Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FINAL

FISIKA BANGUNAN
DOSEN PEMBIMBING : DEASSY SISKA, S.Si,M.Sc

EQUESTION WORD

(FISBANG SATWIKO HAL 1-5)

DISUSUN OLEH:

RAIHAN MUFIDA(170160002)
RAJA ISNUR JM (160160081)

2A
TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2018
BAB 1
VENTILASI ALAMI

Ventilasi bangunan dapat berupa ventilasi alami (tidak melibatkan mesin),


ventilasi buatan (melibatkan mesin pengondisi udara yang akan menurunkan suhu
dan kelembababan udara, AC) dan ventilasi semi-buatan (ventilasi alami dibantu
oleh kipas angin untuk menggerakkan udara tetapi tidak melibatkan alat penurun
suhu). Ventilasi dibutuhkan agar udara didalam ruangan tetap sehat dan nyaman.
Baik aktivitas manusia maupun benda-benda di dalam ruang dapat menghasilkan
gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan bila tetap terkonsentrasi di dalam jumlah
yang melebihi batas toleransi manusia. Udara yang kotor harus diganti dengan
udara yang lebih bersih.

Ventilasi alami adalah pergantian udara secara alami (tidak melibatkan


peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara yang dikenal sebagai air
conditioner atau AC). Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat, nyaman,
tanpa memerlukan energi tambahan.

Namun untuk merancang ventilasi alami perlu dipikirkan syarat awal,


yaitu: (1) tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu dan polutan lain
yang mengganggu), (2) suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal 28°C), (3)
tidak banyak bangunan di sekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal
(sehingga angin dapat berhembus lancar), dan (4) lingkungan tidak bising. Jika
syarat awal tidak terpenuhi sebaiknya tidak dipaksakan untuk memakai ventilasi
alami karena justru akan merugikan. Dengan demikian ventilasi alami sebenarnya
hanya cocok untuk daerah yang beriklim nyaman (mild atau moderate) dan tidak
ekstrem (Liddament, 1996).
Jika prasyarat dasar diatas terpenuhi maka ventilasi alami memiliki
beberapa nilai positif, yaitu: (1) hemat energi, (2) menghubungkan iklim di dalam
ruang dengan luar ruang yang menciptakan suasana alami, (3) biaya pembuatan
dan perawatan relatif murah dibanding ventilasi buatan, dan (4) tidak memerlukan
ruang mesin.

Beberapa nilai negatif ventilasi alami adalah: (1) suhu tidak mudah diatur,
(2) kecepatan angin tidak mudah diatur, (3) kelembaban tidak mudah diatur, (4)
kualitas udara tidak mudah diatur (debu, bau, dan polusi lain), (4) gangguan
serangga, (5) gangguan lingkungan (kebisingan dan lain-lain) sulit dicegah, (6)
bukaan mungkin akan beresiko pada keamanan, dan (7) untuk bangunan yang
bermassa gemuk maka ventilasi alami sulit menjangkau bagian tengah.

Sesuai dengan hakikatnya, kualitas ventilasi alami sangat tergantung pada


kualitas udara lingkungan. Oleh karena itu pemahaman akan iklim dan cuaca
menjadi sangat penting. Indonesia mempunyai iklim tropis lembab yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Tidak ada perbedaan yang jelas antara musim kering (kemarau) dan
basah (hujan). Baik musim hujan maupun musim kering dapat
berlangsung lama sehingga bisa terjadi tumpang tindih musim.
 Suhu udara relatif tinggi dengan amplitudo suhu siang-malam kecil (24
- 32°C), walaupun suhu udara di daerah pegunungan dapat jauh lebih
rendah dari angka tersebut.
 Kecepatan angin rendah (terutama pada pagi dan malam hari). Pada
siang hari umumnya angin berhembus cukup kuat.
 Kelembaban udara tinggi (60 - 95%). Kelembaban yang tinggi ini
menyebabkan kulit terasa lengket karena keringat yang tidak dapat
dengan leluasa menguap sehingga menempel di kulit. Kondisi ini
menyebabkan munculnya rasa tidak nyaman.
 Radiasi matahari cukup tinggi (>900 W/m2), walau sering juga tertutup
mendung (<100 W/m2).
 Hujan deras dapat turun dalam beberapa hari berturut-turut, umumnya
pada siang atau sore hari.
 Hampir selalu berawan. Langit sering berawan merata yang sangat
menyilaukan mata dan menyebabkan perasaan tertekan.
 Flora beraneka ragam, tanah subur, tidak mengenal musim gugur.
Jamur tumbuh dengan pesat.
 Fauna beraneka ragam, termasuk serangga pengganggu yang
berbahaya, seperti nyamuk.
 Berdebu.
 Karat logam dan pelapukan organik mudah terjadi.
 Penduduknya mengembangkan budaya kehidupan di luar rumah
(outdoor living)
 Pakaian ringan dan longgar. Bertelanjang dada dan kaki adalah hal yang
wajar di hari panas.
 Tenaga mudah tersedot habis (kelelahan, fatigue). Untuk mengatasi
keadaan yang tidak nyaman ini diperlukan recovery dalam bentuk tidur
siang (siesta).

Gambar 1.1 Matahari dan bumi

Sumber panas terbesar bagi bumi adalah matahari. Bumi berputar


mengeliling sumbunya (berotasi) dalam waktu 24 jam, menciptakan malam dan
siang hari. Selain itu bumi mengedari matahari (berevolusi) selama 365 hari (plus
5 jam, 48 menit, 46 detik), yang menciptakan musim. Bumi mengedari matahari
dengan sumbu rotasi miring 66,5° terhadap bidang edar. Hal ini menyebabkan
dari bumi terlihat seolah-olah matahari bergerak ke utara dan kembali ke selatan
dan seterusnya kembali ke utara lagi. Begitu terus-menerus. Dalam waktu satu
tahun, bumi mengelilingi matahari satu putaran. Karena posisi matahari yang
seperti itu menyebabkan pemanasan yang berganti-ganti pada permukaan bumi,
sehingga terciptalah iklim. Bila matahari berada di utara (sekitar Juni), maka
belahan bumi utara akan mengalami musim panas, sedangkan belahan bumi
selatan mengalami musim dingin. Bila matahari berada di selatan, (sekitar
Desember) terjadi iklim sebaliknya. Garis balik utara (23,5° Lintang Utara)
dinamai Tropic of Cancer, sedangkan garis balik selatan (23,5° Lintang Selatan)
dinamai Tropic of Capricorn. Garis edar bumi berbentu elips dengan jarak bumi-
matahari terdekat 147 juta km dan terjauh 152 juta km. Intensitas radiasi matahari
yang sampai di permukaan luar atmosfer bumi (dinamakan Solar Constant) adalah
1.395 W/m2. Besaran itu bervariasi ±3,5% karena jarak matahari ke bumi yang
berubah-ubah. Matahari sejajar garis katulistiwa pada tanggal 21 Maret (ketika
menuju ke utara) dan 21 September (ketika menuju ke selatan).
Gambar 1.2 Sebaran radiasi matahari

1.1 Istilah-istilah dan Pengertian dalam Ventilasi.

Sub-bab ini mengenalkan istilah yang umum ditemukan dalam pembahasan


tentang ventilasi. Istilah yang lebih lengkap dapat ditemukan di:

http://www.epa.gov/iaq/glossary.html

http://www.airvent.com/homeowner/whyVent/glossary.shtml

http://www.sustainableenergycoalition.org/energy_glossary/ventilation.html

Ventilasi (lt,Ventus, wind, angin) adalah aliran udara, baik di ruang


terbuka maupun tertutup (di dalam ruangan). Dalam konteks bangunan, ventilasi
berarti pergantian udara kotor di dalam ruang dengan udara bersih (yang
diharapkan dari udara luar). Ventilasi alami adalah proses pergantian udara
ruangan oleh udara segar dari luar ruangan tanpa bantuan peralatan mekanik.
Pergantian udara per jam (ACH, Air Change per Hour) adalah jumlah
pergantian seluruh udara di dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap
jamnya. Semakin besar potensi kekotoran udara di suatu ruangan (misalnya
laboratorium, bengkel, toilet, dan dapur), semakin tinggi angka pergantian udara
per jam yang diharuskan. Setiap negara mempunyai standar ACH sendiri-sendiri.

Angin adalah udara yang bergerak. Gaya penggerak angin (wind driving
force) adalah gaya yang menyebabkan udara bergerak. Udara bergerak karena
adanya gaya yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan (∆P) dan perbedaan suhu
(∆T). Gaya apung (buoyancy, stack effect) adalah gaya gerak udara ke atas akibat
perbedaan suhu. Lapisan batas (boundary layer) adalah lapisan udara antara
permukaan bumi dan ketinggian tertentu ketika kecepatan angin tidak lagi
terpengaruh oleh kondisi permukaan bumi. Atmosfer adalah lapisan udara yang
melingkupi bumi.
Penilaian terhadap kualitas ventilasi diukur dengan standar kenyamanan
termal. Enam faktor kenyamanan termal (4 faktor lingkungan + 2 faktor
manusia) adalah:

 Suhu udara, T (Temperature), °C.


 Kecepatan angin, V (Velocity), m/dtk.
 Kelembaban udara, RH (Relative Humidity), %.
 Rata-rata suhu permukaan ruang, MRT (Mean Surface Radiant
Temperature), °C, dan
 Aktivitas manusia, met (Metabolism), W/m2. (1 met = 58,15 W/m2
sering dibulatkan 58 W/m2)
 Pakaian, clo (clothing), m2degC/W (1 clo = 0,155 m2degC/W).

Kelembaban Nisbi (RH, Relative Humidity) adalah perbandingan antara


kandungan uap air pada suatu saat dengan kandungan uap air pada titik jenuh
dalam suhu saat itu.

Penyejukan evaporatif (evaporative cooling) adalah penyejukan dengan


memanfaatkan mekanisme pengurangan panas akibat penguapan air (atau zat
lain). Untuk menguap, air membutuhkan panas, yang akan diambil dari
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian suhu lingkungan akan turun. Air dalam
bentuk kabut (spray) lebih mudah menangkap panas dari udara lingkungan
sekitar. Namun apabila lingkungan lembab (seperti di Indonesia yang tropis
lembab ini), udara tidak lagi ‘haus’ uap air sehingga penguapan tidak berlangsung
dengan cepat. Keringat kita, misalnya, cenderung menempel di kulit dan
menyebabkan perasaan lengket yang tidak nyaman. Sebaliknya, di iklim kering,
penyejukan evaporatif akan sukses karena udara kering dan masih ‘haus’ uap air.
Jadi musush utama kenyamanan termal di iklim tropis lembab adalah kelembaban
udara yang tinggi.

Penyejukan radiatif (radiative cooling) adalah penyejukan dengan


memanfaatkan mekanisme radiasi. Pada daerah beriklim kering langit jernih
(jarang berawan) maka pada malam hari permukaan bumi yang hangat dapat
melepaskan panasnya secara radiasi ke langit yang dingin. Sedangkan di daerah
iklim tropis lembab, langit hampir selalu berawan, sehingga benda-benda hangat
sulit melepaskan panasnya.

Penyejukan fisiologis (physiological cooling) adalah sensasi sejuk yang


dirasakan menusia karena hembusan angin yang mengenai kulitnya. Tubuh
membuang kelebihan panasnya melalui kontak dengan benda lain yang lebih
dingin, uap nafas, dan penguapan keringat. Keringat di permukaan kulit akan
cepat menguap apabila dihembus oleh angin, sambil membawa panas dari kulit,
dan memberi tempat bagi keringat selanjutnya. Semakin cepat proses tadi maka
semakin cepat panas dibuang sehingga tubuh menjadi sejuk. Kipas tangan dan
kipas angin listrik dipergunakan untuk memperlancar proses penguapan keringat
sehingga menimbulkan sensasi sejuk. (Luas kulit orang dengan berat badan 70 kg
sekitar 1,7 m2.)

Penyejukan konvektif (convective cooling) adalah penyejukan dengan


memanfaatkan aliran angin. Bila benda hangat dilewati angin yang lebih sejuk
maka akan terjadi perpindahan panas dari benda tersebut ke udara. Bila proses ini
berlangsung terus-menerus maka akan menyebabkan benda tersebut menjadi sejuk
karena panasnya (kalornya) diangkut oleh angin. Hal ini menjelaskan mengapa
kita meniup bubur panas agar panasnya berkurang.

Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses perpindahan kalor dari


benda yang lebih panas ke benda lain yang kurang panas. Ada tiga cara
perpindahan panas, yaitu:

 Perpindahan panas konduktif (conductive heat transfer) adalah


perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang
kurang panas melalui kontak (sentuhan). Ketika tangan kita
kedinginan maka kita suka memegang gelas berisi minuman
hangat, bukan? Sebaliknya, di saat panas kita suka bertelanjang kai
di atas lantai yang sejuk.
 Perpindahan panas konvektif (convective heat transfer) adalah
perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang
kurang panas melalui aliran angin (atau zat air lainnya). Jika kita
kegerahan maka kita suka mengipas tubuh kita, bukan?
 Perpindahan panas radiatif (radiative heat transfer) adalah
perpindahan panas dari benda yang lebih panas ke benda yang
kurang panas dengan cara pancaran. Kita merasa panas berada di
bawah atap seng saat matahari terik, walaupun banyak angin.
Mengapa? Karena suhu seng jauh di atas suhu tubuh kita sehingga
seng memancarkan panasnya ke tubuh kita .

Gambar 1.3 Perpindahan panas antara tubuh dan lingkungan

Efek rumah kaca (green house effect) adalah efek yang diperoleh dalam
rumah kaca untuk memelihara tanaman. Matahari bersuhu amat tinggi
(permukaannya sekitar 6000°C, suhu intinya 15.000.000°C dan korona yang
mengelilinginya pun bersuhu jutaan derajat Celsius), memancarkan gelombang
pendek. Gelombang pendek dapat menembus kaca dan memanaskan permukaan
benda yang dikenainya. Permukaan tadi akan menjadi hangat dan memancarkan
gelombang panjang. Gelombang panjang tidak dapat menembus kaca sehingga
terpantul-pantul di dalam ruangan. Karena panas tidak dapat dibuang keluar maka
ruangan menjadi panas. Gejala ini juga terjadi di atmosfer bumi. Gelombang
panjang yang dipancarkan permukaan bumi akan dipantulkan kembali oleh
lapisan udara atmosfer yang terkena polusi asap dari gas buang industri dan
kendaraan bermotor. Hal ini mengakibatkan bumi menjadi semakin panas.

Skala sensasi termal (thermal sensation scale) adalah skala psiko-fisik


tujuh titik mulai dari -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 yang secara verbal disebut dingin,
sejuk, agak sejuk, netral, agak hangat, hangat dan panas. Dalam bahasa Inggris,
cold, cool, slightly cool, neutral, slightly warm, warm, hot. Jelaslah bahwa netral
adalah kondisi yang paling baik.

Gambar 1.4 Keseimbangan termal dalam tubuh manusia

Zona nyaman (comfort zone) adalah daerah dalam bioclimatic chart yang
menunjukkan kondisi komposisi udara yang nyaman secara termal. Kenyaman
termal tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal karena kenyamanan tersebut
merupakan perpaduan dari enam faktor. Namun, sebagai pedoman kasar,
kenyamanan termal untuk daerah tropis lembab dapat dicapai dengan batas 24°C
< T <26°C, 40% < RH < 60%, 0,6 m/s < V < 1,5 m/s, pakaian ringan dan selapis,
dan kegiatan santai tenang. Batas-batas tersebut berdasarkan pengalaman saja.
Pada iklim tropis lembab yang suhu rata-ratanya cukup tinggi, antara 27°C hingga
32°C, suhu 24°C sudah terasa sejuk.

Gambar 1.5 Analisis bioklamatik yang diperkenalkan oleh Givoni (Givoni,


1994, Koenigsberger, 1973)

Kelambanan waktu (time-lag) adalah waktu yang diperlukan bagi panas


untuk merambat dari satu sisi permukaan bidang ke sisi permukaan lain.
Fenomena ini terjadi pada dinding tebal. Pada siang hari yang panas, matahari
akan memanasi dinding. Karena dinding tebal, kapasitas panasnya besar, maka
diperlukan waktu lama bagi dinding untuk menjadi panas. Dengan demikian sisi
dalam dinding akan menjadi panas setelah waktu yang cukup lama, misalnya 8
jam. Ketika matahari terbenam, dinding mulai melepaskan panasnya kembali.
Pada iklim tropis kering, suhu udara malam hari dapat rendah (dingin). Oleh
karena itu panas yang dilepaskan dinding dapat menghangatkan ruangan. Ketika
matahari terbit keesokan harinya, dinding sudah siap diisi panas lagi oleh
matahari. Selama siang hari yang panas, suhu di dalam ruang akan tetap sejuk
karena dinding masih dingin. Pada daerah panas kering, fenomena ini
dimanfaatkan untuk menjaga ruangan tetap sejuk di siang hari yang panas dan
tetap hangat di malam hari yang dingin. Oleh karena itu perpaduan antara dinding
tebal dan jendela kecil adalah ciri iklim kering.

Anda mungkin juga menyukai