Anda di halaman 1dari 4

Tugas MK: Desain Lingkungan Termal Pada Bangunan

Nama: Huda Dawam

03/03/2016

DESAIN LINGKUNGAN TERMAL PADA BANGUNAN


1. Kenyamanan Termal
1.1. Definisi
Kenyamanan termal adalah kondisi pikiran di mana kepuasan di ekspresikan atau
dinyatakan terhadap keadaan termal di sekitarnya (ASHRAE Standard 55-20 13). Tingkat
kenyamanan termal pada manusia berbeda-beda bergantung pada setiap individunya. Sebagai
contoh, manusia dengan tubuh gemuk akan berbeda tingkat kenyamanan termalnya dengan
manusia yang bertubuh kurus. Manusia yang tinggal di daerah tropis akan berbeda tingkat
kenyamanan termalnya dengan manusia yang tinggal di daerah beriklim dingin.Untuk
memahami kenyamanan termal ini dapat dilakukan dengan cara pendekatan analisa
perpindahan panas antara manusia dan lingkungan sekitar (Humphreys, 1992). Dasar
pemikirannya adalah tubuh manusia harus dalam kondisi termal seimbang, sehingga rata-rata
panas dalam tubuh yang keluar sama dengan rata-rata produksi panas dalam tubuh (Mumovic
dan Santamouris, 2009).
1.2. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal
Terdapat banyak variabel yang berkaitan dengan terbentuknya kenyamanan termal,
seperti aktivitas, temperatur udara, kelembaban, radiasi, pakaian, bentuk tubuh, dan lain-lain.
Semua variabel tersebut dapat di kelompokkan menjadi tiga, yakni lingkungan, personal, dan
faktor kontribusi (Szokolay, 2004).
1.2.1. Faktor Lingkungan
a.
Temperatur udara
Temperatur udara adalah salah satu faktor yang paling dominan, karena sebagai penentu
berkurangnya panas.
b.
Kecepatan Angin
Angin dapat mempercepat laju pergerakan udara secara horizontal pada ketinggian dua
meter di atas tanah. Kecepatan angin juga dapat membantu meningkatkan penguapan
dari permukaan kulit, sehingga memberikan efek dingin. Berikut ini adalah tingkat
reaksi manusia terhadap kecepatan pergerakan angin:
< 0,25 m/s
to 0,5
to 1
to 1,5
> 1,5

Tdk disadari
Nyaman
Disadari
Banyak
angin
Mengganggu

Tabel 1. Reaksi manusia terhadap kecepatan angin (sumber: Szokolay, 1987)

c.

d.

Radiasi
Radiasi termal yang di hasilkan oleh objek yang hangat atau panas. Pada sisi luar
bangunan radiasi dapat bersumber dari matahari, dan pada sisi dalam bangunan radiasi
dapat disebabkan oleh benda sekitar seperti kipas angin, kulkas, tv, dan lainnya.
Kelembaban
Kelembaban yang sedang (RH 30%-65%) tidak memiliki dampak yang cukup
signifikan, namun kelembaban yang tinggi dapat membatasi penguapan panas tubuh
dari kulit dan sistem pernafasan. Sehingga dapat mengakibatkan mulut dan
tenggorokan menjadi kering yang menjadikan perasaan tidak nyaman.

Tugas MK: Desain Lingkungan Termal Pada Bangunan


Nama: Huda Dawam

03/03/2016

1.2.2. Faktor Personal atau Psikologis


a.
Metabolisme
Metabolisme erat kaitannya dengan aktifitas manusia sehari-hari. Semakin banyak kita
beraktifitas semakin banyak pula tubuh akan memproduktsi panas. Produksi panas
dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu basal metabolism dimana panas
diproduksi secara vegetatif atau proses alami dalam tubuh secara berkelanjutan, dan
muscular metabolism dimana panas di produksi akibat dari kerja otot yang di pakai
melakukan kegiatan berat atau ringan (Koenigsberger, 1973). Nilai metabolisme (M)
manusia berbeda-beda tergantung pada setiap individunya, namun umumnya dalam
kondisi istirahat rata-rata dimulai dari nilai 45 W/m2 pada permukaan kulit (0,8 met)
hingga lebih dari 500 W/m2 (~9 met) pada saat lari (Olesen, 1982).
b.
Pakaian
Pakaian adalah insulasi termal bagi tubuh. Pada daerah beriklim tropis lembab seperti
di Indonesia saat ini, perbedaan suhu pada musim panas dan musim hujan tidak terpaut
jauh. Akan tetapi perbedaan suhu tersebut akan terasa antara daerah dataran tinggi dan
dataran rendah. Di daerah dataran tinggi manusia akan cenderung memakai pakaian
yang lebih tebal dan di daerah dataran rendah manusia akan memakai pakaian lebih
tipis. Insulasi pakaian di ukur dengan menggunakan satuan clo. 1 clo sama dengan
orang memakai 3 helai pakaian lengkap (celana panjang, kemeja lengan panjang,
sweater lengan panjang) ditambah dengan pakaian dalam.
c.
Aklimatisasi
Adalah proses penyesuaian tubuh atau adaptasi pada kondisi lingkungan baru yang
akan di tempati. Tubuh manusia umumnya akan melakukan penyesuaian terhadap
kondisi lingkungan baru dalam jangka waktu 30 hari, dan dalam masa itu proses
perubahan peningkatan termal pada tubuh akan terjadi (Koenigsberger, 1973).
1.2.3. Faktor Kontribusi
a.
Makanan dan Minuman
Dua faktor ini memiliki efek metabolisme yang berbeda-beda berdasarkan pola makan
manusia di setiap daerah.
b.
Bentuk Tubuh
Rasio volume permukaan tubuh juga dapat mempengaruhi produksi panas dalam tubuh.
Manusia bertubuh kurus dan tinggi cenderung akan lebih cepat tidak merasa kepanasan
dalam tubuhnya, juga dapat mudah mentoleransi temperatur yang hangat dari pada
manusia yang bertubuh gemuk.
c.
Umur dan Jenis Kelamin
Perbedaan umur sebenarnya tidak begitu banyak menyebabkan perbedaan temperatur.
Akan tetapi mungkin karena orang tua memiliki metabolisme yang lebih lambat dari
pada orang muda. Sehingga orang tua cenderung memiliki temperatur tubuh lebih
tinggi. Wanita juga memiliki metabolisme lebih lambat dari pada laki-laki, dengan
perbedaan sekitar 1C lebih tinggi.
2. Indeks Kenyamanan Termal
Kondisi dimana daerah memiliki tingkat kenyamanan yang dapat diterma disebut dengan
daerah nyaman atau comfort zone. Untuk dapat mengukur daerah tersebut masuk dalam
kategori nyaman atau tidak, maka para ahli melakukan berbagai macam eksperimen selama
bertahun-tahun. Ada banyak standart indeks kenyamanan termal yang di pakai saat ini,
beberapa akan di jelaskan sebagai berikut.
2.1. Effective Temperature (ET)

Tugas MK: Desain Lingkungan Termal Pada Bangunan


Nama: Huda Dawam

03/03/2016

Skala indek pertama kali di kenalkan oleh Houghton dan Yaglou pada tahun 1923. Skala
ET ini dirancang pada psychrometric chart untuk membentuk equal comfort line.
2.2. Corrected Effective Temperature (CET)
Indeks skala CET saat ini termasuk salah satu yang banyak di pakai, karena selain
didalamnya terintegrasi dengan tiga variabel yaitu temperatur, kelembaban, dan pergerakan
angin, juga di tambahkan variabel efek radiasi
2.3. Equivalent Warmth (EW)
Eksperimen EW ini dilakukan oleh Bedford yang saat itu berlokasi di Inggris terhadap
lebih dari 2000 pekerja pabrik. Para pekerja di libatkan dalam pekerjaan ringan dan di
tempatkan pada kondisi indoor yang bervariasi. Variabel yang di ukur dalam meanggapi
respon para pekerja adalah temperatur udara, kelembaban, dan mean radian temperature.
Termasuk yang di ukur adalah suhu permukaan kulit dan pakaian para pekerja. Ekspermen ini
menghasilkan kesimpulan bahwa zona nyaman yang reliebel adalah di atas 35C dengan
tingkat RH rendah, dan di atas 30 dengan RH tinggi. Akan tetapi hasil ini mengabaikan efek
pendinginan dari pergerakan udara dengan kelembaban tinggi.
2.4. Operative Temperature (OT)
Dikembangkan oleh Winslow, Herrington dan Gagge, dengan prinsip yang hampir sama
di pakai pada EW. Studi dengan OT ini lebih cocok dilakukan di daerah kondisi yang dingin,
dimana efek dari kelembaban sangat kecil dan rata-rata pergerakan udara di abaikan.
2.5. Equatorial Comfort Index (ECI)
Di kembangkan dan di kerjakan di Malaysia dan Singapura oleh Webb. Dimana
sebelumnya ECI ini adalah hasil pengembangan Webb di Singapura pada tahun 1959.
Variabel yang di masukkan adalah temperatur udara, kelembaban, dan pergerakan udara.
2.6. Bioclimatic Chart
Grafik yang di perkenalkan oleh Olgyay ini menggambarkan bahwa zona kenyamanan di
tentukan oleh DBT dan RH.
2.7. Predicted Four Hour Sweat Rate (P4SR)
Indeks ini bertujuan untuk menentukan setress fisik secara obyektif dengan megukur
tingkat keringat, denyut nadi, atau suhu internal tubuh.
2.8. Predicted Mean Vote (PMV)
Di kenalkan oleh Fanger tahun 1982, indeks ini untuk memprediksi sensasi termal
seseorang terhadap lingkungan sekitar dengan mengkombinasikan empat variabel iklim yakni
suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban, dan kecepatan angin, juga cara berpakaian
dan ativitas tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Koenigsberger, Ingersoll, Mayhew, Szokolay. 1973. Manual of Tropical Housing and
Building, Part 1 Climate Design.

Tugas MK: Desain Lingkungan Termal Pada Bangunan


Nama: Huda Dawam

03/03/2016

2. Szokolay, S.V., 1987, Thermal Design of Buildings.


3. Szokolay, S.V., 2004, Introduction to Architectural Science: The Basic of Sustainable
Design.
4. Auliciems, A., Szokolay, S.V., 1997, 2007, Thermal Comfort.
5. Awbi, H.B., 1991, Ventilation of Buildings.
6. Humphreys, M.A., 1997, An Adaptive to Thermal Comfort Criteria. Naturally
Ventilated Buildings. Chapter Seven, Ed. D. Clements-Croome.
7. Sugini, 2014, Kenyamanan Termal Ruang. Konsep dan Penerapan pada Desain.

Anda mungkin juga menyukai