Anda di halaman 1dari 21

URAIAN PENDEKATAN,

METODOLOGI DAN PROGRAM


KERJA
E.1. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Sebelum membahas mengenai metode dan pendekatan yang
dipergunakan dalam penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma
Atlet Kabupaten Banyuwangi, perlu kiranya dipahami terlebih dahulu
pengertian dari Wisma Atlet dan Studi Kelayakan yang menjadi point
penting dalam perumusan pendekatan yang akan dipakai.

E.1.1. TINJAUAN UMUM


1.

Pengertian Wisma

Pengertian Wisma Atlet dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)


dijelaskan sebagai berikut :

Wisma merupakan bangunan tempat tinggal, kantor, dan


sebagainya.
Wisma merupakan kumpulan rumah, komplek perumahan, dan
permukiman.

Berdasarkan fungsinya sebagai tempat tinggal, wisma memiliki beberapa


fasilitas yaitu antara lain :

2.

Ruang tidur
Ruang makan
Dapur
Penjemputan dan sewa mobil
Tempat parker
Fasilitas tambahan
Hotspot (Wi-fi).

Pengertian Atlet

Atlet, berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlos yang berarti kontes, adalah
orang yang ikut serta dalam suatu kompetisi olahraga kompetitif. Atlet
adalah orang yang menjadikan olahraga sebagai kegiatan profesional.
Kalangan atlet umumnya dibayar tinggi, dan memerlukan latihan
ekstensif, tidak hanya bakat alam tetapi lebih pada bakat praktis yang
didapat dari praktek dan pembimbingan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Atlet merupakan
olahragawan yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam
bidang kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan.

E - 1 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

3.

Pengertian Wisma Atlet

Dari beberapa paparan diatas, maka dapat dikatakan Wisma Atlet adalah
sarana hunian yang diperuntukkan bagi para atlet untuk dapat
beristirahat dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
keatletan seperti pembinaan, pemusatan latihan sebelum menjalani
pertandingan untuk lebih fokus menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga,
pikiran, strategi, dan sebagainya.

E.1.2. TINJAUAN KHUSUS


1.

Perilaku Atlet

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau


lingkungan (Depdiknas, 2005). Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari (dikutip dari Notoatmodjo, 2003).
Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah
gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik
sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka
harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada
kaki yang lain. Jelas,ini sebuah bentuk perilaku. Sekalipun pengamatan
dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, di
dalam tubuh manusia.
Menurut Monty P.Satiadarma, 2007,seorang atlet adalah individu yang
memiliki keunikan tersendiri, yaitu kegiatan, bakat, pola perilaku, dan
kepribadian serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara
spesifik pada dirinya. Beliau menambahkan bahwa salah satu faktor yang
mendukung pembentukan perilaku para atlet adalah faktor kegiatan.
Kegiatan yang dilakukan oleh para atlet sangatlah berbeda dengan
seseorang pada umumnya karena kegiatan dari atlet ini sangatlah
terorganisir sesuai jadwal dengan rapi dan baik. Pencapaian dari suatu
kegiatan yang baik dapat berdampak positif bagi para atlet, khususnya
dalam pembentukan perilaku mereka.
Adalah sesuatu hal yang mustahil untuk menyamaratakan kemampuan
atlet satu dengan yang lain, karena setiap individu memiliki bakat
masing-masing. Bakat yang dimiliki atlet secara individu ini yang
sesungguhnya layak untuk mendapat perhatian secara khusus agar dapat
memanfaatkan potensi-potensi yang ada secara maksimal.
Menurut Notoadmojo (1993), faktor-faktor yang berperan
pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

dalam

a) Faktor Internal;
Adalah faktor yang berada dalam diri manusia itu sendiri berupa
kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya
untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan
penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup
kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut :
Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang
berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat diarahkan
oleh motivasi yang berbeda
Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu
E - 2 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

Penguatan positif/positive reinforcement menyebabkan satu


perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.
Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu
bersifat tidak menyenangkan.
b) Faktor Eksternal;
Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang
meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang
disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.
J.B. Watson (1878-1958) memandang psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih mudah
diamati, dicatat, dan diukur. Perilaku mencakup perilaku yang kasatmata
seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang
tidak kasatmata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada
waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.
Meninjau dari perilaku manusia dalam psikologi, bahwa psikologi
dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan
tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia tidak lepas dari hubungan
dengan lingkungan yang nantinya dapat mempengaruhi diri atau jiwanya.
Dalam interaksi ini, ia akan menggambarkan pengalamannya dengan
cara yang berbeda-beda, dan pada gilirannyaakan mampu mengubah
intensitas nilai yang berkaitan dengan interaksi manusia. Hasil interaksi
ini akan melahirkan masalah baru dalam psikologi umum maupun
psikologi khusus.
Psikologi umum lebih mengamati dan menyelidiki kegiatan-kegiatan
psikis manusia diantaranya intelegensi, pemikiran, perasaan, kehendak
dan sebagainya. Sedangkan psikologi khususlebih terfokus pada
penyelidikan dari segi perkembangan anak, pemuda, dewasa, dan orang
tua. Tingkah laku yang terdapat pada diri manusia berkaitan erat dengan
psikologi umum dan khusus. Psikologi khusus yang membahas
perkembangan manusia masing-masing akan memiliki perilaku/tingkah
laku yang berbeda-beda. Hal ini juga disesuaikan dengan psikologi
umumyang banyak membahas tentang pemikiran, perasaan, intelegensi,
kehendak dan sebagainya.
Pembahasan psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku manusia oleh
James mengatakan bahwa tingkah laku manusia tersusun melalui gerak.
Gerak adalah suatu reaksi terhadap perangsang luar. Reaksi di dalam
pemikiran James dibagi menjadi 2 bagian, yakni reaksi pembawaan dan
reaksi yang diperoleh dari hidup. Reaksi pembawaan terdiri dari rasa
takut, cinta dan marah. Sedangkan reaksi yang diperoleh dari luar adalah
reaksi pembawaan yang telah berubah karena kebiasaan dan latihan.

2.

Ruang

Arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup sehingga arsitektur


bukan semata-mata teknik dan estetikabangunan atau terpecah-pecah
menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan, seni, atau sosial.
The fine spirit (F.L.Wright), memberi arti bahwa arsitektur bukanlah
sekedar benda statis atau sekumpulan objek fisik yang kelak akan lapuk.
Mempelajari arsitektur berarti juga mempelajari hal-hal yang tidak
kasatmata sebagai bagian dari realitas, realitas yang konkret dan realitas
yang simbolik.
E - 3 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara dunia pikir yang ideal
dan dunia nyata, antara the transcendent ideal dan the transient,
corruptible physical state sehingga dalam perancangan arsitektur selalu
meliputi kedua hal ini. Pemenuhan kebutuhan di satu sisi juga harus
diimbangi dengan keberhasilan pemenuhan kebutuhan di sisi lain.
Arsitektur berperan dalam mewadahidan menata aktivitas dan perilaku
manusia dalam relasi dan interaksinya dengan orang lain. Sebelum
merancang sebuah ruang untuk berbagai kegiatan manusia, harus
dipahami terlebih dahulu tentang perilaku mereka. Ruang harus menjadi
perhatian perancang dan mungkin menjadi aspek yang paling
berpengaruh pada tahap analisa dalam merancang penyelesaian sebuah
masalah desain.
Tubuh manusia yang berupa daging berbungkus kulit, tidak mampu
menembus dinding yang masif. Lalu bagaimana cara kita mencapai
keinginan kita yaitu menembus dinding?Tentu saja dengan membuat
lubang pada dinding. Pintu dipasang untuk membedakan jenis ruang atau
menjaga privasi. Dengan demikian, jelas fungsi arsitektur adalah
mengakomodasi kebutuhan tubuh kita.
Arsitektur adalah pengalaman ruang bagi tubuh manusia. Ini yang
dipahami Traceurs dan sering dilupakan oleh para arsitek. Traceurs
mencoba mengubah paradigma itu dan memberi pemaknaan baru
mengenai arsitektur. Traceur memandang arsitektur sebagai rintangan
yang harus dilalui oleh tubuh mereka sendiri. Arsitektur adalah sarana
pembelajaran bagi tubuh manusia agar menjadi lebih baik secara fisik
dan mental.
Ruang dalam arti luas adalah suatu bagian dimana berbagai komponenkomponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses
lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dimana pun terdapat suatu
komponen, berarti disitu telah terdapat ruang. Sedangkan pengertian
ruang yang lebih sempit berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti
ruangan atau luas (extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau
lokasi (choros) dimana ruang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional.
Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal, massa dan volume,
dekat dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan
kata oikos yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat,
Aristoteles mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan
terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga
dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah

3.

Karakteristik Ruang

Karakteristik dari tempat dapat membuat seseorang untuk bersatu atau


berpisah (Zeisel, 1991). Karakteristik ruang diantaranya meliputi :
a)

Bentuk Ruang. Ruang selalu memiliki bentuk. Menurut


Zeisel, bentuk merupakan bagian dari suatu keadaan yang dapat
merubah pola interaksi manusia. Bentuk memberikan pengaruh
utama secara visual dan hubungan persepsi. Jika diinginkan,
bentuk dapat memberikan petunjuk yang menganggap area dalam
satu bagian menjadi bagian lain yang terpisah.

E - 4 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

b)

Orientasi Ruang. Menurut Zeizel, penggunaan ruang untuk


suatu kegiatan tertentu sering kali terkait dengan bagaimana
ruang tersebut ditemukan. Orientasi ruang dapat memberikan
peluang agar ruang tersebut mudah ditemukan, dilihat, diawasi,
dan dicapai.

c)

Ukuran Ruang. Hubungan kedekatan sosial antar manusia


menurut Zeizel dapat terlihat sebagai jarak sosial. Jarak tersebut
diaransemen oleh ukuran ruang. Pada ruang dengan ukuran lebih
besar, orang-orang lebih mudah malkukan pemisahan diri
sedangkan pada ruang ukuran lebih kecil, orang-orang akan berada
dalam suatu kebersamaan.

d)

Pembatas Ruang. Zeizel menyatakan bahwa pembatas ruang


adalah semua elemen fisik yang dapat mempersatukan atau
memisahkan manusia ke dalam suatu dimensi. Pembatas juga
menjelaskan perbedaan suatu kepemilikan, antara suatu tempat
yang diperbolehkan dan dilarang. Dengan demikian unsur
pembatas ini sangat menentukan pengambilan keputusan tetntang
ruang yang akan digunakan. Elemen fisik yang dimaksud dapat
berupa dinding, pagar, tanaman, atau fasilitas umum.

e)

Komponen Ruang. Di dalam ruang terdapat berbagai


komponen
yang
memiliki
kekuatan
sebagai
penarik
berlangsungnya suatu kegiatan (Arnold, 1972; dalam Djauhari,
1998). Akibat dari komponen tersebut menimbulkan fungsi
kegiatan lain yang disebut kegiatan bawaan, sehingga akan
meningkatkan frekuensi dan variasi bentuk kegiatan di ruang
tersebut.

f) Kondisi Ruang. Kondisi ruang terkait dengan temperature, polusi


udara dan kebisingan. Pada ruang dengan suhu atau kebisingan
yang berlebihan, manusia cenderung menghindar (Wirawan, 1992).
Sebaliknya manusia akan memanfaatkan bila kondisi ruang
menunjukkan kondisi teduh, nyaman, dan tidak polusif.
Menurut Rustam Hakim (1987), ruang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia baik secara psikologi emosional (persepsi) maupun
dimensional. Ruang bisa terjadi secara visual dan non visual (bau, sinar,
angin, bayangan) dan keberadaannya lebih bertumpu pada rasa.
Ruangan dalam suatu lingkungan binaan tidak hanya sekedar the sense
of exposure, namun hendaknya menghadirkan suatu suasana
(atmosphere). Suasana dimunculkan oleh ruang dipengaruhi oleh
ekspresi dari unsur pembentuk ruang serta respon dari pengamat
(pemakai ruang).
Adanya hubungan antar manusia dengan suatu obyek baik secara visual
maupun indra pendengar, indra pencium ataupun perasa akan
menimbulkan kesan ruang. Kesan ruang dapat tercipta dengan
menempatkan tinggi dinding melebihi tinggi manusia dan memutuskan
pandangan yang menerus dari lantai. Dinding rendah terutama hanya
digunakan untuk membagi suatu daerah, dan kurang menimbulkan kesan
meruang. Dinding rendah efektif digunakan sebagai pagar disepanjang
lantai yang diinginkan. Dinding lebih tinggi dari orang akan memberi daya
meruang dan pembukaan dengan arah vertikal akan menjadi penting.
E - 5 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

Sebuah bangunan harus dapat berkomunikasi kepada seseorang pada


saat orang tersebut mendatangi bangunan tersebut pertama kali. Terjadi
kesan awal/informasi awal yang terpancar dari bangunan tentang
kegunaan bangunan itu dan kemampuan untuk menjawab kepentingan.
Beberapa hal menurut Bensley Alcock yang dapat menjadikan sebuah
tempat mudah dimengerti oleh pengunjung/pemakai adalah :
1) Permeability, adanya kemungkinan-kemungkinan yang dapat
dipilih. Suatu tempat memberikan arahan kepada pengunjung
kemana ia dapat menuju dan kemana ia tidak diperkenankan.
2) Variety, tingkatan tempat-tempat yang dapat dicapai.
3) Legibility, bagaimana pengunjung dapat dengan mudah mengerti
suatu tempat dan daya tarik yang ditawarkan.
4) Robustness, kekuatan yang dapat dipakai untuk berbagai tujuan.
5) Visual
Appropriatness,
kualitas
penampilan
yang
akan
menimbulkan kesadaran-kesadaran terhadap pilihan-pilihan yang
tersedia.
6) Richness, kualitas pilihan dari pengalaman yang dirasakan.
7) Personalization, kekuatan seberapa besar eksistensi manusia dapat
terjadi.
Edward Hall (dalam Laurens, 2004) mengidentifikasi tiga tipe dasar dalam
pola ruang, yaitu :
a) Ruang Terbatas Tetap (Fixed-Feature Space), ruang yang
pembatasnya bisa berpindah, seperti ruang-ruang pameran yang
dibatasi oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan
menurut setting perilaku yang berbeda.
b) Ruang Berbatas Semi Tetap (Semi Fixed-Feature Space), ruang
yang pembatasnya bisa berpindah, sepreti ruang-ruang pameran
yang dibatasi oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika
dibutuhkan menurut setting perilaku yang berbeda.
c) Ruang Informal, ruang yang terbentuk hanya untuk waktu yang
singkat, seperti ruang yang terbentuk kedua orang atau lebih
berkumpul. Ruang ini tidak tetap dan terjadi diluar kesadaran.
Pengamatan behavior setting dapat digunakan dalam desain ruang
publik karena dapat mengerti preferensi oengguna yang
diekspresikan dalam pola perilaku pengguna. Dari pembahasan ini
jelas bahwa organisasi ruang pada ruang publik dan perilaku
pengguna mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu
behavior setting.

4.

Status dan Sistem Pengelolaan.

5.

Kajian terhadap beberapa Arsitektur Islami.

6.

Jenis-jenis Wisma Atlet

E - 6 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

7.

Deskripsi Pengguna dan Jenis Ruang Wisma Atlet

E.1.3. METODOLOGI PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN


PEMBANGUNAN WISMA ATLET KABUPATEN
BANYUWANGI
Salah satu metode yang akan dikembangkan dalam dalam penyusunan
metode penyusunan studi kelayakan adalah mengacu pada Suad Husnan,
yang menjabarkan kelayakan sebuah investasi deangan menjabarkan
dalam 5 fase kegiatan, yang merupakan sebuah metode dalam
penyusunan Studi Kelayakan, yaitu :
1. Identifikasi
Tahap pertama dalam melakukan studi kelayakan adalah melakukan
identifikasi kesempatan berusaha (investasi). Hal ini dilakukan karena
pihak sponsor melihat adanya peluang/ kesempatan investasi yang
mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan
untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.
Menurut Suratman (2010, h-15), investasi dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis, yaitu : 1) investasi yang tidak dapat diukur labanya; 2)
investasi yang tidak menghasilkan laba; 3) investasi yang dapat diukur
labanya. Dalam studi kelayakan ini, kegiatan diarahkan pada kegiatan
investasi yang dapat diukur labanya. Kegiatan yang dapat diukur
labanya terdiri dari 2 hal (ibid, h-16) yaitu : 1) penggantian peralatan,
atau 2) perluasan usaha baru. Proses identifikasi pengambilan
keputusan investasi dapat dilihat pada gambar diagram 4.1.
2. Perumusan
Merupakan tahap penafsiran dan penerjemahan hasil pada tahap
sebelumnya (identifikasi kesempatan investasi) ke dalam suatu
rencana proyek yang nyata dengan mempertimbangkan faktor-faktor
penting.
3. Penilaian
Melakukan analisis dan menilai aspek-aspek pasar, teknis, keuangan,
dan perekonomian.
4. Pemilihan
Melakukan pemilihan dengan mengingat segala keterbatasan dan
tujuan yang akan dicapai sebagaimana yang telah ditetapkan sejak
awal.
5. Implementasi
Merupakan tahapan penyelesaian proyek tersebut dengan tetap
berpegangan pada anggaran. Menurut persepsi konsultan, tahap
implementasi ini merupakan tahap kelanjutan dari penyusunan Studi
E - 7 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

Kelayakan, dalam bentuk : penyusunan Masterplan, DED (Detail


Engineering Design) dan implementasi fisik (tahap pembangunan).

Mulai

Menetapkan tujuan investasi

Identifikasi Alternatif Investasi

Melakukan Studi Pendahuluan


Sebagai Informasi Manajemen

Tidak

Ya

Studi Pendahuluan Menjamin


Dilakukannya Studi Kelayakan?

Melakukan Alternatif Investasi

Tidak

Sudah Melakukan Studi


Pendahuluan dan Menerapkan
sebagai Informasi Manajemen

Ya

Melakukan Studi Kelayakan


Sebagai Informasi Manajemen

Tidak

Ya

Tidak

Studi Kelayakan Menjamin


Pelaksanaan Keputusan
Investasi

Melaksanakan Keputusan
Investasi

Pelaksanaan Menjamin tujuan


Investasi

E - 8 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

Mulai

Diagram Proses Pengambilan Keputusan Investasi , (Sumber : Suratman, 2010, h:


11)

E.1.4. METODE DAN TEKNIK ANALISA


Pekerjaan ini mencakup kajian di atas meja (desk study) dan kajian di
lapangan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data
sekunder dikumpulkan melalui pengumpulan data/informasi yang sudah
terolah/terkodifikasi, baik pada instansi pemerintah, perguruan tinggi,
atau lainnya. Termasuk disini adalah kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa
Timur dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Data primer diperoleh dari
lapangan melalui pengamatan visual, pengukuran dan perekaman.
E.1.3.1 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dilakukan dalam dua mekanisme, yaitu


pengumpulan data primer dan data sekunder :
A. PENGUMPULAN DATA PRIMER
Pengumpulan data primer didapat melalui survey lokasi untuk mengamati
langsung terhadap kondisi fisik wilayah kota secara keseluruhan,
penggunaan lahan, transportasi kota, utilitas, kondisi sarana dan
prasarana sosial, kondisi fasilitas umum, aksesibilitas dan jarak.
Pencatatan, pengukuran, perekaman foto dan penggambaran kondisi
lapangan. Hasil survei dan observasi akan diuraikan secara jelas dan
akurat sehingga potensi-potensi dan permasalahan tersebut benar-benar
diidentifikasi dengan baik.
B. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER
Data-data sekunder didapat dari instansi-instansi
substansi studi antara lain data-data berikut ini :

terkait

dengan

Kondisi
dan
karakteristik
sosial,
ekonomi,
dan
demografi/kependudukan Kabupaten Banyuwangi.
Tenaga/sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta
rencana pendanaan/investasi terkait Wisma Atlet yang ada di
Banyuwangi.
Peraturan perundang-undangan, atau rencana tata ruang
sebelumnya yang memuat kebijakan pengembangan wilayah
pembangunan di bidang Islam di Kabupaten Banyuwangi.

E.1.3.2 METODE ANALISA

Pada dasarnya analisa data dilakukan untuk menunjang pencapaian


rumusan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten
Banyuwangi, dan jenis analisa yang akan dilakukan antara lain :
A. ANALISA KESESUAIAN LAHAN DENGAN RENCANA TATA RUANG
E - 9 | S t u d i Ke l a y a ka n Pe m b a n g u n a n Wi s m a At l e t
Kabupaten Banyuwangi

Analisa kesesuaian lahan dengan rencana tata ruang dimaksudkan agar


Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi tetap
mengacu pada pedoman rencana tata ruang yang berlaku sebelumnya.
Dalam hal ini akan dilakukan beberapa review rencana tata ruang sebagai
berikut :
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun
2010-2030
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 -2015
3. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2013
4. RDTRK terkait.
B. ANALISA KELAYAKAN WISMA ATLET
Analisa kelayakan dilakukan dengan menggunakan pembobotan terhadap
beberapa fasilitas Wisma Atlet yang sudah ada di Kabupaten Banyuwangi
dengan kriteria dan variabel untuk menentukan output perumusan kajian
pendirian Wisma Atlet yang ideal dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Berikut ini dijabarkan secara rinci kriteria dan sub variabel
yang dijadikan penilaian dan pembobotan dari perumusan analisa
kelayakan spasial Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten
Banyuwangi :
Tabel E-4
VARIABEL PENENTUAN KELAYAKAN SPASIAL PENDIRIAN WISMA ATLET
N
O

VARIABEL

SUB VARIABEL

KETERANGAN

KAJIAN KELAYAKAN LOKASI

Kesesuaian
dengan
Rencana Tata
Ruang

RTRW
RPIJM
RPIJMD
RDTRK Terkait

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap rencana, makin tinggi
kesesuaian dengan rencana tata ruang
makin besar bobotnya.

Luas Wilayah
Kepadatan
Penduduk
Umur
2

Demografi

Jenis Kelamin

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap jenjang, makin tinggi
jenjangnya makin besar bobotnya.

Status Perkawinan
Pendapatan
domestik rata-rata
bruto

Lokasi
Bangunan
Dampak Sosial
Ekonomi

Aksesibilitas
Jarak
Dampak sosial
Dampak ekonomi

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap alternatif lokasi Wisma Atlet,
semakin bagus kondisinya semakin tinggi
bobot yang didapat

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap lokasi Wisma Atlet, semakin
bagus dampaknya terhadap lingkungan
masyarakat semakin tinggi bobot yang

E - 10 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

N
O

VARIABEL

SUB VARIABEL
didapat

Harga Lahan
5

Pembiayaan

KETERANGAN

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap lokasi Wisma Atlet, semakin
rendah biaya semakin tinggi bobot yang
didapat

Harga Perkiraan
Total Bangunan

KAJIAN PENENTUAN LOKASI


1

Fasilitas

Jumlah fasilitas
pendidikan
Jumlah fasilitas
kesehatan

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap jenjang, makin tinggi
jenjangnya makin besar bobotnya.

Jumlah fasilitas
peribadatan
Jumlah fasilitas
perdagangan
Jumlah fasilitas
pemerintahan
2

Prasarana

Transportasi

Fisik

Ada perbedaan pemberian bobot untuk


fasilitas setingkat kecamatan/kelurahan
dengan fasilitas setingkat kabupaten
Diterapkan pembobotan yang berbeda
untuk tiap lokasi yang sudah
memiliki/belum terlengkapi, makin bagus
kondisinya makin besar bobotnya.

layanan air bersih


layanan
penanganan
sampah
layanan
kelistrikan
layanan
telekomunikasi
Saluran air
Geometri jalan
Jenis perkerasan
jalan dan kondisi
jaringan jalan
Kemacetan dan
Kebisingan
Centroid

Orbitasi

Lokasi yang paling kecil total jaraknya

Diterapkan pembobotan yang berbeda


untuk tiap lokasi yang sudah
memiliki/belum terlengkapi, semakin
bagus kondisinya semakin tinggi bobot
yang didapat

Lokasi yang paling tengah secara


spasial (2 dimensi)

Tanah

Luas tanah

Harga tanah
menurut pasaran

NJOP

menuju kecamatan lainnya (jarak melalui


jalan atau jarak udara)
Diterapkan pembobotan menurut luas
yang tersedia
Diterapkan pembobotan menurut harga
yang berlaku
Diterapkan pembobotan sesuai dengan
nilai NJOP

Sumber : Hasil Analisa

Dari variabel diatas, setelah melalui proses pemberian bobot tiap


variabel maka data yang terkumpul akan dianalisa ke dalam tabel
pembobotan berikut ini :
Tabel E-5
TABEL PENILAIAN DAN PEMBOBOTAN PEMBANGUNAN WISMA ATLET
Kriteria
(Bobot)

Tolok
Ukur

Sk
or

Alternatif
Lokasi

Bobo
t

E - 11 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

(A x
C)
A

Tolok ukur
I

Kriteria I

Tolok ukur
II

Bobot
kriteria I

Tolok ukur
III

Lokasi I
Lokasi II
Lokasi III
...
Lokasi n

Tolok ukur
I

Lokasi I

Kriteria II

Tolok ukur
II

Lokasi II

Bobot
kriteria II

Tolok ukur
III

Lokasi III
...
Lokasi n

Pembobotan pada kolom A dilakukan dengan asumsi pada tiap-tiap


kriteria yang mempunyai pengaruh besar terhadap penentuan lokasi.
Penilaian dilakukan baik berdasarkan kondisi eksisting maupun rencana
yang berkaitan dengan alternatif lokasi tersebut (kolom B). Pembuatan
tolok ukur bertujuan memperjelas justifikasi memenuhi atau tidaknya
suatu alternatif lokasi terhadap kriteria. Tolok ukur dibuat berdasarkan
kelas. Ditentukan tiga kelas yaitu kelas I rendah, kelas II sedang, kelas III
tinggi (kolom C). Alternatif lokasi yang memiliki kondisi memenuhi atau
sangat mendukung untuk terpenuhinya suatu kriteria penentuan lokasi
ibukota termasuk dalam kelas III dengan nilai skor 3 dan sebaliknya.
Selanjutnya, nilai dikalikan dengan bobot kriteria yang dibandingkan
(kolom E). Hasil pembobotan (kolom E) diklasifikasikan sesuai alternatif
lokasi sehingga diperoleh total bobot semua kriteria dari setiap alternatif
lokasi. Selanjutnya dilakukan proses perangkingan dari hasil pembobotan
terhadap tiap alternatif lokasi dengan menjumlahkan hasil dari
pembobotan total.
Bagan alir dalam penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet
Kabupaten Banyuwangi disajikan dalam gambar berikut ini :

E - 12 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

E - 13 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

E.2. PROGRAM KERJA


Secara umum bentuk kegiatan yang akan dilakukan dalam Studi
Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi merupakan
pengejawantahan atau perwujudan dari tahap persiapan, tahap
identifikasi dan analisis, dan tahap kesimpulan/rekomendasi yang secara
rinci terurai sebagai berikut :
E.2.1. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh konsultan
sebelum kegiatan pendataan dan identifikasi dilakukan. Dalam tahap
persiapan, kegiatan yang dilakukan antara lain :

Identifikasi lokasi, gambaran permasalahan dan kebutuhan data


Menyusun metode dan rencana kerja
Tersusunnya rencana pelaksanaan survey
Tersusunnya deliniasi awal kawasan perencanaan

E.2.2. TAHAP IDENTIFIKASI DAN ANALISIS


Tahap identifikasi dan analisis merupakan kegiatan untuk menentukan
potensi permasalahan di lokasi, serta kegiatan survey penghimpunan
data dan informasi. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk :

Memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan


Merumuskan analisa berdasarkan kajian kelayakan lokasi dan
kriteria penentuan lokasi
Merumuskan variabel dan pembobotan terhadap setiap lokasi
Wisma Atlet yang teridentifikasi

E.2.3. TAHAP KESIMPULAN/REKOMENDASI

E - 14 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

Tahap kesimpulan adalah tahap terakhir dalam Studi Kelayakan


Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi , kegiatan yang
dilakukan antara lain :

Menyusun Rekomendasi Kelayakan Teknis


Merumuskan Rekomendasi Kelayakan Sosial dan Ekonomi
Menyusun Rekomendasi Pembiayaan
Merumuskan Rekomendasi Lokasi

E.3. ORGANISASI DAN PERSONIL


E.3.1. MEKANISME PELAKSANAAN PEKERJAAN
Di dalam pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma
Atlet Kabupaten Banyuwangi, konsultan membentuk team pelaksana
pekerjaan yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang professional,
berpengalaman sesuai dengan bidangnya dengan dibantu oleh tenagatenaga pendukung yang professional.
Struktur organisasi yang dibentuk di dalam Studi Kelayakan
Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi dilakukan dengan
tujuan agar pekerjaan yang dilaksanakan oleh konsultan dapat
dilaksanakan dengan baik, tepat waktu dan sesuai dengan harapan
pemberi pekerjaan
Sikap profesional konsultan ditunjukkan tidak hanya pada kemampuan
individu personil dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, tetapi
juga kemampuan dalam mensinkronkan tugas dan tanggungjawabnya
dengan tugas dan tanggungjawab personil lainnya dalam tim. Selain
kemampuan individu dan tim, kemampuan seorang Team Leader
mengkoordinasi, mengendalikan, mengelola dan menguasai terhadap
lingkup pekerjaan dan mengenali seluruh permasalahan pekerjaan yang
ada di satuan wilayah kerjanya serta mampu mendistribusikan/
mendelegasikan tugas dan peran dengan baik kepada staf yang
dipimpinnya adalah suatu hal yang diperlukan dalam melaksanakan
proyek. Secara lebih rinci, Tim yang akan dibentuk oleh konsultan,
sebagai berikut :
1. Tenaga Ahli :

Ketua Tim dengan latar belakang pendidikan S/S2 Arsitektur


Tenaga Ahli Teknik Sipil dengan latar belakang pendidikan S1
Teknik Sipil//Transportasi/Perhubungan/
Tenaga Ahli Arsitektur dengan latar belakang pendidikan S1 Teknik
Arsitektur
Tenaga Ahli Lingkungan dengan latar belakang pendidikan S1
Teknik Lingkungan
Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota dengan latar belakang
S1 Planologi
Tenaga Ahli Ekonomi dengan latar belakang pendidikan S1
Ekonomi
Tenaga Ahli Sosial dengan latar belakang pendidikan S1 Sosial
Tenaga Ahli Lansekap dengan latar belakang pendidikan S1
Arsitektur
Tenaga Ahli Hukum dengan latar belakang pendidikan S1 Hukum

E - 15 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

2. Tenaga Pendukung

Surveyor
Drafter Autocad

3. Tenaga Penunjang

Sekretaris
Operator Komputer
Sopir

Dalam struktur organisasinya, konsultan akan membagi ke dalam 2 (dua)


jenis hubungan yaitu:
1. Hubungan Struktural/Komando. Hubungan komando/struktural terjadi
antara Team leader dengan tenaga ahli dan tenaga pendukung,
maupun hubungan koordinasi Internal. Hubungan ini terjadi antar
tenaga ahli, tenaga sub ahli dan tenaga pendukung.
2. Hubungan Koordinasi Eksternal. Hubungan ini terjadi antara Tim
Konsultan dengan Pihak Pemberi Pekerjaan.
Secara rinci struktur organisasi Studi Kelayakan Pembangunan Wisma
Atlet Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada gambar E-02 dan E-03
Dalam struktur organisasinya, konsultan akan membagi ke dalam 2 (dua)
jenis hubungan yaitu:
1. Hubungan Struktural/Komando. Hubungan komando/struktural terjadi
antara Team leader dengan tenaga ahli dan tenaga pendukung,
maupun hubungan koordinasi Internal. Hubungan ini terjadi antar
tenaga ahli, tenaga sub ahli dan tenaga pendukung.
2. Hubungan Koordinasi Eksternal. Hubungan ini terjadi antara Tim
Konsultan dengan Pihak Pemberi Pekerjaan.

Bagan E-02
STRUKTUR ORGANISASI
Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten
Banyuwangi
KETUA TIM
TA ARSITEKTUR

TENAGA AHLI
1.
2.
3.
4.
5.
6.

TA SIPIL
TA. LINGKUNGAN
TA. EKONOMI
TA. SOSIAL
TA. HUKUM
TA. OLAHRAGA
ASISTEN TENAGA AHLI

1. TA ARSITEKTUR

E - 16 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n WTENAGA
i s m a APENUNJANG
tlet
Kabupaten Banyuwangi

TENAGA SUB AHLI


1. SURVEYOR
2. DRAFTER CAD

1.
2.
3.
4.

SEKRETARIS
OPERATOR KOMPUTER
SOPIR
OFFICE BOY

Bagan E-03
HUBUNGAN KERJA DENGAN PIHAK PEMBERI PEKERJAAN
Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten
Banyuwangi
Bappeda
Bappeda Kabupaten
Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi
(Selaku
(Selaku Pemberi
Pemberi Tugas)
Tugas)

PEJABAT
PEJABAT PEMBUAT
PEMBUAT
KOMITMEN
KOMITMEN

TIM
TIM TEKNIS
TEKNIS

INSTANSI/DINAS
INSTANSI/DINAS TERKAIT
TERKAIT

Asistensi, koordinasi aspek administrasi

Asistensi, konsultasi aspek teknis

SEKRETARIS
OPERATOR KOMPUTER
SOPIR
Asistensi, konsultasi aspek teknis

PENELITI
PENELITI
PERGURUAN
PERGURUAN TINGGI
TINGGI
MASYARAKAT
MASYARAKAT

E.3.2

TIM
TIM
KONSULTAN
KONSULTAN

Masukan, Saran

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERSONIL

Tugas dan tanggungjawab tenaga ahli sebagai anggota tim dalam Studi
Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi secara
garis besar dapat diuraikan sebagai berikut.
1. TEAM LEADER
Team leader adalah seorang sarjana Arsitektur minimal S1, lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah disamakan,
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana
teknis kawasan sekurang-kurangnya 12 (dua belas) tahun,
mempunyai sertifikat keahlian (SKA) minimal Ahli Pratama Arsitek.
Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:

Mengkoordinasikan pelaksanaan seluruh tugas dan tanggung


jawab dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan Studi
Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi
Menjamin tugas-tugas dan tanggung jawab tiap-tiap personil
agar dapat dilaksanakan dengan baik.
Menyiapkan
materi-materi
sosialisasi,
penyebarluasan
informasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan sosialisasi dan
penyebarluasan informasi.

E - 17 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

Menjamin pelaksanaan program sesuai dengan pedoman


umum dan pedoman pelaksanaan kegiatan
Mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian dan monitoring
pelaksanaan kegiatan
Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan monitoring paska
pelaksanaan program.
Melakukan pendampingan kepada Tim Pelaksana dalam
berbagai forum dan diskusi yang terkait dengan pelaksanaan
program.
Menghimpun informasi, analisis data dan informasi, serta
merumuskan rekomendasi penyelesaian masalah yang
serius/menonjol
Mengkoordinasikan penyusunan laporan rencana kegiatan,
laporan kemajuan fisik dan keuangan, laporan mingguan dan
laporan bulanan sesuai dengan format-format yang telah
ditetapkan, serta menyusun laporan lainnya yang tertuang
dalam kontrak
Melakukan pengendalian terhadap seluruh personil konsultan

2. TENAGA AHLI SIPIL


Disyaratkan minimal S1 Teknik Sipil lulusan universitas/perguruan
tinggi negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana teknis kawasan
sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun, mempunyai sertifikat keahlian
(SKA) minimal Ahli Pratama Sipil. Tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut:
1. Membantu team leader dalam menganalisa Studi Kelayakan
Pembangunan Wisma Atlet Kabupaten Banyuwangi
2. Menganalisa radius layanan Wisma Atlet terkait aksesibilitas dan
jarak.
3. Menganalisa sistem transportasi
3. TENAGA AHLI LINGKUNGAN
Disyaratkan
minimal
S1
Teknik
Lingkungan
lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang telah disamakan,
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana
teknis kawasan sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun, mempunyai
sertifikat keahlian (SKA) minimal Ahli Pratama Perencana Teknik
Lingkungan. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa aspek-apek lingkungan dan kondisi lingkungan
Wisma Atlet ;
2. Menganalisa
kemampuan
penyedian
air
bersih,
sitem
pembuangan air kotor dan persampahan
4. TENAGA AHLI EKONOMI
Disyaratkan minimal S1 Ekonomi lulusan universitas/perguruan tinggi
negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana teknis kawasan
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, mempunyai sertifikat keahlian
(SKA) minimal Ahli Pratama Perencana Ekonomi. Tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa proyeksi kepadatan penduduk ;


E - 18 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

2. Menganalisa aspek kebutuhan tenaga/sumber daya manusia dan


aspek pendanaan untuk kebutuhan investasi.
3. Menganalisa tingkat pendapatan, lapangan pekerjaan, dan
pendapatan domestik rata-rata bruto.
5. TENAGA AHLI SOSIAL
Disyaratkan minimal S1 Sosial lulusan universitas/perguruan tinggi
negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana teknis kawasan
sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, mempunyai sertifikat keahlian
(SKA) minimal Ahli Pratama Perencana Sosial. Tugas dan tanggung
jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa aspek demografi ;
2. Menganalisa aspek kebutuhan tenaga/sumber daya manusia dan
aspek pendanaan untuk kebutuhan investasi
3. Menganalisa sosial-ekonomi masyarakat, kultur/kebudayaan
masyarakat Banyuwangi.
6. TENAGA AHLI HUKUM
Disyaratkan minimal S1 Sosial lulusan universitas/perguruan tinggi
negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana teknis kawasan
sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, mempunyai sertifikat keahlian
(SKA) minimal Ahli Pratama Hukum. Tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut :
1. Membantu menganalisa kebijakan tata ruang
2. Membantu
menganalisa
peraturan
yang
perkembangan Islam di Banyuwangi.

mendukung

7. TENAGA AHLI OLAHRAGA


Disyaratkan minimal S1 Olahraga lulusan universitas/perguruan tinggi
negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana teknis kawasan
sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, mempunyai sertifikat keahlian
(SKA) minimal Ahli Pratama Hukum. Tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut :
1. Membantu menganalisa kebijakan tata ruang
2. Membantu
menganalisa
peraturan
yang
perkembangan Islam di Banyuwangi.

mendukung

Selain tenaga ahli diatas, terdapat asisten ahli yang membantu pekerjaan
ini yaitu :
1. TENAGA AHLI ARSITEKTUR
Disyaratkan minimal S1 Arsitektur lulusan universitas/perguruan
tinggi negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana teknis kawasan
sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, mempunyai sertifikat keahlian
(SKA) minimal Ahli Pratama Arsitek. Tugas dan tanggung jawabnya
adalah sebagai berikut :
1. Membantu menganalisa arsitektural dan desain
E - 19 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

2. Membantu menganalisa estetitak yang sesuai dengan kaidah


Islam

E.4. SISTEM PELAPORAN


Sistem pelaporan yang disyaratkan dalam KAK yang harus dipenuhi oleh
konsultan antara lain adalah :

Laporan Pendahuluan
Draft Laporan Akhir
Laporan Akhir

Sesuai dengan tahapan kegiatan, maka keluaran (sitematika pelaporan)


dalam pelaksanaan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet
Kabupaten Banyuwangi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan : yaitu laporan yang memuat tentang
gambaran umum wilayah studi, rencana kegiatan, metodologi
pelaksanaan mencakup jenis-jenis pekerjaan, cara penyelesaian
masing-masing jenis pekerjaan, perkiraan waktu yang dibutuhkan
untuk penyelesaiannya, serta cara kerja yang akan diterapkan
berdasarkan waktu studi yang akan dilaksanakan, Ruang lingkup
kegiatan dan keterlibatan tenaga ahli maupun tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Laporan harus
diserahkan setelah revisi selambat-lambatnya : 15 (lima belas) hari
kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan (asli).
2. Laporan Antara : yaitu laporan yang memuat hasil pelaksanaan
kegiatan yang berisikan informasi hasil kompilasi dan analisis hasil
survey yang meliputi data primer dan sekunder yang di dapat dari
lapangan maupun instansi terkait, antara lain data sosial ekonomi
masyarakat, data fasilitas kota, data infrastruktur kawasan, serta
potensi dan permasalahan kawasan. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kerja sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
3. Laporan Akhir : merupakan penyempurnaan dari Draft Laporan
Akhir. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan
puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh)
buku laporan (asli)
4. Ringkasan Eksekutif : merupakan laporan yang memuat hasil
ringkasan dari laporan pendahuluan, draft laporan akhir, dan
laporan akhir. Ringkasan Eksekutif diserahkan bersamaan dengan
penyerahan Laporan Akhir, sebanyak 5 (lima) buku laporan dalam
format A4. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan
informatif.
5. Album Peta : merupakan album kumpulan hasil peta, diserahkan
bersamaan dengan penyerahan Laporan Akhir sebanyak 5 (lima)
buku laporan (asli).
4. Softcopy data hasil didalam CD/DVD blank, diserahkan bersamaan
dengan penyerahan Laporan Akhir, sebanyak 4 (empat) keping.
Tabel Jenis Laporan dan Uraian Kegiatan tiap Tahap Pekerjaan
E - 20 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

JENIS LAPORAN/ URAIAN

KETERANGAN

LAPORAN PENDAHULUAN

latar belakang pekerjaan,

Ukuran A4

maksud dan tujuan,

Sebanyak 5 eksemplar

lingkup pekerjaan,

metode dan pendekatan pekerjaan,

jadwal pelaksanaan kegiatan

Diserahkan 15 (lima
belas) hari setelah Surat
Perintah
Kerja
(SPK)
diterbitkan

instrument instrument survey yang akan


digunakan dilapangan pada saat survey
lapangan

LAPORAN ANTARA

laporan data dan analisis hasil identifikasi

Ukuran A4

perumusan
analisa
berdasarkan
kelayakan lokasi dan penentuan lokasi

Sebanyak 10 eksemplar

perumusan kriteria dan variabel penilaian dan


pembobotan untuk tiap-tiap lokasi Wisma
Atlet

Diserahkan 60 (enam
puluh)
hari
setelah
Surat
Perintah
Kerja
(SPK) diterbitkan

kajian

LAPORAN AKHIR

Rekomendasi Kelayakan Teknis

Ukuran A4

Rekomendasi Kelayakan Sosial Ekonomi

Sebanyak 10 eks

Rekomendasi Pembiayaan

Rekomendasi Lokasi

Diserahkan
90
(sembilan puluh) hari
setelah Surat Perintah
Kerja (SPK) diterbitkan

Ukuran A4

Sebanyak 5 eks

Diserahkan bersamaan
dengan
penyerahan
Laporan Akhir

Ukuran A3

Sebanyak 5 eks

Diserahkan bersamaan
dengan
penyerahan
Laporan Akhir

EXECUTIVE SUMMARY

Ringkasan eksekutif dari seluruh laporan

ALBUM PETA

Album kumpulan hasil seluruh peta

E - 21 | S t u d i K e l a y a k a n P e m b a n g u n a n W i s m a A t l e t
Kabupaten Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai