Anda di halaman 1dari 18

Potensi usaha ikan air tawar akan semakin menggiurkan, pada tahun 2021 konsumsi ikan

perkapita penduduk dunia akan mencapai 19,6 kg per tahun. Memang, sebagian besar
konsumsi ikan saat ini masih dipasok oleh hasil perikanan tangkap atau ikan laut. Namun
diramalkan pada tahun 2018 produksi ikan air tawar akan menyalip produksi perikanan
tangkap. Bahkan tahun 2021 kebutuhan ikan air tawar akan menyentuh angka 172 juta ton
per tahun, naik lebih dari 15 persen dari kebutuhan rata-rata saat ini. Angka-angka tersebut
dirilis oleh Badan Pangan PBB tahun 2011.

Mengapa demikian, karena perikanan tangkap yang ada saat ini sudah overfishing. Sehingga
ikan di laut semakin sulit didapatkan. Bahkan bila tidak ada perubahan model produksi, para
peneliti meramalkan pada tahun 2048 tak ada lagi ikan untuk ditangkap. Dengan kata lain,
tidak ada lagi menu seafood di piring kita! Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dunia diperlukan peningkatan produksi budidaya ikan air tawar sebagai subtitusi
ikan laut. Sehingga kita bisa memberikan ruang kepada biota laut untuk berkembang biak.

Tingkat konsumsi ikan


Indonesia sebagai Negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar
potensial untuk produk perikanan. Apalagi fakta saat ini menunjukkan konsumsi ikan
perkapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan konsumsi penduduk
negara berkembang lainnya. Kalau kita menilik pada angka konsumsi perkapita ikan yang
dikeluarkan Kementrian Kelautan pada tahun 2011, Indonesia hanya berada diangka 31,5 kg
per tahun, bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 55,4 kg per tahun. Hanya saja yang
menjanjikan adalah pertumbuhan rata-rata atau kenaikan jumlah konsumsi ikan di Indonesia
yang naik 16,7 persen per tahun. Jauh diatas Malaysia yang hanya 1,26 persen per tahun.

Seperti diketahui luas, daging ikan mempunyai kandungan gizi yang baik. Ikan dipandang
sebagai sumber protein hewani yang baik dibanding sumber lainnya. Dalam daging ikan
terdapat asam lemak bebas omega-3, suatu zat yang sangat berguna bagi perkembangan
kecerdasan pada anak-anak. Omega-3 juga bermanfaat menekan kolesterol dalam darah.
Dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia, kesadaran masyarakat akan konsumsi ikan
semakin tinggi. Ditambah lagi dengan adanya program Gemar Makan Ikan yang
dikampanyekan Kementerian Kelautan RI, angka konsumsi akan terus bergerak naik.

Produksi ikan air tawar


Dari sisi produksi, pada tahun 2011 produksi perikanan nasional mencapai 12,39 juta ton.
Dari jumlah itu, produksi perikanan tangkap sebanyak 5,41 juta ton dan produksi perikanan
budidaya 6,98 juta ton. Dari total produksi perikanan budidaya, jumlah budidaya ikan dalam
kolam air tawar menyumbangkan angka hingga 1,1 juta ton. Sisanya adalah budidaya tambak
air payau, budidaya di laut, budidaya dalam keramba dan budidaya jaring apung.

Kenaikan produksi budidaya ikan dalam kolam air tawar pun cukup pesat yaitu berkisar 11
persen setiap tahun. Hal ini menujukkan ada gairah besar di masyarakat untuk
mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar. Tentunya pertumbuhan produksi ini
mengacu pada permintaan pasar yang terus meningkat.

Lebih dari 70 persen produksi ikan air tawar diserap oleh pasar dalam negeri. Pulau Jawa
menjadi penyerap terbesar mengingat jumlah penduduknya yang padat. Apabila dilihat dari
potensinya, kebutuhan untuk pulau Jawa saja masih akan terus berkembang. Mengingat,
konsumsi per kapita ikan di Jawa masih di bawah konsumsi per kapita di luar Jawa.

Budidaya ikan air tawar


Produksi budidaya ikan air tawar dalam kolam didominasi oleh ikan mas, lele, patin, nila dan
gurame. Lima jenis ikan tersebut menyumbang lebih dari 80 persen dari total produksi.
Secara umum komersialisasi budidaya ikan air tawar dibagi dua segmen, yaitu pembibitan
dan pembesaran. Budidaya pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit bagi para
peternak ikan. Sedangkan budidaya pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan siap
konsumsi. Berikut sekilas profil ikan air tawar yang paling banyak diproduksi di Indonesia.

a. Ikan mas

Proses pemijahan ikan mas diluar persiapan indukan memakan waktu 5-7 hari hingga
dihasilkan larva. Kemudian larva dibesarkan sampai berukuran 5 cm atau bobot sekitar 2,5
gram satu bulan. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk budidaya pembibitan ikan mas
sekitar 5 minggu.

Kemudian ikan dijual kepada peternak pembesaran. Pembesaran untuk ikan mas ada dua
segmen yaitu, dari bibit berukuran 2,5 gram menjadi ikan ukuran 50 gram. Waktu yang
dibutuhkan satu bulan. Kemudian pembesaran untuk konsumsi, yaitu dari ukuran 50 gram
atau 20 ekor per kg menjadi 4 ekor per kg. Untuk tahap ini membutuhkan waktu 3 bulan.

b. Ikan lele

Terdapat tiga jenis lele yang umum dibudidayakan di Indonesia, silahkan lihat jenis-jenis lele
budidaya. Segmen pembibitan untuk ikan lele dimulai dari pemijahan dan penetasan telur.
Penetasan telur menjadi larva membutuhkan waktu 1-2 hari. Kemudian perlu waktu sekitar 7
hari lagi agar larva kuat untuk dipindahkan. Setelah larva jadi dibutuhkan waktu hingga 1-2
bulan untuk membesarkan ikan lele hingga berukuran 5-10 cm.

Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan
tinggi, sekitar 100-300 ekor per meter kubik. Pembesaran ikan lele dimulai dari ukuran 5-10
cm. Untuk membesarkan lele dari jenis sangkuriang sampai ukuran konsumsi sekitar 9-10
ekor per kg dibutuhkan waktu 60 hari, silahkan lihat panduan lengkap budidaya ikan lele.
Rasio pakan menjadi daging untuk jenis lele sangkuriang sangat tinggi, bisa mencapai 1:1.
Artinya setiap pemberian pakan sebanyak 1 kg akan dihasilkan 1 kg peretambahan berat lele.

c. Ikan patin

Pembibitan ikan patin memerlukan keterampilan khusus dan harus dilakukan tenaga terlatih.
Pembesaran larva sampai siap di tebar di kolam pembesaran membutuhkan waktu 3-4
minggu. Ada tiga tahap pembesaran larva yaitu umur 1-9 hari, 10-13 hari dan 14-21 hari.

Patin bisa dibesarkan dengan kepadatan 20-30 ekor per meter kubik. Tidak ada patokan
ukuran ikan patin siap konsumsi, sangat tergantung selera pasar masing-masing daerah.
Biasanya para pembudidaya membesarkan patin hingga panen dalam jangka waktu 6 bulan,
apabila lebih dari itu pemeliharaan sudah tidak ekonomis lagi.
d. Ikan nila

Usaha budidaya ikan nila cocok dilakukan di daerah yang memiliki sumber air yang bersih.
Nila merupakan ikan air tawar yang mudah dipelihara dan gangguan penyakitnya tidak begitu
banyak. Pembibitan nila cukup mudah. Dari sepasang indukan bisa dihasilkan 250-1000 butir
telur. Telur tersebut akan menetas menjadi larva 10-13 hari dalam mulut si induk hingga siap
didederkan untuk pembesaran. Waktu persiapan dari telur hingga menjadi benih pembesaran
berukuran 5-8 cm atau 5 gram, diperlukan waktu 60 hari.

Pembesaran ikan nila sangat cepat, untuk jenis nila GIFT bisa tumbuh 4,1 gram per hari. Nila
jantan dan betina memiliki kemampuan tumbuh yang berbeda. Jantan tumbuh 40 persen lebih
cepat dibanding betina. Bila sudah mencapai 200 gram, pertumbuhan nila betina melambat
drastis, sedangkan jantan tetap tumbuh. Namun jangan khawatir, saat ini sudah ada teknologi
jantanisasi. Dengan teknik tertentu semua nila bisa diubah menjadi jantan. Nila GIFT
dikonsumsi pada ukuran 5 ekor per kg, dibutuhkan waktu 4 bulan untuk membesarkan nila di
kolam air tawar.

e. Ikan gurame

Perlu beberapa tahapan untuk membibitkan gurame dari mulai pemijahan, penetasan telur dan
pemeliharaan larva. Umumnya, larva yang telah menetas dan berumur 8-9 hari sudah siap
dipindahkan dan didederkan. Kemudian dibutuhkan waktu pendederan selama 170 hari untuk
bisa menghasilkan benih yang siap untuk pembesaran.

Di daerah Cianjur, Jawa Barat ikan gurame biasa dibesarkan sampai ukuran 3-4 kg dan
dibudidayakan dikolam-kolam pekarangan. Namun proses pembesaran seperti itu tidak
ekonomis kalau dilakukan secara intensif. Kecuali, kita sudah mempunyai saluran pemasaran
khusus. Pembesaran ikan gurame sampai tahap konsumsi ukuran 1 kg per ekor dari bibit
sebesar 250 gram per ekor memerlukan waktu 4 bulan.
Peluang Usaha Perikanan Aceh
Agus Putra A. Samad | Mahasiswa S3 di NTOU, Taiwan
Sabtu, 03 November 2012 15:33 WIB

Foto: dok pribadiPenulis di sebuah industri perikanan


di Taiwan.
Ikan, sebuah nama yang pasti dikenal oleh manusia. Saat ini tercatat sebanyak 25.000 spesies
ikan tersebar diseluruh dunia dengan sebaran habitat: 58% hidup di air laut, 41% air tawar
dan 1% air payau. Meskipun tidak ada data akurat yang mampu menunjukkan jumlah total
ikan di dunia, namun Food and Agriculture Organization (FAO) melaporkan bahwa hasil
tangkapan ikan dari perairan umum menunjukkan grafik penurunan dari tahun ke tahun
dimulai sejak tahun 1990-an.

Trend penurunan hasil tangkapan ini diduga disebabkan oleh tiga hal utama yaitu: 1)
berkurangnya stok ikan dunia, rusaknya ekosistem perairan, dan menurunnya hasil tangkapan
nelayan yang disebabkan oleh rendahnya keahlian nelayan serta faktor cuaca. 2) kelebihan
penangkapan atau overcapacity yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kapal penangkapan
ikan yang melakukan aktivitas penangkapan diluar daya dukung suatu perairan. 3)
manajemen dan pengaturan, dalam hal ini meskipun setiap negara telah menerapkan
peraturan secara ketat, namun dilapangan masih sering terjadi kecurangan. Diantaranya
adalah aktivitas penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing) dan perilaku penangkapan
dan pembudidayaan yang bersifat merusak (destructive fishing) yang masih menjadi
persoalan sehingga menjadikan tantangan tersendiri bagi para pemegang kebijakan.

Ketiga faktor tersebut telah menimbulkan kecemasan bagi para pemerhati perikanan yang
mengkhawatirkan akan sulitnya menemukan ikan di pasaran sehingga harga ikan melambung
tinggi dan masyarakat tidak mampu lagi membeli dan mengkonsumsi ikan. Sebagaimana
diketahui bahwa ikan merupakan hewan air yang bernilai protein tinggi dan mudah dicerna
oleh tubuh. Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam daging ikan mengandung Omega 3 yang
dapat membantu pertumbuhan sel otak manusia serta rendah kandungan lemak dan kalori
sehingga sangat baik dikonsumsi oleh orang yang sedang mengikuti program diet.

Menghadapi persoalan diatas, membuat para peneliti dan pembuat kebijakan mulai melirik
kepada aktivitas budidaya, karena budidaya perikanan dianggap akan mampu menjadi
pemecah masalah terhadap kurangnya produksi ikan hasil tangkapan. Dari data dan grafik
yang dikeluarkan oleh FAO, terjawab bahwa saat produksi hasil tangkapan ikan menurun,
justru produksi budidaya perikanan tumbuh dengan sangat baik, bahkan melebihi dari
proporsi yang diharapkan dari sektor ini. Sektor budidaya telah mampu menyediakan 45.6%
dari kebutuhan ikan dunia (FAO, 2010).

Informasi ini telah menarik perhatian serius dari ahli perikanan untuk memikirkan metode
dan teknologi tepat guna agar produksi dari sektor ini dapat terus ditingkatkan tanpa
mengganggu keseimbangan ekosistem alami.
Sebagai negara dengan potensi lahan budidaya perikanan terluas di Asia Tenggara yaitu
sebesar 15.59 juta ha, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk memajukan usaha
budidaya perikanan. Ditjen Perikanan Budidaya (DJPB) menyebutkan bahwa meski
pemanfaatan potensi budidaya perikanan belum optimal, namun produksinya menunjukkan
peningkatan signifikan dari 4.78 juta ton pada tahun 2009 menjadi 6.97 juta ton di tahun
2011. Jumlah produksi tersebut telah mampu memenuhi 56.33% dari kebutuhan ikan
nasional.

Beberapa waktu yang lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, saat
membuka rapat kerja teknis (Rakernis) terpadu DJPB di Bandung, mengatakan akan terus
mengajak, mendorong dan menfasilitasi Rumah Tangga Perikanan (RTP) budidaya untuk
dapat berkembang sehingga mampu berperan dalam meningkatkan ketahanan pangan,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka lapangan kerja dan
meningkatkan perolehan devisa negara melalui ekspor hasil perikanan (DJPB, 7 Maret 2012).

Jika melihat potensi provinsi Aceh yang memiliki panjang garis pantai 1.660 km, dengan luas
perairan laut 295.370 km dan luas zona ekonomi eksklusif (ZEE) 238.807 km, maka apabila
dikelola secara maksimal akan dapat dijadikan sebagai salah satu tulang punggung
pembangunan ekonomi Aceh yang berkelanjutan (Badan Investasi dan Promosi Aceh, 2012).
Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh (2010) mencatat bahwa luas lahan budidaya produktif di
Aceh saat ini adalah 57.840,2 ha, yang meliputi lahan budidaya air payau 51.519,2 ha; air
tawar 6.319,9; dan air laut 1.1 ha. Data ini menunjukkan bahwa potensi yang baru tergarap
hanyalah sekitar 40,9% dari keseluruhan lahan potensial yaitu seluas 141.383,23 ha. Ini
menunjukkan bahwa potensi usaha budidaya perikanan masih terbuka lebar untuk terus
dikembangkan.

Berdasarkan data diatas muncul pertanyaan, manakah jalan yang paling baik untuk
meningkatkan produksi budidaya perikanan di Aceh? Apakah dengan cara memperluas lahan
semaksimal mungkin atau cukup dengan mengelola lahan yang telah dikelola selama ini?
Untuk menjawab pertanyaan ini tentu dibutuhkan diskusi yang intensif antara para penentu
kebijakan (pemerintah) bersama dengan penggiat budidaya (stakeholder) yang
berpengalaman agar program ini dapat bersinergi dan terencana dengan baik. Dalam hal ini,
penulis berpendapat bahwa penggunaan lahan yang sudah ada selama ini cukup untuk
meningkatkan produksi perikanan apabila tehnik budidaya yang diterapkan adalah sistem
budidaya intensif. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha budidaya yang ada di
provinsi Aceh selama ini masih banyak berkutat dalam sistem budidaya tradisional.

Sistem budidaya tradisional, semi-intensif dan budidaya intensif bukanlah istilah yang asing
di kalangan pelaksana perikanan. Namun, terlihat masih banyak pembudidaya perikanan yang
tidak mengetahui batasan khusus dari istilah tersebut, sehingga usaha yang sedang dijalani
terkadang berubah dari perencanaan semula akibat minimnya ketersediaan modal,
keterbatasan alat dan kurangnya keterampilan pengelola.

Dalam kamus istilah perikanan (2010) disebutkan bahwa budidaya tradisional adalah sistem
pemeliharaan ikan dengan padat tebar rendah dan pemberian pakan seadanya. Sedangkan
budidaya semi-intensif adalah pemeliharaan ikan dengan padat tebar rendah dan dipelihara
dalam lingkungan terkontrol dengan sistem pemberian pakan dan pengelolaan kualitas air
yang baik. Sedikit berbeda dengan budidaya semi-intensif, budidaya intensif dilakukan
dengan teknik padat tebar yang tinggi diikuti pemberian pakan yang teratur serta pengelolaan
kualitas air yang baik dan dipelihara dalam wadah terkontrol.
Dari istilah tersebut terlihat bahwa budidaya intensif telah mengandalkan sitem padat tebar
(jumlah benih yang ditebar dikolam) yang tinggi dengan sistem kontrol pakan dan kualitas air
yang baik, sehingga bisa dipastikan bahwa meskipun lahan yang digunakan sangat terbatas
namun jumlah produksinya tetap tinggi. Metode ini telah lama dipraktekkan oleh para
pembudidaya ikan dan udang di negara-negara maju seperti Inggris, Perancis, Rusia, China
dan Taiwan.

Dalam sistem budidaya intensif, permasalahan modal sering memunculkan permasalahan dan
menjadi kendala tersendiri bagi para pemula. Namun pada hakikatnya budidaya intensif ini
akan dapat dijalani oleh setiap pembudidaya jika mereka memiliki motivasi yang kuat dengan
terlebih dahulu meningkatkan keterampilan atau skill di bidang ini. Lalu mulailah suatu usaha
perikanan dari usaha-usaha kecil.

Misalnya, mulailah dari jumlah kolam yang sedikit dan jika telah mendapat keuntungan baru
kemudian menambah jumlah kolam. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh
seorang guru besar bidang Aquaculture di National Taiwan Ocean University (NTOU) Prof.
Y.H. Chien dalam sebuah perkuliahan umum beberapa waktu yang lalu, beliau mengatakan
bahwa ciri-ciri dari suatu usaha budidaya yang bakal gagal adalah apabila usaha tersebut
dimulai dengan modal atau investasi yang besar tanpa perencanaan yang matang.

Lebih lanjut disampaikan bahwa mempelajari kebutuhan pasar juga akan menentukan
kelanjutan usaha. Kejelian dari pembudidaya dalam memenuhi permintaan pasar juga harus
benar-benar diperhatikan. Sebagai contoh, lakukan usaha budidaya ikan air tawar di daerah
dengan tingkat permintaan ikan air tawar yang tinggi, begitu juga dengan jenis ikan air payau
dan air laut. Lakukanlah usaha budidaya ditempat yang terdekat dengan wilayah pemasaran
agar dapat menghemat biaya transportasi. Oleh sebab itu, sebelum memulai usaha budidaya
sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dinas terkait ataupun kepada para pelaksana
budidaya yang lebih berpengalaman agar terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam
perencanaan dan manajemen usaha.
PELUANG USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

Sumber Daya Perikanan sebagai Tulang Punggung Perekonomian


Indonesia

Sumberdaya dan potensi Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Luas laut
Indonesia dua pertiga dari daratannya. Total luas laut Indonesia adalah 3,544juta km2
(Perikanan dan kelautan dalam angka,2010). Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang
kedua didunia setelah Kanada dengan panjang 104 ribu km (Bakokorsunal, 2006). Selain
garis pantai yang panjang, Indonesia memiliki jumlah pulau terbanyak yaitu 17.504 pulau
yang tersebar dari sabang sampai merauke (kemendagri, 2008). Maka, dengan gambaran
sumberdaya alam yang melimpah di laut dan pesisir sudah selayaknya pembangunan
Indonesia berorientasi pada maritim.

Dalam sektor perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi sumberdaya
perikanan baik perikanan tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya diperkirakan
mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi perikanan tangkap mencapai US$ 15,1 miliar per
tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum
sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun,
potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi
kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Potensi tersebut masih dari sumdaya alam belum
termasuk produk lebih lanjut.

Perikanan juga memberikan lapangan kerja yang tidak kecil. Sektor perikanan mampu
menyerap tenaga kerja langgung sebanyak 5,35 juta orang yang terdiri dari 2,23 juta nelayan
laut,0,47 juta nelayan perairan umum,dan 2,65 juta pembudi daya ikan. Sedangkan orang
yang bergantung pada sector perikanan dari hulu (penangkapan dan budidaya) sampai hilir
(industry, perdangan, jasa,dll) cukup banyak yaitu 10,7 juta.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nilai ekspor perikanan
Indoneisa dari tahun ketahun cenderung meningkat. Ditahun 2009 nilai ekspor perikanan
Indonesia mencapai 2,5 millar USD dan ditahun 2010 meningkat menjadi 2,8 millar USD.
Selain itu angka konsumsi ikan perkapita Indonesia juga semakin meningkat. Ditahun 2009
konsumsi ikan masyarakat Indonesia mencapai 29, 08 kg perkapita/thn dan meningkat
ditahun 2010 menjadi 30, 48 kg perkapita/thn. Hal ini menunjukkan bahwasanya masyarakat
Indonesia sadar akan pentingnya kebutuhan protein khususnya hewani.

Berdasarkan berbagai potensi perikanan Indonesia dan peluang yang dapat dicapai maka
sudah selayaknya pemerintah menitik beratkan pembangunan perikanan demi kesejahteraan
bangsa. Diharapkan dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan mampu
mendongkrak perekonomian nasional dan mengentaskan rakyat dari garis kemiskinan.

Tantangan dan Permasalahan

Berbagai potensi yang dimiliki Indonesia yang sangat besar tersebut sanggupkah pemerintah
bersama rakyat mengelolanya menjadi suatu kekuatan besar. Mungkin itu adalah pertanyaan
menggelitik yang seharusnya dapat kita jawab. Masalah sanggup atu tidak itu sebenarnya
tergantung yang mengelola.

Beberapa tantangan yang muncul ditengah potensi perikanan yang dimiliki Indonesia seperti
adanya Illegal Fishing, harga Ikan yang rendah, rendahnya mutu hasil perikanan. Menurut
pandangan penulis Illegal Fishing merupakan masalah laten yang dihadapai bangsa ini. setiap
tahun, sumberdaya kita di bombardir Negara lain. Mereka dengan sengaja mencari ikan
diperairan Indonesia. Dengan menggunakan peralatan yang lengkap dan kapal yang besar
mereka menjarah sumberdaya alam diperairan Indonesia. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak
mungkin sumberdaya yang dimiliki Indonesia akan semakin berkurang. Ditambah lagi
beberapa periaran di Indonesia yang telah mengalami over Fishing. Beberapa perairan di
Indonesia yang tengah berada pada lampu merah atau over fishing seperti laut Jawa, Samudra
Hindia, laut Sumatra, dll. Penyebab Illegal fishing sangat kompleks mulai dari luas peraian
Indonesia yang besar, keamanan yang lemah dan nelayan kecil yang tak mampu menjangkau
sumberdaya ikan di laut bebas. Luas peraian yang besar ditambah adanya pengamanan yang
lemah dari pemerintah menjadi jalan masuk terjadinya illegal fishing. Pengamanan yang
lemah ini dikarenakan armada yang dimiliki Indonesia dalam menjaga keamanan pereiaran
sangat minim. Selain itu rendahnya jangkauan melayan diperairan lepas menjadikan
sumberdaya yang dimiliki Indonesia tidak bisa termanfaatkan makasimal. Pada tahun 2010,
dari 590.352 kapal ikan Indonesia, hanya 6.370 unit kapal (kurang dari 2%) yang tergolong
modern (kapal motor berukuran di atas 30 GT). Sedangakan kapal motor yang beroperasi
sebanyak 155.992 unit (26%). Selebihnya, 238.430 unit (40%) berupa perahu motor tempel
(outboard motor) dan 189.630 unit (32%) berupa perahu tanpa motor yang hanya
menggunakan layar dan dayung (KKP, 2010). Berdasarkan data tersebut maka sumberdaya
yang dimiliki Indonesia tak dapat dimanfaatkan dan dilkelola dengan maksimal oleh para
nelayan. Dan yang sangat fatal, malah Negara lain yang memanfaatkannya.

Adanya rantai perekonomian yang masih di kuasai dan dikendalikan oleh tengkulak dan para
juragan membuat harga ikan tidak stabil dan bahkan kadang sangat rendah. Rendahnya harga
ini, ditengarai permainan tengkulak yang telah mengakar sejak turun-temurun. Ditambah lagi
tidak adanya peran pemerintah dalam menstandarkan harga untuk melindungi nelayan
maupun pembudidaya menjadikan nelayan menjadi objek yang selalu dirugikan. Walaupun
sekarang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) telah diterapkan penjualan hasil tangkapan dengan
cara pelelangan namun belum memberikan dampak yang signifikan. Ikan-ikan yang
berkualitas rendah dihargai seadanya. Sehingga para nelayan menjadi merugi karena hasil
penjualan tidak cukup untuk menutup biaya penangkapan (produksi).

Kebijakan kementerian kelautan dan perikanan (KKP) yang baru yaitu Industrialisasi
perikanan menjadikan dilema dikalangan para pelaku usaha kecil (nelayan dan
pembudidaya). Kebijakan tersebut menegaskan bahwasanya adanya kegatan perikanan dari
hulu (nelayan dan pembudidaya) ke hilir (pengolahan dan pemasaran) yang merata.
Kebijakan Industrialisasi Perikanan ini memaksa adanya suplai bahan baku yang kontinyu
dari hulu untuk kegiatan pengolahan. Sumberdaya alam di laut yang tidak menenu dan
minmnya armada perikanan yang dapat menjangkau untuk eksploitasi laut lepas
mengakibatkan suplai bahan baku tidak stabil. Ditambah lagi banyaknya perairan di
Indonesia yang mengalami over fishing. Maka dari itu pemerintah melakukan kebijakan
import bahan baku dari negara-negara lain. Total import perikanan ditahun 2009 mencapai
331.893 ton , sedangkan ditahun 2010 mencapai 369.282 ton. Yang sangat miris dari 75 jenis
ikan yang diimport 40 jenisnya ada di Indonesia. Namun yang terjadi dilapangan sering
dijumpai ikan yang diimport masuk kepasar tradisional. Sehingga harga ikan dari para
nelayan maupun pembudidaya akan jatuh. Selain itu terjadinya beberapa kasus yang terjadi
dimana ikan yang diimport mengandung bahan yang berbahaya seperti formalin.

Perikanan kedepan

Pengendalaian illegal fishing oleh kapal asing harus segera ditangani. Jika tidak akan menjadi
masalah yang pelik. Pemerintah sudah selayaknya meningkatkan keamanan daerah perairan.
Dengan meningkatkan armada laut untuk menjaga keamana perairan Indonesia akan mampu
mengurangi adanya Illegal Fishing. Selain itu pemerintah bersama masyarakat (nelayan)
diharapkan dapat bekerjasama dalam mengahalau setiap tindakan yang menjurus kepada
kerugian negara oleh negara asing. Dengan adanya kerjasama tersebut maka diharapkan
sumberdaya yang dimiliki Indonesia dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri. Masih
rendahnya armada laut yang beroperasi dilaut lepas harus ditingkatkan. Hal ini mengingat
sumberdaya didaerah pesisir semakin berkurang. Tak ada pilihan lain kecuali meningkatkan
armada untuk menjangkau sumberdaya zona ekonomi eksklusif (ZEE). Adanya program
KKP yaitu bantuan seribu kapal diharapkan akan mampu memberikan solusi dalam
peningkatan produksi. Bantuan berupa kapal dengan kapasitas 30 GT tersebut sangat
membantu nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan.

Masih adanya system monopoli yang dilakukan oleh para juragan dan tengkulak harus segera
diatasi. Pemerintah sebaiknya membuat regulasi yang menguntungkan masyarakat nelayan
maupun pembudidaya. Selain itu, sebaiknya pemerintah melindungi harga ikan dipasaran
seperti harga gabah dalam pertanian. Dengan melindungi harga ikan, diharapkan para nelayan
dan pembudidaya dapat menikmati hasil yang telah dilakukan. Sehingga kesejahteraan para
nelayan dan pembudidaya dapat dicapai. Setelah regulasi dan pengendalian harga, sebaiknya
dilakukan Pengawasan dan operasi pasar untuk mengurangi adanya oknum yang nakal dalam
kegiatan perikanan.
Import ikan yang terjadi harus diminimalisir dengan meningkatkan produksi bahan baku. Jika
berbagai upaya yang tertera diatas telah dilakukan dengan baik, maka import ikan otomatis
akan dapat diminimalisir. Namun yang penting, pemerintah melakukan pengawasan yang
ketat terhadap import ikan agar nantinya tidak jatuh dipasar tradisional. Selain itu,
pembentukan regulasi yang ketat dalam kegiatan import akan mampu menekan kegiatan
import ikan. Sebenarnya jika pemerintah memanfaatkan dan memaksiamlakan sumber daya
yang ada di Indonesia timur (Maluku,Sulawesi) maka import ikan akan dapat ditekan.
Dengan dalih biaya operesional yang mahal, maka pemerintah lebih senang melakukan
import daripada memanfaatkan sumber daya sendiri. Karena dengan melakukan import
harganya jauh lebih murah jika mendapatkan dari nelayan sendiri karena jarak antara
Indonesia timur dengan pusat pruduksi sangat jauh dan membutuhkan biaya yang cukup
besar. Sehingga kebijkan importlah menjadi solusi dini dalam kegiatan industrialisasi
perikanan saat ini.

Kesimpulan

Potensi perikanan yang mencapai 82 millar U$D yang dimiliki negara ini, jika dikelola
dengan baik, bertanggung jawab dan berkelanjutan akan mampu menjadi tulang punggung
perekonomian nasional. Dengan membuat regulasi yang tepat dan berpihak kepada para
pelaku usaha kecil (nelayan dan pembudidaya) akan mampu meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Selain adanya peluang usaha maka, perikanan akan mampu memberikan lapangan
kerja yang besar sehingga dapat mengentaskan pengangguran dan kemiskinan

SALAH SATU USAHA BUDIDAYA IKAN:

Budidaya ikan air tawar merupakan usaha yang menjanjikan keuntungan. Salah satu tempat
budidaya ikan air tawar adalah di tambak, Budidaya ikan air tawar bisa dilakukan mulai dari
pembibitan hingga pembesaran ikan.

Salah seorang yang menekuni usaha budidaya ikan air tawar adalah Edi Mulyadi. Dia melakukan
pembibitan di kolam darat, hingga pembesaran ikan di keramba terapung.
Keberhasilan usaha perikanan air tawar ditentukan oleh faktor lingkungan. Tanah liat atau
lempung sangat baik untuk pembuatan kolam. Demikian pula untuk tanah beranjangan atau
terapan dengan kandungan liatnya 30 persen.

Kedua jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Faktor
lingkungan dapat berpengaruh terhadap cita rasa ikan, misalnya bau tanah atau lumpur.

Hal lain yang sangat penting diperhatikan dalam budi daya ikan air tawar adalah mutu air.
Sumber air bisa berasal dari air sungai, hujan, atau tanah. Mutu air yang diperlukan untuk
budi daya ikan air tawar haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut: oksigen terlarut
sekitar 5-6 ppm, karbondioksida terlarut kurang dari 25 ppm, pH antara 6,7-8,6, suhu 25-
30oC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 5oC, serta tidak
tercemar bahan kimia beracun, minyak, atau limbah pabrik.

Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan karena endapan lumpurnya terlalu
tebal dan pekat, sehingga dapat mengganggu penglihatan ikan dalam air dan menyebabkan
nafsu makannya berkurang. Semakin banyak dan beragam biota air yang terdapat di dalam
perairan, semakin tinggi tingkat kesuburannya.

Budi daya ikan air tawar lebih mudah dibandingkan dengan ikan air laut. Sebagai contoh
budi daya ikan mas sangat mudah sekali dilakukan karena toleransi terhadap lingkungan
sangat tinggi. Meski demikian, dalam kenyataannya perkembangan ketersediaan dan
konsumsi ikan air laut lebih besar

daripada ikan air tawar.

Kendala utama budi daya ikan air tawar adalah diperlukan waktu dan biaya yang cukup
tinggi. Komponen biaya meliputi: persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan,
dan pendederan. Biaya lain yang dianggap cukup tinggi adalah untuk pakan dan
pemeliharaan terhadap hama dan penyakit ikan.
Kolam pembibitan ini ada yang diperuntukkan untuk ikan mas, Budidaya Ikan Nila dan ikan
gurame, mulai dari berbentuk larva hingga menjadi anakan ikan,
Di tempat ini anak ikan dipelihara selama setengah bulan, hingga berukuran tiga centimeter.
Kemudian anak ikan yang berkualitas bagus dipindahkan ke keramba terapung di Waduk
Cirata.
Untuk menuju keramba terapung di Waduk Cirata harus menggunakan perahu. Lama
perjalanan sekitar sepuluh menit. Barulah sampai ke keramba terapung milik Edi.
Di keramba terapung ini, Edi memiliki 25 kolam pembesaran ikan air tawar yang dijaga dua
orang karyawannya. Ikan air tawar yang dibesarkan disini ikan nila, ikan mas, dan ikan
gurame. Ikan nila dapat dipanen dalam waktu tiga hingga empat bulan.
Biaya terbesar mengelola keramba terapung adalah penyediaan pakan ikan. Untuk makanan
ikan, Edi menghabiskan 4 kwintal pelet dalam sehari.
Membesarkan ikan nila dan ikan mas menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan
ikan air tawar lainnya. Karena itu, ikan nila dan ikan mas menjadi primadona. Di pasaran,
harga ikan nila merah sekitar Rp 9 ribu per kilogram.
Namun apakah budidaya ikan air tawar ini dapat memberikan kontribusi bagi sektor
perikanan? Atau mungkinkah subsektor perikanan, khususnya budidaya ikan air tawar akan
terus eksis di negeri serumpun sebalai ini? Beberapa pertanyaan seperti tersebut di atas
mungkin akan timbul di benak kita. Jawabannya dapat kita lihat sendiri, bahwa pemerintah
daerah telah memulai untuk itu dan diharapkan masyarakat mau memulai budidaya ikan air
tawar dapat semakin marak seiring dengan memanfaatkan kolong-kolong eks penambangan
timah yang tidak terpakai lagi. Walaupun hanya sebagian kecil masyarakat kita telah
memulai mengembangkan budidaya ikan air tawar tersebut. Timbul pertanyaan mengapa
budidaya ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari masyarakat kita? Pasti ada masalah
atau kendala-kendala yang menjadi penyebabnya sehingga untuk budidaya ini jumlahnya
sangat sedikit sekali.
Namun memelihara ikan di keramba terapung seperti ini bukannya tanpa resiko. Resiko
terbesar ikan mati karena terkena virus. Sejak tahun 2003 lalu virus menyerang ikan
peliharaan disini. Edi yang telah menekuni usaha ini sejak tahun 1996 lalu juga terkena
imbasnya. Dia sempat memiliki 60 kolam di tempat ini, namun kini menyusut hingga tinggal
25 kolam saja.
Ikan air tawar yang dibesarkan di keramba terapung di Cirata ini dipasarkan ke Jjakarta, Jawa
Barat dan Banten. diperkirakan sekitar 70 persen kebutuhan ikan air tawar di kawasan
Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi dipasok dari kawasan ini.
Ikan nila dipasarkan dalam keadaan mati dan dibekukan dengan menggunakan es balok.
Sedangkan ikan mas dipasarkan dalam keadaan hidup dengan dimasukkan kedalam kantong
plastik yang diberi oksigen.
Kolam ikan terapung yang dikelola Edi dalam sebulannya dapat menghasilkan satu ton ikan
nila, satu ton ikan mas dan setengah ton ikan gurame.
Dear best friend

how are you miss? I hope you fine


oh yeah, I will miss Come to my 11th birthday! Bring your sincere present and don’t forget to
pray for God.
Place: Apollo Restaurant
Attire: Formal Attire
Time: 07.00 p.m-.08.00 p.m
Date: 13th January 2013
I’m waiting for your coming! Come before 07.00 pm and wear your formal attire!
Thank for your attention miss

My sincere greeting,
your friend

Bahan Resep Puding Cokelat Susu Sederhana dan enak :

 Agar-agar bubuk cokelat, 2 bungkus


 Gula pasir, 100 gram
 Susu cair cokelat, 600 ml
 Cokelat masak pekat, 100 gram, lelehkan
 Pasta cokelat, 1 sendok teh
 Garam, secukupnya

Bahan Saus Untuk puding coklat :

 Susu cair, 250 ml


 Tepung maizena, 1 sendok teh
 Gula pasir, 50 gram
 Garam, secukupnya
 Vanili bubuk, 1/4 sendok teh
 Kuning telur, 1 butir, kocok

Cara membuat Puding Cokelat Susu Sederhana :

 Campur agar-agar, gula pasir, susu cair, dan garam. Aduk rata dan rebus di atas api sedang
hingga mendidih sambil diaduk agar tidak pecah.
 Masukkan cokelat masak pekat, masak hingga cokelat larut. Angkat, tambahkan pasta cokelat,
aduk rata.
 Tuang rebusan agar-agar ke dalam cetakan yang telah dibasahi air. Bekukan.
 Saus : Rebus susu, tepung maizena, gula pasir, garam dan vanili hingga mendidih. Ambil 1
sendok sayur rebusan susu, tuang dalam kuning telur. Aduk rata.
 Tuang kembali campuran kuning telur ke dalam rebusan susu. Rebus hingga mendidih dan kental
sambil diaduk. Angkat dan dinginkan.
 Keluarkan puding dari cetakan, sajikan puding dengan saus vanila.

Milk Chocolate Pudding Recipe ingredients Simple and tasty :


Agar-agar powder cocoa , 2 packs
sugar , 100 grams
Milk Chocolate Liquid , 600 ml
ripe dark chocolate , 100 grams , melted
The pasta chocolate , 1 teaspoon
Salt , to taste

For the sauce ingredients chocolate pudding :


Liquid Milk , 250 ml
flour cornstarch , 1 teaspoon
sugar , 50 grams
Salt , to taste
Vanilla powder , 1/4 teaspoon

Egg yolks , 1 egg , beaten How to make a Simple Milk Chocolate Pudding :
Mix gelatin , sugar , milk, and salt . Stir well and simmer over medium heat until boiling ,
stirring frequently so as not to break .
Enter the dark cooking chocolate , cook until chocolate dissolves . Remove and add the
chocolate paste and stir well.
Pour boiling jelly into a mold that has been soaked in water . Freeze .
Sauce : Boil the milk , cornstarch , sugar , salt and vanilla to the boil . Take 1 tablespoon
vegetable stew milk , pour in the egg yolk . Stir well .
Pour the egg yolk mixture back into the boiling milk . Boil until boiling and thickened ,
stirring frequently . Remove and let cool .
Remove the pudding from the mold and serve pudding with vanilla sauce .
abrasi (aberasi)
2) absorsi (absorpsi)
3) accu (aki)
4) adpokat (advokat)
5) aku (saya)
6) alfa (alpa)
7) anggautanya (anggotanya)
8) apotik (apotek)
9) asem (asam)
10) atlit (atlet)
11) azas (asas)
12) azasi (asasi)
13) bandrol (banderol)
14) barzah (barzakh)
15) batalyon (batalion)
16) belender (blender)
17) bensol (benzol)
18) bermanpaat (bermanfaat)
19) bis (bus)
20) blokir (blokade)
21) cabe (cabai)
22) cidera (cedera)
23) coklat (cokelat)
24) debet (debit
25) dekrit (dekret)
26) dioda (diode)
27) disco (disko)
28) do'a (doa)
29) duren (durian)
30) eksport/export (ekspor)
31) ekstrim (ekstrem)
32) episod (episode)
33) faham (paham)
34) fakum/vacum (vakum)
35) frekwensi (frekuensi)
36) grebek (gerebek)
37) group (grup)
38) gubug (gubuk)
39) gudeg (gudek)
40) hadist (hadis)
41) hakekat (hakikat)
42) hapal (hafal)
43) ijin (izin)
44) imajinasi (imaginasi)
45) insyaf (insaf)
46) jadual (jadwal)
47) jaman (zaman)
48) jus (juz)
49) kalo (kalau)
50) kangker (kanker)
51) karir (karier)
52) katagori (kategori)
53) kelar (klier)
54) kemis (kamis)
55) ketawa (tertawa)
56) kongkrit (konkret)
57) konsekwen (konsekuen)
58) kualitas (kwalitas)
59) liver (lever)
60) lobang (lubang)
61) maag (mag)
62) mangkok (mangkuk)
63) mesjid (masjid)
64) nafas (napas)
65) nggak (tidak)
66) nomer (nomer)
67) notulen (notula)
68) obyek (objek)
69) orange (oranye)
70) photo (foto)
71) polio (folio)
72) Quraisy (Kuraisy):
73) ramadhan (ramadan)
74) rame (ramai)
75) rapih (rapi)
76) rapor (rapot)
77) rebo (rabu)
78) relif (relief)
79) ronsen (rontgen)
80) sambel (sambal)
81) saos (saus)
82) saptu (sabtu)
83) sekor/score (skore)
84) senen (senin)
85) sentausa (sentosa)
86) tapi (tetapi)
87) taubat (tobat)
88) taxi (taksi)
89) trotoar (trotoir)
90) urin (urine)
91) ustadz (ustaz)
92) valentin (valentine)
93) varices (varises)
94) villa (vila)
95) yudikatif (judikatif)
96) yudisial (judisial)
97) yunior (junior)
98) zinah/jina (zina)
99) zona (zone)
100) zygot/zigote(zigot)

Anda mungkin juga menyukai