Anda di halaman 1dari 15

Problem Based Learning

KARAKTERISTIK IKLIM MIKRO PADA BERBAGAI


PENGGUNAAN LAHAN

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Rina Silviana (E4401221001)


2. Rahma Patimah (E4401221003)
3. Siska Fitriani (E4401221009)
4. Berlyana Herwinda Putri (E4401221082)
5. Fatimah Azzahra (E4401221085)
6. Seni Nuraeni (E4401221086)

Dosen Praktikum :
Bayu Winata, S.Hut., M.Si.

Asisten Praktikum :
Adisti Triani Wandayanti (E4401201026)
Cindy Kusuma Dewi (E4401201033)

LABORATORIUM PENGARUH HUTAN


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Faktor lingkungan atau kondisi mikro lingkungan memainkan peran
penting dalam menentukan tingkat kenyamanan suatu lingkungan. Menurut Noor
et al. (2018) dalam Sari et al. (2022), kenyamanan merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfer atau
iklim terhadap manusia. Iklim mikro merupakan iklim di lapisan udara datar
permukaan bumi dengan ketinggian kurang lebih dua meter, dimana pada daerah
ini gerak udara lebih kecil karena permukaan bumi yang kasar dan perbedaan suhu
yang besar (Wantasari dan Gusta 2018). Iklim mikro meliputi suhu udara,
kelembaban udara dan radiasi matahari, unsur-unsur iklim mikro tersebut
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berbagai penggunaan lahan
berbeda.
Perubahan yang cukup signifikan di sebagian belahan bumi dapat
mempengaruhi suhu dan kelembaban di belahan bumi lainnya. Dalam skala lokal
di setiap areal pemukiman penduduk, selalu diinginkan kondisi udara (termasuk
suhu dan kelembaban yang dianggap nyaman bagi manusia). Menurut Laurie
(1986) dalam Sanger et al. (2016) iklim yang ideal bagi manusia adalah udara
bersih pada suhu udara sekitar 27°C hingga 28 °C dan kelembaban antara 40 dan
75%. Namun kondisi seperti ini sering terjadi dalam kurun waktu tertentu,
beberapa perubahan mungkin terjadi akibat dari perubahan penggunaan lahan
yang cukup signifikan mengingat adanya perubahan fungsi peruntukan. Dengan
demikian kondisi iklim mikro menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan
tingkat kenyamanan suatu tempat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap pembentukan iklim mikro?
2. Bagaimana indeks tingkat kenyamanan iklim mikro berdasarkan tutupan lahan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi iklim mikro?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka
tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh penggunaan lahan terhadap pembentukan iklim mikro
2. Menganalisis indeks tingkat kenyamanan iklim mikro berdasarkan tutupan
lahan
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi iklim mikro
BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan selama 7 hari, yaitu dimulai dari tanggal 16 November 2023
sampai tanggal 22 November 2023. Lokasi pengamatan berada di Lapangan Soka IPB
University, Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Thermohygrometer digital, untuk mengetahui suhu dan kelembaban suatu ruangan
2. Aplikasi Lux Light Meter, untuk mengukur intensitas cahaya
3. Kamera smartphone, untuk dokumentasi
4. Alat tulis dan laptop, untuk media pengolahan data
5. Literatur berupa jurnal, buku, dan riset-riset yang sudah dilakukan sebelumnya

2.3 Prosedur pengambilan data


Langkah-langkah praktikum yang dilakukan, diantaranya:
1. Pengukuran suhu, intensitas cahaya matahari, dan kelembaban udara dilakukan
selama 7 hari
2. Pengukuran dilakukan 3× sehari (pagi, siang, sore) dengan masing-masing 5 ulangan;
1 ulangan masing-masing 1 menit (total membutuhkan waktu 5 menit setiap pagi,
siang, sore)
3. Range waktu pengamatan:
Pagi: (Pukul 07.00 - 09.00)
Siang: (Pukul 11.00 - 13.00)
Sore: (Pukul 15.00 - 17.00)
4. Pengukuran tipe penggunaan lahan, jenis substrat tanah, warna substrat tanah, dan
kemiringan tanah cukup dilakukan sekali
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Tutupan Lahan dan Pembentukan Iklim Mikro


Pohon atau tutupan lahan sangat erat kaitannya dengan iklim mikro suatu daerah,
mekanisme hubungan pohon dan iklim mikro adalah ketika radiasi matahari di
perkotaan/perumahan mengakibatkan tanah dan benda lainya menjadi panas. Tumbuhan yang
tinggi dan luasan yang cukup akan mengurangi efek pemanasan tersebut. Suhu udara pada
daerah pepohonan lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi pohon. Hal ini
disebabkan, daun-daun pada pohon dapat mengintersepsi, refleksi, mengabsorbsi dan
mentransmisikan sinar matahari. Efektivitasnya tergantung kepada spesiesnya, misalnya
rindang, berdaun, bercabang dan beranting banyak. (Sanger et al. 2016). Setiap spesies
mempunyai bentuk, karakteristik, warna, tekstur dan ukuran berbeda-beda. Pohon secara
ekologis dapat membantu meningkatkan kualitas udara dengan menurunkan iklim mikro,
menyerap air dan polutan udara. Pohon juga dapat menyerap karbondioksida dan
menghasilkan oksigen.
Hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan bahwa pada pagi hari suhu udara
lebih rendah sedangkan kelembaban udara tinggi kemudian suhu udara akan meningkat
hingga siang hari dan akan mencapai maksimum atau setelah radiasi matahari maksimum
terjadi, dimana pada saat bersamaan kelembaban udara akan turun. Hal ini sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Handoko (1993) yang menyatakan bahwa pada variasi diurnal suhu
maksimum tercapai sekitar pukul 14.00 waktu setempat yaitu setelah radiasi matahari
maksimum terjadi karena adanya pemanasan udara yang masih berlangsung terus meskipun
radiasi surya maksimum telah terjadi sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Suhu udara pada
pagi, siang dan sore hari di bawah naungan pohon lebih rendah bila dibandingkan dengan
suhu pada lahan terbuka (rumput dan lantai beton), hal ini sejalan dengan hasil penelitian
iklim mikro (suhu udara) pada taman kota di Jakarta oleh Destriana (2013) menunjukkan
bahwa suhu udara di bawah naungan pohon pada siang hari lebih rendah bila dibandingkan
dengan di atas rumput. Daerah yang ditutupi oleh tegakan pohon cenderung memiliki
kelembaban yang relatif tinggi, sehingga hal ini membuktikan bahwa tutupan lahan sangat
mempengaruhi iklim mikro yang ada pada daerah tersebut.
3.2 Indeks Tingkat Kenyamanan Iklim Mikro berdasarkan Tutupan Lahan
Kenyamanan (comfort) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan pengaruh
keadaan lingkungan fisik atmosfer atau iklim terhadap manusia (Noor et al. 2018; Sari et al.
2022). Temperature Heat Index (Indeks Kenyamanan) merupakan suatu metode yang
dapat digunakan untuk mengkaji tingkat kenyamanan di suatu daerah. Dari metode ini
dihasilkan suatu indeks untuk menetapkan efek dari kondisi panas pada kenyamanan
manusia yang mengkombinasikan antara unsur suhu dan kelembaban. Fenomena
meningkatnya suhu rata-rata di suatu daerah yang tinggi biasanya disebut dengan pulau
panas (heat island) (Wati dan Fatkhuroyan 2017) . Panas yang dihasilkan biasanya berasal
dari proses pembakaran, sisa pembuangan gas kendaraan bermotor, aktivitas manusia
maupun jenis bahan bangunan tertentu. Peningkatan suhu udara yang mengakibatkan
berkurangnya rasa kenyamanan pada suatu daerah, kondisi seperti ini kurang
menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja
manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman
seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas (Kurnia dan Widiyanto 2020).

3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Mikro

Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas sampai
batas kurang lebih setinggi dua meter dari permukaan tanah (Santi et. al 2019). Faktor yang
mempengaruhi iklim mendorong adanya iklim mikro di lingkungan tersebut, misalnya suhu
udara, suhu tanah, kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima oleh suatu
permukaan, dan kelembaban udara. Iklim mikro dipengaruhi oleh topografi, permukaan
tanah, vegetasi serta lingkungan binaan hasil olahan manusia (Ratodi 2015). Menurut Santi
(2019), faktor pengaruh iklim mikro dapat dilihat dari dimana lokasi itu berada, seperti
danau, rawa, hutan, serta aktivitas manusia di dalamnya.

Menurut Syafrin (2018), terdapat tiga komponen iklim yang menjadi parameter iklim
mikro, yaitu Temperatur udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Temperatur udara
adalah tingkat atau derajat panas dari kegiatan molekul dalam atmosfer. Angin merupakan
udara yang bergerak. Kecepatan angin untuk kenyamanan dalam ruangan terdapat pada batas-
batas kecepatan antara 0,1 m/detik sampai dengan 0,5 m/detik, apabila melebihi batas
tersebut (diatas/dibawah) maka sensasi dikatakan tidak nyaman (netral). Kelembaban udara
merupakan jumlah kadar air dalam udara yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban udara
yang nikmat untuk tubuh berkisar antara 40%- 70%. Sementara itu, pada daerah tertentu,
misalnya di tempat-tempat seperti di tepi pantai, kelembaban berkisar 80% - 98% (Santi et. al
2019).

3.4 Hasil dan Pembahasan Data

Lokasi Pengamatan berada di jalan Soka dengan tipe penggunaan lahannya adalah
Pemukiman memiliki jenis substrat tapak tanah sand/pasir, warna substrat tanah yaitu Very
Dark Brown (7,5 YR 2,5/2). Very Dark Brown adalah warna yang mempunyai nilai Hue =
7,5 YR, Value = 2,5, dan Chroma = 2, hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Ketaren et al.
2014) menjelaskan bahwa pada horizon A dengan kedalaman 0-27 cm memiliki warna
coklat gelap (7,5 YR 2,5/2), pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus banyak,
beralih nyata ke lurus. Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan warna yang
terdapat pada buku Munsell Soil Color Chart. warna dinyatakan dalam tiga satuan atau
kriteria, yaitu kilapan (Hue), nilai (Value), dan kroma (Chroma), menurut nama yang
tercantum dalam lajur buku tersebut, kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang
cahaya, nilai tersebut berhubungan dengan kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lain
dan kroma yang terkadang disebut juga dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari
spektrum warna (Fitriani 2022). Kemiringan lahan pada daerah tersebut sekitar -0,4° -0,7°
89,2°.

Suhu dan Kelembaban udara selama satu minggu pengamatan di pemukiman terhadap
karakteristik iklim mikro disajikan pada Tabel 1

Tabel 1 Hasil Pengamatan suhu dan kelembapan udara

Suhu udara (oC) Kelembapan udara (%)


Hari ke- Rata-
Pagi Siang Sore Rata-rata Pagi Siang Sore
rata
1 28,4 30,1 27,04 28,5 64,6 69,2 86,4 73,4
2 26,8 30,3 27,3 28,1 96,8 65,2 95,4 85,8
3 26,6 30,5 30,9 29,3 89,6 96,2 80,8 88,8
4 26,5 30,9 31 29,4 91,8 77,8 80 83,2
5 26,7 30,4 29 28,7 88,2 72 83 81
6 25,3 30,4 30,8 28,8 98,6 70,2 80,6 83,1
7 26,6 31,2 32,4 30,6 99 66 75 80
Rata-
26,7 30,5 29,7 29 89,8 86,6 83,02 82,1
rata

Suhu udara rata-rata di pemukiman yaitu 29°C, suhu tertinggi berada di siang hari
dengan rata-rata 30,5°C dan suhu terendah berada di pagi hari dengan rata-rata 26,7°C, hal ini
di pengaruhi oleh jumlah vegetasi yang berada di daerah pemukiman, pernyataan ini sejalan
dengan Aluyah dan Rusdianto (2019) bahwa pohon yang jumlahnya lebih banyak
memberikan suhu yang lebih rendah, kelembaban udara relatif yang lebih tinggi dan
kecepatan angin yang lebih rendah dibandingkan dengan pohon yang jumlahnya sedikit,
selain itu menurut Hamidy et al. (2021) faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi
perubahan suhu tersebut adalah intensitas cahaya matahari, curah hujan, polusi udara dan
kelembaban udara, semakin lama matahari menyinari suatu daerah tersebut, makin banyak
panas yang diterima sehingga suhu akan naik.

Tabel 1. menunjukan bahwa rata-rata kelembapan udara selama satu minggu di


pemukiman yaitu 82,1%. Menurut Sari et al. (2020) terdapat enam faktor yang
mempengaruhi kelembaban udara di suatu tempat yakni suhu, kualitas dan kuantitas
penyinaran, pergerakan angin, tekanan udara, vegetasi dan ketersediaan air tanah di daerah
tersebut. Intensitas cahaya matahari merupakan salah satu faktor pembentuk suhu dan suhu
merupakan faktor pembentuk kelembaban, dengan memiliki nilai berbanding terbalik. Curah
hujan rendah mengakibatkan intensita, suhu udara, dan kelembaban udara memiliki
berhubungan dalam membentuk iklim mikro. Intensitas cahaya matahari merupakan jumlah
energi yang diterima pada suatu permukaan tiap satuan luas. Intensitas cahaya matahari
selama satu minggu pengamatan di pemukiman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3 Hasil pengamatan intensitas cahaya matahari


Intensitas cahaya matahari (lux)
Hari ke-
Pagi Siang Sore Rata-rata

1 1549,2
7878,4 769,4 3399
2 1428,4 7980 1670,6 3693
3 1240,6 1752,4 2448 1813,6
4 1238,2 993,4 1313,2 1181,6
Intensitas cahaya matahari (lux)
Hari ke-
Pagi Siang Sore Rata-rata
5 1167 2101 116,8 1128,3
6 1156 5498 753,2 2469
7 1084 3547 1546 2059
Rata-
1266,2 4250 1231
rata 2249

Tabel 2 menunjukan bahwa nilai rata-rata intensitas cahaya matahari selama satu
minggu yaitu 2249 lux. Intensitas cahaya matahari merupakan jumlah energi yang diterima
pada suatu permukaan tiap satuan luas dan waktu (Sudarti dan Putri 2020).

Intensitas cahaya matahari


4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
pagi siang sore

Gambar 1 Diagram batang fluktuasi intensitas cahaya matahari

Gambar 1. menunjukan bahwa intensitas cahaya pada pagi dan sore hari tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perubahan peningkatan intensitas cahaya matahari
terlihat pada siang hari, di mana intensitas cahaya meningkat dan secara bertahap menurun
menjelang sore hari. Perbedaan intensitas cahaya matahari antara pagi hari, siang hari dan
sore hari terjadi dipengaruhi oleh besarnya radiasi sinar matahari yang jatuh ke bumi,
sehingga menyebabkan terjadinya besar kecilnya intensitas cahaya (Indarwati et al. 2019).

Suhu udara dan kelembapan udara sangat berpengaruh terhadap aktivitas pengguna
kawasan. Lingkungan yang nyaman dapat dirasakan pengguna untuk memenuhi kebutuhan
fisik pengguna. Daerah pemukiman termasuk kedalam katagori nyaman dengan nilai 70,98.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Tjasyono (2004) bahwa indeks kenyamanan ini
dapat dinyatakan tidak nyaman bila nilai Idnya lebih dari 75.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tutupan lahan mempengaruhi tingkat kenyamanan iklim mikro di suatu daerah.
Terdapat adanya hubungan antara ketersediaan dan struktur vegetasi terhadap tingkat
kenyamanan. Semakin tinggi ketersediaan vegetasi maka akan meningkatkan tingkat
kenyamanan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan vegetasi untuk menyerap panas dan
mengurangi suhu udara, serta memberikan kelembaban pada lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, Lapangan Soka IPB University memiliki
indeks kenyamanan sebesar 70,89. Indeks kenyamanan menunjukkan bahwa Lapangan Soka
IPB University masuk kedalam kategori nyaman.

4.2 Saran
Indeks kenyamanan yang tergolong kedalam kategori nyaman dapat dilihat dari
variasi tutupan lahan yang mencakup area hijau, pelestarian alam, dan lain sebagainya.
Peningkatan tutupan lahan dan lahan terbuka dapat menciptakan kesejahteraan lingkungan
dan lingkungan yang seimbang. Meningkatkan keberagaman tutupan lahan dan ruang
terbuka hijau juga dapat memberikan kontribusi positif terhadap indeks kenyamanan suatu
wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Aluyah C, Rusdianto. 2019. Pengaruh jenis dan jumlah pohon terhadap iklim mikro di Taman
Purbakala Bukit Siguntang Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Sylva 8(2):
53-59.
Destiana N. 2013. Pengaruh struktur vegetasi terhadap iklim mikro di berbagai land use di
kota Jakarta. Jurnal Scientific 2(1): 1-10.

Fitriani DA, Mahrup, Yasin I, Bakti LAA. 2022. Kecenderungan warna tanah dan status
bahan organik pada lahan pertanian yang mengalami penutupan awan rendah
berbasis peta terra modis di pulau lombok. Journal of soil quality and management
1(1):1-6.

Hamidy AN, Sudarti S, Yushardi Y. 2021. Analisis perubahan suhu lingkungan terhadap
kenyamanan masyarakat di Desa Sumber Tengah. Jurnal pembelajaran fisika
10(2):70-76.

Ketaren SE, Marbun P, Marpaung P. 2014. Klasifikasi inceptisol pada ketinggian tempat
yang berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Hasundutan. Jurnal
agroekoteknologi 2(4): 1451-1458.

Ratodi M. 2015. Kajian karakteristik iklim mikro dalam pemukiman: sebuah pendekatan
berwawasan lingkungan untuk penataan lingkungan binaan. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 12(2): 272 – 277.

Sanger YYJ, Rogi JEX, Rombang J. 2016. Pengaruh tipe tutupan lahan terhadap iklim mikro
di Kota Bitung. Jurnal Agrisosioekonomi 12(3): 105-116.

Santi, Belinda S, Rianty H, Aspin. 2019. Identifikasi iklim mikro dan kenyamanan termal
ruang terbuka hijau di Kendari. Jurnal Arsitektur 18(1): 23 – 34.
Sari DP, Idris MH, Aji IML, Anwar H, Webliana KB. 2022. Iklim mikro dan tingkat
kenyamanan termal pada kawasan ekowisata mangrove Tanjung Batu Kabupaten
Lombok Barat. Jurnal agrifor. 21(2): 315-324.

Syafrina A, Koerniawan MD. 2018. Pengaruh badan air pada iklim mikro di Kota Pontianak.
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 7(4): 207 – 213.

Sari KRTP, Indrawati EM, Nevita AP. 2020. Analisis perbedaan suhu dan Kelembaban
ruangan pada kamar berdinding keramik. Jurnal infokar. 1(2): 5-11.

Wentasari R, Gusta AR. 2018. Karakteristik iklim mikro serta pertumbuhan pada beberapa
sistem tanam jagung dengan pola tanam tumpang sari dan tanam tunggal. Jurnal
penelitian pertanian terapan 18(3): 199-206.

Sudarti, Putri SFD. 2022. Analisis intensitas cahaya di dalam ruangan dengan menggunakan
aplikasi smart lux meter berbasis android. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika 12
(2): 51-55.

Indarwati S, Respati SMB, Darmanto. 2019. Kebutuhan daya pada Air Conditioner saat
terjadi perbedaan suhu dan kelembaban. Momentum 15(1): 91-95.
LAMPIRAN

Gambar 1 Fatimah dan Rahmah pengamatan pagi hari


Sumber : Dokumentasi pribadi (2023)

Gambar 2 Fatimah pengamatan sore hari


Sumber: Dokumentasi pribadi (2023)
Gambar 3 Seni pengamatan sore hari
Sumber: Dokumentasi pribadi (2023)

Gambar 4 Siska pengamatan siang hari


Sumber: Dokumentasi pribadi (2023)
Gambar 5 Berlyn dan Rina pengamatan pagi hari
Sumber: Dokumentasi pribadi (2023)

Gambar 6 Dokumentasi bersama


Sumber: Dokumentasi pribadi (2023)

Anda mungkin juga menyukai