Disusun Oleh:
RICKIANTO PM
110902026
MEDAN
2015
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nim : 110902026
ABSTRAK
i
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
ABSTRACT
Drug abuse is one complex problem in public life. Even now the
distribution of drugs comes to remote regions. Not only in adults , now the
teenager is one of drug users very dominant especially in intercourse a every day.
An effort in handling drug problems this is by conduct rehabilitation. Drug
rehabilitation institution Al-Kamal Sibolangit Centre is one of the largest drug
rehabilitation in north sumatra who run Program Therapeutic Community (TC)
that are useful for recovery resident drug dependence .
ii
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena penulis dapat sampai ketitik ini, dapat menyelesaikan kewajiban sebagai
mahasiswa tingkat akhir. Ini semua bukan karena kemampuan dan pandai penulis,
tapi ini semua karena berkat-Nya selama ini yang selalu diberikan-Nya sehingga
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial diFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
Universitas SumateraUtara.
iii
segala proses yang dibutuhkan oleh penulis,yaitu Ibu Zuraida,
Khususnya untuk Kakak Tia dan Kakak Ulfa sebagai staff yang
Lapangan dan Penelitian Skripsi, dan juga kepada Fajar dan Jepri
yang selama ini mengisi canda tawa penulis dalam setiap kegiatan
2010.
Sabar. Manullang dan Ibu Ruslan Br. Hombing yang selama ini
iv
kepada saya. Dan yang saya ingat satu motivasi yang diberikan
serta air mata didalam doa ayah dan ibu tidak akan pernah saya
lupakan. Dan kepada kakak dan adik – adik saya yaitu: Kakak
kepada Penulis.
akhir.
Jole, Hongi, dan lae Wandro. Yang mau menjadi teman bercanda
tawa selama masa perkuliahan hingga tugas akhir ini meski kalian
v
seluruh kenangan bersama kita saat jadi peserta inisiasi, panitia
12. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk Senior 010 yang mau
terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Sangat diharapkan saran dan kritik guna
Penulis,
Rickianto P.M
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
vii
2.2 Narkoba dan Adiksi .....................................................................18
viii
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
(TC) ………………………………………………….....88
ix
5.2.3 Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan
x
5.3.7 Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran
yang Dihasilkan dari Program Therapeutic Community
(TC) …………………………………………………....98
BAB VI PENUTUP
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR DIAGRAM
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nim : 110902026
ABSTRAK
i
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
ABSTRACT
Drug abuse is one complex problem in public life. Even now the
distribution of drugs comes to remote regions. Not only in adults , now the
teenager is one of drug users very dominant especially in intercourse a every day.
An effort in handling drug problems this is by conduct rehabilitation. Drug
rehabilitation institution Al-Kamal Sibolangit Centre is one of the largest drug
rehabilitation in north sumatra who run Program Therapeutic Community (TC)
that are useful for recovery resident drug dependence .
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ini. Selain itu, kemerosotan ekonomi dan kesulitan keuangan juga menjadi salah
lagi sebatas Negara yang dijadikan transit peredaran narkotika, namun telah
menjadi salah satu negara tujuan operasi oleh jaringan pengedar narkotika
perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap elemen bangsa. Ancaman
masyarakat baik secara fisik, mental dan secara sosial ekonomi. Masalah
1
agar penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan bahan adiktif tidak terus
Indonesia mulai muncul pada tahun 1969 dan Narkoba yang disalahgunakan tidak
terbatas pada jenis Opioda dan Ganja saja, melainkan juga jenis
pengguna memakai narkoba berganti-ganti dan mencampur satu jenis zat dengan
Keselamatan generasi muda dari ancaman narkoba ada ditangan mereka sendiri,
bukan polisi, orang tua atau guru. Kesibukan orang tua dan kesulitan dalam
2
sebagai hiburan, maupun untuk pergaulan, bila taraf coba-coba tersebut
kesehatan jasmani dan rohani, gangguan fungsi sampai kerusakan organ vital
seperti otak, jantung, hati, paru-paru, dan ginjal, serta dampak sosial termasuk
putus sekolah, kuliah, kerja, hancurnya kehidupan rumah tangga, serta penderitaan
undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar,
bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi
merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban. Pengguna
penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah mencapai 2,2% atau sekitar 4,2 juta
orang dari total populasi penduduk (berusia 10-60 tahun). Hal ini mengalami
3
peningkatan sebesar 0,21% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2008,
yaitu sebesar 1,99% atau sekitar 3,3% juta orang. Dengan semakin maraknya
meningkat 4,58 juta pada tahun 2013, apabila upaya Pencegahan dan
sekitar 12,5 ton dan ekstasi 16 juta pil. Dari perkiraan 3,7 – 4,7 juta penyalaguna
di Indonesia ditahun 2011, sekitar 1,2 juta merupakan penyalahguna shabu dan
950 ribu adalah penyalahguna ekstasi. Dengan kata lain, dari seluruh
Rehabilitasi BNN adalah sebanyak 14.510 orang, dengan jumlah terbanyak pada
kelompok usia 26 – 40 tahun yaitu sebanyak 9.972 orang. Jenis Narkoba yang
paling banyak digunankan oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan terapi dan
rehabilitasi adalah shabu (4.697 orang), selanjutnya secara berturutan adalah jenis
ganja (4.175 orang), heorin (3.455 orang), ekstasi (1.536 orang) dan opiat (736
provinsi ini khususnya Kota Medan sebagai ibukota provinsi. Berdasarkan rekap
data yang diperoleh dari Sat Res Narkoba Polresta Medan, jumlah tersangka
4
pengguna, pengedar dan produsen narkoba pada pengungkapan kasus yang
peredaran narkoba selama 2014 juga tergambar pada peningkatan drastis jumlah
barang bukti dari tahun sebelumnya. Pada 2013 jumlah barang bukti narkoba jenis
40.441,85 gram pada 2014 meskipun peungkapan kasus baru sampai November.
Begitu pun barang bukti pil ekstasi, dari 2.904 butir selama 2013 meningkat
menjadi 64.895 butir hingga akhir November 2014. Sedangkan penurunan jumlah
barang bukti terjadi pada narkoba jenis ganja, dari 1.128.456,45 gram pada tahun
tersangka sepanjang 2013 meningkat menjadi 709 tersangka pada 2014 dan
jumlah pengedar dari 335 tersangka pada 2013 meningkat menjadi 391 tersangka
di 2014. Sementara tersangka produsen, pada tahun 2014 hanya dua tersangka
atau sama dengan tahun lalu. Kepala BNNP Sumut, Kombes Pol Rudi Trunggono,
memang bisa dilihat dari jumlah tersangka kasus tersebut, namun hal itu bukan
5
narkoba. "Apabila ada peningkatan jumlah barang bukti narkoba yang diamankan
dari tahun sebelumnya, bisa saja itu bukti semakin meningkatnya kinerja
kerap dijadikan akses oleh para mafia dari luar negeri. Antisipasi, kata dia,
wilayah dan pantai di Sumut untuk memetakan pelabuhan tikus atau ilegal yang
17.54 Wib )
Sibolangit Centre merupakan salah satu pusat rehabilitasi bagi para pecandu
narkona yang berada di Sumatera Utara tepatnya berada di Jl. Medan – Berastagi
Km.45 Desa Suka Makmur. Sibolangit Centre merupakan tempat rehabilitasi bagi
orang ketergantungan narkoba dan di desain mirip tempat wisata dan rumah besar
tempat keluarga tinggal, hal ini berguna agar residen merasa betah di dalam
6
rehabilitasi. Salah satu upaya proses rehabilitasi kepada residen Sibolangit Centre,
Kementerian Sosial pada tahun 1999 – 2000 yang bekerjasama dengan yayasan
pedoman juga penerapan prgram di salah satu Panti Rehabilitasi sosial yang
adalah melakukan terapi terhadap individu secara utuh. Untuk saat ini residen
Therapeutic Community (TC) yaitu sebanyak 54 orang. Oleh karena itu, peneliti
sebagai salah satu program pemulihan terhadap residen pecandu narkoba yang
7
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sibolangit Centre.
khususnya.
8
I.4. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
analisis data.
penelitian.
9
BAB VI : PENUTUP
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai analisis situasi program berikutnya. Evaluasi adalah suatu upaya untuk
mengukur secara objektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari
dilakukan menjadi umpan balik bagi aktivitas perencanaan baru yang akan
sejumlah dari serangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan data, analisis data,
dan penyimpulan hasil analisis data. Pengumpulan data bisa dilakukan melalui
11
wawancara, pengamatan lapangan, dan berbicara dengan orang yang menjadi
proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai. Evaluasi ialah
penelitian yang sistematik atau teratur tentang manfaat atau kegunaan beberapa
motivasi, serta menambah pengetahuan dan dukungan dari subjek yang terlibat.
manfaat atau efektivitas suatu program melalu indikator yang khusus, teknik
2010:117).
Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan
merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu:
12
6) Pengelolahan evaluasi (managing evaluation)
dan target.
13
masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada defenisi
Wahab,2002:51 ).
Wujud hasil dari evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk
diharapakan.
Suatu program dapat dievaluasikan apabila ada tolak ukur yang dijadikan
penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan tujuan yang
14
dibuat sebelumnya harus memilki tolak ukur, dimana tolak ukur ini harus dicapai
Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi suatu program adalah:
semula
program
(Tayibnapis,2000:28).
secara umum dan khusus. Pengertian program secara umum adalah rencana atau
15
adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan
Program merupakan unsur utama yang harus ada demi tercapainya kegiatan
pelaksanaan karena dalam suatu program tersebut telah dimuat berbagai aspek
antara lain:
ini
adanya kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang
tersebut merasa ikut dilibatkan dam membawa hasil program yang dilibatkan dan
manfaat pada kelompok orang maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal
dilaksanakan.
pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek pelaksanaannya, secara umum
16
1. Penilaian atas perencanaan, artinya mencoba memilih dan menetapkan
mungkin terhadap suatu objek, program atau kebijakan yang sedang berjalan atau
sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, dimana tjuan dari
memberikan informasi yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak
keputusan.
sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh
17
perencana.
Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan analisa
dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat
Pada tahap ini pengertian evaluasi hampir sama dengan tahap pelaksanaan,
Psikotropika, dan Bahan Adiktif yang terlarang. Narkoba dapat diartikan sebagai
Zat – Zat alami maupun Kimiawi yang jika dimasukkan kedalam tubuh dapat
narkoba ialah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
18
sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
menghilangkan rasa sakit. Tetapi apabila pengunaan narkoba diluar dari hal-hal
media dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan dapat menimbulkan
kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba yang populer
1. Narkotika
Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
yaitu :
19
a. Alami.
Yang dimaksud alami adalah jenis zat / obat yang timbul dari
3) Opium obat
opium)
b. Semi Sintesis
c. Sintesis
20
keperluan medis dan penelitian yang digunakan sebagai
(antitusif).
jenis, yaitu:
1) Depressan (downer)
2) Stimulan (upper)
berlebihan.
3) Halusinogen
4) Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi,
21
A. Ganja
lemah
f) Malas, apatis
B. Shabu
adalah :
stamina ).
22
4. Rasa ingin diperhatikan oleh orang lain.
semakin kurus.
6. Susah tidur
Nama lain dari morfin dan heroin adalah : putaw, smack, junk,
adalah :
2. Psikotropika
23
Dalam bidang farmakologi, Psikotropika dibedakan dalam 3 (tiga)
golongan, yaitu :
a. Golongan Psikostimulansi
2. Desamfetamine.
b. Golongan Psikodepresan
jelas.
1. Amobarbital
2. Pheno karkital
3. Penti karkital
untuk pengobatan dan hanya digunakan untuk terapi atau untuk tujuan
sindrom ketergantungan.
c. Golongan Sedativa
24
Yaitu jenis obat obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang
jelas dan digunakan sangat luas dalam terapi. Jenis obat yang
Klordiazepam.
terhadap suatu zat adiktif dan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut (DSMIV,
1994):
lama semakin besar, untuk dapat mencapai keadaan fisik dan psikologis
seperti tulang sakit, mata berair, lemas, diare, muntah-muntah, dan lain-
perasaan malu, rasa bersalah, curiga, tidak aman, marah, kesepian, tidak
25
percaya diri, cemas, emosi tidak terkontrol, gangguan kepribadian, tidak
II.3. Residen
kronik yang berulangkali kambuh dan merupakan prose gangguan mental adiktif (
yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian tidak stabil.
bukannya hukuman.
26
2. Ketergantungan reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena
dorongan ingin tahu, bujukan dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta
27
berharga dan tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan.
28
Terbiasa dengan gaya hidup setiap keinginan harus terpenuhi,
ketidakpuasan, kekecewaan.
Zulkarnain,2014:35-37).
banyak orang. Penanganan terhadap mereka tidak seperti pasien yang terkena
penyakit infeksi yang jika diterapi dengan antibiotika yang tepat maka dalam
zat narkoba dari tubuh sipengguna mungkin bisa relatif cepat dilakukan, namun
29
menyebabkan pemulihan korban penyalahgunaan narkoba memerlukan jangka
waktu yang relatif lama. Bahkan ada keyakinan diantara pengamat dan pengelola
panti rehabilitasi bahwa pemulihan baru bisa diyakini keberhasilannya jika hayat
narkoba:
a) Tahap Detoksifikasi
b) Tahap Habilitasi
c) Tahap Rehabilitasi
secara normal.
30
II.6.1. Sejarah Therapeutic Community
Program terapi bagi pecandu narkoba merupakan hal yang relative baru
berkembang. Program terapi ini kurang lebih mulai timbul dalam bentuk yang
terorganisasi pada tahun 1960 sebagai respons terhadap masalah sosial dan
pada tahun 1960 dan 1970 mencerminkan berbagai pandangan tentang masalah
dan program residensial rawat inap jangka panjang yang disebut sebagai TC.
Program TC saat itu berorientasi pada kondisi bebas zat (abstinensia), dimana
residen diharapkan tidak lagi menggunakan zat selama dalam program dan setelah
selesai program. Pada tahun 90-an, muncul program residensial rawat inap jangka
pengguna narkoba.
31
Terapi Komunitas (Therapeutic Community) adalah grup atau sekelompok
orang yang memiliki prinsip interpersonal yang cukup tinggi, sehingga mampu
komunitas terdiri dari staf yang pernah mengalami rasa sakit dan memiliki
perilaku yang timbul akibat ketergantungan narkoba, namun telah mampu dan
khusus yang memenuhi syarat dan konselor. Tenaga professional hanya sebagai
waktu dan perilaku secara efektif serta kehidupan sehari – hari, sehingga dapat
dalam proses terapi. Teori yang mendasari metode Therapeutic Community adalah
dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan
juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk
yang disepakati sesama rekan sebaya dilaksanakan secara kompak. Konsep ini
diterapkan secara konsisten serta berulang kali melalui berbagai program seperti
Residen menjalani waktu dengan rekan-rekan sebaya, bebas dari pengaruh luar.
(residential) dan 4-8 jam untuk program TC diluar panti (non residential). TC
32
Konsep Therapeutic Community yaitu menolong diri sendiri, dapat
bagi perubahan
1970 dan kemudian mereda selama belasan tahun, digantikan zat-zat jenis lainnya.
Penyalahgunaan opiate -khususnya heroin- kembali marak pada awal tahun 1990.
Epidemic penyuntikan heroin dimulai pada tahun 1995. Hingga pertengahan tahun
1990, terapi adiksi narkoba yang tersedia adalah model medis di Rumah Sakit
sosial dengan pelatihan vokasional pada berbagai Panti Rehabilitasi Sosial milik
Kementerian Sosial, serta model religi yang diterapkan berbagai pesantren milik
heroin yang tidak memperoleh layanan terapi ketergantungan heroin bagi anak/
33
dan Singapura. Para alumni rehabilitasi TC ini dengan dukungan penuh
professional medis, namun pionir program ini yang dikenal oleh masyarakat
secara luas adalah Yayasan Titihan Respati yang didirikan pada tahun 1997,
program TC yang juga dimotori oleh kalangan professional medis bekerja sama
dengan konselor adiksi diantaranya adalah Wisma Adiksi, Sport Campus Wijaya
memisahkan diri dari RS dan berdiri sendiri menjadi Yayasan Permata Hati Kita)
program TC saat itu Daytop Village, di New York, Amerika Serikat- sebagai
pusat pelatihan sebagian besar konselor, baik yang berada di Malaysia, Singapura
maupun Indonesia.
Program ini menarik minat yang luar biasa, terutama dari kalangan
menengah keatas dan berkembang secara cepat. Pada tahun 2000 tercatat lebih 80
lembaga rehabilitasi yang dijalankan dengan metode TC. Lebih dari 85% lembaga
rehabilitasi sosial milik Kementerian Sosial seperti Galih Pakuan, Bogor juga
dibebankan pada residen serta dari donatur, kecuali lembaga rehabilitasi yang
34
berada dalam system pemerintahan. Dukungan pemerintah dalam bentuk biaya
masyarakat belum tersedia. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila pada umumnya
daya manusianya.
beratnya beban biaya operasional TC, sementara sumber dana- baik yang berasal
dari residen, maupun dalam bentuk bantuan- semakin lama semakin minim. Daya
individu. Dalam hal ini perlu disadari bahwa tidak ada satu program pun yang
cocok buat semua orang- salah satu prinsip terapi yang efektif dari National
Sosial.
1. Filosofi
35
tertulis maupun yang tidak tertulis (unwritten philosophy). Filosofi TC yang
tertulis merupakan sesuatu hal yang harus dihayati, dianggap sacral, tidak boleh
diubah dan harus dibaca setiap hari. Sementara filosofi tidak tertulis ( unwritten
artinya filosofi ini tidak mengacu kepada kultur, agama dan golongan tertentu.
“Saya berada di sini karena tiada lagi tempat berlindung, baik dari diri
sendiri, hingga saya melihat diri saya di mata dan hati insane yang lain.
dan menceritakan segala rahasia diri saya ini, saya tidak dapat mengenal
diri saya sendiri yang lain, saya akan senantiasa sendiri. Dimana lagi
kalau bukan di sini, dapatkah saya melihat cermin diri ini?. Disinilah,
akhirnya, saya jelas melihat wujud diri sendiri. Bukan kebesaran semu
saya dapat tumbuh dan berakar, bukan lagi seorang seperti dalam
kematian tetapi dalam kehidupan nyata dan berharga baik untuk diri
dalam arti tidak ada yang lebih penting dari yang lainnya,
36
diterapkan dalam keseharian aktivitas para residen di panti
rehabilitasi (facility).
2) No free lunch (tidak ada yang gratis di dunia ini): tidak ada
terlebih dahulu.
positif apabila kita pahami dahulu orang lain. Sikap ini akan
37
7) Do your things right everything else will follow (pekerjaan
8) Be careful what ask for you, you might just get it (mulutmu
orang lain.
lain.
38
Pelaksanaan program disusun untuk membuat residen terlibat secara penuh
struktur program utama dari Therapeutic Community, terdiri dari 4 (empat), yaitu:
kehidupan masyarakat.
nilai – nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu menghadapi dan
terselesaikan.
tugas-tugas kehidupannya.
yang diinginkan :
39
Lingkungan sosial dalam TC dianggap sebagai pengganti dimana setiap
staf serta residen merupakan anggota yang mempunyai hak dan kewajiban.
yang lain.
orang pada prinsipnya dapat berubah, yaitu dari perilaku negatif ke arah perilaku
yang positif. Dalam proses perubahan seperti ini, seseorang sangat memerlukan
40
bantuan pihak lain termasuk kelompok. Oleh karena itu, dalam proses pengubahan
keterampilan. Dalam hal ini, setiap kegiatan residen mempunyai tanggung jawab
mengubah tingkah laku, baik bagi diri sendiri, maupun orang lain, jadi bukan
dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu juga
(Friendlander, 1958).
A. Prinsip-prinsip Umum
41
c) Adanya keyakinan bahwa setiap residen mempunyai
kemampuan sendiri.
bersama.
B. Prinsip-prinsip Dasar
a) Penerimaan (Acceptance)
b) Perbedaan individu
42
c) Pengungkapan perasaan
e) Objektivitas
f) Keterlibatan emosional
43
perasaan empati, yang artinya perlu ikut merasakan apa yang
pengambilan keputusan.
44
i) Kerahasiaan
penanganan residen.
j) Kesinambungan
kesinambungan.
k) Ketersediaan pelayanan
kemampuan lembaga.
dalam bentuk rehabilitasi residential dengan jangka waktu yang relatif lama
45
dengan jangka waktu satu tahun atau lebih. Prinsip dasar dari metode TC adalah
Selain itu para residen juga diwajibkan untuk dapat bekerja sama dengan semua
rehabilitasi, hal ini sangatlha penting menginga pada akhirnya residen harus
kehidupannya. Peran keluarga maupun orang yang dekat dengan residen dibagi
dengan waktu yang telah sitetapkan. Pada umumnya adalah jangka waktu
orang tua residen saja, dimana orang tua residen dapat berbagi
46
mengenal calon residen dan memberikan informasi tentang panti kepada
kegiatan, dan kebiasaan panti, yang dirancang secara umu dan khusus
basis utama) dengan fungsi dan peran sesuai kemampuan dan keterbatasan
residen. Dalam tahap ini, pekerja sosial dan staff membimbing residen
untuk menjalani masa transisi dari kehidupan luar panti kedalam panti
1) Walking Paper.
2) Induction Group.
47
beserta dengan pengertian dasarnya.
ini bertujuan untuk memperkuat kondisi stabil yang telah dicapai pada
tahap induction.
1) Konsep Umum
Dalam tahap ini akan terdapat beberapa konsep umum yang mencakup:
b) Lokasi.
pemulihannya.
c) Sugesti.
48
a) Younger Member ( 1 – 3 bulan )
terminasi.
1. Konsep Umum.
Dalam tahap ini dikenal beberapa konsep umum yang menjelaskan posisi
b. Reintegrasi.
e. Penanganan Residen.
f. Lokasi.
g. Network.
a. Separasi.
b. Sugesti.
49
a. Orientasi re-entry (kurang lebih 2 minggu).
diluar panti.
secara sehat.
c. Jaringan sosial.
pemulihannya.
50
rencana secara jelas.
lingkungan pendidikan.
tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Saat ini penyalahgunaan narkoba
hampir tidak bisa dicegah bahkan semakin terus meningkat persentasenya. Dalam
mendapatkan narkoba saat ini sangatlha mudah, hal ini diakibatkan adanya
51
Dampak dari penyalahgunaan narkoba ialah dapat merusak sistem kerja organ
tubuh dan menghancurkan masa depan sipemakai, Salah satu upaya yang
panti rehabilitasi.
Sumatera Utara. Salah satu program yang diterapkan oleh Sibolangit Centre dalam
akan melewati 5 (lima) tahapan yang setiap tahapan memilki tujuan, sasaran
mekanisme, serta peran dari pekerja sosial yang berbeda dan mempunyai
care).
dievaluasi oleh residen. Dan lebih khusus lagi, untuk mengetahui sejauh mana
52
Bagan Alur Pemikiran
Program Therapeutic
Community (TC)
1. Tahap penerimaan
(intake process).
2. Tahap pengenalan
rehabilitas (induction).
3. Tahap awal pelayana
n (primary).
4. Tahap lanjutan (re-
entry).
5. Tahap pembinaan 53
berkelanjutan (after
care)
RESIDEN
Evaluasi:
proses dan upaya penegasan makna konsep didalam suatu penelitian. Perumusan
defenisi konsep juga memiliki pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang
menyamkan perpepsi tentang apa yang akan diteliti dan untuk menghindari
(Silalahi,2009:112).
54
Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses yang sistematis
Centre.
55
6. Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre yang dimaksud
operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana
semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep bersifat dinamis akan
bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang
142).
56
Dengan indikator:
Comunnity.
Dengan indikator:
Therapeutic Community.
Dengan indikator:
57
a. Pemahaman residen akan fungsi penerapan program Theraputic
Therapeutic Community
58
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu keadaan subjek atau objek yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana
unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan
dikumpulkan adalah berupa kata kata, gambar dan bukan angka-angka. Dari hal
melukiskan gambar yang didapat dari data lapangan yang kemudian dijelaskan
dengan kata kata. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin menggambarkan
Sibolangit Center yang berada di Jl. Medan – Berastagi Km.45 Desa Suka
Makmur. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Panti Rehabilitasi
Narkoba Al-Kamaal Sibolangit Center juga sebagai salah satu panti rehabilitasi
Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Center ini juga memiliki program
59
penanggulangan narkoba lainnya, yaitu dengan memberikan minuman tradisional
jamu dan juga pemandian uap dari hasil pengolahan jamu tersebut (oukup) bagi
para residen. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti ditempat tersebut guna
III.3. Populasi
individu yang dikaji dalam suatu penilitian. Berdasrkan pengertian ini dapat
dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan sangat penting
mempelajari buku buku ilmiah, surat kabar, artikel, karya tulis yang ada
lainnya.
60
1) Kuesioner, yaitu: penyebaran daftar pertanyaan untuk dijawab oleh
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis data
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu mengkaji data yang dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang dikumpulkan,
mempelajari data, menelaah data, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian
Data data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif,
dimana analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan menggunakan
rumus rumus tertentu, lebih ditujukan sebagai penelitian deskriptif. Kutipan hasil
yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil
penelitian tersebut.
adalah :
61
a. Editing, yaitu meneliti kualitas data yang diperoleh selama penelitian
kategori masing-masing.
masing kategori.
62
BAB IV
seluas 4 Hektare, terletak di Jl. Medan - Berastagi Km 45, Desa Suka Makmur
Centre dibangun atas dasar pemikiran Bapak HM. Kamaluddin Lubis bahwa
sakit fisik saja, tetapi juga jiwanya. Mengobati fisik saja, tanpa memulihkan
jiwanya, tidak akan membuahkan hasil. Jadi, tidak tepat jika mereka harus
dipenjarakan. Mereka bukanlah penjahat, tetapi korban yang perlu dibantu agar
diperlukan suatu sistem yang mencakup seluruh aspek, baik fisik maupun
mental.
penyalahgunaan narkoba.
63
3. Keprihatinan terhadap bangsa Indonesia terhadap penderita pengguna
tetapi mereka juga manusia yang masih punya harapan dan masa depan.
Sibolangit Centre didesain mirip tempat wisata dan rumah besar tempat
keluarga tinggal, hal ini berguna agar residen merasa betah di dalam rehabilitasi.
Ada penginapan, rumah ibadah, gajebo (tempat beristirahat dan bersantai), kolam
tempat memancing, kantin khusus, lapangan olah raga, lahan perkebunan, dan
didukung oleh suasana alamnya, dan udaranya yang sejuk. Mengenai pembiayaan,
Sibolangit Centre tidak menetapkan secara khusus berapa yang harus dibayar.
Bagi mereka yang mampu diharapkan membayar sesuai dengan standart yang
4.2 Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre
64
4.2.2 Misi Panti Rehabilitasi Narkoba Al-Kamal Sibolangit Centre
pada umumnya.
65
DIREKTUR
MANAGER
Site Manager
Perawat
Sibolangit Centre
66
Berikut ini adalah paparan struktur Organisasi social Panti Rehabilitasi Sosial Al-
1. Direktur
2. Manager
3. Dokter
kepada pasien.
67
adalah dengan memberikan jamu dan ramuan-ramuan tradisional tanah
5. Spiritual
atas:
c. Pendeta Kristiani
d. Pendeta Budha
Budha.
68
6. Kepala Keamanan
adalah untuk menjaga pasien agar tidak melarikan diri dari Panti
bertugas secara bergiliran dan terbagi dua pembagian tugas, yaitu pagi
dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 18.00 wib dan tugas malam dimulai
dari pukul 18.00 samapai pukul 07.00 wib. Dengan demikian Sibolangit
7. Logistik
kebutuhan makan sehari – hari warga Sibolangit Centre, mulai dari pasien
8. Maintenance
Sibolangit Centre ini. Diantaranya fasilitas listrik, air, telepon, dan lain
lain.
9. Konselor
a. Intern Staff
69
pencatatan masa hukuman bagi pasien yang melanggar aturan
Sibolangit Centre.
departemen ini.
b. Departemen Laundry
c. Departemen Maintenance
seperti lampu, listrik, kursi, meja dan sebagainya. Diketahui oleh pasien
d. Departemen Gastronomy
70
e. Departemen Ekspeditor
Berastagi Km, 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sbolangit Centre Kabupaten
Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Panti ini dirancang dengan nuansa alamiah
yang bertujuan untuk memberikan ketenangan serta merubah pikiran para korban
narkoba agar mereka bertobat sekaligus untuk mendidik para korban kembali
kepada alam.
menghilangkan zat-zat beracun yang ada didalam tubuh mereka. Sebagaimana kita
oleh karena itu salah satu penyembuhnya adalah dengan memberikan penawarnya,
71
disinilah dihilangkan berbagai jenis racun yang ada didalam tubuh pasien atau
pecandu narkoba.
pemanasan melalui uap sehingga pori-pori akan terbuka dan keluar keringat.
Dengan mandi uap, rancun-racun yang ada didalam tubuh akan keluar melalui
pori-pori kulit pasien. Disini pasien diharuskan memasuki ruangan yang tertutup
tradisi orang karo yang ada disini. Jadi uap akan merangsang keluarnya racun dari
tubuh.
dalam setiap ruangan terdapat satu bangku panjang dan dua lubang yang terletak
di bawah bangku. Dua lubang ini dihubungkan dengan pipa ke dalam dandang
tiga orang sekaligus untuk masuk selama 15 menit baru kemudian mereka mandi
Ramuan yang digunakan untuk mandi uap adalah terdiri berbagai jenis
ramuan yang telah tersimpan dalam toples berukuran besar dalam sebuah ruang
ramuan. Adapun ramuannya antara lain: rempah ratus, serai wangi, sirih hutan,
benalu, daun pandan, kencur, bawang putih, bawang merah, jeruk purut dan
jintan. Setiap pasien mendapatkan giliran mandi uap 2 kali seminggu dan ini
72
3. Tempat Ibadah
tempat ibadah bagi pasiennya. Ibadah dilaksanakan secara teratur dan para pasien
dididik untuk dapat hidup secara disiplin. Jadi, dengan rutinitas ibadah ini
diharapkan mereka dapat dididik dengan baik untuk berdisiplin dengan waktu juga
untuk ibadah. Di sekitar kompleks Sibolangit Centre ini terdapat sebuah mesjid.
Qur’an dan 2 buah tempat berwudhu. Satu untuk pria dan satu untuk wanita dan
4. Asrama Putra
Ruangan ini merupakan kamar tidur pasien. Di dalam ruangan ini terdapat
lima belas kamar. Setiap kamar terdapat lima buah tempat tidur. Masing-masing
pasien diberi satu lemari. Kamar mandi ditempatkan dalam masing-masing kamar.
Bagian depan kamar mereka berjeruji besi seperti dipenjara. Pada ujung gedung
asrama di lantai 1, terdapat sebuah kamar kecil yang berfungsi sebagai ruang
isolasi bagi pasien baru. Jadi, kalau ada pasien yang baru masuk, pasien tersebut
dimasukkan ke ruang isolasi ini . biasanya pecandu ini akan mengalami masa
sakau kalau tidak menggunakan narkoba, biasanya pasien akan sakau selama
seminggu dan tidak boleh keluar. Disitulah nanti pasien yang baru akan diajak
untuk merenungi jalan hidupnya yang selama ini dilaluinya dengan dibantu oleh
senior mereka.
Dalam kamar tersebut terdapat 2 buah kasur dan 1 kamar mandi, akan
tetapi disesuaikan dengan jumlah pasien yang masuk. Ruang tersebut berukuran 2
73
x 10 m. Bedanya dengan kamar lain. Kamar ini lebih sempit dan pasien yang baru
masuk tidak bisa keluar buat makan atau kegiatan lain seperti pasien yang lain dan
dikhususkan bagi pasien yang melanggar peraturan yang berat dan sebagai
kesalahan yang berat dan tergolong besar misalnya berkelahi, dan biasanya
berkelahi gara-gara saling mengejek. Jadi hukuman bagi mereka adalah dikamar
seperti ini. Masa hukumannya relatif, variatif tergantung dari kesalahan yang
mereka buat.
Ruangan ini terdapat lima kamar tidur dan satu kamar mandi. Ruangan ini
sama seperti ruangan isolasi pasien yang baru yang juga berjeruji. Ukuran kamar
tersebut 7 x 10 m.
5. Kantin
Kantin terletak disebelah ruang makan. Dalam kantin ini terlihat adanya 10
meja panjang berikut dengan kursinya, etalase yang menjual berbagai kebutuhan
6. Kolam Memancing
bangku panjang yang berfungsi sebagai tempat duduk saat memancing. Dapat
merangsang pasien untuk memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan dan
74
apa yang akan mereka lakukan.
mengiring mereka untuk memikirkan diri mereka ke depannya. Hal ini dapat
kondisi tersebut.
7. Pendopo
Fungsi pendopo ini dapat dijadikan tempat untuk berdiskusi bagi para
pasien yan di dampingi konselor. Dengan berdiskusi pasien akan lebih bebas
orang lain dan tak boleh memaksakan kehendak. Disinilah pasien bisa memupuk
dan menumbuhkan rasa saling menghargai antar sesama warga. Jadi pasien akan
merasa dihargai dan layak di dengar pendapatnya. Di samping itu tentunya untuk
mengasah kembali daya pikir mereka yang selama ini banyak tak berfungsi karena
obat.
Dengan diskusi ini juga dijadikan sebagai salah satu terapi psikologis bagi
pasien. Dalam diskusi ini pasien dirangsang untuk memiliki kepercayaan diri dan
jumlah seluruh pasien yang ada. Dindingnya terbuka dengan lantai yang
berbentuk panggung.
75
8. Lapangan Olahraga
lapangan bola kaki, bulu tangkis, tenis meja dan basket. Dengan berolahraga ini
diharapkan pasien dapat memperbaiki fungsi tubuh mereka agar kembali normal
seperti sedia kala, karena dengan berolahraga yang teratur badan akan berkeringat,
tubuh akan lentur dan berotot. Jadi kegiatan ini memang difungsikan untuk terapi
fisik pasien. Karena fisik pasien pecandu narkoba selama ini dalam kondisi yang
tidak normal, dengan fasilitas ini pasien dirangsang untuk terus memiliki aktifitas.
Dengan tubuh bergerak, maka pikiran juga bergerak seiring gerak tubuh. Ini dapat
9. Laboratorium Komputer
tujuan utama penyediaan fasilitas ini adalah agar pasien dididik dan dilatih untuk
Pasien disini memang tidak hanya disembuhkan tapi juga dididik dan
dilatih agar nantinya bila mereka keluar dari sibolangit Centre ini dapat
keterampilan komputer mereka untuk kerja tentunya. Sehingga mereka akan dapat
bersosialisasi dengan baik dan akan timbul rasa percaya diri bahwa mereka juga
Office seperti Words, Excel, Access, Power Point serta Internet. Karena program-
76
program ini menurut pengelolah rahabilitasi banyak digunakan di dunia kerja,
tidak hanya ke dalam keluarganya saja, namun juga ke dunia kerja sehingga
77
Laboratorium ini memiliki 10 buah komputer yang berkapasitas Pentium
IV. Dengan kapasitas seperti ini memang akan sangat mendukung upaya Panti
Ruang ini terdapat disebelah ruang medis. Fungsi ruang ini adalah sebagai
penyuluhan bagi pasien. Sehingga pasien dapat memperoleh terapi psikologi dari
memiliki kedalaman 150 cm. Kolam mini ini digunakan untuk merendam pasien
di tengah malam. Memang terasa dingin pada saat direndam ditengah malam.
Dengan dingin itulah syaraf-syaraf mereka yang rusak dapat dirangsang bekerja
kembali. Mereka tidak akan masuk angin karena begitu kedinginan sekali mereka
sebagai salah satu terapi psikologi untuk lepas dan pulih dari ketergantunga
narkoba, sehingga begitu keluar dari Sibolangit Centre diharapkan mereka akan
78
12. Kolam Mandi Air Panas
Kolam mandi air panas ini terletak di sidebu-debu yang memang lokasinya
tak jauh dari Sibolangit Center. Kolam air panas ini digunakan untuk mandi
pasien. Dengan mandi disini makan akan dirangsang syaraf-syaraf mereka yang
rusak untuk pulih kembali. Mereka sebulan sekali pada minggu pagi mandi di
sidebu-debu di kolam air panas. Sekitar setengah jam mandi air panas, kemudian
kepala mereka diguyur dengan air panas yang dicampur garam, gunanya adalah
Lahan ini seluas ± 2500m. Lahan ini digunakan pasien untuk belajar bertani. Pada
pagi hari mereka bekerja di lahan ini, tujuannya bukan hanya sebagai aktifitas
fisik, namun juga bisa digunakan sebagai terapi fisik bagi pasien. Sinar matahari
pagi bagus bagi tubuh. Syaraf-syaraf bisa dipulihkan dengan cara bertani. Disini
mereka juga diajarkan untuk menaman cabai, sayur-sayuran dan beternak. Kalau
Sibolangit Centre
tidak terpenuhi, maka mereka akan merasa kedinginan, sakit kepala, gelisah,
79
Pecandu narkoba yang dirawat dipanti, maka pada saat itulah terjadi
desosialisasi, karena pada tahap awal, seorang pasien itu diasingkan dan
ditempatkan disuatu kamar khusus yang terpisah dari pasien lainnya. Selain
datang sakaunya, maka tangan dan kaki pasien akan diikat. Selama masa sakau ini
pasien dijaga ketat oleh dokter dan perawat serta tidak dibenarkan berinteraksi
dengan siapapun baik sesama pasien maupun keluarganya. Hal ini terjadi selama
minggu dan sakaunya telah hilang, maka pasien dipindahkan ke kamar biasa dan
telah dapat berinteraksi dengan pasien lainnya, dapat mengikuti aktivitas sehari-
hari bersama dengan pasien yang lainnya, serta sudah diperbolehkan dikunjungi
oleh orangtua atau keluarga pada saat waktu kunjungan yang telah ditetapkan
pihak panti. Pada saat inilah berlangsung proses resosialisasi, dimana pasien
pada pagi hari biasanya mereka sholat subuh, lalu dilanjutkan dengan olahraga.
pengobatan yang telah ditentukan oleh pihak panti. Pada sore hari, mereka dapat
melakukan beberapa kegiatan seperti menonton tv, bermain game dan lain-lain.
80
Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terdapat berbagai metode pengobatan
yaitu:
1. Pengobatan Medis
Pada metode medis ini, dokter memeriksa kondisi tubuh pasien untuk
diinginkan.
2. Pengobatan Tradisional
pasien akan bertambah, badan terasa segar, tidur pun enak serta
sebanyak 2 kali sehari pasien diberikan minuman jamu yang terbuat dari
untuk sembahyang, membaca kitab suci dan belajar mengenal diri sendiri
mendekatkan diri dengan Tuhan, memiliki iman yang kuat sehingga tidak
81
4. Pengobatan Fisik dan Psikis
Metode pengobatan fisik di panti ini dilakukan dengan cara olahraga setiap
hari, seperti basket, renang, tenis meja, bulu tangkis, sepak bola dan lain-
lain. Selain itu juga dilakukan cross country pada waktu-waktu tertentu.
82
BAB V
ANALISA DATA
menerima program pemulihan. Adapun data-data yang disajikan dalam bab ini
dalam bentuk tabulasi tunggal dan kemudian digabung dengan data hasil
wawancara. Adapun data-data yang dianalisis dalam bab ini sebagai berikut :
Diagram 1
Distibusi Responden Berdasarkan Usia
12 39,28%
10
28,58%
8
6 17,86 %
14,28%
4
2
0
16-20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun
83
26 – 30 tahun mendominasi usia keseluruhan responden dalam penggunaan
Diagram 2
Distibusi Responden Berdasarkan Agama
25 82,14%
20
Responden
15
10
5 7,14% 10,72%
0
Islam Kristen Budha
Agama
beragama islam.
responden didominasi islam namun sifat toleransi dan saling menghargai sangat
besar diantara responden yang berbeda agama. Dalam rehabilitasi ini, semua
responden memiliki tujuan yang sama yaitu keinginan untuk sembuh dari
pengaruh narkoba.
84
5.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk itu semua populasi dalam penelitian ini adalah responden dengan jumlah
28 orang atau 100%. Tidak ada perempuan sebagai residen dalam rehabilitasi ini.
Diagram 3
Distibusi Responden Berdasarkan Suku
12 35,72%
10
Responden
8 21,42%
6 17,86%
4 7,15%
2 3,57% 3,57% 3,57% 3,57% 3,57%
0
Suku
sebanyak 10 atau 35,72% suku batak toba, 2 responden atau 7,15% suku batak
suku jawa, sedangkan masing-masing suku batak karo, batak simalungun, melayu,
85
5.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status
Diagram 4
Distibusi Responden Berdasarkan Status
16
50%
14 46,43%
12
Responden
10
8
6
4
2 3,57%
0
Menikah Duda Belum menikah
Status
Seperti yang kita ketahui bahwa narkoba bisa digunakan oleh siapa saja
tanpa memandang usia, suku, gender, kedudukan, pendidikan bahkan status. Pada
termasuk masih dalam pendidikan sebagai Pelajar yaitu 2 orang dan sebagai
(duda).
86
5.2. Proses Pengenalan Program.
5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Informasi Program Therapeutic
Community (TC).
Diagram 5
Pengetahuan Responden Tentang Informasi Program
Therapeutic Community (TC)
25 78,57%
20
Responden
15
10
21,43%
5
0
Ya Tidak
Jawaban Responden
menjalani program ini selama lebih dari 3 bulan dan ada juga responden yang
telah menjalani program TC lebih dari satu tahun, sedangkan sebanyak 78,57%
87
5.2.2. Sumber Informasi Program Therapeutic Community (TC)
Diagram 6
Sumber Informasi Program Therapeutic Community TC)
14 46,43%
42,86%
12
10
Responden
4 10,71%
0
Staff Saudara Teman
Jawaban Responden
88
5.2.3. Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan Program
Therapeutic Community (TC)
Diagram 7
Pemahaman Responden Mengenai Tujuan Penerapan Program
Therapeutic Community (TC)
25
71,43%
20
Responden
15
10 28,57%
0
Ya Tidak
Jawaban Responden
yang menjawab (Ya) dalam diagram diatas adalah responden yang telah
89
5.2.4. Kerumitan Responden Mendaftarkan Diri Sebagai Residen Untuk
Diagram 8
Kerumitan Responden Mendaftarkan Diri Sebagai Residen
Untuk Mengikuti Program Therapeutic Community (TC)
30
89,29%
25
Responden
20
15
10
5 10,71%
0
Ya Tidak
Jawaban Respoden
orang. Penanganan terhadap mereka tidak seperti pasien yang terkena penyakit
infeksi yang jika diterapi dengan antibiotika yang tepat maka akan segera sembuh.
Namun hal tersebut berbeda dengan residen pengguna narkoba. Bahkan sebelum
memulai program TC, calon residen harus melewati proses pendaftaran diri.
menjawab rumit proses pendaftaran dirinya, karena responden dtg sendiri ke Panti
90
5.2.5. Pengetahuan Responden Mengenai Pengumpulan Data Diri Untuk
Bahan Pertimbangan Kelayakan Mengikuti Program Therapeutic
Community
Diagram 9
Pengetahuan Responden Mengenai Pengumpulan Data Diri
Untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan Mengikuti Program
Therapeutic Community (TC)
25
75%
20
Responden
15
10 25%
5
0
Ya Tidak
Jawaban Responden
atau 25% menjawab mengetahui proses tersebut telah pernah mengikuti program
91
5.3. Proses Pelaksanaan Program
Diagram 10
Pengetahuan Residen Tentang Proses Pelaksanaan Program
Therapeutic Community (TC)
25
78,57%
20
Responden
15
10
17,86%
5
3,57%
0
Tahu Kurang tahu Tidak tahu
Jawaban Responden
pada diagram 10 dapat kita lihat bahwa yang mengetahui proses pelaksanaan
TAHU adalah yang baru menjalani program TC kurang dari 3 bulan dan belum
sepenuhnya paham akan pelaksanaan program TC, dan yang menjawab TIDAK
TAHU adalah residen yang baru masuk beberapa minggu dan masih dalam tahap
pemeriksaan.
92
5.3.2. Kendala Yang Dihadapi Residen Saat Menjalani Program
Diagram 11
Kendala Yang Dihadapi Residen Saat Menjalani
Program Therapeutic Community (TC)
20 64,29%
15
Responden
32,14%
10
5
3,57%
0
Sangat rumit Rumit Tidak rumit
Jawaban Responden
responden atau 32,14% menjawab kendala yang dialami residen rumit saat
menghadapi program TC dan hanya 1 orang responden saja atau 3,57% menjawab
mengetahui sama sekali dengan kegiatan yang ada didalam Program TC, yang
menjawab RUMIT ialah yang telah mengetahui program TC namun belum bisa
sedangkan yang menjawab TIDAK RUMIT ialah residen yang telah mengetahui
93
5.3.3. Tingkat Kejenuhan Residen Selama Mengikuti Program
Diagram 12
Tingkat Kejenuhan Residen Selama Mengikuti Program
Therapeutic Community (TC)
20
57,14%
15
Responden
10 28,57%
5 14,29%
0
Sangat jenuh Jenuh Tidak jenuh
Jawaban Responden
didalam panti (residential) dan 4 – 8 jam untuk program TC diluar panti (non
berkesinambungan (the continuum of care) yaitu tahap primer, tahap re-entry dan
memberikan kejenuhan bagi residen. Hal tersebut dapat kita lihat dalam diagram
TC, sedangkan 8 responden atau 28,57% menjawab tidak jenuh dan menikmati
94
5.3.4. Tingkat Ketahuan Residen Tentang Alasan Sibolangit Centre
Diagram 13
Tingkat Ketahuan Residen Tentang Alasan Sibolangit
Centre Melaksanakan Program Therapeutic Community
(TC)
25 82,14%
20
Responden
15
10
5 10,72% 7,14%
0
Tahu Kurang tahu Tidak tahu
Jawaban Responden
salah satu panti rehabilitasi narkoba yang menerapkan program TC. Pada diagram
13 kita dapat melihat tingkat keingintahun residen akan alasan Rehabilitasi Al-
belum terlihat adanya perubahan yang dialami responden dan sisanya 2 responden
atau 7,14% menjawab tidak mengetahui sama sekali alasan Sibolangit Centre
95
5.3.5. Pengetahuan Residen Tentang Sibolangit Centre Pernah Mengadakan
Rapat/Musyawarah Dengan Residen Terkait Program Therapeutic
Community (TC)
Diagram 14
Pengetahuan Residen Tentang Sibolangit Centre Pernah
Mengadakan Rapat/Musyawarah Dengan Residen Terkait
Program Therapeutic Community (TC)
30
89,29%
25
Responden
20
15
10
5 10,71%
0
Pernah Tidak pernah
Jawaban Responden
Keberhasilan dari program TC ini tidak lepas dari partisipasi residen yang
merupakan pelaku dari program ini. Untuk itu melalui diagram 14 ini kita akan
atau 89,29% menjawab pernah turut serta dalam musyawarah rapat program TC,
sedangkan 3 responden atau 10,71% menjawab tidak pernah diikut sertakan saat
96
5.3.6. Pendapat Residen Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Diagram 15
Pendapat Residen Tentang Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Untuk Mencapai Tujuan Program Therapeutic
Community (TC)
30
85,71%
25
20
Responden
15
10
5 10,72%
3,57%
0
Memadai Kurang memadai Tidak memadai
Jawaban Responden
beratnya beban biaya operasional TC, sementara sumber dana baik yang berasal
dari residen maupun dalam bentuk bantuan semakin lama semakin minim. Namun
mendukung program TC ini berjalan hingga sampai saat ini. Hal tersebut dapat
97
5.3.7. Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran
Diagram 16
Pandangan Residen Mengenai Mutu Pekerjaan Atau Sasaran
yang Dihasilkan dari Program Therapeutic Community (TC)
30 96,43%
25
20
Responden
15
10
5
3,57%
0
Iya Tidak
Jawaban Responden
rehabilitasi. Hal ini sangatlah penting mengingat pada akhirnya residen harus
menjalani kehidupannya seperti semula dan dapat berinteraksi dengan baik maka
dapat dikatakan bahwa program TC yang dijalani residen berjalan sesuai sasaran,
96,43% menjawab mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program TC
98
5.3.8. Pendapat Residen Mengenai Sumber Daya (Tenaga, Dana, Barang)
yang Digunakan Untuk Menjalankan Program Therapeutic Community
(TC)
Diagram 17
Pendapat Residen Mengenai Sumber Daya (Tenaga, Dana,
Barang) Yang Digunakan Untuk Menjalankan Program
Therapeutic Community (TC)
30
92,86%
25
20
Responden
15
10
5 7,14%
0
Sudah Belum
Jawaban Responden
Untuk dapat mencapai tujuan dari program TC, maka segala sumber daya
(tenaga, dana, barang) harus dilengkapi dengan baik. Tidak hanya didukung oleh
semua unsur/staff ataupun petugas dan residen yang terlibat dalam program TC,
melainkan sumber daya dan fasilitas pun harus mampu menyeimbangi tujuan
program TC. Pada diagram 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 26 responden atau
sudah berjalan sesuai tujuan, sedangkan 2 responden atau 7,14% menjawab belum
99
5.4. Pemahaman Akan Manfaat Program.
5.4.1. Pengetahuan Residen Mengenai Fungsi Penerapan Program
Therapeutic Community Dalam Panti Rehabilitasi
Diagram 18
Pengetahuan Residen Mengenai Fungsi Penerapan Program
Therapeutic Community Dalam Panti Rehabilitasi
30
89,29%
25
20
Responden
15
10
5 10,71%
0
Ya Tidak
Jawaban Responden
disepakati sesama rekan sebaya dilaksanakan secara kompak dan baik. Fungsi
tersebut dilakukan secara konsisten serta berulang kali secara rutin agar tujuan
yang akan dicapai berjalan sesuai harapan. Melalui fungsi tersebut maka residen
fungsi tersebut.
100
5.4.2. Pendapat Residen Mengenai Penerapan Program Therapeutic
Community (TC) Dalam Panti Rehabilitasi
Diagram 19
Pendapat Residen Mengenai Penerapan Program Therapeutic
Community (TC) Dalam Panti Rehabilitasi
16 53,57%
14
42,86%
12
Responden
10
8
6
4
2 3,57%
0
Sangat penting Penting Tidak penting
Jawaban Responden
residen. Dan lebih khusus lagi, untuk mengetahui sejauh mana proses pengenalan
101
5.4.3. Tanggapan Residen Terhadap Kinerja Pelaksanaan Program
Therapeutic Community (TC)
Diagram 20
Tanggapan Residen Terhadap Kinerja Pelaksanaan Program
Therapeutic Community (TC)
20 67,86%
18
16
14
Responden
12
10 32,14%
8
6
4
2
0
Sangat baik Baik
Jawaban Responden
baiknya bila semua unsur/staff, petugas, tenaga professional atau pun residen
memiliki komitmen yang teguh terhadap tujuan dari program TC ini. Bila
program TC ini berhasil, maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa
kinerjanya baik.
102
5.4.4. Tingkat Keberhasilan Program Therapeutic Community yang
Diterapkan Panti Rehabilitasi Terhadap Pola Hidup Residen
Diagram 21
Tingkat Keberhasilan Program Therapeutic Community Yang
Diterapkan Panti Rehabilitasi Terhadap Pola Hidup Residen
25
71,43%
20
Responden
15
10
25%
5
3,57%
0
Sangat berhasil Berhasil Tidak berhasil
Jawaban Responden
melalui pola hidup residen. Apabila pola hidup residen berjalan baik dimana
residen dapat berinteraksi dengan keluarga dan juga masyarakat, maka dapat kita
belum berhasil.
menjawab program TC berhasil mengubah pola hidup residen menjadi lebih baik,
yang diharapkan yaitu sangat berhasil mengubah pola hidup residen, dan hanya 1
berhasil.
103
5.4.5. Tanggapan Residen Tentang Program Therapeutic Community
Dapat Membantu Permasalahan Residen
Diagram 22
Tanggapan Residen Tentang Program Therapeutic Community
Dapat Membantu Permasalahan Residen
30
92,86%
25
20
Responden
15
10
5
3,57% 3,57%
0
Membantu Kurang membantu Tidak membantu
Jawaban Responden
baik bagi diri sendiri maupun orang lain, jadi bukan semata-mata tanggungjawab
dalam mengubah suatu perilaku. Melalui perubahan perilaku ini, maka residen
dapat mengubah pola pikir serta pola hidupnya sehingga residen dapat
104
5.4.6. Tanggapan Residen Mengenai Manfaat Pelaksanaan Program
Diagram 23
Tanggapan Residen Mengenai Manfaat Pelaksanaan Program
Therapeutic Community Pada Diri Residen Oleh Sibolangit
Centre
30 96,43%
25
Responden
20
15
10
5 3,57%
0
Ada Tidak tahu
Jawaban Responden
mendapatkan manfaat dari program TC, bila sebaliknya, maka residen belum
memperoleh manfaatnya.
3,57% menjawab tidak tahu apakah residen mendapatkan manfaatnya atau tidak,
105
BAB VI
PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian.
Kesimpulan yang terdapat dalam bab ini merupakan hasil yang dicapai dari
analisis data dalam penelitian tentang Evaluasi pelaksanaan Program Therapeutic
Community (TC) Terhadap Residen Penyalahgunaan Narkoba di Rehabilitasi Al-
Kamal Sibolangit Centre. Responden dalam penelitian ini berjumlah 28 orang
yang menjadi residen program Pemulihan ketergantungan Narkoba.
6.1. Kesimpulan
penerima program.
106
prasarana dalam menjalankan program TC, tercapainya tujuan dan sasaran
6.2. Saran
haram tersebut dan dapat menghindari agar tidak memakai kembali barang
107
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi Program
Pendidikan. Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, Matias dan Suriadi, Agus. 2012. CSR Perspektif Pekerjaan Sosial .
Medan: PT Grasindo Monaratama.
108
Sumarsono, Sonny. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia . Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Tayibnapis, Yusuf dan Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumber Lain :
Sumber Internet :
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/12/27/137795/penyelundupan-
dan peredaran-narkoba-meningkat/.Diakses pada tanggal 21 Mei 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30547/1/Reference.pdf (diakses
pada tgl 21 mei 2015 pukul 16 55)
109