I. PENDAHULUAN
Sumatera merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumber daya
alam khususnya hutan ialah salah satu sumber daya yang sangat penting bagi
Nasional Kerinci Seblat (TNKS) (Kausar, 2010:133). Dalam hal ini Bukit
hutan Bukit Sulap memiliki kekayaan tumbuhan herba yang cukup tinggi.
Herba merupakan tumbuhan yang tersebar dalam bentuk individu atau soliter
pada berbagai kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau berair, tanah
yang kering, batu-batuan dan habitat dengan naungan yang rapat (Anaputra,
2015:27).
judul “Analisis Vegetasi Strata Herba di Kawasan Hutan Bukit Sulap Kota
Lubuklinggau”.
peristiwa tertentu dengan mengamati secara cermat dan hati-hati agar lebih
3
menurut jenis, sifat, atau kondisinya (arikunto 2010:3). Penelitian ini bersifat
dalam penelitian adalah metode Point Intercept Method atau Metode Titik
Sentuh.
yang dapat dipakai adalah Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method).
menyentuh rangka besi tersebut akan dicatat jenisnya sehingga dominasi dari
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, soil tester,
C. Prosedur Penelitian
ini, yaitu:
4
luas wilayah yang akan diteliti, yaitu luas keseluruhan bukit sulap 290 Ha
Jumlah dari 248 Ha diambil 20% sehingga luas area kajian adalah 49,6
Ha.
B, dan C yang akan diamati seluas 16,5 Ha = 165.000 m2, penentuan luas
Salter 1 salter 2
4. Gambar 3.1.setiap
Menentukan SkemaareaPenentuan
kajian dibuatArea Kajian
10 stand, yaituBukit SulapA Kota
area kajian stand
Lubuklinggau (Sumber: Desain Peneliti, 2017)
1-10, area kajian B 1-10, area kajian C 1-10 yang menjadi objek untuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
00
rumus. Rangka besi dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini:
a. pH Tanah
b. Suhu Udara
c. Kelembaban Tanah
Jumlah pemunculan
4. Dominasi Relatif = jumlah pemunculan total x 100%
7
5. INP = FR + DR
H’ = - ∑ ni
N
ni
ln N
N i = jumlah individu dari suatu jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis
III. Pembahasan
Herba adalah tumbuhan pendek (0,3-2 meter) tidak mempunyai kayu dan
yang tersebar dalam bentuk kelompok individu atau soliter pada berbagai
kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau berair, tanah yang kering,
Tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan
tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak. Sejumlah
permukaan daun yang sebagian besar darinya telah menjadi tanaman rumah
yang popular seperti jenis dari suku Araceae, Gesneriaceae, Urticaceae dan
Pada area kajian A strata herba yang mempunyai rerata Indeks Nilai
Nilai Penting (INP) terendah adalah tumbuhan miana (Coleus benth) yaitu
3, 6 dan 7 dengan tersebar dalam bentuk soliter atau kelompok oleh karena itu
Strata herba yang mempunyai Indeks Nilai Penting (INP) terendah pada
area kajian A adalah tumbuhan miana (Coleus benth) tumbuhan ini dtemukan
pada stand 5 dan 10 dengan rerata INP sebesar 18,3%. Tumbuhan ini
memiliki ciri-ciri: daunnya berbentuk segitiga atau bentuk bulat telur dengan
2008:213).
yaitu 6,8. H’ tertinggi pada area kajian ini yaitu tumbuhan patikan kebo
tumbuhan miana (Coleus benth) memiliki H' terendah di area kajian A yaitu
sebesar 0,2.
vegetasi yang terdapat pada area kajian A karena faktor abiotik yang terdapat
keberadaan vegetasi yang ada pada area kajian A dipengaruhi oleh faktor
tinggi.
Area kajian B memiliki perbedaan dengan area kajian A, pada area kajian B
terdapat banyak bebatuan serta kondisi pada area ini cukup curam sehingga
peneliti harus berhati-hati pada area ini. Pada lokasi penelitian B ditemukan
dua kuburan lama yang berada pada stand 7, kuburan ini merupakan kuburan
yang memiliki rerata Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu sebesar
panjang seperti daun bambu dan daunnya biasanya licin (Stennis, 2013:136).
berongga, gandul, daun gundul, bergigi tidak teratur, sedikit banyak berlekuk
5,3. Pada area kajian B vegetasi herba yang memiliki nilai H’ tertinggi yaitu
tumbuhan keladi (Caladium sp) sebesar 0,4. Sedangkan vegetasi herba yang
dibandingkan dengan area kajian A dan C. Faktor abiotik yang ada pada area
kajian B mendukung kehidupan pohon yang tumbuh pada area kajian ini.
Salah satu faktor abiotik yang mendukung kehidupan vegetasi di area kajian
B ini adalah tanah, tekstur tanah yang berada pada area kajian ini lembut dan
yang cukup berbahaya dan terdapat banyak bebatuan di lokasi ini, sehingga
kecelakaan.
11
karena pada area ini terdapat banyak tumbuhan berduri dan binatang monyet.
Lokasi penelitian ini didominasi oleh rotan (Calamus rotang L.) dan
batangnya berwarna hijau dan akar, daun, batang, serta getah rasanya pahit.
kulit seperti luka, kudis, koreng, demam, demam kuning, rematik serta dapat
Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu sebesar 54,7%. Tumbuhan keladi memiliki
ciri-ciri: daun berbentuk hati, bulat panjang seperti daun bambu dan daunnya
Sedangkan yang memilki rerata Indeks Nilai Penting (INP) terendah pada
area kajian C adalah tumbuhan ajeran (Bidens pilosa) yaitu sebesar 12,2%.
bulat telur, memiliki rambut, daun bergigi dan tangkai daun terlihat agar
lebih tinggi yaitu sebesar 7,1. Jenis herba yang memiliki nilai H’ tertinggi
yaitu keladi (Caladium sp) sebesar 0,4. Sedangkan jenis herba yang memiliki
berada pada ini. pH pada area kajian C yaitu 6.7-7.0 dengan suhu udara 30˚C
dan suhu tanah yang dimiliki area kajian C yaitu 29˚C- 30˚C.
IV. KESIMPULAN
1. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada area kajian A yaitu Tumbuhan
tumbuhan patikan kebo (Euphorbia hirta) sebesar 38.9%. Pada area kajian
tertinggi yaitu sebesar 57,9% dan diposisi kedua yaitu bandotan (Ageratum
pada ketiga area kajian yaitu pada area kajian A mempunyai rerata H'
sebesar 6,8 dan pada area kajian B memiliki rerata H' sebesar 5,3
dan suhu tanah sangat mempengaruhi jenis vegetasi yang hidup di area
kawasan Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. pH tanah pada setiap area kajian
1-2,1%.
DAFTAR PUSTAKA
Anaputra, D., dkk. 2015. Komposisi Jenis Tumbuhan Herba di Areal Kampus
Universitas Tadolako Palu. Jurnal Biocelebes. Vol.9 No.2. Hal. 26-34.
Asrianny, M. & Oka, N.P. 2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Liana
(Tumbuhan Memanjat) pada Hutan Alam di Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin. Jurnal Perennial. Vol.5 No.1. 23-30.
Arrijani., dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional
Gunung Gede-Pangrango. Jurnal Biodiversitas. Vol.7 No.2. hal. 147.
Cahyanto, T., dkk. 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan Alam Gunung
Manglayang Kabupaten Bandung. Jurnal Edisi Agustus 2014 Vol.VIII
No.1. hal. 146.
Dahir. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan Bawah (Semak, Herba
dan Rumput) dengan Variasi Ketinggian, pada Naungan Tectona Grandis
di Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Skripsi FST.
Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Hilwan, I., dkk. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Tegakkan
Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb) dan Trembesi (Samanea
saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut,
Kutai Kartanagara Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol.4
No.1. Hal. 6-10.
Lalu, S, 2007. Tumbuhan Menjalar Di Sekitar Kita. Bandung: CV. Geger Sunten.
.
Leksono, S. A. 2010. Ekologi. Bandung: Bayu Media.
Lisdawati, V. 2008. Karakteristik Daun Miana dan Buah Sirih Secara Fisiko
Kimia dari Ramuan Lokal Antimalaria Daerah Sulawesi Utara. Media
Litbang Kesehatan. Vol. XVIII No.4. Hal. 213-217.
Onrizal., dkk. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah
Sekunder di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Jurnal
Biologi. Vol.4 No.6. hal359-371
Palar, H. & Rialdi, A. 2009. Kamus Biologi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.