Anda di halaman 1dari 7

Abstrak

Tulisan ini mambahas metode evaluasi kenyamanan termal dalam ruangan. Analisis
pustaka kenyamanan termal ruang dalam (indoor) dilakukan dengan lingkup
harapan kenyamanan penghuni, kenyamanan melalui media pendinginan aktif dan
pasif, terutama di daerah-daerah iklim tropis lembab. Berbagai metode dilakukan
untuk mengurangi pemanfaatan pendinginan aktif, untuk memperoleh kenyamanan
termal ruang dalam (indoor). Pada umumnya para penghuni merasa tidak-puas
dengan kondisi kenyamanan yang ada ( masih di luar zona kenyamanan stndar
ASHRAE 55). Oleh karena itu diperlukan tindakan dengan mengatur sistem ventilasi
secara mekanik.
Abstract
This paper discusses an evaluation method of thermal comfort in the room. Analysis
of indoor thermal comfort literature is done with a scope of occupant expectation on
comfort, efforts through active and passive cooling media, especially in areas of
humid tropical climate. Various methods are taken to reduce the use of active
cooling, to obtain thermal comfort in the room (indoor). In general, the residents
feel uncomfort with the existing conditions (still outside the comfort zone of ASHRAE
standard 55). It is therefore necessary actions to adjust mechanically the ventilation
system

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang kenyamanan thermal
Journal
ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat
memperlancar
pembuatan
makalah ini. Untuk
itu
kami
menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah

berkontribusi
makalahini.

dalam

pembuatan

Terlepas dari semua itu, Kami


menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat
memperbaik imakalah ilmiahini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

PENDAHULUAN
PENGERTIAN KENYAMANAN THERMAL
Kenyamanan thermal adalah
suatu kondisi thermal yang dirasakan oleh
manusia, bukan oleh benda, binatang,
dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh
lingkungan dan benda-benda disekitar
arsitekturnya atau kondisi pikir seseorang
yang mengekspresikan kepuasan dirinya
terhadap lingkungan thermalnya.
KENYAMANAN THERMAL
Suhu Udara Daerah Tropis
Lembab
Wilayah yang mempunyai iklim tropis
lembab umumnya ditandai dengan
suhu udara tinggi dan kelembaban
udara yang relatif tinggi pula. Diantara
wilayah dengan iklim tropis lembab
tersebut adalah wilayah negaranegara Asia Tenggara yang posisinya
berdekatan
atau
bahkan
dilalui
katulistiwa.
Negara-negara
ini
mempunyai iklim yang sama, namun
pada daerah tertentu mempunyai
kekhususan karena letak geografinya,
(Pulau Penang Malaysia, misalnya)
memiliki iklim hujan tropis yang
hangat dan cerah selama musim
kering/panas, hujan deras terjadi
selama musim barat dari bulan April
sampai September, Laut sekitar Pulau
Penang menentukan iklimnya (Roonak,
Kamaruzzaman
dan
Jalil,
2009).
Indonesia, Malaysia dan Singapura
merupakan
bagian
negara
yang
beriklim tropis lembab, dengan posisi
antara 1 sampai 11 Lintang Utara.
Suhu rata-rata tahunan mencapai 26 27 C dan suhu siang hari tertinggi
mencapai
34
C
sedangkan
kelembaban relatif antara 70 90 %

(Sabarinah
dan
Ahmad,
2006.
Sementara itu di Indonesia pada
daerah-daerah tertentu (SurabayaIndonesia
misalnya)
suhu
udara
maksimal dapat mencapai 36,4 C
dengan kelembaban mencapai 85 %
(Wijaya, 2007
Definisi Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal merupakan
suatu kondisi dari pikiran manusia
yang menunjukkan kepuasan dengan
lingkungan termal (Nugroho, 2011).
Menurut Karyono (2001), kenyamanan
dalam kaitannya dengan bangunan
dapat didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana dapat memberikan
perasaan nyaman dan menyenangkan
bagi
penghuninya.
Kenyamanan
termal merupakan suatu keadaan
yang berhubungan dengan alam yang
dapat mempengaruhi manusia dan
dapat dikendalikan oleh arsitektur
(Snyder,
1989).
Sementara
itu,
menurut Mclntyre (1980), manusia
dikatakan nyaman secara termal
ketika ia tidak merasa perlu untuk
meningkatkan ataupun menurunkan
suhu dalam ruangan. Olgyay (1963)
mendefinisikan
zona
kenyamanan
sebagai suatu zona dimana manusia
dapat mereduksi tenaga yang harus
dikeluarkan
dari
tubuh
dalam
mengadaptasikan dirinya terhadap
lingkungan
sekitarnya.
Menurut
ASHRAE (2009), kenyamanan termal
adalah suatu kondisi dimana ada
kepuasan terhadap keadaan termal di
sekitarnya.
Faktor-faktor
Mempengaruhi
Termal

yang
Kenyamanan

Menurut
Fanger
(1982),
kenyamanan termal mengacu pada
tingkat metabolisme manusia yang
dipengaruhi oleh kegiatan, insulasi
pakaian,
temperatur
udara,
kelembaban, kecepatan angin, dan
intensitas cahaya. Sementara itu
menurut Humphreys dan Nicol (2002),
ada dua kelompok variabel yang
mempengaruhi kenyamanan termal,
yaitu yang pertama adalah variabel
fisiologis atau pribadi manusia itu
sendiri yang meliputi metabolisme
tubuh, pakaian yang dikenakan, dan
aktivitas yang dilakukan, dan yang
kedua adalah variabel
iklim yang
meliputi temperatur udara, kecepatan
angin, kelembaban, dan radiasi.
Menurut Auliciems dan Szokolay
(2007), kenyamanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni temperatur
udara, pergerakan angin, kelembaban
udara, radiasi, faktor subyektif, seperti
metabolisme, pakaian, makanan dan
minuman, bentuk tubuh, serta usia
dan jenis kelamin. Faktorfaktor yang
mempengaruhi kenyamanan termal
yaitu, temperatur udara, temperatur
radiant, kelembaban udara, kecepatan
angin, insulasi pakaian, serta aktivitas.
a. Temperatur udara
Temperatur udara merupakan
salah satu faktor yang paling dominan
dalam
menentukan
kenyamanan
termal. Satuan yang digunakan untuk
temperatur udara adalah Celcius,
Fahrenheit,
Reamur,
dan
Kelvin.
Manusia dikatakan nyaman apabila
suhu
tubuhnya
sekitar
37%.
Temperatur udara antara suatu daerah
dengan
daerah
lainnya
sangat
berbeda. Hal ini disebabkan adanya
beberapa faktor, seperti sudut datang

sinar matahari, ketinggian suatu


tempat, arah angin, arus laut, awan,
dan lamanya penyinaran.
b. Temperatur radiant
Temperatur
radiant
adalah
panas yang berasal dari radiasi objek
yang mengeluarkan panas, salah
satunya yaitu radiasi matahari.
c. Kelembaban udara
Kelembaban udara merupakan
kandungan uap air yang ada di dalam
udara, sedangkan kelembaban relatif
adalah rasio antara jumlah uap air di
udara dengan jumlah maksimum uap
air dapat ditampung di udara pada
temperatur tertentu.Adapun faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kelembaban udara, yakni radiasi
matahari, tekanan udara, ketinggian
tempat, angin, kerapatan udara, serta
suhu.
d. Kecepatan angin
Kecepatan
angin
adalah
kecepatan aliran udara yang bergerak
secara mendatar atau horizontal pada
ketinggian dua meter di atas tanah.
Kecepatan angin dipengaruhi oleh
karakteristik
permukaan
yang
dilaluinya. Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi
kecepatan
angin
(Resmi, 2010), antara lain berupa
gradien barometris, lokasi, tinggi
lokasi, dan waktu.
e. Insulasi Pakaian
Jenis dan bahan pakaian yang
dikenakan juga dapat mempengaruhi
kenyamanan termal. Salah satu cara
manusia untuk dapat beradaptasi
dengan keadaan termal di lingkungan

sekitarnya
adalah dengan cara
berpakaian. Misalnya, mengenakan
pakaian tipis di musim panas dan
pakaian tebal di musim dingin.
Pakaian
juga
dapat
mengurangi
pelepasan panas tubuh.
f. Aktivitas
Aktivitas
yang
dilakukan
manusia
akan
meningkatkan
metabolisme
tubuhnya.
Semakin
tinggi
intensitas
aktivitas
yang
dilakukan, maka semakin besar pula
peningkatan metabolisme yang terjadi
di dalam tubuh, sehingga makin besar
energi dan panas yang dikeluarkan.
faktor-faktor
lain
mempengaruhi kenyamanan
ruangan dari segi arsitektural

yang
termal

a. Desain Bangunan
Pada
iklim
tropis,
fasad
bangunan yang berorientasi TimurBarat merupakan bagian yang paling
banyak terkena radiasi matahari Oleh
karena itu, bangunan dengan orientasi
ini
cenderung
lebih
panas
dibandingkan
dengan
orientasi
lainnya. Selain orientasi terhadap
matahari, orientasi terhadap arah
angin juga dapat mempengaruhi
kenyamanan termal, karena orientasi
tersebut dapat mempengaruhi laju
angin ke dalam ruangan Dimensi dan
bentuk dari suatu bangunan juga
dapat mempengaruhi lebar bayangan
angina

Radiasi panas matahari masuk


melalui proses konduksi pada material
bangunan
Panas
tersebut
dapat
masuk ke dalam ruangan melalui
dinding, atap, ataupun kaca jendela
Perletakan massa bangunan yang
berpola seperti papan catur akan
membuat aliran udara lebih merata.
Perletakan massa bangunan yang
berpola sejajar akan menciptakan pola
lompatan aliran udara yang tidak
biasa dengan kantung turbulensinya

b. Desain Bukaan
Perletakan dan orientasi inlet berada
pada zona bertekanan positif, sedangkan outlet
berada pada zona bertekanan negatif. Inlet
dapat mempengaruhi kecepatan dan pola
aliran udara di dalam ruangan, sedangkan
pengaruh outlet hanya pengaruh kecil saja

(Gambar 2.4)Bukaan berfungsi untuk


mengalirkan udara ke dalam ruangan dan
mengurangi tingkat kelembaban di dalam
ruangan. Bukaan yang baik harus terjadi cross
ventilation, sehingga udara dapat masuk dan
keluar ruangan (Gambar 2.5).

Gambar 2.4 Pengaruh perletakan


dan orientasi bukaan terhadap
angin

maupun tidak langsung. Menurut White R.F


semakin jauh jarak pohon dari suatu
bangunan, maka pergerakan udara di dalam
bangunan yang tercipta akan menjadi lebih
baik (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Jarak pohon terhadap


bangunan dan pengaruhnya terhadap
ventilasi alami

d. Pelindung Terhadap Radiasi Matahari

Gambar 2.5 Pengaruh lokasi bukaan


terhadap pola aliran udara dalam ruang

Semakin besar perbandingan


luas outlet terhadap inlet, maka
kecepatan angin di dalam ruangan
lebih tinggi sehingga ruangan lebih
sejuk Tipe bukaan yang berbeda
akan memberikan sudut pengarah
yang
berbeda
pula
dalam
menentukan arah gerak udara dalam
ruang Gambar 2.6

Gambar 2.6 Tipe bukaan

c. Pengaruh Luar
Perletakan vegetasi di area sekitar
bangunan dapat mengurangi radiasi panas
matahari ke bangunan baik secara langsung

Apabila orientasi bangunan harus


Timur Barat, maka jendela-jendela yang
berada di sisi ini harus dilindungi dari radiasi
panas dan dari efek silau yang muncul pada
saat sudut matahari rendah yang dapat
mengganggu aktivitas di dalam ruangan.
Berikut ini adalah elemen arsitektur yang
sering digunakan sebagai pelindung terhadap
radiasi matahari (solar shading devices)
(Gambar 2.8).

Gambar 2.8 Jenis - jenis solar


shading devices sebagai pelindung
terhadap radiasi matahari

2. Elemen Arsitektur
a.

(1) dan (2) Efektif digunakan pada bidang


bangunan yang menghadap Utara Selatan
(3) dan (4) Efektif digunakan pada bidang
bangunan yang menghadap Timur-Barat (juga
mengurangi efek silau pada saat sudut matahari
rendah)

Standar Kenyamanan Termal

Pelindung Matahari

Apabila posisi bangunan pada arah


Timur dan Barat tidak dapat dihindari, maka
pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini
harus dihindari karena radiasi panas yang
langsung masuk ke dalam bangunan (melalui
bukaan/kaca) akan memanaskan ruang dan
menaikkan suhu/temperatur udara dalam
ruang. Di samping itu efek silau yang muncul
pada saat sudut matahari rendah juga sangat
mengganggu. Gambar di bawah adalah elemen
arsitektur yang sering digunakan sebagai
pelindung terhadap radiasi matahari (solar
shading devices).

Lippsmeier
(1997)
menyatakan
bahwa
batas
kenyamanan
untuk
kondisi
khatulistiwa berkisar antara 19C TE26C TE dengan pembagian berikut:
Suhu 26C TE :
Umumnya penghuni sudah mulai
berkeringat.
Suhu 26C TE30C TE :
Daya tahan dan kemampuan kerja
penghuni mulai menurun.
Suhu 33,5C TE35,5 C TE :
Kondisi lingkungan mulai sukar.

(1)
Cantilever (Overhang)

(3)
Panel ( atau Awning )

(2)
louver overheng

(4)
Horizontal
Louver Screen

Suhu 35C TE36C TE :


Kondisi lingkungan tidak
memungkinkan lagi.
Temperatur dalam ruangan yang
sehat berdasarkan MENKES
NO.261/MENKES/SK/II/1998
adalah temperatur ruangan yang
berkisar antara 18C-26C. Selain
itu,
berdasarkan
standar
yang
ditetapkan oleh SNI 03-6572-2001,
ada tingkatan temperatur yang
nyaman untuk orang Indonesia atas
tiga bagian yang dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut.

Sejuk Nyaman
Ambang Atas

Temperatur
Efektif (TE)

Kelembaban
(RH)

20,5C TE
22,8C TE

50%
80%

24C TE

dapat mencapai
kelembaban 80%.

Nyaman Optimal
Ambang Atas

22,8C TE
25,8C TE
28C TE

70%

Hangat Nyaman
Ambang Atas

25,8C TE
27,1C TE
31C TE

60%

Konsep Kenyamanan
Mengaitkan penelitian Lippsmeier
(menyatakan pada temperatur 26C TE
umumnya manusia sudah mulai berkeringat
serta daya tahan dan kemampuan kerja
manusia mulai menurun) dengan pembagian
suhu nyaman orang Indonesia menurut
Yayasan LPMB PU, maka suhu yang kita
butuhkan agar dapat beraktifitas dengan baik
adalah suhu nyaman optimal (22,8C - 25,8C
dengan kelembaban 70%). Angka ini berada di
bawah kondisi suhu udara di Indonesia yang

angka

35C

dengan

Bagaimana usaha mengendalikan


faktor-faktor iklim di atas untuk memperoleh
kenyamanan termal di dalam bangunan?. Cara
yang paling mudah adalah dengan pendekatan
mekanis yaitu menggunakan AC tetapi
membutuhkan biaya operasional yang tidak
sedikit.
Pendekatan
kedua
adalah
mengkondisikan lingkungan di dalam
bangunan secara alami dengan pendekatan
arsitektural.
Pengkondisian lingkungan di dalam
bangunan secara arsitektural dapat dilakukan
dengan
mempertimbangkan
perletakan
bangunan (orientasi bangunan terhadap
matahari dan angin), pemanfaatan elemenelemen arsitektur dan lansekap serta
pemakaian material/bahan bangunan yang
sesuai dengan karakter iklim tropis panas
lembab. Melalui ke-empat hal di atas,
temperatur di dalam ruangan dapat diturunkan
beberapa derajat tanpa bantuan peralatan
mekanis.

Anda mungkin juga menyukai