diberi perlakuan, untuk masuk ke
bagian kedua melewati pipa penghubung bagian atas. Ruang bagan kedua dilengkapii
dengan saringan yang tersusun dari atas ke bawah: hampa busa, lapisan pasir yang
sudah bersih, lapisan arang steril, lapisan ijuk,, bentang jarring atas kasa, dan lapisan
pecahan batu. Melalui pipa penghubung bagian bawah, air laut dari ruang bagian
kedua masuk ke ruang bagianketiga. Ruang tersebut juga diberilapisan penyaring
sehingga air mengalami pencucian balik.
3. Dari bak penyaringan pertama, air laut masuk ke bak penyaringankedua. Pada bagian
sudut bak penyaring kedua diberi saringanseperti pada bak penyaring pertama
4. Tahap terakhirdari perlakuan air laut yang akan digunakan untuk pembenihan udang
vannamei adalah desinfeksi dengan menggunakan sinar ultraviolet ( UV). Perlakuan
ini bertujuan untuk menghilangakan organisme yang tidak terinfeksi yang mungkin
masih lolos melalui saringan.
Pengadaan air tawar umumnya dilakukan dengan menggnkan air dari sumur bor ( artesis), air
tawar selain berguna untuk keperluan pencician peralatan, juga untuk mengatur salinitas air
bagi keperluan pembenihan.

Untuk memeprtahankan agar kualiatas air tetap baik, air harus selalu diganti dengan system
pengakiran, aerasi, pemberian aerasi, pemberian makannan yang tidak berlebuihan, serta
pembersihan kotoran dengan peyiponan. Kualitas air dapat diketahui secra parametik dengan
melakukan pemeriksaan, seperti salinitas air, temperature, derajat keasaman ( pH) ,
kandungan oksigen terlarut, dan senyawa beracun yang meliputi belerang dan ammonia. (
agus,2003)

Untuk menjaga kualitas air pada pembenihan udang, perlu juga diterapkan system aerasi.
System aerasi akan lebih efektif jika menggunakan blower yang berfungsi sebagai erator.
Aerasi diberikan terus-menerus dan alirkan melalui pipa paralon(PVC). Ujung pipa
dihubungkan dengan slang plastic kecil yang pada ujungnya diberi pemecah gelombang agar
lebih efektif. Manfaat aerasi adadalah sebagi berikut :

1. Meningkatkan atau memeprthankan kandungan oksigen terlarut\


2. Mempertahankan larvaudang dan makan tetap tersuspensi dan
3. Mengoksidasi gas-gas beracun

1. Pengelolaan induk

Beberap hal yang perlu dibahas tentang pengadaan induk udang windu adalah sebagai berikut
:

1. Proses penerimaaan Induk ( Aklimatisasi)

Induk udang yang berkualiatas sangat menentukan dalam keberhasilan memproduksi nauplii.
Dalam memenuhi kebutuhan induk L. vannamei, PT Birulaut Khatulistiwa mendatangkan
induk yang lokasinya jauh dari PT. Birulaut Khatulistiwa ( Hawaii, HHA). Untuk
menghindari stress terhadap induk yang dikirim tersebut digunkan injeksi o2 dan penerunan
suhu air packing sehingga saat di terima kondis media kantungh dalam keadan berbeda
dengan kondisi di lingkungan normal PT Birulaut Khatulistiwa karena iu disiapkan bak
penerimaan ( receiving) dengan kondisi yang sesuai dengan median kantung induk (
Aninomus, 2002 )

1. Persian Penerimaan Induk

Yang perlu disapkan dalam penerimaan induk adalah :

1. Bak Penerimaan ( receiving ) sudah dibilas


2. Sipakan instalasi untuk injeksi oksigen di katung induk
3. Es balok 8-10 balok per bak untk peneurunkan suhu
4. Thermometer untuk mengukur siuhu air kanting dan bak ( Anonimus, 2002)

1. Merangsang Kematang Ginad induk Udang


Merangsang kematangan telur pada induk udang betina agar cepa memijah dapat dilakukan
dengan beberapa cara, baik untuk induk udang hasil tangkapan laut maupun induk udang
yang dibesarkan dalam tambakk. Bebrapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berkut :

1. Pemijatan tangkai bola matan dan bola mata


2. Pembakaran tangkai mata dengan menggunkan solder atau dengan benda perak nitrat
3. Peningikatan tangkai mata
4. Pemotongan atau pengguntingan tangkai mata

Dari keempat cara tersebut, cara yangpalingpraktis dan efektif serta meninjukan hasil yang
baik adalah dengan melakukan pemotongan tangkaimata ( ablasi). Ablasi pada induk udang
berpedoman pada perkembangan kelamin kepiting yangdihambat oleh hormin yang
dikeluarkan oleh kelenjar pada tangaki mata. Jika tangkai mata kepiting dihilangkan,
hormone yang mengahmbat perkembangan alat kelamin tidak diproduksi sehingga kepiting
sangggup mematangkan telur dan memijah. ( Agus, 2003)

Sebelu dilaksanakan ablasi, sebaiknya udang ditempatkan dalam bak berisi airlaut yang
bersih dicampur larutan formalin 70 % dengan dosisi 4 ppm- 5 ppm. Larutan formalin sangat
bermanfaat untuk menghindarkan induk dari kemungkinan seranagn penyakit, selain
memeprtinggi daya tahan tubuh induk udang . ( Agus,2003)

Makanan berkualiats rendah juga daoat menggalkan pross pematangan gonad, selain
menurunkan vitalitas larva hasil penetasan. Makanan yang cocok bagi induk udang untuk
mendukung proses prodi=uksi adalah amakan segar dan bervariasi, seperti daging kerang,
udang jambret, ikan segar, tau kombinasi asi makanan segar dan buatan diketahui lebih
efektif jika dibandingakn dengan makanan satu jenis. ( Aghus,2003)

1. Pemijahan

Pemejahan terjadi di dalam bak maturasi yang padat penebaran untuk menghasilakan hasil
yang terbaik berkisar antaa 1-3 ekor per m2 dengan perbandingan jumlah induk jantan dan
betina adalah 1:2 ( Agustin, dkk, 1999)

Ruang meturasi diusahakan gelap dengan suhu ruang berkisar antara 29o c-32oc. Setelah tiga
hari dari proses ablisi pertama dapat dilakukan sampling induk yang matang telur dan untuk
selanjutnya dapat dilakuakn setiap hari. Kegiatan ini biasanya dilakukan ketinggian air dalam
bak sebanyak 50 %. Seleksi dilakukan pada induk yang telah mencapa TKG III, yang
ditanddasi dengan ovari didaerah punggung dan akan terlihar jelas bila disorot dengan senter
halogen, bahkan pada TKG ini ovari meluas sampai ke bagian kepala. (Agustin, dkk, 1999 )

1. Penetasan Telur

Telur yang sudah disypon dari tank spawning kemudian dipindahkan ke tank hatching untuk
ditetaskan. Tank hatching yang digunkan adalah tank kaki tiga volume 500 liete. Setiap tank
berisi telur dari 3-4 ekor induk. Telur dibiarkn dalam tank hatching deng diberi aerasi sedang
sampai menetas. Setelah telur menetas, paa hari berkutnya( jam03.00) aerasi dikecilkan.
Panen nupli dilakukan pada pagi ke-esokan harinya ( jam 07.00). Dengan menggunkan seser,
naupli tersebut dipndahkan kedalam tank hatching ( kaki tiga) dengan volume 1 ton. Di
dalam tank hatching 1 ton ini naupli di cuci dengan air yang mengalir ( running water) selama
1 jam. Jumlah naupli diketahui dengan menghitungnya di dalamtank hatching 1ton . Setelah
nauplii diketahui jumlahnya dan pencuciannya cukup, naupli siap di packing unutk ditransfer
ke hatchery.( Aninomus,2002)

F. Pemeliharaan Larva

a. Pengelolaan Pakan alami

Budi daya plankton merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan makanan
alami larva udang vannamei. Budidayy

n alami bagi larva udang vannamei. Budi daya plankton bervolume besar akan
megurangi biaya produksi jika dibandingkan dengan mengambil plankton dari
laut. ( Agus,2003)

Ada dua jenis plankton atau organisme renik yang digunakan sebagai makanna
alami larva udang vannamei

1. Plankton nabati atau phytoplankton, yang potensial adalah sekeltonema


costatum, Chaetoceros calcitrans, tetraslmis chuii, dan spirulina
2. Plankton hewani atau zooplankton, yang potensial adalah nauplius
artemia.

Budi daya plankton untuk menghasilkan sejumlah besar lankton yang berkualitas
prima memerlukan persian sebagai berikut

1. bak yang akan digunakan untuk budi daya harus bersih dan steril
2. air laut yang digunakan harus bebas dari mikroorganisme lain
3. temapat untuk budi daya massal terlindung darui curah hujan
4. Pupuk yang dibunakan mudah diperoleh dan relatif murah harganya

Bak yang digunakan untuk budi daya plankton berskala besar dapat terbuat dari
fiberglass atau batu merah. Sebelum digunakan, bak harus dicuci dengan detergen
dan dibilas dengan air yag dicampur klorin 150 ppm. Selanjutnya, dinetralisir
dengan natrium tiosulfat 40 ppm- 50 ppm, dicuci dengan air tawar bersih, dan
dikeringkan sampai bau klorin hilang.(Agus, 2003)

1. Kultur

Chaetocheros sp, Cyclotella sp, dan Thalasiosira sp serta Skeletonema sp

b. Pengendalian Hama & Penyakit


c. Pengelolaan Kualitas & Kuantitas air

Litopennaus vannamei termasuk salah satu jenis Crustacean, Adapun klasifiklasinya sebagai
berikut :

Phylum : Arthropoda
Class : Crustacean

Ordo : Decapoda

Famili : Penaidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

2.2 Morfologi Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Seluruh bagian tubuh udang Vannamei tertutup kerangka luar yang terbuat dari chitin yang
disebut eksoskeleton. Secara morfologis tubuh terdiri dari 2 bagian yaitu kepala, dada
(Chepalotorax) dan perut atau abdomen. Chepalotorax tertutup oleh kelopak kepala yang
disebut carapacae. Bagian depan kerapas memanjang, meruncing disebut rostrum.
Chepalotorax terdiri dari 13 ruas yaitu 5 ruas pada kepala dan 8 ruas pada dada, serta 6 ruas
pada abdomen dengan ekor pada bagian belakanganya. Setiap ruas memiliki anggota badan
yang beruas – ruas. Pada chepalotorax terdapat antenula (sungut kecil) scophocerit (sirip
kepal) antenna (sungut besar) mandibula (rahang) dan maxilla yang dilengkapi dengan
maxsiliped, Periopoda (kaki jalan) sebanyak 5 pasang yang pada kaki 1, 2, dan 3 terdapat
capit pada bagian ujungnya yang disebut chella. Pada bagian abdomen terdapat pleopoda
(kaki renang) sebanyak 5 pasang dan pada ruas keenam terdapat ekor (Uropoda) yang bagian
ujunganya terdapat telson. ( Sastradiharja Singgih, 2003 : 12 )

2.3 Siklus hidup Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Menurut Sastradiharja Singgih ( 2003 : 12 ) terbagi menjadi 6 fase yaitu :

a. Fase Embrio

Dimulai pada tahap saat pembuahan sampai penetasan

b. Fase Larva
Terdiri dari stadia nauplii, Zoea, Mysis, dan Postlarva. akhir fase ini ditandai dengan warna
tubuh yang transparan.

c. Juvenil

Ditandai tanda dengan fluktuasi perbandingan ukuran tubuh yang mulai stabil.

d. Adultlescent (udang muda)

Proporsi ukuran tubuh mulai stabil dan mulai tumbuh alat kelamin berupa Petasma untuk
udang jantan dan Thelicum pada udang betina.

e. Sub Adult (menjelang dewasa )

Ditandai dengan pematangan kelamin yaitu adanya spermatozoa pada ampula terminalis
pada udang jantan dan spermatozoa dalam thelicum udang betina.

f.Adult ( Dewasa )

Ditandai dengan kematangan gonad yang sempurna

2.4 Stadia Perkembangan Telur Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Telur adalah calon benih yang dihasilkan akibat pertemuan antara sel kelamin jantan udang
dengan sel kelamin betina sehingga menghasilkan embrio. Perkembangan telur dimulai dari
beberapa stadia pembelahan, dimana pembelahannya dibagi beberapa tahap :

1. Stadia pembelahan 1 sel ( Fertillized Egg )


2. Stadia pembelahan 2 sel ( Two-Cell Egg )
3. Stadia pembelahan 4 sel ( Four-Cell Egg )
4. Stadia pembelahan 8 sel ( Eight-Cell Egg )
5. Stadia pembelahan 16 sel ( Sixteen-Cell Egg )
6. Stadia Morula ( Morula Stage )
7. Stadia Blastula (Blastula Stage )
8. Stadia Grastula (Grastula Stage )
9. 9. Stadia Antogeni (Organogeni Stage)
10. 10. Embryonic Stage
11. 11. Embryonic Nauplius (Before Hatching)
12. 12. Nauplii

Menurut Suyanto Rachmatun (1999:15), ciri-ciri telur udang Vannamei sbb:

1. Berbentuk bulat
2. Berwarna transparan
3. Mempunyai diameter antara 0.27-0,31 mm dan diameter rata-rata 0,29 mm
4. Jika diamati di bawah mikroskop akan berwarna hitam namun tidak merata

2.5 Distribusi (Penyebaran)


Dr. Brian Hunter mengatakan bahwa beberapa negara sudah mulai membudidayakan udang
dari jenis Vannamei, banyak negara tertarik dengan spesies ini yang menurut informasi
memiliki kualitas hampir sama dengan Penaeus monodon khususnya dari tingkat SR
(Survival Rate). Informasi di atas dapat diketahui bahwa minat dari para Budidayawan
terhadap spesies ini sangat tinggi sehingga menutup kemungkinan udang L. vannamei di
masa yang datang mampu menandingi kualitas udang vannamei yang selama ini menjadi
idola bagi pangsa pasar di dunia budidaya udang (Shrimp Aquaculture, 2000: 2).

Chaetocheros sp, Cyclotella sp, dan Thalasiosira sp serta Skeletonema sp

CNPD

.2.1 Produksi………………………………………………………………………….
……… 6

3.2.1.1 Pemberian Pakan………………………………………………………… 6

3.2.1.2 Pendataan dan Pengangakatan Induk Mati……………………. 7

3.2.1.3 Pembersihan Sisa Pakan (Sypon)………………………………….. 7

3.2.1.4 Seleksi Induk Matang Telur…………………………………………. 7

3.2.1.5 Pengaturan Air…………………………………………………………… 8

3.2.1.6 Pengaturan Aerasi………………………………………………………. 8

3.2.1.7 Seleksi Induk Matting…………………………………………………. 8

3.2.1.8 Pengembalian Induk setelah Spent……………………………….. 9

3.2.1.9 Penanganan Telur di Tank hatching………………………………. 9

3.2.1.10 Penanganan Nauplii di Tank hatching…………………………… 9

3.2.1.11 Panen Nauplii…………………………………………………………….. 10

3.2.1.12 Packing Nauplii………………………………………………………….. 10

3.2.2 Support Produksi………………………………………………………….. ………


11

3.2.2.1 Laboratorium……………………………………………………………….. 11

3.2.2.2 Logistik dan Pakan………………………………………………………. 12

3.2.2.3 Water Treatment………………………………………………………….. 13

HATCHERY
3.2.1 Produksi………………………………………………………………………..
……… 6

3.2.1.1 Persiapan Modul………………………………………………………… 6

3.2.1.2 Penebaran Nauplii………………………………………………………. 6

3.2.1.3 Pemeliharaan Benur……………………………………………………. 7

3.2.1.4 Panen dan Packing Benur……………………………………………. 8

3.2.2 Support Produksi………………………………………………………….. ……… 9

3.2.2.1 Laboratorium……………………………………………………………….. 9

3.2.2.2 Probiotik……………………………………………………………………… 11

3.2.2.3 Algae………………………………………………………………………….. 12

3.2.2.4 Logistik dan Pakan………………………………………………………. 13

3.2.2.5 Water Treatment

III. HASIL MAGANG


1. A. Pelaksanaan Magang

1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan selama satu bulan, mulai tanggal 1 April s/d 30 April 2006
bertempat di CNPD-1 PT BIRULAUT KHATULISTIWA, Merak Belantung, Kalianda,
Lampung Selatan.

Kegiatan dalam pelaksanaan produksi yang diikuti selama melaksanakan magang di CNPD-
1, meliputi :

3.1.1 Produksi

Kegiatan produksi yang diikuti selama melaksanakan kegiatan magang di CNPD-1, yaitu:

3.2.1.1 Pemberian Pakan

Prosedur yang dilakukan dalam pemberian pakan, sbb :

a. Pemberian Pakan Cumi

- Rendam dan cairkan cumi yang masih beku dengan air laut yang mengalir sampai bersih
- Timbang cumi tersebut sesuai dengan dosis yang akan diberikan per bak per jam pakan

b. Pemberian Pakan Cacing

- Cacing yang diberikan berupa cacing laut Cacing laut (Nereis virens)

- Cuci cacing dengan air laut sampai bersih sebelum diberikan ke induk

- Timbang kebutuhan pakan cacing sesuai dengan dosis yang telah ditentukan

- Pakan cacing diberikan dengan cara disebar merata pada bak pemeliharaan induk dengan
menggunakan takaran berupa beaker glass sesuai dengan dosis

3.2.1.2 Pendataan dan Pengangakatan Induk Mati

Prosedur yang dilakukan dalam pendataan dan pengangkatan induk mati, sbb :

1. Lakukan pengecekan induk yang mati pada setiap bak


2. Angkat induk yang mati dari bak dengan menggunakan seser induk dan letakan di
bibir bak pemeliharaan induk
3. Lakukan identifikasi terhadap induk yang mati terutama jenis kelaminnya
4. 4. Lakukan pendataan waktu mati, jenis kelamin dan jumlah induk yang mati serta
lakukan pencatatan pada data harian kematian induk dan serahkan induk yang mati ke
bagian gudang untuk disimpan di Freezer

3.2.1.3 Pembersihan Sisa Pakan (Sypon)

Prosedur membersihkan sisa pakan (sypon), sbb:

1. Siapkan selang spiral/selang benang Ø 1,5 “ dan hubungkan dengan pipa PVC Ø 4 “
yang dipasang pada saluran pembuangan di bak maturasi
2. Lakukan penyiponan dasar bak dari sisa pakan dan feses induk secara perlahan agar
kotoran tidak berhamburan yang dapat menimbulkan air akan keruh
3. Kecilkan aerasi dan air untuk sirkulasi untuk memudahkan dalam penglihatan

3.2.1.4 Seleksi Induk Matang Telur

Prosedur yang dilakukan dalam seleksi induk matang telur, sbb :

1. Siapkan seser induk, whiteboard dan spidol sebagai alat pendataan hasil seleksi induk
2. Hidupkan setiap lampu penerangan di bak maturasi dan matikan flow trough serta
aerasi setiap bak yang akan diseleksi
3. Seser induk yang telah matang telur dengan ditandai pada bagaian ovari yang
berwarna orange atau merah dan tampak seperti bulan sabit
4. Masukkan induk hasil seleksi ke dalam bak induk jantan yang letaknya tidak
berjauhan dari bak betina dan hitung serta lakukan pendataan terhadap jumlah induk
hasil seleksi

3.2.1.5 Pengaturan Air

Prosedur yang dilakukan dalam pengaturan air, sbb :

1. Flow trough induk vanamei sebanyak 250 %


2. Pipa air untuk flow trough posisi terendam dalam bak maturasi agar tidak
menimbulkan percikan yang dapat mengganggu induk matting
3. Arah air flow trough berlawanan dengan arah jarum jam ( arah ke kiri )
4. Bak maturasi volume 10 ton dengan ketinggiaan air 40 cm
5. Tank hatching volume 1,2 ton

3.2.1.6 Pengaturan Aerasi

Prosedur yang dilakukan dalam pengaturan aerasi, sbb :

1. Aerasi di bak maturasi diatur dengan tekanan sedang dimana terdapat 12 titik aerasi
setiap bak
2. Aerasi untuk treatment di tank hatching diatur dengan tekanan besar agar bahan dapat
teraduk merata
3. Aerasi di tank hatching diatur dengan tekanan kecil saat induk akan spent dimana
terdapat 6 titik aerasi
4. Aerasi di tank hatching saat induk sudah spent diatur tekanan kecil agar telur tidak
pecah

3.2.1.7 Seleksi Induk Matting

Prosedur yang dilakukan dalam seleksi induk matting, sbb :

1. Seleksi dengan cara menyeser induk yang sudah matting secara perlahan-lahan
dengan menggunakan seser induk
2. Lakukan pengamatan, dimana sperma harus menempel tepat pada bagian thelicum
(alat kelamin betina)
3. Induk yang telah matting diletakkan di tank hatching, tetapi jika sebaliknya
kembalikan induk betina tersebut ke bak asal
4. 4. Selesai melakukan seleksi, hidupkan kembali aerasi dan flow trough

3.2.1.8 Pengembalian Induk setelah Spent

Prosedur yang dilakukan dalam pengembalian induk setelah spent, sbb:

1. Pengembalian induk yang telah spent dilakukan pada pukul 04.00 WIB
2. Pengambilan induk di tank hatching dilakukan satu persatu
3. Tutup induk yang akan dikembalikan ke bak asal dengan menggunakan handuk basah
4. Pengambilan induk tersebut diusahakan hati-hati
5. Pasang pengaduk telur dan lakukan pengaturan tekanan aerasi dan frekwensi
pengadukan telur

3.2.1.9 Penanganan Telur di Tank hatching

Prosedur yang dilakukan dalam penanganan telur di tank hatching , sbb :

1. Tank hatching yang telah berisi air laut sebanyak 1,2 ton dipasang 2 buah pengaduk
yang diletakkan pada salah satu ujung kanan dan kiri dan aerasi sebanyak 4 titik
dengan tekanan udara yang sedang
2. Cek posisi pangaduk dan aerasi
3. Pemberian nomor urut pada tank tersebut untuk mempermudah proses pemanenan .

3.2.1.10 Penanganan Nauplii di Tank hatching

Prosedur kerja yang dilakukan dalam penanganan nauplii di tank hatching, sbb :

1. 1. Angkat pengaduk yang terpasang pada tank hatching


2. Lakukan pengaturan aerasi dengan tekanan udara yang sedang
3. 3. Masukkan larutan treflan dengan dosis 0,02 ppm per tank untuk mencegah
timbulnya jamur pada nauplii

3.2.1.11 Panen Nauplii

Prosedur kerja yang dilakukan dalam panen nauplii, sbb :

1. Siapkan peralatan yang diperlukan dalam pemanenan nauplii yaitu ember, seser
nauplii, beaker plastik dan gayung
2. Angkat semua aerasi yang terdapat pada tank hatching dan buka orchid net yang
berada di atasnya serta hidupkan lampu penerangan
3. 3. Biarkan beberapa saat sampai nauplii naik dan berkumpul di permukaan tank
4. 4. Ambil nauplii menggunakan seser nauplii secara perlahan-lahan pada bagian
permukaan tank
5. Kumpulkan hasil nauplii yang diseser dengan cara menggoyang-goyangkan seser di
atas permukaan tank dan ambil menggunakan gayung
6. Masukkan nauplii hasil panen tersebut ke dalam ember yang telah diisi dengan air
laut dan dipasang satu buah aerasi
7. Ulangi penyeseran nauplii beberapa kali (4 kali) sampai nauplii yang berada dalam
tank hatching habis
8. 8. Buang air dalam tank hatching yang telah dipanen, kemudian berikan kaporit
dosis 1000 ppm dan bilas dengan air laut
9. Cuci tank hatcing tersebut dan keringkan

3.2.1.12 Packing Nauplii

Prosedur yang dilakukan dalam packing nauplii, sbb :

1. Siapkan peralatan packing seperti kantong packing, karet gelang danO2


2. Beri label pada kantong packing berupa nama hatchery dan nomor bak pada hatchery
tersebut
3. Masukkan nauplii hasil panen ke dalam kantong packing dengan jumlah nauplii yang
telah ditentukan dan beri Oksigen secukupnya pada kantong packing yang telah berisi
nauplii dengan cara menginjeksi O2 ke bagian yang tidak mengarah ke air dengan
tekanan O2 yang diberikan tidak terlalu besar untuk mencegah agar nauplii tidak
strees
4. Ikat kantong packing tersebut dengan karet gelang dan pastikan kantong tersebut telah
terikat secara kuat

3.1.2 Support Produksi

3.2.2.1 Laboratorium

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut :

a. Menghitung Telur

Prosedur yang dilakukan dalam menghitung jumlah telur, sbb: 1. Menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan, terdiri dari :

beaker plastik 500 ml dan 2000 ml, gelas ukur 10 ml, cawan petri disk, Hand Tally
Counter, lampu duduk, lap kain, kertas karbon, kalkulator dan alat tulis.

2. Tampung hasil pengambilan sample telur tersebut dalam beaker plastik ukuran 500 ml
yang terlebih dahulu telah diberi kode nomor tank hatching

3. Lakukan penghitungan jumlah telur dengan cara menuangkan sedikit demi sedikit air
sample yang berisi telur kedalam petri disk.

4. Amati sample tersebut dengan bantuan lampu duduk dan hitung jumlah telur yang terdapat
di dalam petri disk tersebut dengan menggunakan Hand Tally Counter

5. Ulangi kegiatan tersebut hingga air sample dalam beaker plastik habis
6. Hitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dan catat hasil penghitungan di
dalam buku data harian.

b. Menghitung Fertilitas Telur

Prosedur yang dilakukan dalam menghitung fertilitas telur, sbb:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, terdiri dari : beaker plastik 500 ml
dan 2000 ml, gelas ukur 10 ml, cawan petri disk, hand tally counter, lampu duduk, lap
kain, kertas karbon, kalkulator dan alat tulis.
2. Pengambilan sample sebanyak 5 titik pada tiap-tiap tank hatching menggunakan gelas
ukur 10 ml dengan terlebih dahulu mengaduk air dalam tank hatching tersebut
3. 3. Biarkan mengendap beberapa menit agar telur dapat mengumpul di dasar beaker
plastik
4. Buang sedikit air pada beaker plastik dan sisakan sedikit air di bagian dasar beaker
yang banyak mengandung telur
5. 5. Masukan sample tersebut ke dalam test tube
6. Amati sample tersebut dengan bantuan miskroskop untuk mengetahui jumlah telur
yang fertil
7. Hitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dan catat hasil
penghitungan di dalam buku data harian.

c. Menghitung Nauplii

Prosedur yang dilakukan dalam menghitung nauplii, sbb :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, terdiri dari : beaker plastik 500 ml
dan 2000 ml, gelas ukur 45 ml, cawan petri disk, hand tally counter, lampu duduk, lap
kain, kertas karbon, kalkulator dan alat tulis.
2. Pengambilan sample sebanyak 4 titik pada tiap-tiap tank hatching menggunakan gelas
ukur 45 ml .
3. 3. Lakukan penghitungan jumlah telur dengan cara menuangkan sedikit demi
sedikit air sample yang berisi telur kedalam petri disk.
4. 4. Amati sample tersebut dengan bantuan lampu duduk dan hitung jumlah nauplii
yang terdapat di dalam petri disk tersebut dengan menggunakan hand tally counter
5. Ulangi kegiatan tersebut hingga air sample dalam beaker plastik habis
6. Hitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dan catat hasil
penghitungan di dalam buku data harian.

3.2.2.2 Logistik dan Pakan

Kegiatan yang dilakukan di logistik dan pakan, sbb :

1. Penerimaan Pakan Segar

Prosedur yang dilakukan dalam penerimaan pakan segar, sbb:

1. Penerimaan dan Penanganan Cumi


- Siapkan es balok untuk penurunan suhu dan bak fiber

- Masukan cumi yang diterima ke dalam fiber tersebut

- Lakukan pembersihan kotoran dan pisahkan antara bagian kepala cumi dengan tubuhnya

- Bilaslah dengan air laut kemudian cumi dapat disimpan dalam frezeer

1. Penerimaan dan Penanganan Cacing

- Cacing yang diterima ditimbang beratnya

- Lakukan pembersihan cacing dari kotoran dengan air laut

- Cacing yang diberikan dalam kondisi masih hidup

3.2.2.3 Water Treatment

Kegiatan yang dilakukan water tretment, sbb :

1. Sanitasi bak dengan cara mencuci bak – bak sand filter dan reservoir
2. Masukan arang batok dan pasir silica kedalam bak sand filter kemudian alirkan air
laut dari pump house ke sand filter secara bertahap terdiri dari lapisan batu koral,
pasir silica dan terakhir arang aktif (karbon aktif)
3. Hasil penyaringan kemudian ditampung di bak reservoir
4. Air laut dalam bak reservoir selanjutnya didistribusikan ke bagian modul melalui
proses treatment

IV PEMBAHASAN
4.1 Produksi

Kegiatan produksi nauplii di CNPD-1 sepenuhnya dilaksanakan di bagian modul, yang terdiri
dari 3 modul yaitu modul A, modul B, modul C. Adapun kegiatan dalam modul yang diikuti,
diantaranya sbb:

4.1.1 Pemberian Pakan

Pemberian pakan untuk induk di CNPD-1 dilakukan sebanyak 5 kali dalam sehari sesuai
dengan dosis dan jadwal pemberian pakan yang telah ditentukan. Jenis pakan yang diberikan
adalah cacing laut dan cumi yang dikelola dan disiapkan oleh bagian gudang. Pemberian
pakan cumi berfungsi untuk meningkatkan kualitas sperma, sedangkan pakan cacing
berfungsi untuk mempercepat kematangan gonad pada induk betina. Adapun data mengenai
jadwal dan dosis pemberian pakan untuk induk di CNPD-1 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal dan Dosis Pemberian Pakan

Dosis
Jam Jenis Pakan Keterangan
08.00 Cumi-cumi 3% Dicuci bersih

11.00 Cumi-cumi 3% Dicuci bersih


Dicuci bersih
14.00 Cumi-cumi 4% Dicuci bersih
Dicuci bersih
20.00 Cacing 13 %

05.00 Cumi-cumi 3%
Total 26 %

Dosis pemberian pakan untuk setiap harinya dihitung berdasarkan populasi dan berat rata-rata
setiap induk (ABW) dalam setiap bak pemeliharan induk.

Rumus penghitungan dosis pakan untuk induk adalah sebagai berikut :

Rumus Pakan = Populasi x ABW x % Dosis Pakan

Keterangan :

Populasi : Jumlah Induk dalam bak

ABW : Berat rata-rata induk

% Dosis Pakan : Persentasi pakan yang diberikan

4.1.2 Seleksi Induk Matang Telur

Seleksi induk matang telur yang dilakukan di CNPD–1 dilaksanakan pada pagi hari setelah
selesai pembersihan sisa pakan dan feses (sypon ) pukul 07.30 WIB. Induk matang telur di
bak maturasi diambil dan dicampur dengan induk jantan agar nantinya terjadi matting. Induk
yang disampling adalah induk yang sudah matang telur pada tingkat –3 dengan ciri – cirinya
sebagai berikut :

a. Tahap 1

- Ovari tipis, bening dan belum jelas dan menyambung pada punggung eksoskeleton

- Ovari dibelah terlihat beberapa benang jaringan yang tidak berwarna dan tampak kosong

b. Tahap II
- Ovari tipis seperti garis yang menumpuk dan menyambung pada eksoskeleton

- Tubuh terlihat membesar pada bagian depan dan tengah

- Warna ovari terpecah dari putih suram sampai coklat muda

c. Tahap III

- Ovari terlihat tebal, padat dan membesar pada bagian belakang di didaerah belakang di
dalam perut

- Ovari terlihat gumpalan telur jika dibedah

d. Tahap IV

- Tingkat dimana telur sudah dilepaskan dari ovari dan terlihat kosong.

4.1.3 Pengaturan air

Pengaturan yang dilakukan di CNPD–1 meliputi pengaturan air pada bak maturasi dan tank
hatching. Pengaturan air di bak maturasi dilakukan dengan cara flow trough dimana terdapat
air masuk dan air yang keluar dengan ketinggian air dipertahankan 40 cm. Flow trough
dimatikan pada saat induk matting dan sampling induk. Flow trough untuk bak induk betina
dihidupkan selama 20 jam dan untuk induk jantan selama 15 jam

Pengaturan air di tank hatching dilakukan pada saat pengisian air yang dipersiapakan untuk
media penetasan telur. Pengaturan air berupa pengisian air sampai kapasitas 1,2 ton dengan
penambahan EDTA sebanyak 10 ppm untuk setiap tank. Penambahan EDTA dilakukan untuk
menetralisir kandungan logam dalam air yang reaksi pencampuranya dibantu oleh aerasi
dengan tekanan aerasi besar pada bagian titik tengah tank.

4.1.4 Pengaturan Aerasi

Aerasi dipasang pada bak maturasi berjumlah 12 titik. Pengaturan aerasi dilakukan dengan
cara mengatur aerasi sampai bertekanan sedang, dan tekanan aerasi dikurangi pada saat induk
melakukan proses matting. Tujuannya untuk menghindari timbulnya gerakan air (riak)
sehingga akan mengganggu proses matting, begitu juga saat melakukan sampling induk
matang telur aerasi dimatikan. Tank hatching dipasang aerasi sebanyak 6 titik., pengaturan
tekanan aerasi pada saat pengisian air. Tekanan aerasi diatur besar untuk 2 titik di tengah dan
4 titik pada sudut tank dengan tekanan aerasi kecil, untuk mempercepat proses pelarutan
EDTA ke dalam air. Induk yang akan spent, aerasi diatur dengan tekanan kecil untuk
menghindari timbulnya gerakan air yang mengganggu proses spent dan menghindari
kerusakan pada telur yang dihasilkan.

4.1.5 Seleksi Induk Matting

Seleksi induk matting adalah seleksi induk yang sudah terbuahi oleh sperma. Induk yang
sudah matting dapat dipisahkan dari induk jantan ke dalam tank hatching 1,2 ton pada saat
matahari mulai terbenam (± pukul 18.30 WIB). Tank hatching diisi induk yang matting
sebanyak 5 – 6 ekor. kemudian pada pukul 20.00 WIB s/d 02.00 WIB induk yang telah
matting akan mengeluarkan telur dari ovarinya yang disebut proses spent.

Pemindahan (transfer) induk matting dari bak maturasi ke tank hatching dilakukan dengan
menggunakan seser yang ditutup dengan handuk basah. Transfer induk dilakukan 1 persatu.
Tujuan dari pemakaian handuk basah tersebut :

1. Mengurangi stress pada induk


2. 2. Mencegah agar sperma tidak lepas dari thelicum
3. 3. Menstabilkan suhu tubuh induk pada saat transfer dari bak maturasi ke tank
hatching di mana terdapat perbedaan suhu antara bak maturasi ke tank hatching.

4.1.6 Pengembalian Induk setelah Spent

Berdasarkan pengamatan antara pukul 20.00 – 21.00 WIB induk sudah mulai spent hingga
pukul 02.00 WIB. Pengembalian induk dari tank hatching ke bak maturasi dilakukan pada
pukul 04.00 WIB karena kemungkinan induk belum mengeluarkan telur semua.
Pengembalian (transfer) induk setelah spent dari tank hatching ke bak maturasi dilakukan
dengan menggunakan seser induk yang ditutup handuk basah. Tujuannya untuk menghindari
induk tersebut stress akibat perubahan suhu yang mendadak dan dilakukan satu persatu.

4.1.7 Penanganan Telur di Tank Hatching

Kegiatan ini meliputi pembersihan feases induk, pengaturan dan pengecekan aerasi, suhu
serta frekuensi pengadukan.

Pembersihan feases dilakukan dengan cara menyeser feases yang ada dalam tank hatching.
Tujuan pembersihan untuk memgambil kotoran yang dapat menyebabkan dekomposisi feases
menjadi amoniak yang bersifat toksit sehingga dapat menghambat proses penetasan telur.

Pengaturan aerasi dan pemasangan pengaduk dilakukan setelah induk ditransfer ke bak
maturasi dengan tekanan aerasi sedang. Hal ini sangat penting untuk mencegah telur tidak
mengendap di dasar tank , telur tidak menetas dan pecah oleh pargerakan air yang terlalu
besar. Penyebab lain adalah penurunan kualitas air yang ditandai dengan adanya lendir di
permukaan air.

Pengadukan telur selain dengan bantuan aerasi juga dilakukan dengan menggunakan
lempengan plastik PVC frekuensi pengadukan 2 jam sekali dengan cara mengaduk tanpa
menyentuh dasar tank , apabila menyentuh dasar tank dikhawatirkan dapat merusak telur.
Suhu air dalam tank hatching harus diperhatikan, thermometer air dipasang pada tank
hatching untuk mengetahui fluktuasi suhu dalam sehari. Pengecekan suhu dilakukan
sebanyak 4 kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB, 11.00 WIB, 14.00 WIB dan 19.00
WIB. Kisaran suhu air yang optimal dalam penetasan telur adalah antara 30 0C–31 0C.

4.1.8 Penanganan Nauplii di Tank Hatching

Penetasan telur biasanya berkisar antara 8- 12 jam dimana tekanan aerasi dikecilkan serta
pengaduk diangkat. Pemberian treflan dengan dosis 0,02 ppm / tank yang bertujuan sebagai
antijamur pada nauplii . Pemakaian Treflan dengan cara mengencerkannya dengan air laut
kemudian disebarkan secara merata di tank hatching.

4.1.9 Panen Nauplii

Persiapan panen nauplii dilakukan pada pukul 06.30 WIB, diawali dengan pencabutan selang
aerasi, membuka orchid net dengan tujuan agar nauplii berkumpul di atas sehingga dapat
memudahkan proses pemanenan. Pemanenan nauplii dilakukan dengan cara menyeser bagian
atas permukaan air sedangkan bagian tengah dan bawah tidak diseser karena diketahui
bahwa nauplii yang baik akan selalu mendekati cahaya.

Frekuensi penyeseran nauplii dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan tujuan untuk
memaksimalkan hasil panen. Nauplii tersebut terlebih dahulu di cuci dengan air laut yang
mengalir pada bak plastik sebelum ditampung di ember yang telah berisi air laut dan aerasi

4.1.10 Packing Nauplii

Packing nauplii dilakukan setelah proses pemanenan selesai menggunakan kantong packing
dengan kapasitas 500 ekor / kantong dalam 3 liter air. Penambahan oksigen dilakukan untuk
mempertahankan daya tahan hidup nauplii selama pengangkutan ke hatchery, jumlah
oksigen tergantung lamanya pengangkutan.

Kantong nauplii yang akan dikirim tertera nama hatchery dan nomor bak pada hatchery yang
akan ditebar nauplii

4.2 Support Produksi

Kelancaran kegiatan produksi nauplii di CNPD didukung juga oleh bagian yang disebut
dengan Support Produksi, yang mempunyai tugas mengelola dan menyediakan sarana dan
prasarana produksi, melakukan pendataan produksi, penerimaan dan penggunaan sarana
prasarana produksi serta melakukan perbaikan-perbaikan secara kontinyu demi mencapai
hasil pruduksi yang maksimal. Support produksi meliputi :

4.2.1 Laboratorium dan Administrasi

Laboratorium dan administrasi merupakan bagian dari support produksi yang mempunyai
tugas memonitor perkembangan nauplii yang termasuk didalamnya kualitas dan kuantitas
nauplii yang dihasilkan serta induk, mendata material produksi dan menjalankan administrasi
di CNPD.

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium, meliputi :

1. Mengambil sample telur dan menghitung jumlah telur

Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.30 WIB dengan tujuan untuk
mengetahui jumlah keseluruhan telur yang ada di tank hatching. Jumlah telur di dalam tank
hatching dapat diketahui dengan cara perbandingan antara volume air tank hatching dengan
volume air sample dikalikan dengan jumlah sample telur.

Rumus penghitungan Jumlah Telur :

Jumlah telur = Volume tank hatching X Jumlah sample telur


Volume air sample

2. Mengecek dan Menghitung Fertilitas Telur

Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan penghitungan jumlah telur, yang bertujuan untuk
mengetahui persentasi jumlah telur yang telah terbuahi dan mengamati tingkat perkembangan
telur. Adapun rumus yang digunakan dalam penghitungan fertilitas telur :

Fertilitas (%) = Jumlah sample telur yang baik X 100 %


Jumlah seluruh sample

3. Mendata Jumlah Induk yang Spent/Tidak Spent

Melalui form data sampling dan hatching dapat diketahui jumlah induk yang spent/tidak
spent berdasarkan periodenya dengan tujuan untuk mengetahui tingkat produktifitas dari
induk tersebut.

4. Menghitung Jumlah Nauplii

Kegiatan ini dilakukan pada pukul 14.30 WIB, penghitungan jumlah nauplii ini hanya
bersifat estimasi untuk mempermudah dalam penghitungan jumlah nauplii yang akan dipanen
keesokan harinya. Untuk penghitungan jumlah nauplii yang dijadikan acuan biasanya
dilakukan oleh Risearch and Development Departement.

Rumus penghitungan nauplii yang digunakan, sbb :


Jumlah Nauplii = Volume tank hatching X Jumlah sample nauplii
Volume air sample

4.2.2 Logistik dan Pakan

Bagian support produksi yang mempunyai tugas menyediakan sarana dan prasarana produksi,
menerima dan mengelola pakan serta mendata transaksi sarana, prasarana dan pakan di
CNPD disebut dengan unit Logistik dan Pakan.

Kegiatan yang dilakukan dalam unit ini, meliputi :

1. Penerimaan Pakan Segar

Jenis pakan yang digunakan berupa pakan cumi dan cacing dengan frekuensi
penerimaanpakan segar tersebut sebanyak 2 kali dalam seminggu. Kriteria pakan yang dapat
diterima yaitu:

a) Pakan Cumi

- Daging kenyal

- Tidak bau busuk

- Warna tubuh tidak kemerahan

b) Pakan Cacing

- Dalam kondisi hidup

- Tubuh tidak lembek


2. Penanganan Pakan Segar

Penanganan pakan segar ini berupa membuang bagian tubuh cumi yang tidak dapat diberikan
kepada induk, memisahkan antara bagian kepala dan tubuh cumi kemudian mencucinya
dengan menggunakan air laut yang akhirnya dapat disimpan dalam freezer. Sedangkan untuk
cacing laut hidup penanganannya berupa memasukkan cacing laut tersebut kedalam
steroform yang telah berisi air laut dan diberi aerasi secara kontinyu.

4.2.3 Water Treatment

Bagian ini mempunyai tugas sangat penting yaitu dalam penyediaan air secara kontinyu. Air
tersebut merupakan media hidup utama bagi induk yang dipelihara dan nauplii. Berbagai
tahap penyaringan sehingga di dapatkan air yang secara mutu memenuhi standar kualitas air.
Adapun tahapan dari water treatment dimulai dari tahap sand filter yang terdapat koral, pasir
silica kasar dan halus, arang batok yang berfungsi menyaring partikel-partikel kasar yang
terbawa air laut, kemudian ke pressure filter yang terdapat karbon aktif berfungsi menyaring
partikel-partikel yang terbawa air laut baik dari bak sand filter maupun dari bak reservoir
hingga tahap ozonisasi yang kemudian dapat ditransfer kebagian modul untuk digunakan
sebagai media hidup dan kegiatan produksi lainnya. Beberapa tugas utama dari unit water
treatment, sbb :

1. 1. Menyuplai air laut dari sand filter ke bak reservoir


2. Mendistribusikan air dari reservoir ke setiap modul
3. Men-treatment air laut
4. Memelihara dan membersihkan sand filter, instalansi air, mesin pompa dan mesin
ozon serta blower
5. Menjaga kebutuhan stock air laut secara kontinyu

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan, sbb:

1. Serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam produksi nauplii, dimulai dari penerimaan
induk, pengelolaan induk, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pemeliharaan telur
sampai menetas menjadi nauplii, dan panen nauplii.

2. Kegiatan produksi di CNPD dapat berjalan baik dan lancar dengan adanya bagian support
produksi yang terdiri dari unit logistik dan pakan, unit laboratorium dan administrasi serta
water treatment.

3. Nauplii yang diproduksi oleh CNPD-1 termasuk jenis Litopenaeus vannamei yang berasal
dari induk impor yaitu Florida

1. Telur udang Vannamei menetas menjadi nauplii membutuhkan waktu selama 8-12
jam
2. Pendataan kondisi induk perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat populasi induk
yang masih ada sehingga dosis pakan yang diberikan dapat efisien
3. Pemberian pakan untuk induk harus disesuaiakan dengan dosis dan waktu
pemberiannya untuk menurunkan tingkat mortalitas induk
4. Pemaenen nauplii rutin di CNPD-1 dilakukan pada saat pagi hari ( pukul 07.00 WIB )
dan hasil panen nauplii ditransfer langsung ke bagian hatchery berdasarkan data
rencana produksi yang telah ditentukan

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin kami sampaikan berdasarkan hasil magang yang telah diikuti di
CNPD-1, yaitu :

1. Hendaknya dalam melaksanakan kegiatan produksi harus sesuai dengan SOP


(Standar Operational Procedure) yang berlaku, agar dapat mencapai target produksi
yang diinginkan.
2. Dalam melaksanakan kegiatan produksi keselamatan kerja perlu diperhatikan guna
meminimalkan kecelakaan pada saat kerja.
3. Perlu adanya peningkatan kualitas SDM melalui penyuluhan, agar SDM yang ada
dapat mengembangkan potensi diri.
4. Diperlukannya kondisi kerja yang kondusif antara peserta magang dengan karyawan
CNPD atau sesama karyawan sehingga tercipta suasana yang kerja yang harmonis,
dengan demikian dapat menunjang kelancaran produksi.

Anda mungkin juga menyukai