Anda di halaman 1dari 71

PERANCANGAN PUSAT REHABILITASI KORBAN KEKERASAN

SEKSUAL DI KOTA KUPANG

(PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU)

KOLOKIUM ARSITEKTUR

OLEH:

FRANSISKUS JASNO SINDUK


NIM. 1706090026

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Kupang merupakan salah satu kota berkembang di propinsi Nusa Tenggara Timur,
yang merupakan ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kota Kupang
merupakan kota terbesar di provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dipenuhi oleh berbagai suku
bangsa. Suku yang paling signifikan jumlahnya di "Kota Kupang" adalah suku Timor, Rote,
Sabu, Tionghoa, Flores dan sebagian kecil pendatang dari Bugis dan Jawa.Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2020, Luas wilayah Kota Kupang mencapai
180,27 km² dengan jumlah penduduk sekitar 441.565 jiwa, yang terbagi menjadi 6 wilayah
kecamatan dan 51 wilayah kelurahan.
Perkembangan wilayah kota Kupang sudah mulai Nampak tiap harinya, hal ini tentunya
dilihat dari perkembangan sarana, prasarana dan infrastruktur baik di bidang sosial, ekonomi
maupun teknologi yang sudah mulai tampak keberadaannya. Sejalan dengan kemajuan dan
perkembangan tersebut tentunya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) juga
meningkat jumlahnya, baik itu kualitas maupun kuantitasnya.
Salah satu permasalahan yang paling rawan terjadi adalah kasus kekerasan seksual yang
merupakan kasus paling kompleks dan rentan terjadi., hal ini terlihat secara kasat mata di
media maupun di lingkungan sekitar. Kasus kekerasan seksual tentunya akanterus menjamur
karena dipicu oleh berbagai faktor antara lain: kondisi ekonomi, latar belakang keluarga,
pendidikan, politik, bahkan kurangnya perhatian orang sekitar, agama, kelompok sosial dan
pemerintah kota setempat, dalam menanggapi kasus secara serius. Menurut data yang
diperoleh dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)
kota Kupang tercatat jumlah kasus kekerasan seksual selama tahun 2019 mencapai 4.898
kasus, sementara itu sampai dengan lima bulan pertama tahun 2020, di mana terjadi pandemi
COVID-19, telah tercatat sebanyak 461 kasus. Dari jumlah tersebut, 258 kasus adalah
kekerasan seksual di ranah KDRT/Relasi Personal kemudian untuk ranah komunitas
berjumlah 203 kasus kekerasan seksual.sementara itu lembaga social di masyarakat sangat
kurang kepeduliannya untuk menangani kasus ini, hal ini didasari oleh beberapa factor
diantaranya kasusnya baru beberapa tahun belakangan terjadi, kedua diperlukan keahlian

2
khusus untuk menangani kasus ini, dan ketiga, belum banyak keluarga dan
masyarakat yang mengetahui secara rinci kemana harus diadukan kasus ini baik pada
instansi pemerintah maupun institusi/lembaga sosial yang konsen menangani kasus
kekerasan seksual.
M. Kemal Darmawan, 2007, dalam Teorinya tentang Kriminologi menjelaskan Kasus
kekerasan seksual diketahui memiliki dampak yang sangat signifikan pada korbannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang yang berupa dampak pada aspek fisik, psikologis, dan
sosial. Dampak ini tidak terjadi secara tunggal dan terpisah akan tetapi saling berkaitan yang
dapat menambah peliknya masalah yang dialami korban dan keluarganya. Misalnya dampak
fisik juga akan berakibat pada penderitaan psikologis korban. Secara umum dampak
psikologis kekerasan seksual yang dialami korban/penyintas, jangka pendek/langsung dapat
berupa, korban mengalami kebingungan, merasa diri hampa, merasa sedih, mengalami
ketidak berdayaan, malu, menjadi agresif, bahkan menyalahkan diri sendiri, Menghindari
tempat kejadian atau tempat yang serupa dengan tempat kejadian, Rasa takut atau muak
pada pelaku atau orang yang menyerupai pelaku, Memiliki pikiran yang berulang-ulang
tentang kejadian,dan jugaTidak ingat dengan hal-hal detil, kehilangan orientasi diri,
waktu dan tempat. Sedangkan dampak yang ditimbulkan dalam kurun waktu jangka
menegah/panjang pada diri korban diantaranya Mengalami gangguan psikologis lebih berat
diantaranya mengalami depresi,gangguan identitas terpecah, Bunuhdiri atau keinginan untuk
bunuh diri,kegelisahan ,bahkan Mengalami gangguan stres pasca trauma.
Meningkatnya jumlah kasus kekerasan seksual tersebut tentunya telah menjadi suatu
fenomena tersendiri yang menyedot perhatian dari berbagai kalangan. Diwilayah kota
Kupang diketahui telah terdapat fasilitas pelayanan publik yang difungsikan sebagai rumah
penampungan bagi para korban kasus kekerasan atau sering disebut sebagai Rumah
Perlindungan Trauma Center (RPTC), selain di kota Kupang fasilitas publik yang serupa juga
terdapat di Kabupaten Flores Timur, dalam hal ini juga difungsikan sebagai rumah
penampungan bagi para korban kekerasan. Akan tetapi keberadaan fasilitas tersebut bukanlah
menjadi sebuah solusi yang tepat dalam menangani persoalan yang terjadi, khususnya bagi
para korban kasus kekerasan seksual, hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas khusus
yang difungsikan sebagai pusat rehabilitasi yang menfokuskan para korban kekerasan seksual
di wilayah Nusa Tenggara Timur, Khususnya wilayah kota Kupang yang mampu menangani

3
dan menjadi solusi bagi para korban dalam hal pemulihan, pengobatan dan pengembangan
dalam jangka waktu panjang yang memerlukan penanganan secara maksimal. sehingga
mengakibatkan banyaknya para korban yang cenderung mengalami trauma berkepanjangan
dan sering menutup diri serta merasa was-was di tempat-tempat publik.
Dalam menjawab hal tersebut tentunya perlu disediakan fasilitas publikdengan skala
besar, sebuah pusat rehabilitasi khusus korban kekerasan seksual, dengan melibatkan
penataan ruang serta penyediaan fasilitas khusus yang menjadi solusi dari masalah
terkait.untuk bisa berkomunikasi dan menghargai privasi dari korban kekerasan seksual, agar
tidak menggangu psikologis dari korban. Sehingga Penerapan konsep pendekatan arsitektur
perilaku pada perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual sekirannya menjadi
solusi dalam mengatasi penaganan masalah korban kasus kekerasan seksual di kota Kupang
umumnya. Merujuk pada hal tersebut diangkatlah judul tugas akhir saya mengenai
“Perancangan Pusat Rehabilitasi Korban Kekerasan Seksual Di Kota Kupang, Dengan
Pendekatan Arsitektur Prilaku”.
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang pusat Rehabilitasi Korban kekerasan seksual yang
mempertimbangkan aspek psikologis, yang dapat berfungsi secara optimal, efektif dan
efisien dengan menerapkan pendekatan konsep arsitektur prilaku?
2. Bagaimana cara mengimplementasikan konsep arsitektur prilaku dalam perancangan
pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual di kota Kupang?
1.3 Tujuan, Sasaran, Dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Merumuskan konsep perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual
yang optimal dan efisien dengan mempertimbangkan aspek psikologi dan pendekatan
arsitektur prilaku pada bagian dalam bangunan (sirkulasi, zonasi dan ruang) serta
menerapkan ide-ide arsitektur tropis kedalam fasad bangunan.
1.3.2 Sasaran
1. Terciptanya suatu wadah pelayanan social pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual
yang optimal dan efisien dengan mempertimbangkan aspek psikologis dari pelaku
terkait.

4
2. Mewadahi korban prilaku tindakan kekerasan seksual di Wilayah Kota Kupang,
dengan menyediakan suatu pusat penaganan pelayanan khusus korban kekerasan
seksual untuk pemulihan, pengobatan dan pengembangan bagi korban kekerasan
seksual dalam jangka waktu panjang yang memerlukan penanganan secara maksimal,
Dengan menerapkan konsep arsitektur prilaku dalam perancangan.
1.3.3 Manfaat
Melalui penulisan ini manfaat yang ingin dicapai adalah:
1. Bagi penulis, dapat dijadikan suatu bahan pembelajaran, yakni melalui perancangan
ini mahasiswa dapat diberi pemahan baru mengenai bagaimana mendesain pusat
rehabilitasi korban kekerasan seksual dengan pendekatan arsitektur perilaku.
2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai suatu mediator masukan serta rujukan
dalam hal pengadaan fasilitas pusat rehabilitasi bagi para korban kekerasan seksual di
kota Kupang.
3. Bagi institusi pendidikan, sekirannya melalui tulisan ini dapat dijadikan suatu
referensi serta acuan dalam hal informasi mengenai perancangan pusat rehabilitasi
korban kekerasan seksual dengan pendekatan arsitektur prilaku bagi para pembaca
dibidang akademisi.
1.4 Ruang Lingkup Dan Batasan
1.4.1 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan ini adalah menyangkut bagaimana
menghadirkan suatu pusat rehabilitasi dalam hal ini lebih difocuskan pada korban kasus
kekerasan seksual di kota Kupang dengan pendekatan arsitektur prilaku sebagai tema
perancangan yang ingin dicapai.
1.4.2 Batasan Pembahasan
Batasan studi yakni sebagai berikut :
1. Merencanakan pusat rehabilitasi sebagai suatu wadah pelayanan yang difocuskan
bagi para korban kekerasan seksual yang optimal dan efisien,
2. Merencanakan pusat rehabilitasi bagi para korban kasus kekerasan seksual yang
memperhatikan aspek psikologi dengan konsep arsitektur prilaku sebagai pendekatan
rancangan.
3. Merencanakan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual di wilayah Kota Kupang.

5
BAB II

TINJAUAN PERANCANGAN

1.1 Studi Literatur


1.1.1 Pengertian Pusat Rehabilitasi
Judul yang diangkat dalam tulisan ini adalah perancangan pusat Rehabilitasi Korban
Kekerasan Seksual di Kota Kupang Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku.Untuk dapat
memahami terkait judul yang diangkat maka berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai
judul yang diangkat:
Pengertian pusat rehabilitasi menurutKamus Besar Bahasa Indonesia :
 Pusat adalah tempat yang letaknya di bagian tengah, titik yang di tengah-tengah benar
(dalam bulatan bola, lingkaran, dsb) bumi, lingkaran, pokok pangkal yang menjadi
pimpinan (berbagai urusan, hal, dsb).
 Rehabilitasi adalah pengembalian kemampuan seseorang ke keadaan semula.

Kata rehabilitasi adalah gabungan antara kata “re” yang berarti kembali dan “habilitasi”
yeng berarti kemampuan, sehingga rehabilitasi sendiri dapat diartikan secara umum adalah
sebuah proses untuk menolong sesuatu agar dapat kembali seperti sedia kala. Kata “korban”
adalah orang, binatang, dan sebagainya yang menjadi menderita (mati dan sebagainya) yang
merupakan akibat dari suatu kejadian, perbuatan jahat dan sebagainya, kata “kekerasan” adalah
perihal yang bersifat atau berciri keras dan kata “seksual” merupakan hal yang berkaitan
dengan seks serta hal persetubuhan antara lawan jenis.

Pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual adalah sebuah tempat yang menjadi titik tengah
tindakan represif yang dilakukan bagi para korban kekerasan seksual.Tindakan rehabilitasi
ditujukan kepada korban kekerasan seksual untuk memulihkan atau mengembangkan
kemampuan fisik, mental, dan social korban yang bersangkutan.Selain untuk memulihkan,
rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para korban kekerasan seksual,
sehingga tidak mengalami dampak yang serius.

Pusat rehabilitasi korban kerasan seksual yang dimaksudkan dalam tulisan ini yaitu suatu
pusat rehabilitasi untuk pemulihan, pengobatan dan pengembangan bagi korban kekerasan
seksual dalam jangka waktu panjang yang memerlukan penanganan secara maksimal.

6
1.1.2 Fungsi Rehabilitasi

Rehabilitasi memiliki banyak fungsi positif sehingga kehidupan tiap individu dapat
berjalan lebih baik. Penjelasan secara rinci menurut Qoelma (1988) mengemukakan sasaran
rehabilitasi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya insight individu teradap problem yang dihadapi, kesulitannya dan tingkah
lakunya.
2. Membentuk sosok self indentity yang lebih baik pada individu
3. Mencegah konflik yang menghambat dan mengganggu.
4. Merubah dan memperbaiki pola kebiasaan dan pola reaksi tingkah laku yang tidak
diinginkan.
5. Meningkatnya kemampuan melakukan relasi interpersonal maupun kemampuan-
kemampuan lainnya.
6. Modifikasikan asumsi-asumsi individu yang tidak tepat tentang dirinya sendiri dan dunia
lingkungannya.
7. Membuka jalan bagi eksistensi individu yang lebih berarti dan bermakna atau berguna.

Maka secara garis besar fungsi dari rehabilitasi adalah membentuk kepribadian yang lebih
baik setelah penyembuhan serta meningkatnya kemampuan fisik, mental serta social
pasien.Peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut mempermudah kehidupan pasien untuk
meneruskan hidup dihari-hari selanjutnya.

1.1.3 Penggolongan Rehabilitasi

Rehabilitasi yang memiliki makna pengembalian nama baik atau pengembalian hak
seseorang yang telah hilang agar dapat diterima kembali ditengah masyarakat ternyata ada 2
golongan , diantaranya:

1. Rehabilitasi Fisik
Mempunyai arti melatih, menyembuhkan dan mengembalikan kondisi tubuh seseorang yang
telah rusak atau cacat pada keadaan yang semula. Contohnya : Seseorang memiliki bentuk
tubuh yang bugar dan kesehatan fisik yang baik dapat berubah dratis menjadi kurus, mudah
sakit sakitan dan mengalami kerusakan pada organ tubuh tertentu, kondisi ini dialami karena

7
telah mengalami kasus kekerasan seksual pada individu yang bersangkutan. Dalam hal ini
Rehabilitasi sangat dibutuhkan guna mengembalikan kembali kondisi tubuhnya pada kondisi
terbaiknya seperti saat dirinya belum menjadi korban kekerasan seksual. Perbaikan terhadap
kondisi fisiknya diharapkan dapat membuat orang yang bersangkutan dapat kembali bugar
dan bisa beraktifitas seperti layaknya orang orang lain disekitarnya yang tidak mengalami
kasus yang serupa.
2. Rehabilitasi Mental (Kejiwaan)
Mempunyai arti sebuah upaya yang dilakukan untuk perbaikan cara berfikir seseorang
dan menata kembali kejiwaannya yang sedang terganggu. Kondisi ini dapat berupa depresi,
stres berat, emosional yang tidak stabil, mudah berubah ubah pendirian, mudah tersinggung,
dan sering berhalusinasi.keadaan ini bisa diakibatkan karena begitu beratnya beban
kehidupan seseorang yang harus dihadapi atau akibat traumatis akan kejadian yang
menimpanya. Rehabilitasi mental adalah jalan terbaik untuk penyembuhan, pengobatan dan
mengembalikan karakter sifat seseorang agar kembali normal.Kegiatan ini banyak diadakan
pada rumah sakit jiwa yang khusus menangani orang orang yang mengalami ketidakstabilan
emosi dan jiwa yang sedang terganggu.
1.1.4 Syarat-Syarat Pusat Rehabilitasi
Menurut Hawari (2009) terdapat beberapa persyaratan suatu tempat rehabilitasi, dapat
disebut dengan pusat rehabilitasi, diantaranya adalah :
a. Sarana dan prasarana yang memadai termasuk gedung, akomodasi, kamar mandi/ WC yang
higenis, makanan dan minuman yang bergizi dan halal, ruang kelas, ruang rekreasi, ruang
ibadah, ruang olahraga, ruang ibadah, ruang konsultasi individual maupun kelompok,
ruang konsultasi keluarga, ruang ketrampilan dan lain sebagainya.
b. Tenaga yang profesional (psikiater, dokter umum, psikolog, pekerja sosial, perawatan,
agamawan/rohaniawan dan tenaga ahli lainnya/instruktur). Tenaga profesional ini untuk
menjalankan program yang terkait.
c. Manajemen yang baik.
d. Kurikulum/program rehabilitasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan..
e. Peraturan dan tata tertip yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran ataupun kekerasan.
f. Keamanan (security) yang ketat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan didalam
pusat Rehabilitasi.

8
1.1.5 Jenis-Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi sebagai metode penyembuhan ketergantungan memiliki beberapa jenis,
diantaranya:
1. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu
untuk membebaskan korban dari dampak yang menimpanya. Rehabilitasi Medis
terhadapkorban kekerasan seksual dapat dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk
oleh Menteri Kesehatan.Yaitu rumah sakit yang diselenggarakan baik oleh
pemerintah, maupun oleh masyarakat.
2. Rehabilitasi Sosial
Rehabitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik
secara fisik, mental maupun sosial agar korban kekerasan seksual dapat kembali
melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Rehabilitasi sosial
terhadap korban kekerasan seksual dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi sosial
yang ditunjuk oleh Menteri Sosial, Yaitu lembaga rehabilitasi sosial yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat.Tindakan
rehabilitasi ini merupakan penanggulangan yang bersifat represif yaitu
penanggulangan yang dilakukan setelah terjadinya dampak terhadap diri korban.
1.1.6 Tinjauan Tema Pendekatan Perancangan

Perancangan Bangunan Pusat Rehabilitasi Korban Kekerasan Seksual Di Kota


Kupang yang memperhatikan kenyamanan dan kebutuhan bagi para korban kekerasan
seksual dalam upaya mewujudkan wadah bagi korban, memerlukan suatu pendekatan
dalam arsitektural yang baik dan tepat.Pendekatan arsitektural yang menekankan faktor
kenyamanan dan kebutuhan bagi korban untuk mengembangkan perencanaan serta
perancangan fasilitas pusat rehabilitasi adalah pendekatan arsitektur perilaku.

Pendekatan arsitektur perilaku bertujuan untuk mewadahi perilaku pengguna sebagai


membantu proses terapi. Dengan pendekatan ini, korban sebagai pengguna utama, tidak
akan merasa canggung. Pada kebanyakan pusat rehabilitasi narkoba yang ada saat ini,
nilai-nilai kemanusiaan tidak diindahkan.Pertimbangan utama hanya memaksimalkan
perawatan medis dan sosialnya saja.

9
Pada perancangan Pusat Rehabilitasi korban kekerasan seksual ini, digunakan
arsitektur perilaku sebagai tema dalam perancangan. Hal ini karena dalam arsitektur
perilaku akan dilakukan beberapa kajian (telah disebutkan di atas) sehingga dari kajian-
kajian tersebut, kita dapat menentukan programprogram dan pola hubungan antar ruang
maupun desain ruang dan perabot serta suasana di dalam suatu bangunan agar penghuni
merasa betah dan nyaman.

Pusat Rehabilitasi Korban Kekerasan Seksual ini harus dirancang dengan


memperhatikan pengguna ini terutama si korban, dimana tiap korban mempunyai perilaku
yang berbeda dengan orang tidak mengalami masalah serupa.

1.1.6.1 Pengertian Prilaku


1. Menurut J.B Watson (1878-1958), memandang psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang prilaku karena prilaku mudah diamati. Sebagai objek studi
empiris, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara
langsung mungkin tidak dapat diamati.
b. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan stereoptip,
seperti binatang bersel satu perilaku kompleks seperti perilaku sosial manusia
perilaku sederhana, seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses
mental biologis yang lebih tinggih.
c. Perilaku bervariasi dengan klasifikasi : kognitif, afektif, dan psikomotorik,
yang menunjukan pada sifat rasional, emosional dan gerakkan fisik dalam
berperilaku.
d. Perilaku bisa disadari dan bisa juga tidak disadari.
2. Kata prilaku menunjukan manusia dalam aksinya,berkaitan dengan semua aktivitas
manusia secara fisik, berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan
lingkungan fisiknya (Marcella.2004:1).
3. Pembentukan dasar perilaku manusia dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Nature yaitu semua perilaku manusia bersumber dari pembawaan biologis
manusia, semua prilaku manusia diatur melalui naluri genetika.

10
b. Nurture yaitu semua perilaku manusia didapatkan dari pengalaman atau
pelatihan (Marcella.2004:19).

Menurut ilmu Psikolog Perilaku yang berbeda-beda antara manusia,dipengaruhi


oleh banyak faktor.Hal ini dikarenakan perbedaan lingkungan fisik dan sosial budaya
yang dimiliki oleh setiap manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah

1. Privasi
Privasi merupakan usaha untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pada
manusia, dimana privasi manusia berbeda-beda tergantung pada kondisi fisik dan
psikologisnya.
2. Density (Kepadatan) dan Crowding (Kesesakan)
Density adalah ukuran matematis dari jumlah orang perunit ruang, sedangkan
Crowding merupakan psikologis atau menunjuk pada pengalaman terkurung atau
terhalang oleh terlalu banyak orang.
3. Proksemik
Merupakan suatu teori dan pengamatan yang mengungkapkan tentang kondisi ruang
yang menyenangkan bagi manusia untuk melakukan interaksi sosial. Faktor ini
nantinya akan mengupas masalah bentuk, ukuran, dan penempatan perabot yang
menyenangkan bagi tiap-tiap kegiatan yang dilakukan manusia.
4. Territoriality
Kecenderungan untuk menyatakan suatu wilayah atau daerah sebagai milik
seseorang atau sekelompok manusia. Territoriality bertujuan untuk mendapatkan
privasi dan pengakuan, sehingga daerah tersebut akan dijaga dengan rasa memiliki
dan tanggung jawab.
5. Ruang Pribadi dan Personalia
Selain wilayah teritori yang ditujukan secara fisik, manusia juga memiliki adanya
ruang pribadi. Dimensi ruang yang dibutuhkan bisa berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan dan dipengaruhi oleh karakteristik individu (kepribadian, suasana hati,
jenis kelamin, usia).

11
6. Antropometrik
Proporsi dimensi tubuh manusia serta karakteristik fisiologisnya dari kesanggupan
relatif terhadap kegiatan manusia yang berbeda-beda.Faktor ini terkait dengan
terpenuhinya kebutuhan dan kegiatan manusia secara nyaman dan menyenangkan.
7. Makna dan Persepsi
Manusia bereaksi terhadap lingkungan melalui makna lingkungan itu
baginya.Komunikasi dalam masyarakat diwakili dalam susunan ruang dan
bentuk.Selain itu, bangunan mempunyai makna-makna atau persepsi bagi masyarakat
yang dipengaruhi oleh tata letak, organisasi dan sifat bangunan itu sendiri. Persepsi
dapat mengacu pada dua sudut pandang, yaitu:
- Persepsi manusia sebagai manusia
- Persepsi manusia sebagai perancang
8. Lambang dan Simbol
Manusia sangat membutuhkan identitas, baik bagi dirinya maupun benda-benda di
sekitarnya. Pada kenyataan sehari-hari, kebutuhan identitas ini akan ditampilkan
dengan simbol.
9. Orientasi
Terhadap beberapa cara arsitektural agar seseorang tidak tersesat di dalam suatu
daerah bangunan yang cukup besar. Diantaranya adalah penempatan ruang-ruang
yang fungsinya penting pada tempat yang paling dikenali oleh masyarakat,
penempatan tanda-tanda itu di tempat yang mudah terlihat, dan pembedaan zona
dengan penggunaan bahan, bentuk, warna yang berbeda-beda (Fikriarini dan
Maslucha.2007:48).

Menurut Gifford (2007), ada tiga aspek penting yang melandasi hubungan antara
prilaku manusia dengan lingkungan binaannya diantaranya mencakup; privasi,
kenyamanan, dan keamanan.

a. Privasi, mencakup penataan masa, ruang dan sirkulasi akan mempengaruhi privasi
dari para korban (Laurens, 2004), secara tidak langsung privasi akan menciptakan
suasana yang aman dan nyaman bagi para korban.

12
b. Kenyamanan,
Perilaku bagi para korban sangat dipengaruhi oleh kenyamanan lingkungan
binaan dimana mereka akan ditempati, sehingga dalam hal ini kenyamanan yang
dimaksud mencakup:
- Penghawaan
Suhu dan polusi menjadi salah satu aspek penting yang mampu
mempengaruhi prilakuy para korban, sehingga dalam hal ini udara yang
bersih, serta polusi yang relative minim dapat menjadi aspek pertimbangan
pemilihan lokasi.
- Pencahayaan
Seting cahaya dalam ruang dapat menjadi aspek penting dalam
menciptakan kenyamanan pengguna.intensitas cahaya dapat diseting
dengan mereduksi cayhaya dengan cara dipantulkan dan diberi sekat untuk
mengfilter cahaya yang masuk sehingga pengguna dapat terasa lebih
nyaman.
- Aroma
Pada dasarnya indra manusia yang paling peka terhadap situasi lingkungan
diantaranya adalah indra penciuman, dalam hal ini memiliki
keterhubungan langsung yang lebih kuat terhadap memoridan emosi dari
pada panca indra yang lainnya. Sehingga dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan seseorang. Diketahui aroma yang menyenangkan akan
memberikan efek positif bagi tubuh, seperti mampu menurunkan tekanan
darah dan detak jantung, sedangkan aroma yang menyengat dan tidak
menyenangkan akan menimbulkan kegelisahan.
- Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu faktor pemicu timbulnnya prilaku
menyimpang bagi para korban, hal ini terjadi karena suara yang tidak
menyenangkan atau suara yang ramai akan membuat otak seseorang akan
terus bekerja tanpa istrahat (Feriadi dan Frick, 2008).

13
c. Keamanan
Desain yang aman didapat dari penggunaan interior, material, bentuk, dan tekstur
yang tidak mencelakai pengguna di dalam bangunan maupun lingkungan
sekitarnya (Alread dan Leslie, 2007).
1.1.6.2 Pengertian Behaviour Architecthure (Arsitektur Perilaku)
Behavior Architecture (Arsitektur perilaku) ialah suatu konsep yang dalam
selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalamperancangannya,
yakni kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik).
Perancangan arsitektur berdasarkan pendekatan perilaku ini mendasarkan
pertimbangan-pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian di
dalam bidang psikologi arsitektur atau psikologi lingkungan.
a. POE (Post Occupancy Evaluation), merupakan penilaian sistematis tentang
bagaimana sebuah bangunan atau obyek arsitektur berfungsi, dilihat dari sudut
pandang penghuni atau penggunanya.
b. BM (Behavioral Mapping), merupakan metode pemetaan untuk merekam
kebiasaan manusia, termasuk lokasi favorit di mana mereka duduk, berdiri atau
menghabiskan waktu.
c. CM (Cognitive Mapping), umumnya digunakan dalam perancangan kota untuk
mengetahui bagaimana suatu masyarakat mengidentifikasi places, landmarks
dan ciri-ciri kota lainnya.
d. SDT (Semantic Differential Technique), teknik untuk melakukan penilaian
afektif tentang bagaimana seseorang memiliki perasaan tertentu terhadap
tempat-tempat tertentu.
e. TM (Trace Measure), mempelajari jejak-jejak interaksi yang terjadi.
1.2 Landasan Teori
Untuk mengulas mengenai Arsitektur Perilaku akan dikaitkan pada empat hal yang saling
berhubungan yaitu:
1. Psikologi Lingkungan
2. Psikologi Manusia
3. Arsitektur untuk Manusia

14
4. Tata Ruang
Berikut ini pembahasan dari keempat hal tersebut, yaitu:
1.2.1 Psikologi Lingkungan
Psikologi Lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti khusus hubungan
antara lingkungan fisik dan tingkah laku serta pengalaman manusia.Faktor yang
sangat kuat mempengaruhi manusia adalah lingkungan.Menurut UU No. 4 tahun
1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.Tujuan dari pembahasan mengenai psikologi lingkungan
pada kajian arsitektur perilaku adalah untuk menganalisa, menjelaskan,
meramalkan, dan jika perlu mempengaruhi atau merekayasa hubungan antara
tingkah laku manusia dengan lingkungannya.Untuk itu perlu diadakan
pendekatan-pendekatan konsep ruang yangdiharapakan sesuai dengan perilaku
manusia/pemakai ruang. Masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan alamnya adalah:
a. Lingkungan yang terbatas
b. Polusi (pencemaran)
c. Penggunaan dan penyalahgunaan tanah yang menyebabkan erosi, banjir,
dsb.
d. Masalah kependudukan
e. Energi dan ekonomi yang terbatas

Selain itu, masalah yang juga mendapat perhatian dalam psikologi


lingkungan adalah bagaimana orang menilai keindahan lingkungan (estetika
lingkungan).

Menurut Berlyne, seorang pakar psikologi, faktor-faktor yang harus


dipertimbangkan dalam mengatasi masalah ini adalah:

a. Kompleksitas yaitu berapa banyak ragam komponen yang membentuk suatu


lingkungan.

15
b. Novelty atau keunikan yaitu seberapa jauh lingkungan tersebut mengandung
komponen-komponen yang unik.
c. Incongruity atau ketidaksenadaan yaitu seberapa jauh suatu faktor tidak
cocok dengan konteks lingkungannya.
d. Kejutan yaitu seberapa jauh kenyataan yang ada tidak sesuai dengan
harapan.
1.2.2 Psikologi Manusia
Sebagai ilmu yang mempelajari hal mengenai tingkah laku dan proses-proses
yang terjadi tentang tingkahlaku tersebut, maka psikologi selalu berbicara tentang
kepribadian. Dalam pembahasan kepribadian individual meliputi halnya sebagai
berikut:
a. Persepsi lingkungan, yaitu proses bagaimana manusia menerima informasi
mengenai lingkungan sekitarnya dan bagaimana informasi megenai ruang
fisik tersebut di organisasikan ke dalam pikiran manusia.
b. Kognisi spasial, yaitu keragaman proses berfikir selanjutnya,
mengorganisasikan, menyimpan, mengingat kembali informasi mengenai
lokasi, jarak, dan tatanan dalam lingkungan fisik.
c. Perilaku spasial, menunjukkan hasil yang termanifestasikan dalam
tindakan dan respon seseorang, termasuk deskripsi dan preferentasi
personal, repons emosional, ataupun evaluasi kecenderungan perilaku
yang muncul dalam interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya.
1.2.3 Pengaru Suasana Dalam Ruangan
Didalam suatu cakupan lingkungan binaan atau setting suatu tempat, tanpa
disadari memiliki keterkaitan yang erat dan pengaruh timbal balik diantara setting
tersebut dengan prilaku manusia.dalam hal ini apabila terjadi suatu perubahan
setting yang disesuaikan dengan suatu kegiatan, maka secara spontan akan
mempengaruhi prilaku dari pengguna (manusia).
a. Ruang
Ruang adalah suatu sistem lingkungan binaan terkecil yang sangat
penting, karena sebagian besar waktu manusia kini dihabiskan di dalamnya.Hal
yang paling penting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi

16
atau pemakaian dari ruang tersebut.Terdapat dua macam ruang yang dapat
mempengaruhi perilaku.Pertama, ruang yang dirancang untuk memenuhi fungsi
dan tujuan tertentu.Kedua, ruang yang dirancang untuk memenuhi fungsi yang
fleksibel.Masing-masing perancangan fisik ruang tersebut mempunyai variable
independen yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya.
b. Ukuran Dan Bentuk
Pada perancangan ruang, ukuran dan bentuk disesuaikan dengan fungsi
yang akan diwadahi, sehingga perilaku pemakai yang terjadi adalah seperti yang
diharapkan. Ukuran yang terlalu besar atau terlalu kecil akan mempengaruhi
psikologis dan tingkah laku pemakainya.

c. Perabot Dan Penataannya


Perabot dibuat untuk memenuhi tujuan fungsional dan mempengaruhi
perilaku pemakainya.Semakin banyak perabot, ruang terasa semakin kecil,
demikian sebaliknya.Pentaan perabot juga berperan penting dalam mempengaruhi
kegiatan dan perilaku pemakainya.Penataan yang simetris memberi kesan kaku,
teratur, disiplin dan resmi.Sedangkan penataan asimetris lebih berkesan dinamis
dan kurang resmi.Bentuk-bentuk penataan tersebut biasanya disesuaikan dengan
bentuk dan fungsi dari pada ruang.
d. Warna
Warna memainkan peranan penting dalam mewujudkan suasana ruang dan
mendukuing terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Pengaruh warna pada
perilaku tidak selalu sama antara orang satu dengan yang lainnya. Pada ruang,
pengaruh warna tidak hanya menimbulkan suasana panas atau dingin, tetapi
warna juga dapat mempengaruhi kualitas ruang tersebut. Misalnya warna seakan
membuat ruang seolah-olah menjadi lebih luas, lebih sempit, lebih semrawut, dan
warna bisa menunjukkan status sosial pemakainya.
e. Temperatur, Suara, Dan Pencahayaan
Ketiga unsur ini juga mempunyai andil dalam mempengaruhi kondisi
ruang dan perilaku pemakainya. Suara, yang diukur dengan decibel, akan
berpengaruh buruk bila terlalu keras. Hal ini dapat terjadi apabila terdapat dua

17
ruang yang terlalu berdekatan (misal kamar hotel yang terlalu berdekatan akan
mengganggu prifasi). Temperatur berkaitan dengan kenyamanan pemakai ruang.
Ruang yang panas karena kurangnya bukaan atau jendela yang berfungsi sebagai
keluar masuknya udara, akan membuat pemakai kepanasan, berkeringat dan
merasa pengap. Demikian pula dengan pencahayaan.Pencahayaan dapat
mempengaruhi psikologis seseorang. Dalam sebuah ruang, kebutuhan akan
cahaya bersifat mutlak. Baik sebagai pencahayaan (gelap terang) maupun sebagai
penyinaran (memberi kahangatan).Kualitas pencahayaan yang tidak sesuai dengan
fungsi ruang berakibat pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada.
Penerapan warna dalam kasus desain adalah untuk memberikan pengaruh
psikologis terhadap manusia. Pada ruang, pengaruh warna tidak hanya
menimbulkan suasana panas dan dingin tetapi juga mempengaruhi kualitas ruang
tersebut, seperti warna terang akan menjadikan ruang seolah-olah lebih luas dan
sebaliknya (Setiawan, dan Haryadi B, 1996).
1.2.4 Tata Ruang
Ruang sebagai salah satu komponen elemen arsitektur yang berperan
penting dalam mempengaruhi perilaku yang dioperasionalisasikan dalam setiap
kegiatan manusia.Dalam hal ini ruang merupakan salah satu elemen yang tidak
dapat dipisahkan didalam keberlangsungan hidup manusia, yang mencakup
dimensi yang berhubungan dengan gerak tubuh manusia.
Menurut Emanuel Kant, ruang bukan dipandang sebagai sesuatu yang
obyektif, berdasarkan hasil pikiran dan perasaan manusia sebagai pengguna
ruang. Sedangkan menurut Plato, ruang merupakan suatu kerangtka atau wadah
dimana suatu objek dan kejadian tertentu berada.
1.3 Studi Banding
1. Duke Ingtegrative Medicine

Bangunan ini merupakan bangunan yang difungsikan sebagai pusat pelayanan kesehatan,
yang terletak di Durham, Nort Carolina United States.Bangunan ini dirancang pada

18
tahun 2007 oleh Developer Duda / Paine Arhitecs, yang terdiri dari penggabungan
beberapa fasilitas perawatan kesehatan konvensional dan alternatif. Program-program
kesehatan yang difasilitasi adalah program pemulihan psikologis seseorang, psikoterapi,
akupuntur, terapi pijat, dan terapi yoga. Kisaran pasien Rata-rata berkisar antara (60-90
pasien) yang merupakan pasien dengan keadaan stress, depresi, marah,dan mengalami
gangguan perkembangan diri.
Perilaku dari setiap pasien dapat dipelajari dan diterapkan dalamperancangan
bengunan kesehatan ini. Hal-hal yang diterapkan pada bangunan ini sesuai dengan
perilaku dari pasien antara lain :
1. Penggunaan lampu hampir setiap ruang. Lampu mengartikan pusat dariruang dan
mengorientasi pengguna didalamnya. Lampu digunakan untuk mengingatkan mood
dan respon emosional.
2. Pada ruang meditasi, menggunakan lampu yang bervariasi dari segiintensitas
keterangan, dimana dari intensitas tersebut dapat menciptakanrasa ramai dan
meditatif. Penentuan lampu harus mendukung misinyayaitu pendekatan perawatan
kesehatan yang mengkaitkan keseruhan pikiran, tubuh dan jiwa.
3. Perancangan ruang-ruang yang alami dan indah (aristik) untuk mengingatkan mood
seseorang.
4. Perancangan ruang-ruang yang hangat dan lingkungan yang tidak menakutkan untuk
meningkatkan keadaan psikis seseorang diciptakan dengan menggabungkan alam
dengan buatan manusia (Menyatu dengan alam)
5. Penggunaan kaca pada ruang terapi, yoga, meditasi dan lain lain untukmemecahkan
kesan ruang dalam memiliki batas dengan ruang luar, dan dapat meningkatkan
keadaan psikis seseorang dengan melihat viewpemandangan dari pada hanya melihat
dinding massif.

19
2. Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) POTADAS

Fasilitas khusus yang ditujukan bagi anak downsyndrome, ini terletak di Jl. Raya
Medokan Semampir, kecamatan Medokan Semampir, Kelurahan Sukolilo,
Surabaya.bangunan ini dirancang denga menerapkan konsep rumah terapi yang
diterapkan pada keseluruhan bangunan.

Penerapan konsep arsitektur prilaku dapat dilihat pada bvangunan ini diantaranya:

1. Pembagian konsep zoning interior dan eksterior yang dibagi berdasarkan


fungsi serta pelaku.
2. Menyediakan fasilitas yang sepadan dengan prilaku pengguna, yang ditata
berdasarkan prilaku serta kebiasaan pengguna.
3. Penataan jalur sirkulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan prilaku
pengguna
4. Penerapan Dalam aplikasinya massa bangunan dibentuk persegi panjang
yang memiliki sifat stabil, seimbang, dan bersih yang membantu
perkembangan psikologis anak. Untuk atap digunakan bentuk pelana
untuk memunculkan ekspresi „rumah‟.
5. Untuk membantu anak agar tidak mengalami disorientasi arah dan dapat
mengenal bangunan, façade tiap bangunan dibuat berbeda antara
bangunan untuk anak-anak dan untuk dewasa
6. Tiap ruang didesain sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan engan
mengaplikasikan karakter dari warna, bentuk geometri, permainan garis
bentuk ruangan, tinggi plafond dan tinggi jendela.

20
3. Kesimpulan Hasil Studi Banding
Penerapan konsep arsitektur prilaku hakikatnya mengarahkan kita untuk mempelajari
prilaku dan karakteristik dari pengguna.dengan demikian konsep ruang dan bangunan
yang sesuai dapat tercapai.Hal ini dapat diketahui dari penerapan penggunaan warna,
material, sirkulasi, bentuk bangunan serta zonasi yang dibentuk. Kareana pada dasarnya
secara tidak langsung ruang serta isi ruang yang terbentuk akan mempengaruhi prilaku
psikis dari seseorang.
No Penerapan Duke Ingtegrative Rumah Ceria Objek Perancangan
Medicine, Durham
Down Syndrome
(RCDS) Potadas
1 warna Pemilihan warna pada Idetifikasi dari tiap Penerapan pemilihan
tiap ruangan ruangan berdasarkan warna sesuai dengan
mempengaruhi prilaku warna kebutuhan prilaku
pengguna bangunan. pengguna ruang
2 Kaca Pemakaian material Pemakaian material Penyesuaian penggunaan
kaca pada sisi-sisi kaca pada sisi-sisi material kaca sesuai
tertentu dalam ruangan. tertentu dalam ruangan. dengan kebutuhan ruang.
3 Skala Ruang Intim Intim intim
4 Bentuk Gabungan bentuk Penggabungan Penggabungan bentuk2
Bangunan lengkung dengan penjajaran dari bentuk yang simple serta diatur
bentuk persegi –bentuk yang simpel dalam super posisi, dan
juga penggabungan bentuk
lengkung dan bentuk
persegi
5 sirkulasi Sirkulasi pola linear
6 Material Penggunaan material Penggabungan Penggunaan material
alami ramah penggunaan jenis alami dan ramah
lingkungan setempat. material yang diperoleh lingkungan agar tidak
dari material alami dan membahayakan pengguna,
buatan serta material buatan yang
ditempatkan pada

21
beberapa titik bangunan
agar terkesan tidak
monoton.
7 Ruang luar/ area Memanfaatkan area Memanfaatkan area Pengelolaan area terbuka
terbuka terbuka sebagai sarana terbuka sebagai sarana sebagai sarana fasilitas
fasilitas penunjang fasilitas penunjang penunjang
8 Tekstur Tekstur materialnya Tekstur materialnya Tekstur materialnya
lembut serta tidak lembut serta tidak lembut serta tidak
membahayakan membahayakan membahayakan
penngguna bangunan penngguna bangunan penngguna bangunan
9 Zonasi 1. Privat 1. Parker dan 1. Privat
2. Semi Publik loading dock 2. Semi Publik
3. Publik 2. Publik 3. Publik
4. Servis 3. Semi privat 4. Servis
4. privat
Sumber: analisis pribadi

22
BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Tinjauan Umum Lokasi Perancangan


Lokasi perancangan pusat Rehabilitasi Korban Kekerasan Seksual berada di Kota
Kupang Yang juga merupakan daerah ibukota propinsi Nusa Tenggara Timur. Keberadaan
wilayah kota kupang sangatlah strategis karena berada di bagian wilayah paling selatan
propinsi Nusa Tenggara Timur, yang berbatasan langsung dengan Negara Australia Dan
Timor Leste.Berikut merupakan tinjauan umum terkait wilayah Kota Kupang.
3.1.1 Geografis Dan Kondisi Fisik Wilayah
1. Letak Wilayah

Peta administrasi kota Kupang


Sumber: data RTRW Kota Kupang 2011-2031
Secara Geografis wilayah kota Kupang berada pada 10o36‟14”-10o39‟58” Lintang
Selatan dan 123o32‟23”–123o37‟01”Bujur Timur. Dengan dengan luas wilayah mencapai
260,127Km2 atau 26.012,7 Ha, yang terdiri dari luas wilayah daratan 180,27Km2atau
18.027Ha dan Luas wilayah Lautan mencapai 94,79 Km2atau 9.479 Ha.

2. Batas Wilayah
Berdasarkan keberadaan posisi geografis wilayah Kota Kupang memiliki batasan-
batasan wilayah sebagai berikut:
- Utara berbatasan dengan teluk Kupang

23
- Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang
- Barat berbatasan dengan Selat Semau dan Kecamatan Kupang
BaratKabupaten Kupang,
- sedangkan Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nekamese dan
Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
Keberadaan wilayah Kota Kupang Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Kupang (RTRW) dibagi menjadi 6 wilayah kecamatan yang terdiri dari 51 wilayah
kelurahan; diantaranya:
- Kecamatan Alak, Terdiri dari 12 wilayah kelurahan
- Kecamatan Kota Lama, terdiri dari 10 wilayah Kelurahan
- Kecamatan Kota Raja, terdiri dari 8 wilayah Kelurahan
- Kecamatan Oebobo, terdiri dari 7 wilayah Kelurahan
- Kecamatan Kelapa Lima, terdiri dari 5 wilayah Kelurahan
- Kecamatan Maulafa, terdiri dari 9 wilayah Kelurahan

No Kecamatan Luas area (Km2) Presentase

- 1. Alak 86,91 48,21


2. Maulafa 54,80 30,40
3. Oebobo 14,22 7,88
4. Kota Raja 6,10 3,88
5. Kelapa Lima 15,02 8,33
6. Kota Lama 3,22 1,80
(Sumber: Kota Kupang Dalam Angka 2019)
3. Klimatologi
a. Musim
Kota Kupang,diketahui memiliki dua musim saja selama setahun yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Musim kemarau rentan terjadi pada bulan Juni sampai
dengan Septemberhyal ini disebabkan karena adanya arus angin yang berasal dari
Australia dan tidak banyak mengandung uap air. Sedangkan musim hujan terjadi
pada bulan Desember –Maret dimana potensi arus angina cendrung datang dari
benua Asia dan Samudera Pasifik yang banyak mengandung uap air. Keadaan
seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan Mei–Juni

24
dan November–Desember. Wilayah Kota Kupangpada umumnya mempunyai iklim
dan curah hujan yang tidak merata.
b. Suhu Dan Kelembaban Udara
Perbandingan perbedaan suhu udara disuatu tempat pada dasarnya dipengaruhi oleh
perbedaan ketinggian dari permukaan laut serta jarak dari tepi pantai.Rata-rata suhu
udara minimum di Kota Kupang adalah 22,8°C –29,8°C , dimana Suhu udara
maksimum terjadi pada bulan Nopember(34,8°C) dan suhu udara minimum terjadi
pada bulan Agustus(20,5oC. sedangkan Kelembaban udara tertinggi terjadi pada
bulan Januari dan Maret yakni mencapai (89%) dan terendah pada bulan
September yaitu (67%) dengan kelembaban udara tahunan rata-rata 77,67%.
c. Curah Hujan
Keadaan iklim disuatu tempat sangat mempengaruhi tingkat curah hujan yang hendak
terjadi.keadaan topografidan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu,
jumlah curah hujan jadi beragammenurut bulan dan letak stasiun pengamat.
Rata-rata curah hujan di daerah Kota Kupang tertinggi adalah pada bulan
Januari(469,7mm) dan terendah pada bulanAgustus, september, Oktober adalah (0
mm).
No Bulan Temperatur co kelembaban Curah hujan
minimum maximum (mm)
1 Januari 24,2 30,5 87 469,7
2 Februari 23,6 31,0 87 208,1
3 Maret 23,6 31,2 89 332,9
4 April 23,6 33,1 81 72,9
5 Mei 22,5 32,2 77 9,8
6 Juni 22,7 31,6 75 0,0
7 Juli 21,6 31,4 71 3,2
8 Agustus 20,5 32,0 70 0,0
9 September 21,1 33,2 67 0,0
10 Oktober 21,2 33,7 70 0,0
11 November 24,0 34,8 76 7,1
12 Desember 24,8 32,0 82 186,5
Tabel : Rata-rata Temperatur Udara, Kelembaban, Curah hujan, Kota Kupang

25
4. Hidrologi
Keberadaan geografis kota kupang yang sering dijuluki kota karang memiliki kadar air
yang relative minim, sehingga rentan terjadi krisis akan kapasitas air untuk pemenuhan
kebutuhan, karena minimnya ketersediaan kadar air didalam tanah.
5. Geologi
Struktur geologi Kota Kupang dan sekitarnya terutama terdiri atas formasi batu gamping
dan coral dalam satuan otokton, terutama karang berbentuk teras sebagai akibat dari
adanya proses pengangkatan.. Jenis tanah yang terdapat dalam wilayah kota Kupang
secara umum terdiri atas dua jenis tanah yaitu Rhodustalf dan Pellustert dengan reaksi
agak asam sampai netral. Kedua jenis tanah ini berasal dari bahan induk batuan gamping
dan coral.Tingkat kestabilan tanah cukup tinggi sehingga erosi yang terjadi masih dalam
batas yang diperbolehkan.Selain itu terdapat juga setempat-setempat dalam luasan yang
terbatas jenis tanah alluvial sebagai endapan dari daerah daerah sekitar yang lebih tinggi.(
Sumber: Kota Kupang Dalam Angka Tahun 2019 hal 3)
6. Topografi
Kota Kupang pada dasarnya memiliki kondisi topografi ysng terdiri atas daerah pantai,
dataran rendah dan perbukitan. Daerah terendah memiliki ketinggian 0-50 meter dari
permukaan laut rata-rata, sedangkan daerah tertinggi berada di bagian selatan dengan
ketinggian antara 100-350 meter dari permukaan laut. Tingkat kemiringan pada Daerah
pantai di bagaian utara yang berbatasan langsung dengan teluk Kupang tingkat
kemiringan antara 0% sampai 2%, daerah dataran rendah merupakan kawasan di
bagian pesisir, dengan kemiringan antara 2-5%.KotaKupang secara visual
merupakan daerah dataran rendah yang sudah dimanfaatkan pula sebagai lahan
kegiatan usaha seperti sawah tadah hujan, kebun musiman dan semak belukar.

No Kecamatan Ibu Kota Tinggi


Kecamatan

1. Alak Pankase Oeleta 120


2. Maulafa Maulafa 130
3. Oebobo Oebobo 80
4. Kota Raja Naikoten I 90
5. Kelapa Lima Kelapa Lima 50
6. Kota Lama Oeba 30

26
Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Kupang

Sumber: data RTRW Kota Kupang 2011-2031

3.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah

Berdasarkan Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Kupang tahun 2011-2031


sebagaimana tercantu pada pasal 4 huruf b yang meliputi; kebijakan pengembangan
kawasan hutan lindung, kebijakan pengembangan kawasan budidaya, dan kebijakan
pengembangan kawasan strategis.

Kebijakan pengembangan kawasan Kota Kupang dengan fungsi system pusat


pelayanan kota Sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat 2 huruf b, meliputi:

a. Daerah BWK I yang meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima, Kecamatan Kota
Raja, sebagian Kecamatan Kota Lama sebagian Kecamatan Oebobo,
sebagianKecamatan Alak dan sebagian Kecamatan Maulafamemiliki arah
pengembangan sebagai kawasan perdagangan, pangkalan pendaratan ikan (PPI),
kawasan pemerintahan provinsi, kawasan pelayanan kesehatan dan kawasan
permukiman, kawasan pariwisata dan reklamasi pantai dengan intensitas kegiatan
tinggi.
b. Daerah BWK II yang meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima dan sebagian
KecamatanOebobo dan sebagian Kecamatan Kota lama memiliki arah
pengembangan sebagai kawasan pelayanan pemerintahan kota, perdagangan,
pariwisata kawasan pariwisata dan reklamasi pantai dan permukiman dengan
intensitas kegiatan tinggi;

27
c. Daerah BWK III yang meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima, sebagian
Kecamatan Maulafadan sebagian wilayah Kelurahan Liliba di Kecamatan Oebobo
memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan pendidikan tinggi,
perdagangan dan jasa, pusat pelayanan transportasi udara dan darat, kawasan
pariwisata, reklamasi pantai, dan kawasan permukiman kepadatan sedang.
d. Daerah BWK IV yang meliputi sebagian Kecamatan Alak dan sebagian kecil
KecamatanMaulafa memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan
industri,pergudangan, kawasan strategis Monapolitan, pelabuhan perikanan,
pariwisata, reklamasi pantai, permukiman, dan Pusat Listrik Tenaga Diesel Tenau
serta tempat pembuangan akhir sampah;
e. Daerah BWK V yang meliputi sebagian Kecamatan Maulafa serta sebagian
Kelurahan Liliba danKelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo memiliki arah
pengembangan sebagai kawasan pengembangan permukiman kepadatan sedang,
perdagangan dan jasa;
f. Daerah BWK VI yang meliputi Kelurahan Naioni Kecamatan Alak dan Kelurahan
FatukoaKecamatan Maulafa memiliki arah pengembangan permukiman terbatas,
kawasan agropolitan,kawasan pekuburan dan kawasan konservasi untuk kepentingan
resapan air; dan
g. Daerah BWK VII yang meliputi sebagian Kelurahan Sikumana, sebagian Kelurahan
Bello, dansebagian Kelurahan Kolhua di Kecamatan Maulafa dan sebagian
Kecamatan Alak memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan
permukiman terbatas, kawasan agropolitan dan kawasan konservasi untuk
kepentingan pengamanan daerah tangkapan air rencana Bendungan Kolhua

Peta Rencana Pembagian Pola Ruang Wilayah Kota Kupang


Sumber: data RTRW Kota Kupang 2011-2031

28
3.2 Kriteria Pemilihan Tapak
3.2.1 Kriteria Umum
Didalam proses pemilihan lokasi terkait yang menjadi titik perancangan pusat rehabilitasi
korban kekerasan seksual, diharapkan mampu memenuhi beberapa kriteria diantaranya:
- Lokasi berada di daerah yang memiliki kapasitas temperature udara sejuk,
sebagaimana bahwa daearah yang ideal untuk upaya pemulihan salah satunya
adalah daerah yang cendrung sejuk dan tenang, hal ini merujuk pada hukum
Baruch, dalam dunia kedokteran yang mendefinisikan bahwa apabila keadaan
temperature suhu udara lebih rendah dari pada temperature suhu kulit maka akan
terjadi stimulasi yang akan memperlancar aliran darah ke bagian tertentu (otak,
jantung).
- Keberadaan daerah yang relative jauh dari pusat keramaian kota, akan
memberikan dampak yang baik bagi pasien akan terkonsentrasi pada kegiatan
penyembuhan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.
- Jauh dari keramaian aktivitas pariwisata, karena di khawatirkan
akanmenimbulkan banyak efek negatif. Daerah tujuan akan menjadi ramai bila
memasuki musim liburan.
- Memiliki potensi pemandangan (view) yang baik, keberadaan potensi view yang
ndah akan menciptakan sesuatu yang membuat rileks dan tenang dalam enghadapi
kondisi apapun.
- Memiliki lahan yang luas, lahan yang luas akan memberikan efek serta dampak
yang baik bagi para korban, dalam hal ini para korban akan merasa lebih leluasa
yang sebelumnya memiliki perasaan serta gangguan psikologis dengan pemikiran
yang merasa diri terisolasi.

Pertibangan-pertimbangan trersebut diatas merupakan pertimbangan yang akan


dijadikan acuan dalam hal pemilihan lokasi perancangan pusat rehabilitasi di kota
Kupang, sehingga dari aspek psikologis serta tujuan desain dapat terjawab.

29
3.2.2 Kriteria Khusus
Dalam proses pemilihan lokasi site yang akan dibangun, maka perlu adanya
pertimbangan dari beberapa aspek yang menjadi kriteria dasar dalam hal pemenuhan
fungsi perancangan diantaranya:
- Sesuai dengan pembagian RTRW daerah setempat
- Memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau
- Ketersediaan sarana dan prasarana yang relative baik
- Keberadaan lokasi site ytang cukup strategis, sehingga mudah diketahui
3.3 Proses Perancangan
Dalam proses perancangan akan ditelusuri lebih rinci berdasarkan kriteria perancangan
sehingga mampu menjawab kebutuhan dari pada fungsi serta tujuan perancangan yang
sebenarnya, dalam hal ini meliputi identifikasi masalah, pengumpulan dan kompilasi data,
analisis dan sintesis, konsep perancangan, pra perancangan, dan rancangan.
3.3.1 Identifikasi Masalah

Merujuk pada fenomena yang terjadi, pada tahapan ini akan di lakukan identifikasi
mengenai permasalahan yang menjadi dasar perancangan baik dari studi literature maupun
hasil pengamatan dilapangan mengenai kasus kekerasan seksual di kota Kupang, maka
diidentifikasikan beberapa masalah yang menjadi perhatian utama diantaranya,

1. Rentannya terjadi kasus kekerasan seksual di Kota Kupang pada tahun belakangan ini.
2. Ketidaktersediaannya fasilitas khusus yang mampu menolong serta menjadi pusat
pelayanan bagi para korban sehingga tidak mengalami gangguan mental serta
psikologis bagi korban dalam rentan waktu yang berkepanjangan.
3.3.2 Pengumpulan Dan Kompilasi Data
Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini akan dilakukan proses pengumpulan data terkait
terlebih dahulu yang nantinya akan dianalisis lebih lanjut sesuai dengan kriteria terkait
dalam konteks perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual, sehingga dapat
diperoleh sebuah kesimpulan akhir dari hasil analisis yang dikaji. Data yang dibutuhkan
dalam perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual di kota Kupang dengan
pendekatan arsitektur Prilaku, dapat berupa data primer dan data sekunder.

30
1. Data Primer
Pengumpulan data primer merupakan suatu proses pengumpulan data yang diperoleh
secara langsung dari sumber terkait, dicatat untuk pertama kalinya dan berhubungan
langsung dengan permasalahan yang akan diteliti (Nazir, 1991). Teknik pengumpulan
data primer yang akan dilakukan dalam perancangan pusat rehabilitasi korban
kekerasan seksual dengan pendekatan Arsitektur prilaku di kota Kupang yaitu
a. Observasi
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah dan lokasi
perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual, agar bisa memperoleh
data-data mengenai karakteristik lokasi perancangan dan juga, batasan lokasi
serta data-data yang dianggap relevan.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan terhadap pihak- pihak yang terkait dalam
perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual, baik lembaga instasi
pemerintahan, maupun masyarakat umum, agar bisa mendapatkan data-data
penunjang dalam proses perancangan.
c. Dokumentasi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengambilan foto di wilayah dan lokasi
perancangan, agar bisa mengetahui gambaran umum kawasan perancangan, dan
juga dapat dijadikan sebagai sebuah dokumen.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh dari berbagi sumber
referensi dan regulasi mengenai obyek studi.Sumber data diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung.Data-data terkait dapat diperoleh dari buku-buku,
jurnal ilmiah, teks, standar-standar/ pedoman perancangan, dan aturan-aturan
(regulasi). Data sekunder terdiri dari :
a. Data peraturan tata ruang/wilayah yang berlaku, kondisi sosial budaya, kondisi
Iklim, peta kondisi wilayah, serta jaringan dan fasilitas.
b. Studi literatur tentang pemahaman obyek perencanaan, dan pemahaman
tema/pendekatan rancangan.

31
Nama Data Sumber Data Jenis Metode pengambilan data Analisis
data
Data RTRW Kota Dinas Pekerjaan P Pengambilan data dengan Lokasi
Kupang Umum dan Penataan memberikan surat keterangan Perencanaan
Ruang, atau Badan perijinan pengambilan data
Pusat Statistik Kota
Kupang
Data Dinas Pekerjaan P S Pengambilan data secara primer Lokasi
Administrasi, Umum dan Penataan dengan memberikan surat Perencanaan
kondisi fisik Ruang, atau Badan keterangan permohonan
dan sosial Kota Pusat Statistik Kota pengambilan data atau sekunder
Kupang Kupang dengan mencari literatur yang di
tulis langsung oleh kedua sumber
data tersebut
Data eksisting Observasi peneliti P Melalui observasi langsung dengan Lokasi
pada lokasi cara mengambil foto eksisting perencanaan
perencanaan lokasi serta melakukan pengukuran
Data tentang Kantor LPSK Kota P S Pengambilan data secara primer Fasiltas Pada
Kasus Kupang, Lembaga dengan memberikan surat Rancangan
Kekerasan penegak Hukum dan keterangan pengambilan data serta
Seksual HAM, Kantor Polda melakukan wawancara langsung
Kota Kupang, dan atau sekunder dengan mencari
literatur yang berkaitan dengan
data-data tersebut
data tentang LPSK Kota Kupang, P Pengambilan data secara primer Fasiltas Pada
psikologi para dengan memberikan surat Rancangan
korban keterangan pengambilan data serta
terdampak wawancara langsung
Foto dan Kamera Pribadi P S Pengambilan data secara primer Kebutuhan
Dokumentasi dan sekunder, bangunan dan site
perencanaan

32
Buku literature Perpustakaan, toko S Meminjam dengan kriteria yang di Estetika, struktur,
yang membahas buku (yang terdapat di terapkan pada perpustakaan, fungsi, utilitas,
lingkup studi kota Kupang), toko membeli dan menggunakan internet sarana dan
tentang buku online (internet), prasarana
psikologi serta jenis skripsi dan penunjang
prilaku korban jurnal ilmiah yang bangunan, serta
kasus kekerasan relevan tapak bangunan
seksual
literature yang Perpustakaan, toko S Meminjam dengan kriteria yang di Estetika, struktur,
membahas pola buku (yang terdapat di terapkan pada perpustakaan, fungsi, utilitas,
prilaku manusia kota Kupang), toko membeli dan menggunakan internet sarana dan
buku online (internet), prasarana
serta jenis skripsi dan penunjang
jurnal ilmiah yang bangunan, serta
relevan tapak bangunan

Keterangan :P: Data primer S: Data sekunder

3.3.3 Analisis Data


Setelah data yang dibutuhkan telah dikumpulkan maka akan dilakukan proses analisis data
dari hasil penggumpulan terkait, guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan fungsi serta
tema perancangan, maka jenis metoda analisa yang digunakan dalam hal ini mencakup:
1. Analisa Kualitatif
Analisa tersebut dilakukan dengan cara melihat hubungan sebab akibat dan
lingkungan pada perancangan pusat rehabilitasi Korban Kekerasan Seksual di Kota
Kupang,untuk bisa menghasilkan beberapa analisis yang berkaitan dengan:
- Pengelolaan tapak dan sirkulasi
- Organisasi ruang
- Utilitas bangunan
- Struktur dan konstruksi
Analisa menggunakan menggunakan metodependekatan prilaku korban yang
menjadi pengguna bangunan sehingga mampu menghasilkan desain yang baik.
Terdapat 2 hal yang dapat dilakukan dengan transformasi yakni:

33
2. Analisa Kuantitatif
- Membuat perhitungan berdasarkan rumus-rumusmatematika umtuk
memprediksikan jumalah pengguna bangunan pusat rehabilitasi sehingga
kapasitas dari fasiltas dapat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
- membuat perhitungan – perhitungan berdasarkan studi atau standar yang telah
di tentukan yang bersumber dari beberapa sumber lain yang berkaitan dengan
standar perancangan pusat Rehabilitasi guna mendapatkan besaran atau
luasan ruang yang direncanakan dengan berorientasi pada kapasitas dan
kebutuhan dari pengguna.
- Membuat perhitungan berdasarkan studi dan standar untuk mendapatkan
ruang dengan keleluasaan gerak (sirkulasi) yang nyaman bagi civitasnya
dalam melaksanakan kegiatanya.
3.3.4 Konsep Dasar
Pada tahapan ini akan dirincikan mengenai konsep umum perancangan, yang mencakup
arahan perancangan secara umum. Tahapan ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran
secara umum mengenai apa yang akan dirancang baik dilihat dari segi fungsi maupun
bentuk.
3.3.5 Konsep Perancangan
Tahapan ini akan menympulkan serta mengkaji semua hasil analisis yang telah dilakukan
untuk bisa menghasilkan konsep perancangan yang berisikan mengenai detail-detail
perancangan, yang meliputi konsep bentuk dan massa bangunan, konsep zonasi, konsep
ruang luar, konsep tapak, konsep struktur serta fasilitas yang menjadi poin perancangan
secara menyeluruh.
3.3.6 Pra Perancangan
Pada tahapan ini akan dilakukan pemetaan rancangan awal dari hasil analisis tapak,
sehingga bisa mengetahui secara gambaran umum dari rancangan yang akan dihasilkan
(scematic design).
3.3.7 Rancangan
Rancangan merupakan tahapan akhir dari proses perancangan sebagai hasil daripada
pengkajian data serta analisis yang dilakukan, yang dapat dihasilkan melalui:
1. Gambar Rancangan

34
Pada tahap ini dilakukan proses gambar rancangan sesuai dengan kosep dan hasil dari
pra rancangan. Gambar yang dihasilkan adalah denah, tampak, potongan, rencana-
rencana, detail-detail, 3D desain interior, dan 3D desain eksterior.
2. Maket
Setelah tahapan gambar rancangan selesai, tahapan terakhir adalah pembuatan maket
rancangan. Tujuannya adalah menhgasilkan miniatur dari rancangan yang dapat
menggambarkan dengan detail keseluruhan rancangan. Maket yang dihasilkan harus
sesuai dengan gambar rancangan yang telah dibuat.
3.3.8 Proses dan Metode Perancangan
Bagan kerangka perancangan

d IDENTIFIKASI MASALAH GAGASAN RANCANGAN TUJUAN SERTA SASARAN


RANCANGAN

DATA ANALISIS DATA (FISIK DAN NON FISIK) REDUKSI SINTESIS

PRA
PERANCANGAN

DESAIN

Tabel proses dan metode perancangan

Proses Metode Perancangan


Perancangan
Identifikasi mencari isu-isu permasalahan yang menjadi topic hangat yang sering
Masalah terjadi dan perlu dicari jalan keluarnya agar permasalahan yang ada
bisa diatasi. Pencarian dilakukan melalui browsing artikel dalam
internet, Koran, majalah serta media elektronik lainnya.

35
Penggagasan Pengajuan gagasan yang mampu mengimbangi kesinambungan isu
rancangan terkait dengan mengemukakan pendapat/ argument yang
kuat.dilakukan dengan mengajukan argument prospek dan fisibilitas
rancangan.
Tujuan Dan menjelaskan mengenai untuk apa tujuan objek perancangan ini
Sasaran dibangun, serta apa yang menjadi chiri fisik bangunan serta
memperhitungkan fungsi banguynan bagi pengguna.
Pengumpulan Mengumpulkan data sebanyaknya yang dibutuhkan, mengenai tipologi
Informasi Dan objek, site dan tema, yang diambil dari hasil pengamatan langsung
analisis data terkait serta hasil wawancara dan juga dari hasil studi literature dan studi
lapangan, yang kemudian akan dianalisa menjadi beberapa pilihan/
alternative rancangan.
Reduksi Menyimpulkan serta memutuskan yang menjadi alternative terpilih,
baik melalui seleksi alternative terbaik maupun kombinasi dari
alternative yang ada.

Sintesis Memadukan alternative-alternatif terpilih dari proses reduksi objek,


tapak dan tema sehingga menjadi konsep rancangan, yang mencakup
konsep programatik dan konsep gubahan massa.
Pra Perancangan Pada tahapan ini akan dilakukan pemetaan rancangan awal dari hasil
analisis tapak, sehingga bisa mengetahui secara gambaran umum dari
rancangan yang akan dihasilkan (scematic design).
Desain Tranformasi konsep dari proses sebelumnya menjadi desain.
Dilakukan dengan metode digital menggunakan komputer
dengan alat bantu berupa aplikasi arsitektur (AutoCAD,
Sketchup dll) guna mendapatkan hasil yang sesuai yang kemudian di
buat dalam bentuk maket sebagai produk akhir.

36
BAB IV
DESKRIPSI TAPAK DAN FASILITAS
4.1 Tapak Perancangan
Dalam proses perancangan suatu kawasan dengan fungsi sebagai fasilitas yang
difungsikan untuk orang-orang berkebutuhan khusus dalam hal ini Pusat Rehabilitasi
Korban Kekerasan Seksual, perlu dilakukan suatu pendekatan kriteria dalam proses
pemilihan tapak. Hal ini dipertimbangkan demi menciptakan suasana yang nyaman serta
mampu mendukung keberadaan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual beserta fasilitas
pendukungnya. Adapun beberapa faktor yang menjadi focus serta dasar pertiumbangan
pemilihan lahan diantaranya:
a. Sesuai dengan peruntukan lahan yang tercantum dalam RTRW tahun 2011-2031 yang
telah ditetapkan oleh pemerintah kota setempat.
b. Ketersediaan aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi yang mudah
dijangkau dengan mudah oleh masyarakat umum, serta tersedia infrastruktur dan
fasilitas dengan mudah.
c. Memiliki utilitas publik dalam menunjang kebutuhan fungsi perancangan, dalam hal ini
pusat rehabilitasi sangat membutuhkan utilitas air bersih, tempat pembuangan air kotor/
limbah, dan juga jaringan telepon dan listrik.
d. Keadaan topografi dan kontur tanah,dalam hal ini perancangan pusat rehabilitasi sangat
berpengaruh terhadaap kontur tanah yang berpengaruh terhadap pemilihan struktur yang
akan digunakan.
e. Bebas dari kebisingan, asap, uap serta gangguan eksternal lainnya yang dapat
mengganggu kenyamanan pengguna, dalam hal ini perancangan pusat rehabilitasi untuk
korban kekerasan seksual, yang mana korban/pasien sangat membutuhkan udara yang
bersih serta lingkungan yang tenang dalam proses pemulihan psikologi pasien.

4.1.1 Alternatif Tapak Perancangan

Alternatif tapak 1:

Lokasi alternative tapak I yang dipilih dalam perancangan pusat rehabilitasi


korban kekerasan Seksual Di Kota Kupang Terletak di Jln. Bundaran PU, Kel. Tuak
Daun Merah, Kec. Oebobo, Kota. Kupang. Dengan luasan lahan: 105.347,56 m2

37
(1.133.951,69 ft2). Berdasarkan pemeetaan pola ruang lokasi berada pada zona BWK II
yang merupakan area pemukiman dengan kepadatan sedang.

Karakteristik Lokasi Yang Dipilih:

a. Pada lokasi memiliki jarak tempuh ke pusat kota berkisar antara 9 sampai 11
menit (kurang dari 30 menit).
b. Akses menuju lokasi dapat di tempuh melaui Jalan Bundaran PU yang
merupakan jalan arteri primer dan juga dapat ditempuh melaui jalan
lingkungan, sehingga akses menuju lokasi dapat dijangkau dengan mudah.
c. Kondisi topografi pada lokasi relatif datar dengan permukaan tanah gersang
yang didominasi oleh batu karang dan semak-semak.
d. Pada umumnya ketersediaan infrastruktur pada lokasi sudah memadai sesuai
standar SNI.
e. Letak lokasi cukup menguntungkan karena berada dekat dengan fasilitas
umum, seperti hotel, sekolah, perguruan tinggi, kampus, pusat belanja, rumah
sakit dan fasilitas umum lainnya.
f. Keadaan topografi yang relatif datar dan tidak berkontur
g. Jarak Ke TPA relative Dekat

38
Alternatif Tapak 2:

Lokasi yang dipilih dalam alternatif tapak, sebagai alternative 2 berada di Jln.
Frans Seda no 8 , Kec. Oebobo, Kota. Kupang. Dengan luasan lahan: 20.990 m2.
Berdasarkan pemeetaan pola ruang lokasi berada pada zona BWK II yang merupakan
area pemukiman dengan kepadatan sedang.

Karakteristik Lokasi Yang dipilih:

1. Berdasarkan pemeetaan pola ruang lokasi berada pada zona BWK II yang
merupakan area pemukiman dengan kepadatan sedang.
2. Dapat di tempuh melaui Jalan Frans Seda yang merupakan jalan arteri sekunder
dan juga dapat ditempuh melaui jalan lingkungan, sehingga akses menuju lokasi
dapat dijangkau dengan mudah.
3. Keberadaan kontur tanah yang relative rata
4. Keberadaannya tidak terlalu jauh dari pusat kota
5. Penyediaan sarana dan prasarana yang relatif memadai

1.4.2 Penilaian Dan Penentuan Tapak Perancangan

Berdasarkan ke dua alternative tapak diatas maka dibuat suatu kajian alternative
tapak perancangan guna memilih lokasi tapak yang akan digunakan sebagai lokasi
perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual, diantaranya:

39
SKOR
No Kriteria Dasar Pertimbangan ALTERNATIF
1 II
1 Lokasi Luas tapak yang sesuai dengan bangunan 3 2
Penyebaran pusat rehabilitasi 2 2
Kontur tanah 3 3
Fasilitas parkir 3 3
2 Peraturan Peruntukan RTRW 4 4
Peraturan Setempat 4 4
3 Aksesibilitas Pelayanan Transportasi Umum 4 3
Strategis Mudah Dicapai 4 4
Terletak Pada Jl. Arteri Primer 4 3
Pencapaian Bagi Pejalan Kaki Dan Kendaraan 4 3
4 Lingkungan Tersedianya utilitas publik 4 4
Pengelolaan kesehatan lingkungan 4 4
Bebas dari kebisingan asap, uap dan gangguan lain. 3 3
Bobot 46 42
nilai
hasil Terpilih
Keterangan penilaian lokasi:

2 : Kurang baik

3 : Cukup Baik

4 : Baik

4.2 Deskripsi Tapak Perancangan Terpilih


a. Klimatologi (iklim dan suhu, orientasi matahari, arah angin, curah hujan)
Berdasarkan analisa hasil pemilihan lokasi tapak perancangan terpilih dipengaruhi
oleh iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson dengan 2 musim, yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai dengan
November dan musim penghujan terjadi antara bulan Desember sampai dengan
Maret. Curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.589 mm, suhu udara berkisar antara
23ºC sampai dengan 34º C, dengan kelembaban udara rata-rata 77 %.

40
b. Geologi (Tanah, Batuan dan Hidrologi )
Tanah diwilayah Kota Kupang secara umum terbentuk dari bahan karst dan bahan
non vulkanis. Hal tersebut ditunjukan oleh terdapatnya bahan-bahan
mediteran/rencina/litosol hampir diseluruh wilayah kecamatan di Kota Kupang.
Menurut USDA (United States Department Of Agriculture) jenis tanah mediteran
memilki kemampuan menahan dan mengikat air yang tinggi. Hal ini baik untuk
menanggapi kondisi wilayah Kota Kupang yang kering dan krisis akan air bersih
pada masa kemarau
c. Topografi
Secara topografi Kota Kupang terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan
perbukitan. Karena lokasi tapak perancangan termasuk dalam dataran rendah maka
kemiringannya antara 2- 15 % dalam hal ini relative tidak berkontur.
d. Sarana Dan Prasarana
Pada tapak perancangan yang terpilih diketahui telah terdapat beberapa sarana dan
prasarana yang relatif memadahi, dalam hal ini bisa dilihat dari keberadaan lokasi
site yang berada tepat berdekatan dengan sarana TPA pada lokasi dan juga prasarana,
seperti PDAM, jaringan listrik yang baik dan jaringan telepon yang jelas.
4.3 Fasilitas Rancangan
Dalam perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual, di kota Kupang dengan
arsitektur perilaku sebagai tema perancangan terpilih yang menjadi aspek penting dalam
merespon kebutuhan serta menjawab fungsi dari perancangan dengan mempertimbangkan
kebutuhan serta kebiasaan/ pola prilaku pasien (korban kekerasan seksual) maka diperoleh
beberapa fasilitas pelayanan khusus yang akan disediakan yaitu, fasilitas perawatan dan
pemulihan, fasilitas perkantoran, dan juga fasilitas ruang luar yang difungsikan sebagai
sirkulasi dan area terbuka hijau.
1. Fasilitas Penerimaan awal
- Lobby
- Ruang informasi
- Ruang administrasi
- Ruang periksa awal
- Ruang tunggu

41
- Ruang konsultasi
- Ruang diagnose/assemen
- Ruang dokter & konselor
- Lavatory
2. Fasilitas perawatan dan pemlihan
a. Kegiatan rehabilitasi rawat jalan
- Hall
- Ruang pendaftaran
- Ruang tunggu
- Ruang check up
- Ruang terapi individual
- Ruang terapi kelompok
- Ruang pemberian obat
- Ruang penyimpanan
- Kemanan
- Lavatory
b. Kegiatan rehabilitasi medis
- Hall
- Ruang tunggu
- Laboratorum
- Ruang periksa internal
- Ruang detoksifikasi
- Ruang pelayanan test uin
- Ruang farmasi
- Ruang penyimpanan jenazah/mortuary
- Apotek
- Lavatory
- Ruang arsip
- Gudang
- Ruang panel

42
c. Kegiatan instalasi gawat darurat
- Loading dock
- Tindakan IGD
- Ruang bedah
- Ruang rawat IGD
- Ruang jaga perawat
- Ruang dokter jaga
- Pantry
- Lavatory

d. Kegiatan perawatan umum


- Ruang perawatan (inap)
- Ruang istirahat dokter
- Ruang perawat
- Ruang jaga perawat
- Laundry dan linen
- Dapur umum
- Pantry
- Ruang tunggu
- Mushola
- lavatory
e. kegiatan Rehabilitasi Sosial
- hall
- Ruang terapi individu
- Ruang terapi kelompok outdoor
- Ruang terapi kelompok indoor
- Ruang terapi emosional
- Ruang ibadah
- lavatory
f. kegiatan Rehabilitasi Lanjut
- hall

43
- ruang terapi vokasional
- ruang konseling
- ruang kunjungan
- ruang terapi fisik
- ruang konselor
- lavatory
3. fasilitas penginapan/ asrama
- ruang tidur rehabilitan
- ruang tidur pengelola asrama
- perpustakaan dan ruang belajar
- ruang ibadah
- ruang rekreasi
- ruang staf
- dapur
- lavatory
- tempat cuci dan jemur
4. fasilitas kegiatan administrasi
- ruang pimpinan
- ruang kerja staf
- ruang dokter
- ruang rapat
- ruang dokumentasi
- ruang data dan informasi
- ruang loker
- lavatory
5. fasilitas service
- pos keamanan
- area parkir
- loading dock
- ruang genset
- gudang

44
- ruang panel
- ruang AC Sentral
- ruang control cctv
- ruang petugas kebersihan
6. fasilitas penunjang
- ruang kunjungan
- asrama tamu
- perpustakaan
- ATM
- area olahraga
- aula
- kebun
- amphi theatre
- auditorium
- gazebo
- plaza dan taman

45
BAB V

ANALISIS DAN PEMROGRAMAN

5.1 Analisis Pelaku, Kegiatan, Dan Kebutuhan Ruang

5.1.1 Analisis Pelaku dan kegiatan


Berdasarkan fungsi perancangan serta studi yang dilakukan maka pelaku yang
relative terlibat aktif pada perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual di
kota Kupang adalah
a. Rehabilitant (pasien)
 Rehabiltan Rawat Jalan
Rehabilitant rawat jalan, merupakan rehabilitan korban kekerasan seksual
yang memiliki tingkat gangguan psikologis karena terdampak korban kekerasan
seksual rendah, dalam hal ini tidak mengalami gangguan pasca trauma, serta
gangguan psikologis yang terlalu serius. Disamping itu rehabilitant rawat jalan
yang dimaksud juga merujuk pada rehabilitant yang berdasarkan prtimbangan
tertentu lebih memilih untuk melakukan penyembuhan rawat jalan.
 Rehabilitan Rehabilitasi Menyeluruh
Rehabilitan rehabilitasi menyeluruh yang dimaksud merujuk kepada
rehabilitant korban kekerasan seksual yang dengan sukarela mengikuti program
yang direncanakan, dalam hal ini demi penyembuhan, dan kenyamanan
rehabilitant dari apa yang dideritannya. Selain itu juga merujuk kepada
rehabilitant yang dirujuk dari instansi-instansi tertentu yang bekerja sama dengan
pihak rehabilitasi. Dalam hal ini rehbilitan yang akan di tangani biasanya mulai
dari rehabilitant dengan gangguan psikologis yang sedang sampai tinggi.
 Rehabilitan Gawat Darurat
Rehabilitant gawat darurat yang dimaksud merujuk kepada rehabilitant
yang datang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan perlu ditangani
secara serius, hal ini menyebabkan rehabilitant tersebut perlu mendapatkan
penanganan dan diharuskan rawat inap selama belum memutuskan untuk
menjalani rawat jalan, atau mengikuti program rehabilitasi menyeluruh.

46
b. Pengelola
 Kepala pusat Rehabilitasi
 Pengelola rehabilitasi medis
 Pengelola rehabilitasi sosial
 Pengelola rehabilitasi lanjut
 Pengelola asrama
 Administrasi dan pendaftaran (tata usaha)
 Pengelola servis
 Pengelola keamanan
c. Pengunjung
Pengunjung pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual dikelompokan menjadi
pengunjung rehabilitant rawat inap dan pengunjung rehabilitant asrama. Hal ini perlu
dibedakan mengingat tingkan keamanan dan kenyamanan serta pola perilaku dari
masing-masing rehabilitan berbeda menurut perawatan yang sedang ia jalani.
Disamping itu juga terdapat pula kunjungan formal dan semi formal yang terbuka
untuk umum (riset/ penelitian, pers, instansi luar) yang sesuai dengan peraturan
maupun perjanjian, serta persetujuan dari pusat rehabilitasi.
d. Pelaku kegiatan lain
Pelaku kegiatan lain yang dimaksud dalam perancangan pusat rehabilitasi korban
kekerasan seksual ini, merujuk kepada pelaku yang berhubungan dengan kegiatan
servis seperti pemasok bahan makanan, pemasok untuk bidang latihan kerja, dll.
5.1.2 Analisis Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang terjadi didalam pusat rehabilitai korban kekerasan seksual
yang direncanakan:
a. Rehabilitan
Berdasarkan jenis aktifitas yang terjadi didalam perancangan pusat rehabilitasi
korban kekerasan seksual, dapat dibedakan menjadi tiga kategori rehabilitant,
diantaranya:
- Rehabilitant Rawat Jalan
Rehabilitant rawat jalan, merupakan rehabilitan korban kekerasan seksual
yang memiliki tingkat gangguan psikologis rendah, dalam hal ini tidak

47
mengalami gangguan pasca trauma yang berat dan serius. Pola kegiatan yang
terbentuk diantaranya:

Skema 5.1 Alur Rehabilitan Rawat Jalan


(sumber: analisis penulis)

- Rehabilitant Gawat Darurat


Merupakan pasien yang datang dengan tingkatan gangguan psikologis yang
tinggi, serta mengalami pasca trauma yang relative berke[ancangan, sehingga
perlu dilakukan penanganan dengan sigap. Pola kegiatan yang terbentuk
diantaranya:

Skema 5.2 Alur Rehabilitan Gawat Darurat


(sumber: analisis penulis)

- Kegiatan Rehabilitan Menyeluruh / Asrama


Merupakan Pasien rehabilitant yang dengan sukarela maupun rujukan
menjalani proses rehabilitasi. Perbedaan dengan rehabilitant lainnya dimana
rehabilitant menyeluruh ditempatkan pada asrama yang sudah disediakan
sebagai wadah proses penyembuhan.

48
Skema 5.3 Alur Rehabilitan Menyeluruh
(sumber: analisis penulis)

b. Pengunjung/ keluarga Pasien

Skema 5.4. Alur Pengunjung/ Keluarga pasien


(Sumber: analisis penulis)

c. Dokter Internal (Pemeriksaan Kondisi Fisik Pasien)

Skema 5.5 Alur dokter Internal


(Sumber: analisis penulis)

49
d. Dokter Psikater (memeriksa keadaan psikologis)

Skema 5.6 Alur Psikeater


(Sumber: analisis penulis)

e. Pembimbing Sosial (membimbing pasien mengikuti terapi)

Skema 5.7 Alur Kegiatan Pembimbing Sosial


(Sumber: analisis penulis)

f. Psikolog (mengefaluasi perkembangan pasien)

Skema 5.8 Alur Kegiatan Psikolog


(Sumber: analisis penulis)

50
g. Perawat (Merawat Pasien)

Skema 5.9 Alur Kegiatan Perawat


(Sumber: analisis penulis)

h. Rohaniwan (Memberikan Bimbingan Agama)

Skema 5.10 Alur Kegiatan Rohaniwan


(Sumber: analisis penulis)

i. Pengajar (Memberikan Bimbingan Khusus)

Skema 5.11 Alur Kegiatan Pengajar


(Sumber: analisis penulis)

51
j. Ahli Farmasi (menyediakan obat bagi pasien)

Skema 5.12 Alur Kegiatan Ahli Farmasi


(Sumber: analisis penulis)

k. Petugas Servis (Memberikan pelayanan kepada pusat rehabilitasi)

Skema 5.13 Alur Kegiatan Petugas Servis


(Sumber: analisis penulis)

l. Instruksi Pelatih Kerja (Membimbing terapi vokasional)

Skema 5.14 Alur Kegiatan Instruksi Pelatih Kerja


(Sumber: analisis penulis)

52
m. Pembantu Instruktur (membantu instruktur)

Skema 5.16 Alur Kegiatan pembantu Instruktur


(Sumber: analisis penulis)

5.1.3 Analisis Kebutuhan Ruang


Berdasarkan analisis pelaku serta kegiatan dari pelaku yang ada di dalam pusat
Rehabilitasi maka diperoleh jenis kebutuhan ruang yang akan terbentuk diantaranya
sebagai berikut:
No Pelaku Spesifikasi Perilaku Kegiatan Kebutuhan Ruang
Kegiatan
1 Rehabilitan Masuk Hall Penerima
Rawat Jalan Mengurus Pendaftaran & ADM R. Pendaftaran
Periksa Kesehatan Umum R. Check Up
Menunggu Hasil Lobby/R. Tunggu
Test Urin R. Lab
Test Psikologis R. Psikeater
Pemberian Obat Apotek/ R. Pemberian
Obat
Tahapan Rehabilitasi Sosial R. Terapi Individu/
Kelompok
2 Rehabilitan Masuk Hall Penerima
Gawat Pertolongan Pertama R. Penanganan IGD
Darurat Perawatan Intensif R. Perawatan
Periksa Internal R. Periksa Internal
Periksa Psikologis R. Periksa Psikologis
Menunggu Hasil R. Tunggu

53
Program Rehabilitasi R. Perawatan
3 Rehabilitan Rehabilitasi Masuk Hall/ Lobby
Umum / Medis Periksa Umum R. Periksa Umum
Asrama Periksa Internal R. Periksa Interna
Rehabilitasi Masuk Hall Penerima
Sosial Terapi Psikologis R. Terapi Psikolopgis
Terapi Religius R. Ibadah
Terapi Emosional R. Terapi Emosional
Istirahat R. Rekreasi/ R. Tidur
Metabolisme Lavatory
Rehabilitasi Terapi Vokasional R. Terapi Vokasional
Lanjut  Computer  R. Computer
 Menjahit/Menyulam  R. Menjahit
 Seni Lukis  R. Studio Lukis
 Fotografi  R. Fotographi
Seminar Dan Konseling
 Seminar Umum  Audiotorium
 Konseling  R. Konseling
Terapi Fisik R. Terapi Fisik, Taman,
Gazebo
Metabolisme Lavatory
4 Pengelola Dokter Masuk / Keluar Klinik Hall Penerima
Medis Umum Memeriksa Rehabilitan R. Periksa Umum
Menerima Tamu R. Tamu
Istirahat R. Istirahat Dokter
Ibadah Mushola Dll.
Metabolisme Lavatory
Dokter Masuk/Keluar Klinik Hall Penerima
Interna Cek Organ R. Periksa Interna
Masuk/ Keluar Asrama Hall/ Selasar Asrama
Menerima Tamu R. Tamu
Istirahat R. Istirahat Dokter
Ibadah Mushola, Dll

54
Metabolisme Lavatory
Perawat Masuk / Keluar Klinik Hall Klinik
Umum Merawat Rehabilitan R. Perawatan
Menjaga Rehabilitant R. Jaga Perawat
Pendataan Rehabilitant R. Arsip
Istirahat R. Istirahat Perawatan
Ibadah Mushola, Dll
Metabolisme Lavatory
Apoteker Masuk/ Keluar Klinik Hall Klinik
Mengambil Obat R. Farmasi
Meracik Obat R. Racik Obat
Menerima Tamu R. Tamu
Istirahat R. Istirahat
Ibadah Mushola, Dll
Metabolisme Lavatory
Asisten Masuk/Keluar Klinik Hall Klinik
Apoteker Mengambil Obat R. Farmasi
Membantu Meracik Obat R. Racik Obat
Pendataan Obat R. Arsip
Menyimpan Obat R. Farmasi
Istirahat R. Istirahat
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
5 Pengelola Psikolog Masuk/ Keluar Klinik Hall Klinik
Rehabilitasi Konsultasi R. Konsultasi Psikologis
Sosial Masuk/ Keluar Asrama Hall/ Selasar Asrama
Menerima Tamu R. Tamu
Istirahat R. Istirahat
Ibadah Mushola, Dll
Metabolisme Lavatory

Asisten Masuk/ Keluar Hall/ Klinik


Psikologma Mendampingi Konsultasi R. Konsultasi Psikolog

55
Pendataan Rehabilitan R. Arsip
Masuk/ Keluar Asrama Hall/ Selasar Asrama
Istirahat R. Istirahat
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
Pendamping Datang Hall
Agama Pemberian Terapi/ Ceramah Masjid, Dll
Masuk/ Keluar Asrama Hall/Selasar Asrama
Istirahat Istirahat
Ibadah Mushola, Dll
Metabolisme Lavatory
Emosional Datang Hall
Terapi Pemberian Terapi R. Terapi Emosional
Masuk/ Keluar Asrama Hall/ Selasar Asrama
Istirahat R. Karyawan
Ibadah Mushola, Dll
Metabolisme Lavatory
6 Pengelola Vokasional Datang Hall
Rehabilitasi Terapi Pemberian Pelatihan Kerja R. Pelatihan, Aula
Lanjut (Pelatihan Istirahat R. Istirahat
Kerja Ibadah Mushola, Dll
Terampilan) Metabolism Lavatory
Konselor Datang Hall
Persiapan Semianar R. Persipan
Ceramah Auditorium
Konseling R. Terapi
Istirahat R. Istirahat
Ibadah Mushola,Dll
Metabolisme Lavatory
Instruktur Datang Hall
Olahraga Persiapan R. Karyawan
Keg. Terapi Fisik R. Terapi Fisik,
Lapangan

56
Istirahat R. Karyawan
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
7 Pengelola Ibadah Mushola Asrama
Asrama Persiapan K. Tidur
Pendataan Rehabilitan Kantor, R. Arsip
Pengarahan Kegitatan R. Kelas
Evaluasi Kegiatan R. Rekreasi
Makan R. Makan/ R. Rekreasi
Istirahat K. Tidur
Metabolism Lavatory
8 Pengelola Datang Hall
ADM. & Persiapan R. Kantor
Manajemen Penerimaan Rehabilitan R. Penerimaan
Istirahat R.Karyawan
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
9 Kepala Datang Hall
Pusat Persiapan R. Kepala
Rehabilitasi Pengecekan Lapangan Selasar Asrama
Penandatanganan Dokumen R. Kepala
Rapat R. Rapat
Istirahat R. Istirahat
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
10 Pengelola Datang Hall
Servis Persiapan R. Servis
Membersihkan Hall, Selasar
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Km/Wc
Istirahat R. Servis
11 Pengelola Datang Hall
Keamanan Persiapan R. Servis

57
Pengamanan/ Jaga Pos Jaga
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
Istirahat R. Servis
12 Pengunjung Keluarga Masuk/ Keluar Hall
Pendaftaran R. Pendaftaran
Menunggu R. Tunggu
Bertemu Rehabilitant R. Kunjungan
Konseling Keluarga R. Konseling Keluarga
Istirahat Asrama Tamu
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
Instansi Masuk/ Keluar Hall
Sosial, Pendaftaran R. Pendaftaran
Penelitian Menunggu R. Tunggu
Dll Wawancara R. Kunjungan
Menginap Asrama Tamu
Ibadah Mushola, Dll
Metabolism Lavatory
13 Pelaku Masuk/ Keluar Hall
Kegiatan Melakukan Kegiatan R. Kegiatan
Lain Metabolisme Lavatory
Tabel 5.1 Analisis Kebutuhan Ruang

Sumber : analisis penulis

5.2 Pemrograman Ruang

Dalam perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual, tinjauan analisis


program besaran ruang yang diperoleh dari hasil analisis pola aktifitas pelaku serta
kebutuhan ruang berdasarkan aktifitas pelaku, mengacu kepada standar yang menjadi dasar
pertimbangan penentuan besaran luasan ruang., diantaranya:

 Kapasitas serta jenis kegiatan yang mewadahi


 Kebutuhan flow sebagai hasil studi yang mewadahi

58
 Standar luasan unit fungsi yang telah ditentukan
Dalam penetuan luasan ruang yang dilakukan juga besumber dari beberapa data yang
menjadi sumber perhitungan, diantaranya:
 Data Arsitek (DA)
 Time Saver Standards (TSS)
 Asumsi (AS)
Kegiatan penerimaan awal
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 Hall / Lobby 30 Orang 1,67 M2/Orang DA 50 M2


2 R. Informasi 2 Orang R. Kerja (4,5 M2/Orang) TSS 9 M2
2 Rak Dok R.Arsip AS 8 M2
3 R. Administrasi 4. Orang R.Kerja (4,5 M2/Orang) TSS 18 M2
6 Orang R. Duduk (2,5 M2/ Orang) TSS 15 M2
4. Rak Dok. R.Arsip AS 16 M2
4 R. Pemeriksaan 1 Pasien, 1 R. Kerja (16 M2/Orang) 32 M2
Awal Perawat DA
5 R. Tunggu 20 Orang R. Duduk (2,5 M2/Orang) TSS 50 M2
6 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 M2/Orang) 30 m2
perempuan Wc (2,5m2/Orang) DA
Sirkulasi 30%
Jumlah 228 m2
Sirkulasi 40 % 91,2 m2
Total luasan 319,2 m2

Kegiatan Rehabilitasi Rawat Jalan


No Kegiatan Jumlah Standar Luasan Sumber Total
Pelaku/ Luasan
Kapasitas
1 Hall / Lobby 10 Orang 1,67 M2/Orang DA 16,7 M2
2 R. pendaftaran 2 Orang R. Kerja (4,5 M2/Orang) DA 9 M2

59
R. duduk (2,5 M2/ Orang) TSS 8 M2
3 R. Tunggu 10 Orang R. duduk (2,5 M2/ Orang) TSS 25 M2
4 R. Check Up 3-4 orang R. Periksa, Tempat Tidur, AS 20 M2
Meja, Kursi, Rak Arsip
5 R. Terapi Individual 2-3 Orang 4 Modul Berdiri (2,25 DA 9 M2
m2/orang), almari, meja,
kursi,
6 R. Terapi Kelompok 10-15 Orang 18 Modul Duduk (0,8 x DA 7,68 M2
0,6 m2/orang), meja,
7 R. Pemberian Obat 2 orang 2 Modul Duduk (0,8 x 0,6 AS 0,96 M2
m2/orang), meja,
8 R. Penyimpanan 2 Orang 2 Storage (6,1 m2/Orang) DA 12,2 M2
6 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 M2/Orang) 30 m2
perempuan Wc (2,5m2/Orang) DA
Sirkulasi 30%
Jumlah 138,54
m2
Sirkulasi 40 % 55,416
m2
Total luasan 193,956
m2

Kegiatan Rehabilitasi Medis


No Kegiatan Jumlah Standar Luasan Sumber Total
Pelaku/ Luasan
Kapasitas
1 Hall / Lobby 30 Orang 1,67 M2/Orang DA 50 M2
2 R. pendaftaran 2 Orang R. Kerja (4,5 M2/Orang) DA 9 M2
R. duduk (2,5 M2/ Orang) TSS 5 M2
3 R. Tunggu 10 Orang R. duduk (2,5 M2/ Orang) TSS 25 M2
4 R. periksa interna 2 Orang 30 m2/ Unit DA 60 M2
5 r. Periksa Psikologi 3 orang r. kerja, 14,5 m2/orang AS 43,5 M2

60
6 r. periksa umum 2 orang r. kerja, 32 m2/orang DA 64 M2
7 R. Pelayanan test 2 orang r. kerja, 32 m2/orang AS 64 M2
urine
8 R. Farmasi 3 orang , Storage 6 m2/orang DA 18 M2
9 R. Penyimpanan r. penyimpanan jenazah Depkes 20,25 M2
Jenazah (storage)
r. kereta, (2 buah kereta) Depkes 13,5 M2
r. petugas 16m2/orang AS 16 M2
10 Apotek 10-15 Orang r. pembelian obat DA 32 M2
r. racik obat (storage 6 20 M2
m2/unit)
R. Tunggu (T. duduk 2,5 25 M2
M2/ Orang)
11 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 M2/Orang) 30 m2
perempuan Wc (2,5m2/Orang) DA
Sirkulasi 30%
12 R. Arsip 4 rak buku Storage (6,1 m2/unit) AS 24,4 M2
13 Gudang Storage (6,1 m2/unit) AS 35 M2
15 R. Panel Simpan alat AS 16 M2
Jumlah 569,4 m2
Sirkulasi 40 % 227,76
m2
Total luasan 797,16
m2

Kegiatan Perawatan Umum


No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 R. Perawatan Inap 20 rehabilitan 16 m2/ rehabilitan DA 320 M2


2. R. Istirahat Dokter 6 Orang R. kerja (16 DA 96 M2
m2/orang)
3 Ruang perawat R,Duduk, Tempaat 20 m2 AS 20 M2

61
Ganti, Sofa, almari
4 R. Jaga modul berdiri 2,25 DA 15,5 M2
m²/
orang, 4 kursi 1,5m²/
unit, 1 meja 0,5m²
5 Laundry dan linen R. Kerja 26 m Linen bersih 10 m², Depkes 26 M2
linen kotor 16 m²
6 Dapur umum Perabot, t.cuci, dl AS 16 M2
7 Pantri Pantry Mini Perabot 5,5 m2, dirty DA 19,5 M2
utility 14 m2
8 R. Tunggu Bangku, taman R. duduk (2,5 M2/ TSS 96 M2
Orang
9 Mushola 10 Orang T. Ibadah, t. Wudhu AS 64 M2
+ KM/WC
10 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 30 m2
perempuan M2/Orang) DA
2
Wc (2,5m /Orang)
Sirkulasi 30%
Jumlah 703 M2
Sirkulasi 40 % 281,2
M2
Total luasan 984,2 M2

Kegiatan Rehabilitasi Sosial


No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 Hall / Lobby 20 Peserta, 4 1,67 M2/Orang DA 40,08 M2


petugas
2 R. Informasi 2 Orang R. Kerja (4,5 M2/Orang) TSS 9 M2
2 Rak Dok R.Arsip AS 8 M2
3 R. Terapi 4 modul berdiri 2,25 AS 16 M2
Individu m²/orang, 4 kursi, 1 meja,

62
1 almari
4 R. Konsultasi 1 Pasien, 1 13 modul 2,25m², 13 AS 96 M2
Kelompok Indoor Perawat kursi
5 R. Konsultasi 10 rehabilitan, 2 13 modul duduk DA 60 M2
Kelompok psikolog, 1 (0,8x0,6)m²
Outdoor asisten psikolog
6 R. Terapi 10 rehabilitan, 1 12 modul duduk, meja, DA 40 M2
Emosional terapis, 1 asisten almari
7 R. Ibadah 30 orang 30 modul berdiri AS 384,48
(jemaat+pendeta 1,5x1,5m, mimbar M2
), 30 kursi
8 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 M2/Orang) 30 m2
perempuan Wc (2,5m2/Orang) DA
Sirkulasi 30%
Jumlah 683,56
M2
Sirkulasi 40 % 273,424
M2
Total luasan 956,984
M2

Kegiatan Rehabilitasi Lanjut


No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumbe Total
Kapasitas r Luasan

1 Hall / Lobby 20 Peserta, 4 1,67 M2/Orang DA 40,08 M2


petugas
2 R. Terapi 20 Buah  R.Praktek Komputer DA 42 M2
Vokasional Komputer (1,44m²/ unit)
20 rehabilitan, 1  R.Menjahit 0.6m²/mesin DA 60 M2
instruktur
20 rehabilitan, 1  R. Elektronika, meja (0,6 DA 72,24 M2
instruktur m²/unit)

63
20 rehabilitan, 1  Studio Lukis , AS 45 M2
instruktur meja(0,6m²/ unit), kurs
(0,25m²), Gudang
peralatan (2x2 m)
20 rehabilitan, 1  R.Fotografi, studio foto, AS 46 M2
instruktur penyimpanan alat (2x2
m), kamar gelap (3x4 m)
3 Ruang Konseling 10 rehabilitan+1 Ruang konseling kelompok, AS 460,45
konselor meja (0,6m²/unit), kursi M2
(0,25m²)
1 rehabilitan, 2 R. Konseling Keluarga, AS 57,225
orangtua, 1 modul berdiri (1,5x1,5), M2
konselor kursi (0,5x0,5), meja
(1.5x0,75)
4 R. Kunjungan 10 rehabilitan, Modul 6x8 m AS 48 M2
keluarga,
konselor
5 R. Terapi Fisik 10 rehabilitan, 1 R.Terapi, modul 15x15 m, AS 100 M2
Instruktor gudang 3x3 m
7 R. Ibadah 30 orang 30 modul berdiri 1,5x1,5m, AS 150 M2
(jemaat+pendeta mimbar
), 30 kursi
8 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 M2/Orang) 30 m2
perempuan Wc (2,5m2/Orang) DA
Sirkulasi 30%
Jumlah 1148,995
m2
Sirkulasi 40 % 459,598
m2
Total luasan 1608,593
m2

64
Kegiatan Asrama/Hunian (Rehabilitan Laki-Laki)
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 Kamar Tidur 50 Orang 20 m2/ 5 0rang DA 200 M2


Kamar Mandi 1 kamar mandi , 5 m2 /kamar mandi 0.24 m AS 65 M2
1 wastafel, 1 /Wastafel, 2.5 m2, 2/ruang
ruang jemur, 1 cuci
bak mandi cuci
4 R. Kunjungan/ R. 6 orang 12 m2 AS 72 M2
Tamu
5 R. Makan & 6 orang 12 m2 AS 72 M2
Dapur
7 Area Jemur 6 m2 AS 6 M2

Jumlah 415 M2
Sirkulasi 40 % 166 M2
Total luasan 581 M2
Kegiatan Asrama/Hunian (Rehabilitan Perempuan)
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumbe Total
Kapasitas r Luasan
1 Kamar Tidur 50 Orang 20 m2/ 5 0rang DA 200 M2
Kamar Mandi 1 kamar mandi , 5 m2 /kamar mandi 0.24 m AS 65 M2
1 wastafel, 1 /Wastafel, 2.5 m2, 2/ruang
ruang jemur, 1 cuci
bak mandi cuci
4 R. Kunjungan/ R. 6 orang 12m2 AS 72 M2
Tamu
5 R. Makan & 6 orang 12 m2 AS 72 M2
Dapur
7 Area Jemur 6 m2 AS 6 m2
Jumlah 415 M2
Sirkulasi 40 % 166 M2
Total luasan 581 M2

65
Kegiatan Asrama/Hunian ( Pegawai Asrama Perempuan)
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 Kamar Tidur 50 Orang 20 m2/ 5 0rang DA 200 M2


Kamar Mandi 1 kamar mandi , 5 m2 /kamar mandi 0.24 AS 65 M2
1 wastafel, 1 m
ruang jemur, 1 /Wastafel, 2.5 m2, 2/ruang
bak mandi cuci cuci
4 R. Kunjungan/ R. 6 orang 12m2 AS 72 M2
Tamu
5 R. Makan & 6 orang 12 m2 AS 72 M2
Dapur
7 Area Jemur 6 m2 AS 6 m2
Jumlah 415 M2
Sirkulasi 40 % 166 M2
Total luasan 581 M2
Kegiatan Asrama/Hunian (Pegawai Asrama Laki-Laki)
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan
1 Kamar Tidur 50 Orang 20 m2/ 5 0rang DA 200 M2
Kamar Mandi 1 kamar mandi , 5 m2 /kamar mandi 0.24 AS 65 M2
1 wastafel, 1 m
ruang jemur, 1 /Wastafel, 2.5 m2, 2/ruang
bak mandi cuci cuci
4 R. Kunjungan/ R. 6 orang 12m2 AS 72 M2
Tamu
5 R. Makan & 6 orang 12 m2 AS 72 M2
Dapur
7 Area Jemur 6 m2 AS 6 m2
Jumlah 415 M2
Sirkulasi 40 % 166 M2
Total luasan 581 M2

66
Kegiatan Asrama/Hunian (bangunan bersama)
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 Ruang Makan 50 orang 2m2/orang DA 100 M2


Dapur 20% dari R. Makan DA 20 M2
4 R. Nonton 50 orang 25 M2 DA 25 M2
5 Gudang 20 m2 AS 20 M2
7 Area Jemur 6 m2 AS 6 m2
Jumlah 171 m2
Sirkulasi 40 % 68,4 m2
Total luasan 239,4
m2

Kegiatan Pengelola Rehabilitas/ Administrasi


No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sumber Total
Kapasitas Luasan

1 Hall / Lobby 30 Orang 1,67 M2/Orang DA 50 M2


2 R. Informasi 2 Orang R. Kerja (4,5 M2/Orang) TSS 9 M2
2 Rak Dok R.Arsip AS 8 M2
3 R.Tamu 4 Orang Modul 4 x 5 m2 DA 20 M2
4 R. Tata Usaha 12 Orang R. Kerja (4,5 M2/Orang) DA 54 M2
5 R. Intern Staff 1 Orang R. kepala T. Usaha (9 DA 20 M2
M2/Orang)
1 Orang R. Kepala keuangan (9 DA 20 M2
m2/orang)
1 Orang R. Kepegawaian (9 DA 20 M2
m2/orang)
6 R. Kepala Rehab. 1 Orang R. Kerja 9 m²/ orang DA 20 M2
Medis
7 R. Kepala Rehab. 1 Orang R. Kerja 9 m²/ orang DA 20 M2
Sosial

67
8 R. Kepala Rehab. 1 Orang R. Kerja 9 m²/ orang DA 20 M2
Lanjut
9 R. Karyawan 5 Orang R. Kerja 4,5 m²/ orang DA 22,5 M2
Rehab. Medis
10 R. Karyawan 5 Orang R. Kerja 4,5 m²/ orang DA 22,5 M2
Rehab. Sosia
11 R. Karyawan 5 Orang R. Kerja 4,5 m²/ orang DA 22,5 M2
Rehab After Care
12 R. Istirahat 2 orang 1,3 – 1.9 m²/ orang DA 48,6 M2
13 R.Rapat Umum 20 orang 20 modul duduk DA 128 M2
(0,8x0,6m), 20 modul
berdiri, 1 meja (2x5m),
almari (0,6x1)
14 R. Rapat Divisi 10 Orang 10 modul duduk 80 M2
(0,8x0,6m), 10 modul
berdiri, 1 meja (2x5m),
almari (0,6x1)
15 Lavatory 4 laki-laki, 4 Westafel (1,5 M2/Orang) 64 m2
perempuan Wc (2,5m2/Orang) DA
Sirkulasi 30%
16 Lounge Sofa dan meja Modul duduk 0,8x0,6 m2 AS 200 M2
Jumlah 849,1 m2
Sirkulasi 40 % 339,64
m2
Total luasan 1188,74
m2

Kegiatan Penunjang
No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sum Total
Kapasitas ber Luasan
1 Asrama Tamu Administrasi (4x4m) AS 120 M2
Lobby (1,5 m/ orang) AS

68
4 Orang R.Tamu (4x4m) AS
4 R. Tidur (3x4m) AS
4 KM/ WC 1,5 m AS
2 Perpustakaan 30 Orang R. Baca, 32 modul berdiri AS 176,3 M2
(1,5x1,5m), 15 rak, 15 meja
pengunjung + 2
(0,6x0,9m), 5 almari (0,6x1m), 32
orang petugas kursi (0,5x0,5)
2 Loker, 2x2 m AS
Meja Petugas AS
Gudang, modul 3x4 m AS
3 Fasilitas Olahraga Rehabilitan Lapangan basket (364 M2) DA 364 M2
Lapangan Bad Minton (82 m2) DA 82 m2
Lapangan Volly (162 m2) DA 162 m2
4 Kebun Kebun sayuran (18x6m AS 216 M2
5 Amphi theatre 30 Orang Modul (0,6x1,2).200 + flow 40 AS 201,6 M2
Rehabilitan + %
Konselor
6 Gazebo 3-6 orang Modul duduk 0,8x0,6 m AS 81,25 M2
7 Plaza, taman AS 1400 M2
Jumlah 2803,15
m2
Sirkulasi 40 % 1121,26
m2
Total luasan 3924,41
m2

Kegiatan Servis Dan Keamanan


No Kegiatan Jumlah Pelaku/ Standar Luasan Sum Total
Kapasitas ber Luasan
1 Pos Satpam 2 unit 8 m2/unit AS 16 M2
2 Gudang Umum 1 unit Modul (5 x 8 m) AS 40 M2
3 R. AHU 1 unit 12 M2 AS 12 M2
4 R. Genset 1 unit 25 m2 AS 25 M2

69
5 R. Pompa 1 unit 12 m2 AS 12 M2
6 R. Cuci 1 unit 20 m2 AS 20 M2
R. Strika 1 unit 9 m2 AS 9 M2
R. Linen Kotor 1 unit 9 m2 AS 9 M2
R. Linen Bersih 1 unit 12 m2 AS 12 M2
Gudang 1 unit 20 m2 AS 20 M2
Toilet 4 unit 4 m2 AS 16 M2
Jumlah 191 M2
Sirkulasi 40 % 76,4 M2
Total luasan 267,4 M2
Tabel 5.1 Analisis perhitungan besaran ruang

(sumber: analisis pribadi)

Berdasarkan analisis perhitungan luasan kebutuhan besaran ruang dalam


perancangan pusat rehabilitasi korban kekerasan seksual di kota Kupang, dengan
pendekatan arsitektur perilaku , maka diperoleh total luasan ruang sebagai berikut:

No Kelompok Ruang Total Luasan


1 Kelompok Kegiatan Penerimaan Awal 319,2 m2
2 Kelompok Kegiatan Rawat Jalan 193,956 m2
3 Kelompok Kegiatan Rehabilitasi Medis 797,16 m2
4 Kelompok Kegiatan Perawatan Umum 984,2 M2
5 Kelompok Kegiatan Rehabilitasi Sosial 956,984 M2
6 Kelompok Kegiatan Rehabilitasi Lanjut 1608,593 m2
7 Kelompok Kegiatan Asrama 2563,4 M2
8 Kelompok Kegiatan Pengelola Pusat Rehabilitasi 1188,74 m2
2
9 Kelompok Kegiatan Penunjang 3924,41 m
10 Kelompok Kegiatan Servis Dan Keamanan 267,4 M2
Tabel 5.2 Analisis perhitungan besaran ruang

(sumber: analisis pribadi)

2. Organisasi Ruang dan Hubungan Kedekatan Ruang


Dalam perencanaan pemetaan pengorganisasian ruang serta hubungan kedekatan
ruang mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya:

70
 Pelaku kegiatan
 Keterkaitan masing-masing kegiatan
 Karakteristik serta tuntutan ruang
 Serta keamanan
1. Pola Hubungan Makro
Pola hubungan makro merupakan susunan antar kelompok ruang yang mengacu pada
keterkaitan yang erat maupun kurang erat, atau kebutuhan yang dimiliki masing-masing
kelompok ruang tersebut.

Skema 5.17 Pola Hubungan Kedekatan Ruang Makro


Sumber: Analisa Pribadi
2. Pola Hubungan Ruang Mikro
Pola hubungan ruang mikro, Merupakan pola hubungan antar ruang-ruang dalam suatu
kelompok ruang kegiatan, dalam memenuhi serta mengfasilitasi kebutuhan pengguna dari
fungsi perancangan. Keterkaitan atara ruang yang satu dengan ruang yang lain memiliki
konteks kedekatan yang berbeda-beda, tergantung dari pelaku serta karakter kegiatan
yang hendak terjadi.

71

Anda mungkin juga menyukai