IKLIM:
suhu dan kelembaban udara, angin
(ventilasi), dan hujan
fisika bangunan
kelompok 4
curah hujan
angin (wind)
(precipitation)
SUHU UDARA
(AIR TEMPERATURE)
Menurut Wirastuti, dkk (2008) dari jurnal eng.unhas.ac.id, suhu udara merupakan panas
dinginnya suatu udara yang disebabkan oleh kombinasi kerja antara kecepatan proses
pendinginan serta pemanasan suatu daerah dalam jumlah kadar air dan permukaan bumi.
Penyebab utama terjadinya perubahan dan perbedaan suhu udara adalah perbedaan intensitas
radiasi panas matahari yang diterima. Matahari meradiasikan energi panas dalam intensitas
yang konstan, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mengakibatkan tidak semua energi
tersebut dapat diterima oleh suatu daerah di bumi.
Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah khatulistiwa adalah 19°C TE (batas
bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan
kemampuan kerja manusia mulai menurun pada temperatur 26°C TE – 30°C TE. Kondisi lingkungan yang sukar mulai
dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir
lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti halnya terlalu
dingin atau terlalu panas. Produktifitas kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina ,
1991).
Talarosa Basaria. (2005). Menciptakan Kenyamanan Thermal dalam Bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
s uh u ud a r a
makin panas udara maka tubuh makin
memperolah panas, terutama dengan cara
konveksi melalui udara, juga konduksi dan
radiasi dari material di sekitarnya. Bila
keseimbangan termal tubuh terganggu maka
tubuh akan merasakan ketidaknyamanan
termal.
KELEMBAPAN UDARA
(AIR HUMIDITY)
Menurut Nur laela latifah, ST, MT. dalam buku berjudul Fisika Bangunan I nilai kelembapan udara adalah
indikator banyaknya kandungan uap air di udara. Makin banyak uap airnya maka udara semakin lembap.
Kelembapan udara sangat memengaruhi pemerolehan kenyamanan termal.
Kelembaban udara relatif untuk daerah tropis menurut SNI 03-6572-2001 adalah sekitar
40% - 50%. Untuk ruangan yang memiliki kapasitas padat seperti ruang pertemuan,
kelembaban udara relatif yang dianjurkan adalah antara 55%-60%
Ada 3 cara yang pengukuran Sumber uap air
kelembapan udara, yaitu:
• Absolute Humidity (AH)
di udara
• Saturation-point Humadity (SH)
• Relative Humadity (RH)
Kecepatan udara yang baik menurut SNI 03-6572-2001 0,25 m/s. Besarnya laju aliran
udara bergantung pada:
1. Kecepatan angin bebas
2. Arah angin terhadap lubang ventilasi
3. Luas lubang ventilasi
4. Jarak antara lubang udara masuk dan keluar
5. Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara
Talarosa Basaria. (2005). Menciptakan Kenyamanan Thermal dalam Bangunan. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005
AGORA, Jurnal Arsitektur, Vol. 15 No.2 Desember 2015. Pengaruh Karakteristik ventilasi dan lingkungan terhadap tingkat kenyamanan termal
ruang kelas SMP N di Jakarta Selatan. Humairoh Razak, Dedes Nur Gandarum, Jimmy Siswanto Juwana
SNI Departemen Umum telah menetapkan standar bahwa sebuah rumah tinggal
harus memiliki ventilasi tidak kurang dari 5% dari luas lantai ruangan dan
jendela 10% dari luas lantai ruangan. Dalam Jurnal Mahasiswa Jurusan
arsitektur Vol. 5 No. 4 2017 yang ditulis oleh Arifah, et al, bukaan bangunan
sangat mempengaruhi upaya pemanfaatan angin dalam pengkondisian ruangan.
Kecepatan angin yang memasuki ruangan dipengaruhi oleh perbandingan luas
inlet dan outlet. Apabila inlet lebih besar dari pada outlet, maka kecepatan udara
di dalam ruangan akan lebih rendah dari pada di luar. Ketika inlet lebih kecil
dari outlet, maka kecepatan udara di dalam ruangan akan lebih tinggi dari pada
di luar.
Dalam buku Arsitektur Ekologis (2006), teori Heinz Frick menyatakan “Pergerakan udara secara aktif dapat
dilakukan dengan prinsip angin bergerak dan pengudaraan ruangan (cross ventilation). Sistem ventilasi alami
(cross ventilation) mengandalkan kekuatan pendorong alami, seperti perbedaan suhu/tekanan udara dalam
bangunan dengan lingkungannya, untuk mendorong terjadinya pergerakan udara segar pada sebuah bangunan,
karena angin bergerak dari tekanan udara tinggi ke rendah.
Sumber: http://passivesolar.sustainablesources.com/#cool
HUJAN
Secara geografis, wilayah Indonesia terletak diantara 2 samudera yaitu hindia dan pasifik serta 2
benua yaitu Asia dan Australia. Hal ini dapat memperjelas bahwa wilayah Indonesia memiliki
iklim tropis lembab. Akibatnya adalah uap air dalam jumlah banyak yang berasal dari permukaan
samudera terbawa oleh tiupan angin mengitari wilayah Indonesia, wilayah ini mempunyai suhu
sekitar 25 - 29 derajat celcius dan kelembaban 80 - 100 % saat musim hujan. Maka, dalam
mendukung perolehan kenyamanan Termal di suatu bangunan, dapat dilakukan upaya seperti
menyesuaikan bentuk volume dan luas pasak bangunan dengan lokasi dan kondisi saat serta
kondisi iklim dan cuaca saat agar diperoleh radiasi panas matahari dan angin yang optimal.
Misal di zona iklim tropis basah yang suruh dan kelembaban udaranya tinggi serta curah
hujannya tinggi, maka agar kenyamanan termal tercapai, dapat dibuat konstruksi berupa:
Arifah, et al., 2017, Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya, Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur, vol.5 no.4 (2017)
Fisika bangunan 1; Nur Laela Latifah, ST, MT
2. Lantai panggung
lantai diangkat untuk menghindari udara lembab yang terakumulasi di dekat
permukaan tanah.
Sumber
arsitekterbaik.com
KAITAN ARSITEKTUR DAN IKLIM UNTUK
MENCIPTAKAN KENYAMANAN TERMAL
Dengan kondisi iklim dan cuaca yang spesifik di setiap area bumi, maka setiap site pun memiliki potensi dan kendala yang spesifik
terkait iklim dan cuaca. untuk itu kita perlu menganalisis site, agar dapat di simpulkan potensi site yang dapat di optimalkan dan mana
yang harus di antisipasi. sehingga setiap solusi desain bangunan dan lingkungannya akan spesifik dan dapat memberi kenyamanan,
terutama dari sisi thermal bagi penggunanya