Anda di halaman 1dari 11

TUGAS METODE PENELITIAN

( MENGIDENTIFIKASI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL


PENGGUNA AULA JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS
NUSA CENDANA )

DOSEN :
SULIHA N . I . NEONUFA, ST., MT

MAHASISWA :
1. SOVIA CLARITA SO’O WEA ( 1706090001 )
2. REZA M. W. BILI ( 1706090029 )
3. JUANDA A. BIEN ( 1706090063 )
4. KALEB BIN YUSUP SING ( 1706090127 )

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
penyertaan dan perlindunganNya laporan metode penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam penulisan laporan selanjutnya. Kami berterimakasih kepada pihak
yang turut serta baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan
ini.

Kami berharap laporan ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan wawasan
pembaca.

Kupang, 3 Desember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya kenyamanan manusia di dalam suatu bangunan dibedakan
atas tiga jenis yaitu kenyamanan visual / cahaya, kenyamanan akustik / suara dan
kenyamanan termal / suhu. Salah satu masalah yang sering dialami oleh manusia
sebagai pengguna bangunan adalah kenyamanan termal ( Szokolay, 2007).
ASHRAE (1989), mendefinisikan kenyamanan termal sebagai suatu
pemikiran dimana kepuasan didapati. Oleh karena itu, kenyamanan adalah suatu
pemikiran mengenai persamaan empiric. Meskipun digunakan untuk mengartikan
tanggapan tubuh, kenyamanan termal merupakan kepuasan yang dialami oleh
manusia yang menerima suatu keadaan termal, keadaan inin alami baik secara
sadar ataupun tidak sadar. Pemikiran suhu netral atau suhu tertentu yang sesuai
untuk seseorang dinilai kurang tepat karena nilai kenyamanan bukan merupakan
nilai yang pasti dan selalu berbeda bagi setiap individu.
Menurut Szokolay (2007), kenyamanan termal dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu iklim dan individu. Faktor iklim terdiri dari suhu, kelembaban udara,
kecepatan aliran angin, radiasi matahari, sedangkan faktor individu terdiri dari
pakaian, aklimatisasi / adaptasi, usia, jenis kelamin, tingkat kegemukan,
kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi serta warna kulit.
Kenyamanan termal merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia agar dapat beraktivitas dengan baik.
Prinsip dari kenyamanan termal sendiri yaitu tercipatanya keseimbangan
antara suhu tubuh manusia dengan suhu lingkungan sekitar, karena jika suhu
tubuh manusia dengan lingkungan memiliki perbedaan suhu yang signifikan
maka akan terjadi ketidaknyamanan yang diwujudkan melalui kepanasan atau
kedinginan yang dialami oleh tubuh. Keseimbangan suhu tubuh manusia rata -
rata adalah 37° C ( Szokolay, 2007).
Pada penelitian kali ini, lokasi yang dipilih adalah aula Jurusan Arsitektur
Universitas Nusa Cendana. Lokasi ini dipilih karena rendahnya tingkat
kenyamanan termal pada ruangan tersebut.
1.2. Fokus Penelitian
Tingkat kenyamanan termal pengguna aula Jurusan Arsitektur Universitas
Nusa Cendana.
1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Bagaimana masalah kenyamanan termal bagi pengguna aula Jurusan
Arsitektur Universitas Nusa Cendana ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Mengetahui masalah pemenuhan kenyamanan termal bagi pengguna aula
Jurusan Arsitektur Universitas Nusa Cendana.
1.5. Manfaat Penelitian
Untuk menambah pengetahuan mengenai faktor – faktor kenyamanan termal.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang
menunjukkan kepuasan dengan lingkungan thermal (Nugroho, 2011). Menurut
Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman
dan menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan termal merupakan suatu
keadaan yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan
dapat dikendalikan oleh arsitektur (ASHRAE, 1989). Sementara itu, menurut
Mclntyre (1980), manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak merasa
perlu untuk meningkatkan ataupun menurunkan suhu dalam ruangan. Olgyay
(1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia
dapat mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam
mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan sekitarnya.

2.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal


Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara,
radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman,
bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor–faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal yaitu, temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban
udara, kecepatan angin, insulasi pakaian, serta aktivitas.
a. Temperatur Udara
Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam
menentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperatur
udara adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Celvin. Manusia dikatakan
nyaman apabila suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu
daerah dengan daerah lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya
beberapa faktor, seperti sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat,
arah angin, arus laut, awan, dan lamanya penyinaran.
b. Temperatur Radiant
Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang
mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.
c. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam
udara, sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di
udara dengan jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada
temperatur tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban
udara, yakni radiasi matahari, tekanan udara, ketinggian tempat, angin,
kerapatan udara, serta suhu.
d. Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara
mendatar atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan
angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain
berupa gradien barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.

2.3. Standar Kenyamanan Termal


Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi
khatulistiwa berkisar antara 19°C TE-26°C TE dengan pembagian berikut: Suhu
26°C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat. Suhu 26°C TE–30°C
TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni mulai menurun. Suhu 30,5°C
TE–35,5 °C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar. Suhu 35°C TE–36°C TE :
Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi. Temperatur dalam ruangan yang
sehat berdasarkan MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur
ruangan yang berkisar antara 18°C-26°C.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Alasan Penggunaan Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Metode studi kasus adalah suatu penelitian yang
dilakukn untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial : individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat.
3.2. Tahapan Penelitian
3.2.1. Persiapan
1. Menyusun rancangan penelitian
Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam
lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta
diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa
- peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan adalah orang - orang
yang menggunakan Aula Jurusan Arsitektur.
2. Memilih lokasi penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka
dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data. Lokasi
yang dipilih adalah Aula Jurusan Arsitektur Universitas Nusa Cendana.
3. Mengurus perizinan
Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan
penelitian, seperti mengurus perizinan pada pihak jurusan untuk
melakukan penelitian pada lokasi yang dipilih.
4. Memilih dan memanfaatkan informan
Memilih narasumber yang tepat untuk memberikan informasi
mengenai masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, yang
menjadi informan adalah mahasiswa dan dosen.
5. Menyiapkan instrument penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama.
Peneliti secara langsung mengumpulkan sejumlah informasi yang
dibutuhkan. Dalam rangka kepentingan pengumpulan data, teknik yang
digunakan dapat berupa kegiatan observasi, wawancara dan
dokumentasi.

3.2.2. Lapangan
1. Memahami dan memasuki lapangan
Dalam proses penelitian dengan pendekatan kualitatif peneliti harus
secara langsung turun ke lokasi untuk memahami bagaimana keadaan
pada lokasi tersebut guna menemukan masalah dan solusi
penyelesaiannya.
2. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan beberapa teknik yang
diperlukan.
3.2.3. Pengolahan Data
1. Analisis data
Melakukan analisis terhadap data yang telah didapatkan dan dalam hal
ini peneliti bisa melakukan interpretasi dari data yang didapatkan
dilapangan.
2. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Berdasarkan kegiatan - kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah
menyimpulkan dan melakukan verifikasi atau kritik sumber apakah data tersebut valid
atau tidak.
3. Hasil analisis
Langkah terakhir adalah pelaporan hasil penelitian dalam bentuk tulisan dan
biasanya pendekatan kualitatif lebih cenderung menggunakan metode deskriptif -
analitis.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Aula Jurusan Arsitektur Universitas Nusa Cendana.
3.4. Sumber Data
Sumber data dalam penelian ini adalah sumber lisan dan tulisan dimana
sumber lisan berupa tindakan dan kata - kata sedangkan tulisan berupa foto dan
catatan tertulis.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner dan wawancara
mendalam. Teknik kuisioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengajukan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.
Sedangkan wawancara mendalam adalah teknik dimana peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus
permasalahan sehingga data - data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat
terkumpul secara maksimal.
3.6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri.
3.7. Teknik Analisis Data
Dalam tahap analisis terdapat beberapa langkah yang dilakukan yaitu :
1. Mengelompokkan data berdasarkan kriteria atau penilaian.
2. Membuat perbandingan untuk memperoleh data yang valid.
3. Menyusun laporan hasil penelitian.
4. Membuat kesimpulan menggunakan metode deskriptif - analitis.
3.8. Rencana Uji Keabsahan Data
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai
penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data
yang dapat dilakukan :
1. Uji Credibility
Uji Credibility atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang
disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan
sebagai sebuah karya ilmiah. Uji kepercayaan ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu perpanjangan pengamatan, meningkatkan kecermatan dalam penelitian,
triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan
mengadakan member check.
2. Uji Transferability
Uji Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
( Sugiyono, 2007 : 276 )
3. Uji Dependability
Uji Dependability atau reabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang
dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan
memperoleh hasil yang sama pula.

4. Uji Confirmability
Uji Confirmability disebut juga objektifitas pengujian kualitatif. Penelitian
ini bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh lebih
banyak orang.
3.9. Luaran atau Output
Menghasilkan data yang dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan
mengenai kenyamanan termal pada suatu ruangan.
KUISIONER PENELITIAN
( KENYAMANAN TERMAL PENGGUNA AULA JURUSAN ARSITEKTUR
NUSA CENDANA )
PROFIL RESPONDEN
N KARAKTERISTIK JAWABAN
O
1. Usia ….… tahun
2. Jenis Kelamin a. Laki - laki b. Perempuan
3. Status a. Mahasiswa b. Dosen c. Lainnya

Petunjuk Pengisian :
Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberi tanda centang () pada pilihan jawaban
yang paling mendekati persepsi anda pada setiap pernyataan. Instrumen ini disusun
dengan menggunakan skala Guttman, terdiri dari 7 pernyataan.

DAFTAR PUSTAKA
NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN
SETUJU TIDAK SETUJU

1. Aula Jurusan Arsitektur Universitas


Nusa Cendana terasa panas pada siang
hari.
2. Arah bukaan jendela memudahkan
angin masuk ke dalam aula jurusan
arsitektur.
3. Aula jurusan arsitektur bersuhu sejuk
di pagi hari.
4. Ukuran aula cukup untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas perkuliahan.
5. Bukaan jendela mempengaruhi suhu
udara untuk mendukung aktivitas di
dalam bangunan.
6. Penggunaan pakaian dengan bahan
yang tebal dapat meningkatkan suhu
tubuh di dalam bangunan.
7. Suhu panas dalam bangunan dapat
diminimalisir dengan penggunaan Air
Conditioner ( AC ).

ASHRAE.(1989).Handbook of Fundamental.USA:ASHRAE.
Auliciems, A. & Szokolay, S. (2007). Thermal Comfort. PLEA Note 3. PLEA
International University of Queensland.
Lippsmeier, George. (1997) Bangunan Tropis Erlangga: Jakarta.
Nugroho, M. A. (2011). A Preliminary Study of Termal Environtment in Malaysia’s
Terraced Houses. Journal and Economic Engeneering, 2(1), 25 - 28.
MENKES NO. 261/MENKES/SK/II/1998.
Karyono, T. H.(2001), Teori dan Acuan Kenyanmanan Termis dalam Arsitektur,
Catur Libra Optima, Jakarta.
Olgyay, V. (1963). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural
Regionalism, Princenton University Press, Princenton.
Mcintyre, D. A. (1980). Indoor Climate, Applied Scince, UK.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: ALFABETA.

Anda mungkin juga menyukai