Anda di halaman 1dari 3

Mangrove dan Penyimpanan Karbon di Daerah Tropis

Mangrove merupakan salah satu komponen pada daerah pesisir yang ditemukan
tersebar pada wilayah sub-tropis dan tropis. Mangrove berada pada zona trasisi yakni
pertemuan antara lautan, daratan dan air tawar. Pembentukan mangrove terjadi pada daerah
dengan curah hujan tinggi, sedimen berlumpur yang dipengaruhi pasang-surut air laut serta
kondisi minim oksigen. Hal tersebut membuat mangrove beradaptasi dengan menggunakan
akar nafas yang berfungsi untuk mendukung pertukaran gas serta memberikan dukungan
secara lateral terhadap hempasan ombak dan angin.

Sepertiga ekosistem mangrove dunia berada di Asia Tenggara dengan diversitas


spesies tertinggi. Indonesia memiliki luas ekosistem mangrove yang terbesar. Ekosistem ini
memberikan kontribusi dalam penyimpanan dan siklus karbon global. Degradasi terhadap
ekosistem tentunya berdampak pada perubahan iklim dan stabilitas ekologi (Suratman, 2008).

Penelitian yang dilaksanakan oleh team CIFOR (Center For International Forestry
Research) pada tahun 2011 pada 25 lokasi mangrove sepanjang Indo-Pasifik menyebutkan
bahwa mangrove merupakan salah satu jenis hutan yang memiliki simpanan karbon tertinggi
di wilayah tropis dan sangat tinggi dibandingkan dengan rerata simpanan karbon di berbagai
tipe hutan lainnya di dunia (hutan boreal, hutan beriklim sedang, dan hutan tropis daratan).
Tingginya simpanan karbon ini disebabkan oleh sumbangan dari biomassa tanaman di bawah
tanah, laju dekomoposisi yang lebih lambat dibandingkan dengan hutan terrestrial dan
akumulasi sedimen. Hal berbeda ditemukan pada penelitian mangrove yang dilaksanakan
oleh Universitas Kalkuta di Sudarbans, Teluk Benggala, India tahun 2011. Penelitian ini
memberikan informasi bahwa simpanan karbon pada ekosistem mangrove memiliki nilai
yang lebih rendah dibandingkan dengan hutan tropis daratan.

Perbedaan hasil penelitian yang diperoleh tentunya dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Geografis Lokasi Penelitian


Geomorfologi tentunya memberikan peranan jenis sedimen apakah yang terendapkan,
apakah didominasi oleh sedimen muara atau sedimen laut. Hal ini akan memengaruhi
dinamika karbon karena adanya pergerakan pasang surut (tidal flushing) dan nilai
allochthonous dan autochthonus yang mengendalikan akumulasi karbon. Selain itu,
hal ini akan memengaruhi kedalaman tanah berlumpur pada lokasi. Semakin dalam
tanah akan memperbesar kemungkinan penyimpanan karbon yang semakin tinggi.
Ketinggian mangrove dari permukaan laut, maupun kelandaian formasinya dan
letaknya dari aliran sungai juga memberikan dampak pada pasang-surut serta salinitas
yang diterima oleh ekosistem. Kondisi iklim seperti penerimaan radiasi matahari,
curah hujan, temperatur dan angin saat pengambilan sampel juga mempengaruhi data
yang dihasilkan. Pada kondisi curah hujan tinggi dan angin kencang, serasah yang
terbentuk akan lebih banyak. Temperatur dan penerimaan radiasi matahari juga akan
memberikan pengaruh pada laju dekomposisi serta akumulasi biomassa melalui
proses fotosintesis.
2. Jenis Spesies Mangrove
Penelitian yang dilaksanakan oleh CIFOR berada pada 25 lokasi sampel sepanjang
Indo-Pasifik, sementara penelitian yang dilaksanakan oleh Universitas Kalkuta berada
pada lokasi yang lebih spesifik. Penelitian oleh CIFOR tentunya akan memiliki
keragaman atau variasi yang lebih besar pada jenis spesies mangrove yang ditemukan.
Keragaman spesies akan memberikan perbedaan dalam densitas kayu yang dihasilkan.
Densitas kayu berpengaruh pada kecepatan dekomposisinya. Selain densitas, spesies
yang berbeda memiliki potensi menghasilkan jumlah biomassa yang berbeda. Hal ini
juga ditentukan oleh umur, tahap pertumbuhan, tinggi, diameter, jangkauan akar,
lebar kanopi, jumlah serasah yang dihasilkan maupun kondisi fisiologis tumbuhan
untuk memperoleh kesetimbangan dalam produksi karbon dan respirasi.
3. Kondisi Tanah Lokasi Penelitian
Kondisi tanah lokasi seperti kadar salinitas, pH, reaksi reduksi-oksidasi, hingga tanah
berpirit akan memengaruhi jumlah produksi biomasssa tanaman. Kondisi tanah
dengan kadar salinitas tinggi akan menghasilkan potensial osmotik yang rendah,
sehingga akan berpengaruh pada respon fisiologis tanaman. Keadaan oksidatif juga
dapat menyikap lapisan pirit sehingga menurunkan pH tanah secara drastis. Tanah
yang bersifat oksidatif akan meningkatkan laju dekomposisi bahan organik dan
merangsang pelepasan asam organik dari eksudat akar mangrove. Dekomposisi dan
pelepasan asam organic akan menyebabkan kehilangan penyimpanan karbon tanah
karena terbawa oleh pasang-surut air.
4. Pemodelan dan Metode Analisis yang Digunakan
Pemodelan merupakan salah satu upaya dalam meramal (forecast) estimasi biomassa
total maupun cadangan karbon yang tersedia di dalam tanah. Perbedaan lokasi akan
menentukan jenis pemodelan yang digunakan, karena akan dipengaruhi juga oleh
faktor keragaman yang ditemukan di lapangan. Selain itu, pemilihan metode analisis
statistic yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda.
5. Keragaman Flora dan Fauna pada Hutan Mangrove
Semakin banyak jenis flora dan fauna yang ditemukan di dalam hutan mangrove, akan
semakin bervariasi aktivitasnya terutama dalam mempergunakan karbon sebagai
sumber energi.

Simpanan karbon yang tinggi pada hutan mangrove tidak secara langsung menjadikan
ekosistem tersebut memiliki cadangan karbon tertinggi. Perlu diperhatikan bahwa luas area
hutan mangrove jauh lebih kecil dibandingkan dengan hutan terrestrial lainnya. Degradasi
hutan mangrove akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim tentunya akan berdampak pada
kemampuannya dalam menyimpan karbon.

Referensi :
1. Donato, DC., Kauffman, JB., Murdiyarso, D., Kurnianto, S., Stidham, M., Kanninen, M.
2012. Mangroves among The Most Carbon-Rich Forests in The Tropics. Nature
Geoscience. DOI : 10.1038/NGEO1123.
2. Ray, R., Ganguly, D., Chowdhury, C., Dey, M., Das, S., Dutta, MK., Mandal, SK.,
Majumder, N., De, TK., Mukhopadhyay, SK., Jana, TK. 2011. Carbon Sequestration and
Annual Increase of Carbon Stock in Mangrove Forest. Atmospheric Environment. 45
(5016-5024). DOI : 10.1016/j.atmosenv.2011.04.074
3. Suratman, MZ. 2008. Carbon Sequestration Potential of Mangroves in South East Asia
In Managing Forest Ecosystems: The Challenge of Climate Change. E-ISBN 978-1-
4020-8343-3.

Anda mungkin juga menyukai