TINJAUAN PUSTAKA
A. PERCOBAAN 1 (Pembayangan Pada Bangunan)
1. Tinjauan Umum
a. Penggunaan Elemen Bayangan
Peunggunaan Elemen pembayangan merupakan langkah
lanjutan yang di tempuh setelah mengendalikan orientasi dan
bukaan. Jika orientasi dan bukaan dapat ditoleransi di karenakan
kebutuhan perancangan, maka elemen pembayangan sangat
penting. Elemen pembayangan dapat dirancang sesuai dan posisi
arah kedatangan radiasi matahari sehingga bukaan dapat
terlindung dari sinar matahari langsung.
Terdapat dua klarifikasi, yaitu :
1. Elemen pembayangan permanen (Shading element)
Disini termasuk dalam posisi eksternal antara lain dalam bentuk
overhang vertical fing kombinasi horizontal dan vertical (egg
crate type), balkon jika dalam posisi internal antara lain dalam
bentuk light shelves dan louvne diatas jendela.
2. Elemen yang dapat di atur (adjustable shading elements)
Yang termasuk elemen eksternal adalah tanda awning blinds
dan internal curtains, roners dan sebagainya. Oprasional dari
elemen – elemen tersebut sangat tergantung dari kebutuhan
ruangan tersebut. Factor diluar bangunan yang juga dapat
berfungsi sebagai elemen pembayangan adalah vegetasi
disekitar bangunan vegetasi yang berada dekat dengan jendela
dapat memberikan efek pembayangan dan mengakibatkan
berkurangnya radiasi.
(1944/200, Lipsneller, Goerge (1944) : Bangunan tropis.
Jakarta, Penerbit Erlangga)
a. Aspek perancangan sub – sub ini memberikan pedoman perancangan
yang perlu pembayangan sinar matahari merupakan satu – satunya cara
eifisien untuk mengurangi beban panas maupun perambatan panas juga
dapat di control dengan perancangan luas jendela. Banyak alternative cara
yang dapat digunakan antara lain yang bias disebutkan adalah tabir surya
yang terjadi atas :
1. Natural devices
2. Internal devices
3. Eksternal devices
Perambatan panas dapat dikontrol dengan perancangan luas
jendela, masalah ini berbeda dengan adanya ikilim yang
bersangkutan misalnya pada daerah radiasi matahari justru
sangat diperlukan pada waktu musim dingin berbeda dengan
iklim tropis. Perembatan panas kedalam ruangan harus
diperhatikan kenaikan suhu udara didalam ruangan.
Melindungi permukaan bangunan panas pada matahari
yang mampu memancarkan kedalam bangunan. Factor yang
harus bangunan dipenuhi antara lain, yaitu :
1. Tidak silau
2. Lindungi bangunan dari hujan
3. Memberikan view keluar yang cukup
4. Mampu memancarkan sirkulasi yang masuk
5. Estetika memenuhi
(http:// Auliana.wordpress.com/mataharikulya).
1. Pembayangan
Pembayangan sinar matahari adalah salah satu satunya cara
yang eifisien untuk mengurangi beban panas, walaupun rambatan
panas juga dapat dikontrol dengan rancangan luas jendela
Pembayangan sinar matahari yang masuk kedalam bangunan
dengan menggunakan SHUN SHADDING (pembayangan matahri).
Hal – hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Sinar langsung yang membawa panas harus di bayangi :
a. Sinar diffuse (yang tidak menyilaukan) bila masuk kedalam
bangunan untuk kebutuhan penerangan alami.
b. Kita perlu mempelajari SBV (sudut bayangan vertical dan
SBH (sudut bayangan horizontal)
Matahari terbit di timur terbenam di barat, hanya pada tanggal
21 september dan 21 maret (panjang siang-panjang malam)
Seperti bola dunia ditengah dan kita melihat dari atas.
a. Azimuth (sudut bayangan horizontal)
b. Attitude (sudut baingan vertical)
Hal – halnya yang perlu di perhatikan dalam perancangan sinar
matahari adalah :
a) Mampu mengontrol hantaran panas
b) Jumlah sinar yang masuk di perlukan untuk penerangan
alami
c) Sulai yang terjadi
d) Waktu penyinaran matahari
1) Waktu dimana matahari mencapai titik di sebelah
selatan katulistiwa 21 desember
2) Waktu dimana matahari mencapai titik terjatuh di
sebelah utara katulistiwa 21 juni
3) Waktu matahari mencapai / mulai memancarkan
radiasinya yang di anggap sudah mulai panas jam 08.20
– 09.00 pagi
4) Waktu matahari mengumpulkan radiasi terbanyak
selama sehari (15.00)
Sudut pembayangan sendiri berubah – ubah pada setiap
saat tergantung pada posisi matahari. Oleh sebab itu ada 3
macam pembayangan yaitu :
a. Pembayangan vertical
b. Pembayangan horitzontal
c. Kombinasi antara pembayangan horizontal dan vertical
secara terinci aspek – aspek penting yang harus di
perhatikan dalam perancangan pada bangunan atau
matahari adalah :
1) Pembayangan akan lebih eifisien apabila ada pada
bagian luar dari pada bangunan luar bangunan
2) Perbedaan eifisien ini akan lebih apa bila mempunyai
warna gelap
3) Pembayangan luar akan lebih eifisien apabila
mempunyai warna gelap
4) Pembayangan pada bangunan akan menyebabkan
penambahan apabila menggunakan warna gelap
5) Pembayangan matahari sebaiknya dari bahan yang
mempunyai kapasitas thermis yang rendah
6) Pembayangan matahari tidak saja berfungsi
menghalangi masuknya radiasi matahari kedalam
bangunan, namun juga jangan sampai berfungsi sebagai
penangkap radiasi matahari
7) Pembayangan matahari tidak selalu berupa sirip vertical
atau horizontal atau keduanya sama – sama tetapi ide
self shading juga merupakan suatu potensi rancang
arsitektur. Sehingga bentuk bangunan lebih bisa
memberikan arti
(Martin, ervams, 1980 : Holding, climate and comfort,
London, Architecture press)
B. PERCOBAAN II ( PERPINDAHAN KALOR PADA BANGUNAN)
1. Tinjauan Umum
A. Perpindahan Kalor
Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di
antara benda atau material. Dari termodinamika telah kita ketahui
bahwa energi yang pindah itu dinamakan kalor atau panas (heat).
Ilmu perpindahan kalor tidak hanya mencoba menjelaskan
bagaimana energi kalor itu berpindah dari suatu benda ke benda
lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi
pada kondisi-kondisi tertentu. Kenyataan di sini yang menjadi
sasaran analisis ialah masalah laju perpindahan, inilah yang
membedakan ilmu perpindahan kalor dari ilmu termodinamika.
Termodinamika membahas sistem dalam keseimbangan, ilmu ini
dapat digunakan untuk meramal energi yang diperlukan untuk
mengubah sistem dari suatu keadaan seimbang ke keadaan
seimbang lain, tetapi tidak dapat meramalkan kecepatan
perpindahan itu. Hal ini disebabkan karena pada waktu proses
perpindahan itu berlangsung, sistem tidak berada dalam keadaan
seimbang. Ilmu perpindahan kalor melengkapi hukum pertama dan
kedua termodinamika, yaitu dengan memberikan beberapa kaidah
percobaan yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan
perpindahan energi. Sebagaimana juga dalam ilmu
termodinamika, kaidah-kaidah percobaan yang digunakan dalam
masalah perpindahan kalor cukup sederhana, dan dapat dengan
mudah dikembangkan sehingga mencakup berbagai ragam situasi
praktis. (Holman,1983)
Bahan Bahan k
k (W/m.C) (W/m.C)
Logam Non Logam
Perak 410 Kuarsa 41,6
Tembaga 385 Magnesit 4,15
Aluminium 202 Marmar 2,08 – 2,94
Nikel 93 Batu pasir 1,83
Besi 73 Kaca, jendela 0,78
Baja karbon 43 Kayu 0,08
Timbal 35 Serbuk gergaji 0,059
Baja krom-nikel 16,3 Wol kaca 0,038
Emas 314 Karet 0,2
Polystyrene 0,157
Polyethylene 0,33
Polypropylene 0,16
Polyvinyl
Chlorida 0,09
Kertas 0,166
Perpindahan panas pada suatu dinding datar seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.1, dapat diturunkan dengan
menerapkan Persamaan 2.1.
∫ =−∫
=− ∆ ( − ) (2.4)
Q
RA RB RC
∆ ∆ ∆
T1 T2 T3 T4
Gambar 2.3. Analogi Perpindahan Panas Dalam Aliran
Listrik.
Menurut analogi di atas perpindahan panas sama dengan :
= (2.6)
∑
Jadi persamaan 2.5 dipecahkan serentak, maka aliran panas
adalah :
( − )
=∆ ∆ ∆ (2.7)
+ +
C. PERCOBAAN III (PENCAHAYAAN ALAMI DALAM RUANGAN
1.TINJAUAN UMUM
A. Sifat-Sifat Cahaya Alami
1. Daylight factor
Iluminan yang diterima pada suatu titik di dalam
ruangan, diperoleh dari langit atau diasumsikan sebagai
distribusi luminasi yang dinyatakan dalam persentase
iluminasi horisontal luar ruang terhadap belahan buni yang
tidak terhalang pada kondisi lanngit yang sama.
2. Reflectance factor
Perbandingan antara luminous flux yang dipantulkan
dari sebuah permukaan dengan yang di atasnya. Reflektansi
tergantung pada bagaimana sebuah permukaan diterangi,
khususnya arah dan distribusi dari kondisi cahaya tersebut.
3. Difraksi cahaya
Difraksi merupakan pembelokan cahaya di sekitar
suatu penghalang atau suatu celah. Jika muka gelombang
bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil
dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan
mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-
gelombang setengah lingkaran yang melebar di belakang
celah tersebut, peristiwa ini dikenal dengan difraksi.
Difraksi merupakan fenomena gelombang lain yang
bergantung pada panjangnya gelombang. Fenomena ini
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Gambar 6. Pola cahaya yang terbentuk pada layar akibat cahaya
dari suatu sumber yang melewati lubang kecil (titik) obyek buram
(tidak tembus cahaya)
Sumber: Materi Mata Kuliah “Tata Cahaya” Program Studi Teknik
Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jika semakin banyak celah pada kisi yang memiliki lebar sama, maka
semakin tajam pola difraksi dihasilkan pada layar.
n
L1.6m0.8
DGI = 10 × ci poc.ci
log10 0.48 Σ
Lb + (0.07m0.5Lci)
i=1
ci
Rentang nilai DGI yaitu lebih dari 31 (> 31) tidak tertahankan dan
kurang dari 18 (< 18) hampir tidak terasa. DGI hanya dapat
diaplikasikan dengan kondisi di mana sinar matahari langsung tidak
masuk ke dalam ruang. Bagaimanapun juga DGI menyediakan data
yang relatif mendekati ketika memprediksi ketidaknyamanan pada
skenario terburuk.
ci ci
0.44 avg
P×E
Rentang nilai VCP berupa presentasi pengguna yang diprediksi
merasa nyaman di ruang tersebut. Di bawah kondisi sinar
matahari, VCP memproduksi nilai yang sejajar dengan pengukuran
lain. Karena dibentuk hanya untuk kondisi yang sangat.
CGI = 8 × log10 Σ ci ci
Daylight Glare
n 2
Probability (DGP)15 L m
1. TINJAUAN UMUM
a. Pencahayaan Buatan
1. Silau (Glare)
Terdapat dua buah silau disability glare dan discomfort glare.
Disability Glare adalah silau yang menyebabkan mata tidak
mampu melihat apapun akibat dari pancaran sinar yang besar ke
arah mata seperti ditunjukkan Gambar 2.2, salah satu contoh
saat melihat ke arah sinar matahari langsung. Untuk
menghindari masalah ini, letak luminer tidak berada langsung
pada area penglihatan atau luminer diberi pengarah agar cahaya
yang dikeluarkan menjadi lebih lembut.
Discomfort Glare adalah silau yang ditimbulkan akibat pantulan
sinar terhadap bidang kerja atau unsur-unsur di sekitarnya yang
menuju mata. Umumnya masalah potensi silau (discomfort
glare) berasal dari unsur-unsur yang berada pada bidang kerja.
2. Bayangan (Shadow)
Gambar 2.3 bagian b menunjukkan pembayangan terjadi karena
pancaran sinar cahaya ke bidang kerja tertutupi oleh suatu obyek
(tangan). Hal ini terjadi juga karena pancaran sinar terlalu kuat
sementara tidak terdapat sumber cahaya dari arah lain yang
dapat mengurangi efek pembayangan tersebut. Cara yang
termudah adalah meletakkan sumber cahaya dari arah yang
tidak tertutupi oleh obyek baik dari obyek tetap atau bergerak.
asas:
1. Keterpaduan
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dan masyarakat.
3. Keberlanjutan.
generasi mendatang.
kepentingan.
masyarakat.
peraturan
berikut:30
tekanan menjadi
volumenya menjadi
Massa menjadi
b. Material akustik
MEDIUM MEDIUM 2
Z1 Z2
GELOMBANG DATANG
TRANSMIS
REFLEKSI
X=
F(t
Massa
n r v(t), a(t)
Frekuensi (Hz)
Gambar (2.6) menunjukan tiga elemeen akustik yaitu massa (ma), pegas
(na), dan peredam (ra). (Blauert and Xiang, 2006)
Gambar 2.6 . Elemen dasar pada elemen akustik, a. massa (ma), b. pegas (na)
dan c. damping (ra) (Blauert & Xiang, 2006)
a. Tekanan pada gambar (2.6 a)
Gelombang P Gelombang
datang transmisi
A
N
E
L 75dB
100dB