Anda di halaman 1dari 115

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BPSS (BIO, PSIKO,SOSIAL,

SPRITUAL) HOLISTIK TERHADAP RESIDEN PENYALAHGUNAAN


NAPZA DI IPWL YAYASAN NAZAR MEDAN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

OPTO NAIBAHO
130902052

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Opto Naibaho


Nim : 130902052
ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual) Holistk


Terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZA Di IPWL (Institusi Penerima
Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan
Penyalahgunaan narkoba sudah semakin marak terjadi di Negara Republik
Indonesia saat ini, bahkan korbannya sudah merambah hampir ke semua lapisan
masyarakat termasuk juga kalangan mahasiswa.Salah satu upaya yang dilakukan
baik pemerintah maupun pihak swasta untuk mengurangi dan menyelesaikan
masalah penyalahgunaan narkoba adalah dengan mendirikan panti rehabilitasi.
IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan merupakan
salah satu Rehabilitasi narkoba yang berdiri dibawah Kementerian Sosial yang
menjalankan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual) Holistik yang
bermanfaat bagi pemulihan residen ketergantungan narkoba. Penelitian ini
tergolong tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan
untuk menggambarkan dan mengetahui bagaimana Pelaksanaan Program BPSS
(Bio, Psiko, Sosial, Spritual) Holistik dalam pemulihan residen.Populasi dalam
penelitian ini yang menjalankan program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual)
Holistik meliputi Primary berjumlah 19 orang dan Re-Entry berjumlah 9 orang,
sehingga secara keseluruhan residen yang berada di IPWL (Institusi Penerima
Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan berjumlah 28 orang. Hasil penelitian yang
diperoleh dari analisis data Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko,
Sosial, Spritual)Holistik Terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZADi IPWL
(Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan menunjukkan bahwa
input terdiri dari calon residen dan program kemudian calon residen tersebut
mengalami proses pelaksanaan program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual)
Holistik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada di panti rehabilitasi,
sehingga menghasilkan residen yang mengalami pemulihan dan perubahan pola
sikap dan perilaku. Maka diketahui bahwa pelaksanaan program tersebut sangat
berdampak terhadap pemulihan residen.
Kata Kunci : Evaluasi, Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik,
Residen Penyalahgunaan NAPZA

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

Name :Opto Naibaho


Nim : 130902052
ABSTRACT

Evaluation Of The BPSS (Bio, Psycho, Social, Spiritual) Holistic Program


Against Drug Abuse Resident In IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor)
FoundationNAZAR Medan
Nowadays, drug abuse is rife in the Republic Indonesian today, even the
victims have penetrated almost all levels of society as well as among students.
One of the efforts which are made by both government and the private sector to
reduce and resolve the problem of drug abuse is to establish institution for
rehabilitation. IPWL Foundation NAZAR Medan is one of the established drug
rehabilitation under social ministry that runs programs that benefit the BPSS (Bio,
Psycho, Social, Spritual) Holistic resident drug addiction recovery. This study
calssified the type of descriptive with quantitative approach which aims to
describe and find out about the implementation of the recovery program in the
BPSS (Bio, Psycho, Social, Spritual) Holistic. The population of this research are
19 people who run the Primary program and 9 people who run Re-Entry program.
So the residents residing in IPWL Foundation NAZAR Medan amounted 28
people. The result obtained from the analysis of data Evaluation of the BPSS (Bio,
Psycho, Social, Spritual) Holistic implementation of the resident drug IPWL
Foundation Medan indicates that the input consists of a prospective resident and
program BPSS (Bio, Psycho, Social, Spritual) Holistic by using the infrastructure
that is in rehab, resulting in a resident who experienced a recovery and changes in
attitudes and behavior patterns. It is known that the implementation of the
program has an impact on the recovery of resident.
Keywords : Evaluation, Program BPSS (Bio, Psycho, Social, Spritual) Holistic,
Drug Abuse Resident

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas

segala kasih karunia serta rancangan-Nya yang indah dalam hidup penulis.Dia

adalah Bapa yang baik, Bapa yang setia yang memberikan pertolongan-Nya yang

ajaib, penyertan-Nya dalam memelihara kehidupan penulis. Dia yang tidak pernah

salah untuk menuntun dan memberikan kemudahan menuju rancangan-Nya yang

indah bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan

judul “Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual)Holistik

Terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZA Di IPWL (Insitusi Penerima Wajib

Lapor) Yayasan NAZAR Medan”.

Dalam masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini Penulis menyadari

banyak mendapat bantuan dan dukungan baik materil dan moril dari berbagai

pihak.Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapka terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu, mendukung dan mendoakan penulis selama masa

perkuliahan penulisan skripsi ini. Dalam kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S, Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi S.Sos, M.Si selaku Ketua Departemen Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP selaku dosen pembimbing penulis

yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan

kesabarannya yang luar biasa serta dukungan dalam penyelesaian skripsi

ini. Terimakasih pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya dan

mamberikan saya pelajaran yang begitu besar.

5. Kepada seluruh dosen di Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP USU

yang telah memberikan pembelajaran kepada penulis selama menjalani

perkuliahan di departemen ini, dan juga kepada staf pegawai administrasi

FISIP USU.

6. Kepada staf kepegawaian Departemen Kesejahteraan Sosial Kak Deby dan

Kak Beti serta Bang Ria yang telah bersedia memberikan informasi

kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Terkhusus kedua orang tua tercinta, kepada bapak saya St.Olo Naibaho

dan ibu saya Rosdiana Sitanggang yang sampai saat ini sudah mendidik

saya, selalu memberikan dukungan, serta doa semangat bagi penulis.

Terimakasih buat cinta kasih serta kesabaran yang tak pernah ada habisnya

untuk penulis. Tuhan memberkati keluarga dan kehidupan kita.

8. Terimakasih kepada semua saudaraku yang selalu memberikan semangat

untuk penulis, memberikan dukungan baik materi maupun moril.

Terimakasih sudah selalu memotivasi dan menasehati saya untuk bisa

menjaga dan membahagiakan orang tua kita selalu. Semoga kita semua

bisa membahagiakan orang tua kita.

9. Terimakasih buat keluarga besar harmonika 48 Bang Harvest, Bang

Gencan, Bang Ryan, Dear saragih, Radovan, Sutrisno, Reza, Irgo, Johan,

Universitas Sumatera Utara


Harapan, Judika dan semuanya atas dukungan doa, semangat, motivasi

serta cinta kasih kalian yang selalu ada. Tuhan selalu memberkati dan

memberikan kebahagiaan.

10. Terimakasih buat mantan kelompok kecilku (KK Imagodei) Efria, Johan,

Nova atas doa dan dukungan semangatnya, terima kasih buat cinta kasih

persaudaraan kalian, semakin kompak dan semakin bertumbuh dalam

aspek kerohaniannya. Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu.

11. Terimakasih buat keluarga besar Pak Uda dan Mak Uda (Jonas Ginting

S.H/Simanullang, Rachel, Naomi, dan Samuel) atas semua nasehat, doa

dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Semoga tuhan selalu

memberkati, memberi rezeki dan kebahagiaan kepada keluarga Pak Uda

dan Mak Uda.

12. Terimakasih buat anggota MOD (Medan Online Driver) Fredi, Maicon,

Firmanta, Rojer, Erwin, Wira, Jonser, Reza, Trisno, Eko atas doa,

dukungan motivasi serta tali persahabatan yang kalian berikan semoga kita

makin kompak dan rezeki dilancarkan. Tuhan memberkati kita.

13. Terimakasih kepada Esther Pasaribu yang dulu sering mengingatkan,

mendoakan, motivasi, memberi semangat, supaya cepat wisuda..

Terimakasih atas semua kebaikanmu. Semoga kita bisa bertemu lagi.

14. Kepada semua teman-teman kesejahteraan sosial 2013, yang sudah wisuda

maupun yang saat ini masih berjuang meraih gelar S.Sos mari tetap sama-

sama berjuang meraih kesusksesan, tetap semangat dan selalu diberkati

Tuhan dimanapun kita nantinya berada.

Universitas Sumatera Utara


15. Terimakasih untuk semua staf dan pekerja fungsional yang ada di IPWL

(Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan, Pak Poltak

Marbun dan Ibu, Sist Nia, Sist Denti, Sist Suarni, Bro Eka, Bro Nando dan

semua yang namanya tak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas

dukungan doa dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi ini. Tuhan

selalu memberkati kita.

16. Terimakasih buat seluruh residen yang menjadi responden dalam

membentu penelitian saya.

17. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan atas selesainya skripsi

ini yang belum penulis tuliskan satu persatu, penulis mengucapkan

terimakasih banyak.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Departemen Kesejahteraan Sosial

kedepannya.Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki

sejumlah kekurangan dan kelemahan dikarenakan keterbatasan dan kemampuan,

dan pengalaman penulis.Penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang sifatnya

membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya.Dengan segala kerendahan

hati penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.

Medan, November 2017

Penulis

Opto Naibaho

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................i
ABSTRACT............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................................7
1.3.1 Tujuan Penelitian......................................................................................7
1.3.2 Manfaat Penelitian....................................................................................8
1.4 Sistematika Penulisan.........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Evaluasi Program.............................................................................................10
2.1.1 Pengertian Evaluasi.................................................................................10
2.1.2 Fungsi Evaluasi.......................................................................................11
2.1.3 Tolak Ukur Evaluasi...............................................................................12
2.1.4 Pengertian Program.................................................................................13
2.1.5 Pengertian Evaluasi Program..................................................................13
2.2 Napza dan Adiksi.............................................................................................14
2.2.1 Pengertian NAPZA.................................................................................14
2.2.2 Pengertian Adiksi....................................................................................17
2.3 Residen.............................................................................................................19
2.4 Penyalahgunaan Narkoba.................................................................................19
2.5 Pemulihan Dan Rehabilitasi Penyalahgunaan NAPZA...................................20
2.5.1 Aspek Pemulihan Bagi Penyalahgunaan NAPZA..................................21
2.6 BPSS Holistik (Biologis, Psikologis, Sosial, Spritual)....................................21
2.6.1 Sejarah BPSS Holistik ...........................................................................21
2.6.2 Pengertian BPSS Holistik.......................................................................22
2.6.3 Program BPSS Holistik di Indonesia......................................................23
2.6.4 Filosofi BPSS Holistik dan Penerapan Metode Pekejaan sosial.............26

Universitas Sumatera Utara


2.7 Proses Pelayanan IPWL Yayasan NAZAR medan..........................................34
2.7.1 Gambaran Umum IPWL Yayasan NAZAR Medan................................34
2.7.2 Tahap Proses Pelayanan IPWL Yayasan NAZAR Medan.....................37
2.8 Penelitian Yang Relevan..................................................................................47
2.9 Kerangka Pemikiran.........................................................................................49
2.10 Defenisi KonsepDan Defenisi Operasinal.....................................................53
2.10.1 Defenisi Konsep..................................................................................53
2.10.2 Defenisi Operasional...........................................................................54

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tipe Penelitian.................................................................................................56
3.2 Lokasi Penelitian..............................................................................................56
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................................57
3.3 1 Populasi...................................................................................................57
3.3 2 Sampel.....................................................................................................57
3.4 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................58
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................................59

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga............................................................................60
4.2 Visi Dan Misi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR.....61
4.2.1 Visi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR............61
4.2.2 Misi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR...........61
4.3 Dasar Hukum...................................................................................................61
4.4 Struktur Organisasi Dan SDM.........................................................................62
4.4.1 Struktur Organisasi..................................................................................62
4.4.2 Sumber Daya Manusia............................................................................64
4.5 Fasilitas Panti Dan Pelayanan..........................................................................66
4.5.1 Fasilitas Panti..........................................................................................66
4.5 2 Fasilitas Pelayanan..................................................................................67

BAB V ANALISIS DATA


5.1 Pengantar..........................................................................................................68
5.2 Analisi Karakteristik Umum Responden.........................................................69
5.3 Analisis Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS Holistik..................................73
5.3.1 Masukan (Input)......................................................................................74
5.3.2 Proses (Proses)........................................................................................79
5.3.3 Keluaran (Output)...................................................................................86
5.3.4 Pengaruh (Impact)...................................................................................92

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan......................................................................................................99

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran...............................................................................................................100
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................xii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Berdasarkan Jenjang Pendidikan...........................................................65


Tabel 4.2 Berdasarka Jenis Kelamin.....................................................................65
Tabel 4.3 Berdasarkan Golongan Kepangkatan.....................................................66
Tabel 4.4 Agama....................................................................................................66
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia................................................70
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama............................................71
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku...............................................72
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status.............................................73
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen Tentang
Informasi Pelaksanaan Program BPSS Holistik Dalam Proses Pemulihan Residen
di IPWL Yayasan NAZAR Medan........................................................................74
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen Tentang
Adanya Proses Pengumpulan Data Diri Untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan
Mengikuti Program BPSS Holistik........................................................................75
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang
Pendaftaran Tentang Pendaftaran Diri Sebagai Residen Untuk Mengikuti Program
BPSS Holistik.........................................................................................................76
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen Tentang
Penjelasan Staf Mengenai Tujuan Penerapan Program BPSS Holistik Di IPWL
Yayasan NAZAR Medan.......................................................................................77
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen Tentang
Proses Pelaksanaan Program BPSS Holistik Di IPWL (Institusi Penerima Wajib
Lapor) Yayasan NAZAR Medan...........................................................................78
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Dan Prasarana Dalam
Pelaksanaan Program BPSS Holistik Di IPWL Yayasan NAZAR Medan............79
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang
Diberlakukannya Program BPSS Holistik Ini Dalam Pemulihan Di IPWL
Yayasan NAZAR Medan.......................................................................................80
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kendala Yang Dihadapi Saat
Menjalani Program BPSS Holistik Yang Dijalankan IPWL Yayasan NAZAR
Medan.....................................................................................................................81
Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kejenuhan Selama
Mengikuti Program BPSS Holistik Yang Dijalankan IPWL Yayasan NAZAR
Medan.....................................................................................................................82
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang Pihak
IPWL Yayasan NAZAR Medan Pernah Mengadakan Rapat/Musyawarah Dengan
Residen Terkait Dengan Program BPSS Holistik..................................................83

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang Staf
Dan Pekerja Fungsional Memberikan Motivasi Kepada Residen Dalam
Melaksanakan Program BPSS Holistik..................................................................84
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang Proses
Berlangsungnya Pelaksanaan Program BPSS Holistik..........................................85
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang
Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Oleh Pihak IPWL Yayasan NAZAR Medan
Dalam Menjalankan Program BPSS Holistik........................................................86
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang Mutu
Pekerjaan Atau Sasaran Yang Dihasilkan Dari Program BPSS Holistik...............87
Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang
Keaktifan Staf Dan Pekerja Fungsional Menjalankan Fungsinya Dalam Proses
Pemulihan Residen Di IPWL Yayasan NAZAR Medan.......................................89
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang Sumber
Dana Yang Digunakan Dalam Menjalankan Program BPSS Holistik Sudah Sesuai
Dengan Tujuan.......................................................................................................90
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang
Perubahan Pola Sikap Dan Perilaku Setelah Mengikuti Program BPSS
Holistik...................................................................................................................91
Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang
Pentingnya Penerapan Program BPSS Holistik Di Dalam Panti Rehabilitasi.......92
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Residen Tentang
Kinerja Staf Dan Pekerja Fungsional Dalam Melaksanakan Program BPSS
Holistik...................................................................................................................93
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keberhasilan Program
BPSS Holistik Yang Diterapkan Di IPWL Yayasan NAZAR Medan Terhadap
Pemulihan Residen.................................................................................................95
Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Penadapat Residen Tentang
Program BPSS Holistik Yang Dilaksanakan Di IPWL Yayasan NAZAR Medan
Dapat Membantu Permasalahan Residen...............................................................96
Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Residen Tentang
Manfaat Dari Pelaksanaan Program BPSS Holistik Yang Dilaksanakan Di IPWL
Yayasan NAZAR Medan.......................................................................................98

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir...................................................................................52


Bagan 4.1 Struktur Organisasi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor ) Yayasan
NAZAR Medan......................................................................................................63

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyalahgunaan NAPZA tidak lagi hanya terjadi di kota-kota besar, tapi

sudah mewabah ke kota kecil maupun desa di wilayah Indonesia. Mulai dari

tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi

atas.Generasi muda menjadi sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA dan jadi

korban penyalahgunaannya.Oleh karena itu sudah seharusnya kita mewaspadai

bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi

muda.Semua peran pemegang kekuasaan dan masyarakat perlu untuk terlibat

dalam penanggulangan maupun pencegahan penyalahgunaan NAPZA di

Indonesia.

Penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) dapat

mempengaruhi tubuh manusia terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga

menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena

kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap

NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan,

yang menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik,

psikis dan sosial.NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yang bekerja

pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.

Berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No. 35 Tahun

2009), bertujuan untuk menjamin ketersediaan guna kepentingan kesehatan dan

ilmu pengetahuan, mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan

peredaran gelap narkotika yang memberikan sanksi cukup berat, disamping dapat

Universitas Sumatera Utara


dikenakan hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda. Tapi dalam

kenyataannya para pelakunya justru semakin meningkat.Hal ini disebabkan faktor

penjatuhan sanksi pidana tidak memberikan dampak atau deterrent effect terhadap

para pelakunya.

Berdasarkan Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan

Penyalahgunaan Narkoba tahun 2014, jumlah penyalahgunaan narkoba

diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang pernah memakai

narkoba dalam setahun terakhir (current users) pada kelompok usia 10-59 tahun

ditahun 2014 di Indonesia. Jadi, ada sekitar 1 dari 44 sampai 48 orang berusia 10-

59 tahun masih atau pernah pakai narkoba pada tahun 2014. Angka tersebut terus

meningkat dengan merujuk hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika

Nasional (BNN) dengan Puslitkes UI dan diperkirakan jumlah pengguna narkoba

mencapai 5,8 juta jiwa pada tahun 2015(phadli 2015).

Jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, shabu dan

ekstasi.Jenis narkoba tersebut sangat terkenal bagi pelajar/mahasiswa, pekerja,

dan rumah tangga.Sebagian besar penyalahgunaan berada pada kelompok coba

pakai terutama pada kelompok pekerja. Alasan mengunakan narkoba karena

pekerjaan yang berat, kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman

kerja merupakan faktor pencetus terjadinya penyalahgunaan narkoba pada

kelompok pekerja.Jumlah Pecandu Narkoba menurut Badan Narkotika Nasional

Provinsi Sumatera Utara di daerah itu mencapai sekitar 600 ribu orang. Jumlah itu

menempatkan Sumut sebagai peringkat ketiga nasional dalam praktik peredaran

gelap dan penyalahgunaan narkoba.Jika dilihat dari teori penyebaran,

Universitas Sumatera Utara


kemungkinan jumlah pecandu di Sumut tersebut semakin bertambah karena

pengguna narkoba yang ada mencari teman untuk mengkonsumsi zat terlarang itu.

Berdasarkan data dari BNN RI, jumlah pecandu narkoba tersebut sekitar

3,3 juta orang pada 2008 dan naik menjadi 3,8 juta pada tahun 2011. Sedangkan

pada 2013 jumlahnya telah mencapai 4,58 juta orang dan diperkirakan akan

bertambah hingga akhir tahun 2014. Meski penindakan terus dilakukan pihak

kepolisian, tetapi praktik peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba tetap tidak

berkurang. Karena itu, BNN selalu meningkatkan upaya pencegahan sebagai salah

satu upaya yang dinilai efektif untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya

peredaran gelap dan penyalahgunaan.(YUD 2014).

Kota Medan selama ini kerap dijadikan sebagai lokasi transit peredaran

narkoba dari Aceh dan Malaysia.Bahkan, kian hari peredaran narkoba di Kota

Medan semakin mengkhawatirkan.Maraknya peredaran narkoba di Kota Medan

membuat wilayah ini ‘naik kelas’.Sekarang Kota Medan ranking dua berada di

bawah Jakarta.Rangkuman penangkapan yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir

terjadi peningkatan penggunaan narkotika di wilayah sumut.Ini terungkap dari

jumlah tersangka yang ditangkap dan jumlah kasus yang diungkap Poldasu dan

jajarannya. Pada tahun 2014, jumlah pengguna narkoba yang diamankan 4.828

orang denagnbarang bukti yang diamankan sebanyak 93,21 kg sabu-sabu.

2.138,51 kg ganja, 275 biji ganja, 110.022 ekstasi dan 6.743 pil happy five.Jika

dibuat grafik tingkat penggunaan narkotika sejak tiga tahun terakhir, terjadi

peningkatan penggunaan narkotika sebanyak 20 persen setiap tahunnya.

Kesimpulan ini tidak bersifat final karena dasarnya jumlah dan barang bukti yang

diamankan.(azis H, 2014).

Universitas Sumatera Utara


BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) holistik merupakan program

penanganan rehabilitasi pecandu-pecandu narkoba secara keseluruhan baik dari

segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Program BPSS Holistik di

Indonesia berlangsung 1997 yang dimulai Kementerian Sosial sejak tahun 1999

sampai dengan tahun 2000 dan bekerja sama dengan Yayasan Titihan Respati dan

Rumah sakit ketergantungan obat dalam hal pelatihan, penyusunan pedoman juga

penerapan program disalah satu Panti Rehabilitasi sosial yang dimiliki

Kementerian Sosial. BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik adalah program

pengobatan yang efektif untuk pecandu narkoba yang secara teratur dan

bertanggungjawab dalam masyarakat. Aktifitas-aktifitas yang ada dalam BPSS

(Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistikdirancang untuk membantu mantan pecandu

narkoba untuk menguji belief, konsep diri dan pola perilaku yang salah serta

mengadopsi cara baru yang lebih harmonis dan konstruksi dalam berinteraksi

dengan orang lain.

Mengingat proses pemulihan bagi korban penyalahgunaan narkoba

merupakan sebuah pekerjaan yang sukar dan berat, maka sangat diperlukan

beberapa alternatif program pemulihan yang dianggap sesuai dengan

kebutuhannya. Banyaknya pilihanprogram yang ditawarkan di indonesia membuat

sebagian masyarakat berasumsi betapa sulitnya penanganan para korban

penyalahgunaan narkoba ini sehingga terciptalah stigma di masyarakat bahwa

mereka suilit untuk dibina dan sulit untuk menjadi baik hidupnya bahkan ada yang

menganggap mereka adalah sampah masyarakat yang terbuang yang sudah tidak

berguna. Perlu pemahaman bahwa diperlukan proses waktu yang panjang usaha

yang serius, komitmen dan disiplin yang tinggi untuk dapat mencapai pemulihan

Universitas Sumatera Utara


yang abadi (clean dan sober) atau bisa disebut “The Whole Person Recovery”.

Sehingga program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik melihat dan

percaya bahwa para korban penyalahguna narkoba adalah manusia yang dapat

berubah.

Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik juga menerapkan

konsep bagi oleh dan pecandu (addict to addict) dimana mereka membantu

pemulihan pecandu lainnya (man to help man to help himself). Program BPSS

(Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik difokuskan pada pembinaan yang meliputi

4 hal utama, yaitu: 1). Pengobatan Biologis yaituseorang pecandu harus

mendapatkan pengobatan secara biologis dikarenakan narkoba telah merusak

neurotransmitter atau sel-sel penghubung saraf yang dapat mengakibatkan

gangguan kejiwaan, 2). Penataan Psikologis artinya seorang pecandu harus

mendapatkan berbagai terapi psikologis yang memadai sebelu terjun kembali ke

masyarakat, 3). Pembinaan Sosial yaitu pecandu tidak serta merta terputus

hubungan sosialnya dengan masyarakat. Ia harus tetap bersosialisasi dengan

lingkungannya, tetapi idealnya ia selalu didampingi seorang konselor untuk

menjaganya dari berbagai macam pengaruh dan ajakan yang dapat membuat dia

terjatuh lagi untuk mengkonsumsi narkoba, 4). Peningkatan Spiritual dimana

agama tidak boleh dilupakan dalam proses penyembuhan diri dari narkoba, karena

jika unsur spiritual/keagamaan ada dalam diri seseorang niscaya dia akan kuat

untuk menolak segala godaan untuk kembali mengkonsumsi narkoba.

IPWL Yayasan NAZAR Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen

Sosial RI yang berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003, mempunyai

Universitas Sumatera Utara


tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA yang meliputi : Bimbingan mental, sosial, fisik, dan

pelatihan keterampilan praktis agar mereka mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian, dan penyiapan standart

pelayanan, pemberian informasi serta koordinasidan. Penanganan yang diberikan

oleh UPT ini menggunakan sistem panti, dimana penerima manfaat yang

bersangkutan ditempatkan di panti selama penyelenggaraan proses rehabilitasi.

Salah satu upaya proses rehabilitasi kepada residen IPWL Yayasan NAZAR

Medan yaitu menjalankan suatu program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual)

Holistik.Untuk saat ini Residen pengguna Narkoba di IPWL Yayasan NAZAR

yang mendapatkan program pemulihan dan BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual)

Holistikyaitu sebanyak 28 orang.Program ini dilaksanakan selama 6 bulan

(tergantung perkembangan residen).

Permasalahan yang dilihat peneliti adalah bagaimana sebenarnya

pelaksanaan Program BPSS HOLISTIK terhadap Residen penyalahgunaan

NAPZA di IPWL Yayasan NAZAR Medan merupakan Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dibawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI

berperan dalam upaya rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA

(Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) yang melaksanakan

program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui pelaksanaan program

BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik sebagai salah satu program

pemulihan terhadap Residen pecandu narkoba yang diterapkan di IPWL Yayasan

NAZAR Medan yang hasilnya penulis tuangkan dalam skripsi dengan judul

Universitas Sumatera Utara


“Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik

Terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZA di IPWL Yayasan NAZAR

Medan”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka

peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana pelaksanaan

program BPSS Holistik terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZA di IPWL

Yayasan NAZAR Medan?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

program BPSS Holistik terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZA di IPWL

Yayasan NAZAR Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka :

1. Secara teoritis, dapat menambah wawasan kepada masyarakat sipiltentang

manfaat rehabilitasi bagi penyalahgunaan Narkotika yang ada di Indonesia

Khususnya di Kota Medan.

2. Secara praktis, menjadi bahan pertimbangan peningkatan program BPSS

(Bio, Psiko, Sosio, Spiritual) Holistik untuk membantu proses rehabilitasi

terhadap Residen pengguna NAPZA yang ada di IPWL Yayasan

NAZAR Medan.

3. Secara akademis, bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas

Sumatera Utara, untuk memperkaya referensi dalam rangka

Universitas Sumatera Utara


pengembangan konsep-konsep, teori-teori dan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan Ilmu Kesejahteraan Sosial pada khususnya.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan poin-poin tentang konsep yang berkaitan dengan

konsep masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran,

defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitan dimana penulis

melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat

sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi Program

2.1.1 Pengertian Evaluasi


Dalam kamus Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English

menurut AS Hornby (dalam Arikunto dan Safrudin 2009) evaluasi adalah to find

out, dicide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai

atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata yang terkandung

didalam defenisi tersebut pun dapat menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus

dilakukan secara hati-hati, bertanggungjawab, menggunakan strategi, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Anderson (dalam Arikunto dan Safruddin 2009) memandang evaluasi

sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan

yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Defenisi lain

dikemukakan oleh Worthen dan Sanders bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari

sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga

termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu

program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk

mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang sangat terkenal dalam

evaluasi program bernama Stufflebeam (dalam Arikunto dan Safruddin 2009)

mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan

pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam

menentukan alternatif keputusan. Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi

tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara


menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Untuk

kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat dibedakan atas

empat kelompok yakni:

1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yangmenyangkut

berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber sarana.

2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih

dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup

semua tahap administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan

aspek pelaksanaan program.

3. Peniaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian terhadap hasil yang

dapat dicapai dari pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup

pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program.

2.1.2 Fungsi Evaluasi


Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi yaitu;

1. Fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan

kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya).

2. Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk mempertanggungjawabkan

keterangan, seleksi atau lanjutan.

Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,

kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi,

motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan mereka yang terlibat.

(Tayibnafis, 2000;4)

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Tolak Ukur Evaluasi
Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang biasa

dijadikan penilaian terhadap program yang telah berlangsung tersebut. Berhasil

atau tidaknya suatu program berdasarkan tujuan yang dimiliki tolak ukur yang

nantinya harus dicapai dengan baik oleh sumber daya yang mengelolanya,

diantaranya:

1. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap perencanaan adalah:

a. Mempunyai sebuah program yang akan disosialisasikan

b. Mempunyai sebuah tujuan yang akan disosialisasikan

c. Mempunyai metode-metode yang akan digunakan untuk

disosialisasikan

2. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah direncanakan.

b. Apakah tujuan yang dapat dicapai sesuai dengan yang telah

direncanakan.

c. Apakah metode-metode sesuai dengan yang telah direncanakan.

d. Apakah sarana yang ada dapat mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

3. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan adalah:

a. Apakah hasil yang diperoleh (efektivitas dan efisiensi) sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai (Suwito, 2002:16).

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Pengertian Program
Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan.Program

merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya

satu kali tetapi berkesinambungan. Program adalah cara tersendiri dan khusus

yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu

program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk

dilaksanakan. Program adalah unsur utama yang harus ada bagi berlangsungnya

aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek

seperti: (1) Adanya tujuan yang mau dicapai, (2) Adanya berbagai kebijakan yang

diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, (3) Adanya prinsip-prinsip dan

metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati,

(4) Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan, (5)

Adannya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas. (Wahab

dalam Siagian dan Agus, 2010:17).

2.1.5 Pengertian Evaluasi Program


Evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan

pendidikan sudah dapat terealisasika. Cronbach (1963) dan stufflebeam (1971)

mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi

untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. (Arikunto dan Fahruddin,

2009;5)

Jika ditinjau dari aspek pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap

program dapat dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Penilaian atas perencanaan, artinya mencoba memilih dan menetapkan

prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, artinya melakukan analisis tingkat

kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya

meliputi apakah pelaksanaan sesuai dengan apa yang direncankan,

apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program

yang sebelumnya direncanakan (Siagian dan Suriadi, 2012:2117-118).

Evaluasi program merupakan penilaian yang sistematis dan subjektif

mungkin terhadap suatu objek, program atau kebijakan yang sedang berjalan atau

sudah selesai, baik dalam desain, pelaksanaan dan hasilnya, dimana dari tujuan

evaluasi program adalah untuk menentukan relevansi dan ketercapaian tujuan,

efisiensi, selektifitas, dampak dan berkelanjutan dimana suatu evaluasi harus

memberikan informasi yang dapat dipercaya dan berguna agar donor serta pihak

penerima manfaat dapat mengambil pelajaran untuk proses pengambilan

keputusan.

2.2NAPZA dan Adiksi

2.2.1 Pengertian NAPZA


NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain) adalah

bahan/zat/obat/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan

fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta

ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Dalam undang-undang RI No. 35

tahun 2009 tentang Narkotika, pengertian narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau buka tanaman, baik sintetis maupun semisintesis, yang

Universitas Sumatera Utara


dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

1. Penggolongan NAPZA

a. Jenis-jenis NAPZA Berdasarkan undang-undang:

1) Narkotika (UU RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika)

i. Golongan I : dilarang digunakan untuk kepentingan

pelayanan kesehatan, dilarang diproduksi dan/atau

digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah

yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Contoh: ganja, morphine,

putaw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

ii. Golongan II : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif

kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.

Contoh: petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.

iii. Gologan III : adalah narkotika yang memiliki daya aktif

ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan

penelitian. Contoh: codein dan turunannya.

2) Psikotropika (UU RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika)

i. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak dapat

digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan (ekstasi, shabu,

LSD)

Universitas Sumatera Utara


ii. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan (amphetamine, metal

fenidat/ritalin)

iii. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan

dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan (fenobarbital,

flunitrazepam)

iv. Golongan IV :Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan (diazepam,

bromozepam, fenobarbital, clonazepam, nitrazepam, seperti

pil BK, pil koplo, rohipnol, dumolid, magadon, dll)

3). Zat Adiktif Lain

a. Minuman beralkohol (Keppres No.3 tahun 1997) tentang

pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol.

b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut).

Contoh : lem, tiner, penghapus cat kuku, bensin.

c. Tembakau, dosis yang dapat menyebabkan kematian

adalah jika mengkonsumsi 60 mg nikotin sekali pakai.

Universitas Sumatera Utara


d. Kafein, merupakan zat stimulansia dapat menimbulkan

ketergantungan jika dikonsumsi melebihi 100 mg perhari atau lebih

dari 2 cangkir kopi.

b. Berdasarkan Efeknya Terhadap Susunan Saraf Pusat

1. Golongan Depresan

Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan

membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.Golongan ini termasuk opioida

(morfin, heroin/putaw, codein), sedatif (penenang) hipnotik (obat tidur),

tranquilizer (anti cemas), alkohol dalam dosis rendah, dll.

2. Golongan Stimulan

Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat.

Golongan ini termasuk : kokain, amfetamin (shabu,ekstasi),kafein.

3. Golongan Halusinogen

Jenis ini dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah

perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda

sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini termasuk : kanabis

(ganja), LSD, berbagai jamur, dan kecubung, dll.(Direktorat Pelayanan Dan

Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA, 2005:18-22).

2.2.2 Pengertian Adiksi


Adiksi adalah suatu penyakit yang menyerang fungsi otak bersifat kronis

dan memiliki resiko kambuh yang tinggi ditandai dengan pencarian penggunaan

komplusif zat adiktif meskipun mengetahui memiliki konsekuensi yang

membahayakan.

Berikut karakteristik Adiksi antara lain yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Progresif

a. Tingkat keparahan penyalahgunaan NAPZA yang terus

meningkat secara individual yang dapat diukur dari pola

konsumsi (kuantitas maupun frekuensi penggunaan), termasuk

dampak fisik dari psikologis.

b. Kontaminasi adiksi ditandai dengan besarnya dampak yang

mempengaruhi terhadap lingkungan penyalahguna (keluarga,

teman-teman dll.

2. Perkembangannya hampir tidak terdeteksi

Issu terkait penyalahgunaan NAPZA ditutup-tutupi, karena adanya

stigma terhadap penggunaan NAPZA oleh korban dari linkungan sekitar

baik keluarga maupun masyarakat.

3. Kronis

Adiksi bersifat menetap, berlangsung lama, tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dipulihkan bagi korban penyalahgunaan

NAPZA.

4. Potensial fatal

Apabila penyalahgunaan NAPZA tidak mendapat penanganan

serius dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik, mental, sosial,

spiritual, bahkan kematian.

5. Ketergantungan NAPZA

Pola penggunaan zat yang tidak terkontrol disebabkan oleh

kebutuhan fisik dan/atau psikis akan suatu jenis NAPZA tertentu dengan

Universitas Sumatera Utara


karakteristik penggunaan secara komplusif, toleransi, ketergantungan fisik,

psikis dan bertendensi sosial (KEMENSSOS-RI, 2005:6-7)

2.3 Residen
Residen merupakan orang yang sedang menjalani rehabilitasi dalam

sebuah panti rehabinitasi untuk mendapatkan dan menjalani program pemulihan

akibat dari penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan didalam kehidupannya.

2.4 Penyalahgunaan Narkoba


Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan

memiliki dimensi yang luas, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa,

maupun psikososial. Jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan, menurut

Hawari, Sarason dan Sarason, Halonen dan Santroks (dalam Afiatin, 2008:12),

adalah narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, atau zat yang dapat

menimbulkan kecanduan dan ketergantungan. Zat adiktif memang dapat

menimbulkan sejumlah efek, diantaranya:

a. Keinginan yang tak tertahankan terhadap zat tersebut, dan dengan

jalan apa pun akan berupaya memperolehnya.

b. Kecenderungan untuk menambah takaran, atau dosis, sesuai

dengan toleransi tubuh.

c. Ketergantungan psikis sehingga jika pemakaian dihentikan akan

menimbulkan kecemasan, depresi dan kegelisahan.

d. Ketergantungan fisik yang jika pemakaian dihentikan akan

menimbulkan gejala fisik yang disebut sebagai gejala putus obat

seperti mual, suka tidur, diare dan demam.

Universitas Sumatera Utara


Hawari (dalam Afiatin,2008: 14) menyebutkan ada 3 kelompok besar

penyalahgunaan narkoba beserta risiko yang dialaminya, yaitu:

1. Kelompok ketergantungan primer, yang ditandai dengan adanya

kepribadian yang tidak stabil, mengalami gangguan, cemas, dan depresi.

Mereka mencoba mengobati sendiri gangguan yang dialami tanpa

berkonsultasi kepada dokter sehingga terjadi penyalahgunaan sampai pada

tingkat ketergantungan.

2. Kelompok ketergantungan simtomatis, yang ditandai dengan adanya

kepribadian anti sosial (psikopatik). Mereka menggunakan narkoba tidak

hanya untuk diri sendiri, tetapi juga “menularkannya” kepada orang lain

dengan berbagai cara sehingga orang lain dapat terjebak ikut memakai

hingga mengalami ketergantungan yang serupa.

3. Kelompok ketergantungan reaktif. Kelompok ini terutama terdapat pada

remaja karena dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan

kelompok teman sebaya.

2.5 Pemulihan Dan Rehabilitasi Penyalahgunaan NAPZA


Umumnya pengguna Narkoba membutuhkan waktu1 (satu) tahun untuk

pemulihan kondisi biologis, psikis, sosial, dan spritual. Dalam tahap pemulihan

untuk kembali pada kondisi yang wajar, korban harus menjalani rehabilitasi

dengan melalui berbagai proses pemantapan. Dibutuhkan biaya yang besar

(minimal Rp.40 juta/tahun), waktu, upaya kerja keras, disiplin, niat yang kuat dan

kerja sama antara keluarga dan lembaga/pusat rehabilitasi. Begitu kembali

kerumah sekitar 80% kemungkinan kambuhdan memakai kembali, tidak ada kata

sembuh untuk mereka pengguna narkoba.

Universitas Sumatera Utara


Sekalipun seorang pecandu sudah pulih selama 6 (enam) tahun, tidak ada

jaminan sama sekali bahwa ia tidak dapat kambuh/menggunakan lagi. Sekalipun

seorang menggunakan narkoba, maka untuk memulihkan diri pada keadaan

seperti semula sangat sulit.Yang ada adalah perjuangan untuk pulih dan tetap

menjaga kepulihan seumur hidup (Departemen Sosial, 2002:21).

2.5.1 Aspek Pemulihan Bagi Penyalahgunaan NAPZA


Tiga tahapan utama proses perawatan dan pemulihan penderita

ketergantungan narkoba, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap terapi lepas narkoba dan terapi fisisk yang ditujukan untuk

menurunkan serta menghilangkan racun dalam tubuh, mengurangi akibat

putus narkoba serta mengobati komplikasi mental penderita.

2. Tahap penstabilan suasana mental dan emosional penderita sehingga

gangguan jiwa yang menyebabkan perbuatan penyalahgunaan narkoba

dapat diatasi dan penderita secara bertahap dapat menyesuaikan diri

dengan situasi perawatan dan situasi sosial selanjutnya.

3. Tahap rehabilitasi atau pemulihan keberfungsian fisik, mental dan sosial

penderita, seperti bersekolah, belajar bekerja, serta bergaul secara normal

dengan lingkungan sosialnya atau keluarga dan lingkungan yang lebih

luas. (Warsidi, 2006:49)

2.6 BPSS Holistik (Biologis, Psikologis, Sosial, dan Spritual)

2.6.1 Sejarah BPSS Holistik


Asal mula BPSS Holistik kira-kira 2000an tahun yang lalu di Qumran

Timur Tengah ada bukti arkeologi tentang suatu komunitas yang memberikan

efek holistic bagi orang-orang yang perilakunya menyimpang dari nilai-nilai dan

Universitas Sumatera Utara


norma-norma yang berlaku. Bill dan Bob ketemu Frank Buchman, pendiri Oxford

Group (Kelompok Keagamaan Nasrani) yang didalam kegiatan itu ada sharing,

bimbingan perubahan, dan lain-lain. Tahun 1993 AA (Alcholic Anonimous) lahir

dan dikembangkan oleh Charles Dederich menjadi pendiri BPSS Holistik pertama

pada tahun 1958 dengan label nama synanon, lama-kelamaan menjadi mengarah

ke kulturisme dan keagamaan, sudah ditutup. BPSS Holistik berkembang dan

diperbaharui di Daytop, New York, Amerika Serikat lahir kedua pada tahun

1960an, dengan konsultan-konsultan dari Synanon dan dibimbing oleh orang-

orang hukum, dokter lama tidak bekerja dengan baik.

2.6.2 Pengertian BPSS Holistik


BPSS Holistik adalah sekelompok orang yang mempunyai masalah yang

sama, mereka berkumpul untuk saling membantu dan mengatasi masalah yang

dihadapinya. Tujuannya untuk mencapai pemulihan yang bermasalah sosial,

khususnya addict umumnya permasalahan sosial lainnya. Dengan kata lain, man

helping man to help himself, yaitu seseorang menolong orang lain untuk

menolong dirinya sendiri. Teori yang mendasari metode BPSS Holistik adalah

pendekatan behavioral dimana berlaku sistem reward (penghargaan/penguatan)

dan punisment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan

juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk

mengubah suatu perilaku.

Dalam upaya pemulihan, konsep-konsep BPSS Holistik khususnya pesan

yang disepakati sesama rekan sebaya dilaksanakan secara kompak.Konsep ini

diterapkan secara konsisten serta berulang kali melalui berbagai program seperti

kegiatan dalam kelompok, pertemuan, diskusi dan komunikasi sehari-hari.Residen

Universitas Sumatera Utara


menjalani waktu dengan rekan-rekan sebaya, bebas dari pengaruh luar.

Merupakan suatu keharusan bagi program BPSS Holistik dilaksanakan selama 24

jam didalam panti (residential) dan 4-8 jam untuk program BPSS Holistik diluar

panti (non recidential). BPSS Holistik juga harus didasari oleh perawatan yang

berkesinambungan (the continum of care) yaitu tahap primary, tahap re-entry dan

pembinaan lanjut.

Konsep BPSS Holistik yaitu menolong diri sendiri, dapat dilakukan dengan

adanya keyakinan bahwa:

1. Setiap orang bisa berubah

2. Kelompok bisa mendukung untuk berubah

3. Setiap individu

4. Program terstruktur dapat menyediakan lingkungan aman dan kondusif

bagi perubahan.

5. Adanya partisipasi aktif (BNN-RI,2009:4

2.6.3 Program BPSS Holistik di Indonesia


Sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat, pertumbuhan rehabilitasi

dengan pendekatan BPSS Holistik di Indonesia dimulai dari kegelisahan

keluargapecandu heroin yang tidak memperoleh layanan terapi ketergantungan

heroin bagi anak/keluarganya di Indonesia.Beberapa keluarga membawa anggota

keluarganya yang mengalami kecanduan heroin pada berbagai tempat rehabilitasi

dengan pendekatan BPSS Holistik yang terdapat diluar negeri, khususnya

Malaysia dan Singapura. Para alumni rehabilitasi BPSS Holistik ini dengan

dukungan penuh dari keluarganya yang mengalami kecanduan heroin pada

berbagai tempat rehabilitasi dengan pendekatan BPSS Holistik yang terdapat

Universitas Sumatera Utara


diluar negeri, khususnya Malaysia dan Singapura, para alumni rehabilitasi BPSS

Holistik di Indonesia. Sekalipun pada pertengahan tahun 90 telah dirintis program

rehabilitasi BPS Holistik oleh beberapa profesional Medis, namun pionir program

ini yang dikenal oleh masyarakat secara luas adalah Yayasan Titihan Respati yang

didirikan pada tahun 1997, kemudian diikuti dengan berbagai yayasan lainnya

seperti Yayasan Terakota, Yayasan Insan Pengasuh Indonesia, Yayasan Bandulu,

dan lainnya. Beberapa program BPSS Holistik yang juga dimotori oleh kalangan

profesional medis bekerja sama dengan konselor adiksi diantaranya adalah Wisma

Adiksi, Sport Campus Wijaya Kesuma, Wisma Srikandi, dan Arjuna RS Marzoeki

Mahdi (kemudian memisahkan diri dari RS dan berdiri sendiri menjadi Yayasan

Permata Hati Kita) dan Wisma Sirih RS Khusus Provinsi Kalimantan Barat. Pusat

pembelajaran program BPSS Holistik saat itu Daytop Village, di New York,

Amerika Serikat-sebagai pusat pelatihan sebagian besar konselor, baik yang

berada di Malaysia, Singapura maupun Indonesia.

Program ini menarikminat yang luar biasa, terutama dilkalangan

menengah keatas dan berkembang secara cepat.Pada tahun 2000 tercatat lebih 80

lembaga rehabilitasiyang dijalankan dengan metode BPSS Holistik.Lebih dari

85% lembaga ini merupakan inisiatif masyarakat, selebihnya merupakan inisiatif

profesional kesehatan, pekerjaan sosial, maupun tokoh agama.Bahkan beberapa

panti rehabilitasi sosial milik Kementrian Sosial seperti Galih Pkuan, Bogor juga

mengadopsi pendekatan ini pada program rehabilitasinya.Biasa operasional

penyelenggaraan program umumnya mengandalkan pola tarif layanan yang

dibebankan pada residen serta dari donatur, kecuali lembaga rehabilitasi yang

berada dalam sistem pemerintahan.Dukunga pemerintah dalam bentuk biaya

Universitas Sumatera Utara


perawatan bagi para residen yang mengikuti program rehabilitasi swadaya

masyarakat masih terbatas pada peningkatan kapasitas lembaga ataupun sumber

daya manusianya.

Program BPSS Holistik di Indonesia secara bertahap mulai menurun pada

tahun 2002. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu daya jangkau

masyarakat terhadap layanan rehabilitasi BPSS Holistik yang semakin melemah;

epidemik HIV dikalangan pengguna narkoba suntik yang merubah orientasi

rehabilitasi adiksi narkoba dari abstinensia kepada pengurangan dampak buruk;

serta adanya program yang tidak mengharuskan pecandu berada didalam lembaga

untuk waktu yang lama. Hal ini mempengaruhi eksistensi program-program yang

ada sehingga satu persatu tidak dapat lagi menjalankan layanannya.

Saat ini secara nasional keberadaan lembaga rehabilitasi swadaya

masyarakat dengan pendekata BPSS Holistik sangatlah terbatas. Kendala utama

adalah beratnya beban biaya operasional BPSS Holistik, sementara sumber dana

baik yang berasal dari residen, maupun dalam bentuk bantuan semakin lama

semakin minim. Daya jangkau masyarakat terbatas dan bantuan dana tidak

diterima secara berkesinambungan, sehingga banyak program BPSS Holistik

tutup. Hal ini tentunya bukanlah suatu yang menggembirakan, karena

bagaimanapun juga pecandu perlu memiliki berbagai pilihan program

penyembuhan sehingga dapat memenuhi kebutuhan setiap individu. Dalam hal ini

perlu disadari bahwa tidak ada satu program pun yang cocok buat semua orang,

salah satu prinsip program holistik yang efektif dari Naional Institute On Drug

Abuse. (Nida, dalam Sitanggang, 2015:35)

Universitas Sumatera Utara


2.6.4 Filosofi BPSS Holistik dan Penerapan Metode Peksos

1.Filosofi
Program BPSS Holistik berlandaskan pada filosofi dan slogan-slogan

tertentu, baik tertulis maupun yang tidak tertulis (unwritten

philosophy).Filosofi BPSS Holistik yang tertulis merupakan sesuatu hal

yang harus dihayati, dianggap sakral, tidak boleh diubah dan harus dibaca

setiap hari. Sementara filosofi yang tidak tertulis (the unwritten

philosophy) adalah merupakan nilai-nilai yang harus diterapkan dalam

proses pemulihan yang maknanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang

universal, artinya filosofi tidak mengacu kepada kultur, agama dan

golongan tertentu.

a. Filosofi BPSS Holistik yang tertulis

“Saya berada disini karena tiada lagi tempat berlindung, baik dari

diri sendiri, sehingga saya melihat diri saya di mata dan hati insane

yang lain. Saya masih berlari, sehingga saya belum sanggup

merasakan kepedihan dan menceritakan segala rahasia diri saya ini,

saya tidak dapat mengenal diri saya sendiri yang lain, saya akan

senantiasa sendiri. Dimana lagi kalau bukan disini, dapatkah saya

melihat cermin diri ini?.Disinilah, akhirnya, saya jelas melihat

wujud diri sendiri.Bukan kebesaran semu dalam mimpi atau si

kerdil didalam ketakutannya.Tetapi seperti seorang insane, bagian

dari masyarakat yang penuh kepedulian. Disini saya dapat tumbuh

dan berakar, bukan lagi seorang seperti dalam kematian tetapi

dalam kehidupan nyata dan berharga baik untuk diri sendiri

maupun orang lain.”

Universitas Sumatera Utara


b. Filosofi tidak tertulis

Filosofi-filosofi yang ada dibawah ini tidak mengenal hirarki,

dalam arti tidak ada yang lebih penting dari yang lainnya,

melainkan merupakan nilai-nilai kehidupan yang seluruhnya

diterapkan dalam keseharian aktifitas para residen dipanti

rehabilitasi (facility).

Berikut merupakan bagian penting dari filosofi tidak tertulis:

1) Honesty (kejujuran) : kejujuran adalah nilai hakiki yang harus

dijalankan para residen, setelah sekian lama mereka hidup dalam

kebohongan.

2) No free lunch (tidak ada yang gratis di dunia ini) : tidak ada sesuatu

pun di dunia ini yang didapatkan tanpa usaha terlebih dahulu.

3) Trust your environment (percayalah lingkunganmu) : percaya pada

lingkungan panti rehabilitasi (facility) dan yakin bahwa lingkungan

ini mampu membawa residen pada kehidupan yang positif.

4) Understand is rather than to understood (pahahi lebih dahulu

orang lain sebelum kita minta dipahami) : sebelum kita minta untuk

dipahami orang lain, adalah jauh lebih positif apabila kita pahami

dulu orang lain. Sikap ini akan lebih menggiring kita untuk berfikir

bijaksana dan sabar.

5) Blind faith (keyakinan total pada lingkungan) : keyakinan total

pada lingkungan panti rehabilitasi akan membantu perbaikan diri

residen.

Universitas Sumatera Utara


6) To be aware is to be alive (waspada adalah inti kehidupan) : sikap

waspada sangat diperlukan dalam kehidupan sehingga kita tidak

mudah terjerumus pada hal-hal negatif.

7) Do your things right everything else will follow (pekerjaan yang

dilakukan dengan benar, akan memberikan hal positif) : lakukan

tugas-tugas kita sebagaimana mestinya, kita pasti akan memetik

hasilnya kemudian.

8) Be careful what ask for you, you might just get it (mulutmu

harimau mu) : jagalah mulut kita, karena ucapan-ucapan negatif

dapat menjadi kenyataan.

9) You can’t keep in unless you give it away (sebarkanlah ilmu mu

pada banyak orang) : tidak ada gunanya segenap pengetahuan yang

kita miliki bila kita tidak sebarkan pada orang lain.

10) What goes around comes around (perbuatan baik akan berbuah

baik) : setiap perlaku kita yang positif akan memberikan dampak

positif.

11) Copensation is valid (selalu ada ganjaran pada perilaku kita) : hati-

hatilah dalam bertindak, sebab selau ada resiko yang menyertai

tindakan itu.

12) Act as if (bertindak sebagaimana mestinya) : bertindaklah apa

adanya, namun apabila tidak sesuai dengan hati nurani,

bertindaklah sebagaimana mestinya.

Universitas Sumatera Utara


13) Personal growth before vested status (kembangkan dirimu

seoptimal mungkin) : pengembangan diri mutlak diperlukan

sebelum kita mendapatkan jabatan/kepercayaan diri orang lain.

Pelaksanaan program disusun untuk membuat residen terlibat secara penuh

dalam setiap kegiatan, sesuai dengan job function nya masing-masing

kedudukan.Kedudukan petugas hanya sebagai pengawas, yang mengawasi

program. Kategori struktur program utama dari BPSS Holistik, terdiri dari 4

(empat), yaitu:

1. Biologis (pengembangan fisik dan/atau jasmani)roles dan function sebagai

residen di dalam program BPSS Holistik.

a. Dalam menjalankan program primary BPSS Holistik residen akan diatur

untuk menjalankan aktifitas harian mereka.

b. Adanya hirarki atau penempatan level dari residen itu sendiri.

c. Biasanya untuk residen yang baru masuk/menjalankan program, akan ada

Buddy system (penjagaan dari senior residen).

d. Walaupun memang tidak ada senioritas di dalam BPSS Holistik program,

tetapi hirarki akan tetap berjalan yang gunanya untuk

mempelajari/menjalankan program dengan pemahaman maksimal.

Hubungan di dalam program BPSS Holistik itu sendiri :

a. Ada peraturan-peraturan yang memang harus dipatuhi dan sangat sakral

untuk lancarnya menjalankan program.

b. Peraturan itu sendiri memang sudah dirancang dan dibentuk seperti berikut

ini : Budaya BPSS Holistik sangat kental dengan anti-drug dan antin

Universitas Sumatera Utara


kekerasan, yang paling utama dari rules BPSS Holistik adalah: No Drugs,

No Violence dan No Sexual Acting Out.

2. Psychological(pengendalian dan pengembangan psikologi)

3. Spritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian)

4. Social (Keterampilan bersosialisasi serta bertahan hidup)

Selain itu, terdapat 5 (lima) pilar (five pillars) dalam program

BPSS Holistik yaitu:

1. Family Milieu Concept (Konsep kekeluargaan)

Suatu metode yang menggunakan konsep kekeluargaan dalam konsep

pelaksanaannya. Konsep keluarga yang diterapkan dalam komuniti ini

mencerminkan adanya suasana kasih sayang yang bertanggung jawab

diantara satu sama lain.

2. Peer Pressure (Tekanan Teman Sebaya)

Suatu metode yang menggunakan kelompok sebagai metode perubahan

perilaku.

3. Therapeutic Session (Sesi Terapi)

Suatu metode yang menggunakan pertemuan atau berbagai kerja kelompok

untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka

membantu proses pemulihan.

4. Religious session (sesi agama)

Suatu metode untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama

dengan memanfaatkan pertemuan-pertemuan keagamaan.

5. Role modelling (ketauladanan)

Universitas Sumatera Utara


Suatu metode yang menggunakan seorang tokoh sebagai model atau

panutan dalam membantu merubah perilaku (BNN-RI,2009:5-6)

2. Penerapan Metode Pekerjaan Sosial


Metode merupakan suatu prosedur kerja teratur dan dilaksanakan

secara sistematis digunakan oleh pekerja sosial dalam memberikan

pelayanan sosial. Metode pekerjaan sosial antara lain:

1. Social Case Work

Social case work merupakan suatu metode yang terorganisir

dengan baik untuk membantu orang agar ia mampu menolong dirinya

sendiri serta ditujukan untuk meningkatkan, memperbaiki dan memperkuat

keberfunfsian sosialnya (Rex A Skidmore, 1991:42 dalam “Introduction

tosocial work”). Sedangkan menurut (Hellen Harris Perlman, 1922:26

dalam “Social case work a problem solving process”), Social case work

merupakan suatu proses yang digunakan oleh badan-badan sosial tertentu

secara terorganisir untuk membantu individu-individu agar mereka dapat

memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam kehidupan

sosial mereka secara lebih efektif.

Beberapa metode dalam metode social case work antara lain:

a. Person : seseorang yang menghadapi masalah yang datang

ke suatu tempat diaman terdapat tenaga ahli sesuai dengan

karakteristik masalah yang dihadapinya.

b. Place : temat dilakukannya pertolongan terhadap seseorang

dalam memecahkan masalahnya.

Universitas Sumatera Utara


c. Problem : jenis, kualitas dan kompleksitas masalah, yang

dihadapi oleh seseorang yang membutuhkan solusi untuk

pemecahan masalahnya.

d. Process : tahap pemberian pertolongan mulai dari

identifikasi sampai pada evaluasi pelaksanaan pelayanan.

a. Prinsip-prinsip dalam metode social case work

Beberapa prinsip-prinsip yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial

dalam social case work antara lain :

1). Prinsip Penerimaan (The principle of acceptance)

Prinsip penerimaan ialah bahwa klien bagaimanapun keadaannya

oleh pekerja sosial harus dapat menerima menurut kenyataan

keadaannya secara wajar dan dihargai atau dihormati sebagai

seorang manusia dengan segala sifat-sifatnya yang khusus.

2). Prinsip Hubungan (The principle of communication)

Prinsip hubungan (komunikasi) ini mengandung pengertian bahwa

pekerja sosial harus dapat menciptakan hubungan yang serasi

dengan klien, sehingga klien mau dan bersedia mengemukakan

segala kesukaran yang dialami dan terbuka hatinya untuk

menceritakannya.

3). Prinsip Individualisasi (the principle of individualization)

Prinsip individualisasi yang dimaksud ialah tiap-tiap klien haruslah

dipandang suatu individu yang berdiri sendiri, yang tidak sama dan

berbeda dengan klien lainnya.

4). Prinsip Partisipasi (The principle of participation)

Universitas Sumatera Utara


Prinsip partisipasi ini mengandung pengertian bahwa klien sendiri

yang akan ditolong oleh caseworker harus partisipasi (ikut serta)

pula secara aktif dalam usaha-usaha pertolongan yang diberikan.

5). Prinsip Kerahasiaan (The principle of confidentiality)

Prinsip kerahasiaan ini adalah menyangkut hubungan kerja antara

caseworker dengan klien yang berkaitan segala pembicaraan dan

keterangan-keterangan mengenai diri klien yang dikemukakannya,

maka caseworker harus dapat merahasiakan dan menyimpannya

serta caseworker tidak boleh memberitahukannya kepada siapapun

tanpa mendapat persetujuan atau izin dari klien yang bersangkutan.

2. Social Group Work

Social group work adalah suatu pelayanan kepada kelompok

dimana tujuan utamanya adalah membantu anggota-anggota kelompok

memperbaiki penyesuaian sosial mereka, dan tujuan klien untuk

membantu kelompok mencapai tujuan-tujuan yang disepakati oleh

masyarakat, National Association of Social Work (NASW).

a. Prinsip-prinsip dalam metode social group work

1. Pembentukan kelompok secara terencana

2. Pencapaian tujuan bersam

3. Penciptaan interaksi terpimpin

4. Pengambilan keputusan

5. Kelompok bersifat fleksibel

6. Penggalian dan pemanfaatan sumber

7. Evaluasi kegiatan

Universitas Sumatera Utara


3. Community Organitation (CO)/Community Development (CD)

Merupakan metode peksos yang bertujuan untuk memperbaiki

hubungan klien dengan masyarakat luas melalui pendayagunaan sumber-

sumber yang ada dalam masyarakat serta menekankan adanya prinsip

peran serta atau partisipasi masyarakat dalam menerima klien apa

adanya.Prinsip-prinsip dalam metode Community Organitation /

Community Development

1) Keseimbangan yaitu untuk menjamin adanya keseimbangan antara

sumber yang tersedia di masyarakat terutama sumber daya alam.

2) Partisipasi yaitu keterlibatan masyarakat dalam seluruh proses

kegiatan rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA.

3) Pemberdayaan yaitu peksos mendorong masyarakat agar mampu

mengambil keputusan dan menentukan bentuk bantuannya kepada

koran penyalahgunaan NAPZA dengan kekuatan yang mereka

miliki sendiri.

2.7 Proses Pelayanan IPWL Yayasan NAZAR Medan

2.7.1 Gambaran Umum IPWL Yayasan NAZAR Medan


IPWL Yayasan NAZAR Medan merupakan Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dibawah direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI

berperan dalam upaya rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA

(Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Penanganan yang

diberikan oleh UPT ini menggunakan sistem panti, dimana penerima manfaat

yang bersangkutan ditempatkan di panti selama penyelenggaraan proses

rehabilitasi.

Universitas Sumatera Utara


Surat Keputusan Menteri Sosial RI No 59/HUK/2003 tanggal 23

Juli 2003, menyebutkan bahwa tugas dari IPWL Yayasan NAZAR Medan adalah

memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat preventif, kuratif, dan

promotif dalam bentuk bimbingan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan,

resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA agar

mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta

pengkajian dan penyiapan standart pelayanan dan rujukan. Permasalahan

penyalahgunaan NAPZA di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini

menunjukkan kecenderungan peningkatan yang sangat pesat, baik dari segi

kualitas maupun kuantitasnya.Hal ini berdasarkan informasi yang disampaikan

oleh berbagai media baik cetak maupun elektronik seringkali diberitakan tentang

kasus-kasus yang terungkap oleh pihak yang berwajib atau kasus terbongkarnya

beberapa pabrik produsen NAPZA diberbagai tempat di Indonesia.

Upaya yang dilakukan dalam penanggulangan masalah tersebut

dilakukan dua pendekatan yaitu demanddan harm reduction. Demand reduction

adalah upaya untuk mengurangi permintaan akan NAPZA yang berupa kegiatan

yang mengarah pada pemulihan penyalahguna napza mulai dari program

detoksifikasi, rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Harm reduction adalah

program pengurangan dampak buruk dalam bentuk kegiatan penjangkauan dan

pendampingan (outreach program), pendidikan dan lain-lain.

Program rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan NAPZA

merupakan serangkaian upaya yang terkoordinasi dan terpadu terdiri atas upaya

medis, bimbingan mental, psikososial, keagamaan, pendidikan, dan pelatihan

vokasional untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan

Universitas Sumatera Utara


menolong diri sendiri serta mencapai keberfungsian sosial sesuai dengan potensi

yang dimiliki baik fisik, mental, sosial dan ekonomi. Pada akhirnya mereka

diharapkan dapat mengatasi masalah penyalahgunaan NAPZA dan kembali

berinteraksi dengan masyarakat secara wajar.

Korban penyalahgunaan NAPZA sebagai makhluk sosial sama

dengan makhluk lainnya untuk bisa diterima, dihargaidan dihormati sesuai dengan

keberadaannya. Akibat langsung dari penyalahgunaan NAPZA yaitu rusaknya

keberfungsian sosial korban penyalahguna NAPZA dalam masyarakat karena

mereka mengalami stigma negatif dari masyarakat. Akibat adanya kondisi

tersebut mengakibatkan korban penyalahgunaan NAPZA mempunyai beberapa

masalah yaitu ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya

sesuai nilai dan norma yang berlaku, kesulitan dalam berbahasa/berkomunikasi,

sulit dalam mengembangkan kecerdasan, mengalami masalah emosi dan

mengalami hambatan baik dalam pergaulan maupun dalam memperoleh

pekerjaan. Hal ini bila dibiarkan akan menimbulkan masalah baru yaitu masalah

kriminal.

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA merupakan bagian dari pembangunan bidang

kesejahteraan sosial sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang

Dasar 1945, Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Undang-

Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang-Undang No.

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang

Psikotropika, Peraturan Menteri Sosial RI No. 56/HUK/2009, tentang Pelayanan

dan Rehabilitasi Sosial.

Universitas Sumatera Utara


Dengan gambaran tersebut korban penyalahgunaan NAPZA

membutuhkan sarana untuk melaksanakan rehabilitasi sosial guna mewujudkan

kesejahteraan sosial dalam segala aspek kehidupan dan penghidupannya. Sejak

berdirinya IPWL Yayasan NAZAR tahun 2002 yang berlokasi di Jl. Kedondong

no. 10 Marindal, Kecamatan Patumbak, Medan dan beroperasi menjadi unit

pelaksana teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

2.7.2 Tahap Proses Pelayanan IPWL Yayasan NAZAR Medan


Ada beberapa tahap-tahap pelayanan yang dilakukan IPWL

Yayasan NAZAR yaitu:

a. Proses Penerimaan (Intake Process)

Proses penerimaan merupakan tahap pertama yang

ditujukan untuk mengenal calo residen dan memberikan informasi

tentang panti kepada calon residen, keluarga, atau significant others

lainnya. Upaya untuk memperoleh data dari calon residen

dilakukan melalui wawancara oleh pekerja sosial dan staf.Data

yang dikumpulkan diantaranya meliputi latar belakang kesehatan,

keluarga, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, penyalahgunaan,

riwayat penggunaan, dan lain sebagainya. Tahap ini juga sekaligus

untuk menetapkan apakah calon residen layak memperoleh

pelayanan BPSS Holistik atau perlu dirujuk ke lembaga lain.

Setelah semua data diidentifikasi, Pekerja Sosial menentukan

diterima atau tidaknya calon residen tersebut dalam panti yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


Dalam pelaksanaan proses intake, hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut :

1. Jika calon residen memenuhi syarat untuk menerima

pelayanan maka calon residen memasuki proses pelayanan

selanjutnya, yaitu induction

2. Jika calon residen tidak memenuhi syarat untuk

menerima pelayan maka Pekerja Sosial memberikan anjuran serta

rujukan ke sumber lain yang dinilai dapat lebih memfasilitasi

kebutuhan penyalahguna narkoba tersebut

3. Pekerja sosial diharapkan dapat membuat residen merasa

nyaman dan diterima dengan baik dalam lingkungan panti.

4. Dalam proses intake ini peranan keluarga dan orang-

orang yang dekat dengan calon residen selain sebagai sumber

informasi yang dipercaya atas wawancara yang dilakukan, sangat

menentukan terutama dalam memberikan dukungan materi dan

non-materi.

b. Induction

Induction merupakan tahap dimana residen masuk ke dalam

lingkungan panti setelah ia menjalani tahap intake. Residen

diperkenalkan kepada lingkungan baru (panti) yang meliputi

tujuan, filosofi, norma, nilai, kegiatan, dan kebiasaan panti, yang

dirancang secara umum khusus untuk memulihkan residen kembali

ke masyarakat umum (keluarga sebagai basis utama) dengan fungsi

Universitas Sumatera Utara


dan peran sesuai kemampuan dan keterbatasannya. Dalam tahap

ini, Pekerja Sosial dan Staf membimbing residen untuk menjalani

masa transisi dari kehidupan luar panti ke dalam lingkungan panti

untuk menjalani proses pelayanan serta mengkondisikan residen

untuk memasuki tahap Primary.

Dalam tahap induction ini, residen residen akan

mendapatkan tantangan yang berat karena ia harus melepaskan

ketergantungannya terhadap narkoba dan substitusinya. Sejalan

dengan itu sifat-sifat serta perilaku negatif pecandu masih banyak

ditunjukkan seperti banyaknya penyangkalan, memanipulasi,

berbohong, mencari alasan, tidak menerima, dan lain-lain.Untuk

menangani masalah tersebut, Pekerja Sosial dan Staf diharapkan

dapat secara obyektif menilai dan menindaklanjuti sikap serta

perilaku negatif residen tersebut. Tahap induction akan berlangsung

antara 7 sampai dengan 28 hari dan dilaksanakan melalui Induction

Group.

Selama residen menjalani tahap induction, pihak keluarga

diberikan pemahaman mengenai program rehabilitasi secara

keseluruhan, terutama program tahap primary. Hal lain yang perlu

disampaikan kepada pihak keluarga adalah pemahaman mengenai

pecandu, kecanduan dan pemahamannya terutama pentingnya

peran lingkungan serta peran keluarga / significant others dalam

pemulihan pecandu. Aktifitas tersebut dilaksanakan melalui family

support group dengan membentuk kelompok-kelompok orang tua

Universitas Sumatera Utara


pengguna. Tujuan dari kelompok ini selain untuk meningkatkan

pemahaman keluarga tentang berbagai aspek penyalahgunaan

narkoba juga membentuk jaringan hubungan antar sesama orang

tua agar dapat saling mendukung dalam menghadapi masalah yang

dialami anggota keluarganya.

c. Primary

Tahap primary merupakan tahap dimana residen memasuki

proses pelayanan. Tahapan ini bertujuan untuk memperkuat kondisi

stabil yang telah dicapai pada tahap induction.

Fase dalam tahap Primary

Dalam tahap primary terdapat beberapa fase sesuai dengan

kemampuan residen untuk menyelesaikan proses pelayanan.

a. younger member (1-3 Bulan)

Younger member merupakan fase awal pada program primary,

terdiri atas para residen yang dinilai telah siap untuk mengikuti

proses pelayanan primary. Pada fese ini residen diharapkan dapat

menjalankan berbagai konsep serta kegiatan yang telah diberikan

pengertian selama masa induction.

b.Middle Peer (1-2 Bulan)

Residen dinilai memenuhi berbagai target selama fase young

memberselanjutnya memasuki fase Middle Peer. Pada fase ini

residen diharapkan dapat menunjukkan performa yang cukup baik

sebagai rolemode untuk residen yang berada pada fase di

Universitas Sumatera Utara


bawahnya serta menunjukkan perkembangan yang memuaskan

dalam pelaksanaan program pelayanan sehari-hari.

c. Old Member (1-2 Bulan)

Residen Middle Peer yang secara konstan menunjukkan

perkembangan diri dan performa yang baik terutama untuk

berbagai kewajiban yang menuntut tanggung jawab seorang

pemimpin, maka mereka berhak mengikuti fase akhir program

Primary, yaitu fase Old Member. Pada fase ini residen diharapkan

menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang baik dan mampu

menjadi panutan bagi keseluruhan residen yang berada pada fase

Primary.

Kegiatan dilakukan dalam tahap Primary Stage ini meliputi:

1. Morning Meeting: Kegiatan ini dilakukan setiap pagi oleh para residen.

Bentuk kegiatan ini adalah forum untuk membangun nilai dan sistem

kehidupan yang baru berdasarkan filosofi BPSS Holistik. Dalam kegiatan

ini, residen membacakan filosofi yang tertulis, memberikan pernyataan

pribadi, mengemukakan konsep hari ini, mendapatkan nasehat atau

peringatan, mendapatkan pengumuman yang berkaitan kepentingan

bersama, dan juga menjalani permainan. Tujuan dari kegiatan ini semua

antara lain untuk mengawali agar hari tersebut jauh lebih baik,

meningkatkan kepercayaan diri, melatih kejujuran, mengidentifikasi

perasaan, dan menanggapi isu dalam rumah residen yang harus

diselesaikan.

Universitas Sumatera Utara


2. Encounter Group: Dalam sesi ini, residen diberikan kesempatan untuk

mengungkapkan perasaan marah, sedih, kecewa, dan lain-lain. Setiap

residen berhak menuliskan diatas secarik kertas, yang berisi ungkapan

kekesalan, kekecewaan, atau kemarahan yang ditujukan pada orang

tertentu. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan 1 kali dalam seminggu,

dengan durasi 2 jam. Acara ini biasanya ditutup dengan hal-hal yang

sifatnya rileks. Tujuan kegiatan ini untuk membangun komunitas yang

sehat, menjadikan komunitas personal yang bertanggung jawab, berani

mengungkapkan perasaan, membangun kedisiplinan, dan meningkatkan

tanggung jawab.

3. Static Group: Ini adalah bentuk kelompok yang bertujuan untuk mengubah

perilakun dalam BPSS Holistik. Kelompok ini membicarakan tentang

berbagai isu dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan yang sudah lalu,

yang tujuannya adalah untuk membangun kepercayaan antar sesama

residen, membangkitkan percaya diri, dan mencari solusi dari

permasalahan yang ada.

4. PAGE (Peer Accountability Group Evaluation): Dalam segmen ini,

residen mendapatkan kesempatan untuk dapat memberikan satu penilaian

positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama residen.

Dalam kelompok ini tiap residen dilatih meningkatkan kepekaan terhadap

perilaku komunitas. Reside dikelompokkan sesuai statusnya, yang mana

setiap anggotanya terdiri dari 10 hungga 15 orang. Dalam sesi ini, setiap

anggota akan membahas baik buruk perilaku seorang residen dalam

kelompok.

Universitas Sumatera Utara


5. Haircut: Residen yang melakukan kesalahan secara berulang-ulang dan

telah diberikan sanksi akan diberikan sanksi. Para petugas akan

menunjukkan rasa kecewa akan kesalahan yang diperbuat oleh residen.

Petugas mengekspresikan kekesalan ini dengan menaikkan volume suara,

dan menatap dengan tajam.

6. Weekend Wrap Up: Para residen diberikan kesempatan untuk membahas

apa saja yang dialami selama satu minggu. Kelompok in terfokus pada

residen yang mendapatkan kelonggaran untuk keluar bersama keluarga.

7. Learning Experiences: Ini adalah bentuk sanksi yang diberikan setelah

menjalani haircut, family haircut, dan general meeting.

8. Tukuan dari fase ini adalah agar residen bisa belajar dari pengalamam

sehingga mereka bisa mengubah perilaku.

d. Re-Entry

Re-Entrydalam proses pelayanan ini adalah tahap dimana residen

dilatih untuk bergabung dengan keluarga, lingkungan

masyarakatnya, lingkungan sekolah. Tujuan tahap ini adalah

meningkatkan kemampuan interaksi residen dengan lingkungan

sosialnya namun proses pelayanan belum sampai pada tahap

terminasi. Dalam tahap Re-Entry dikenal berbagai fase sesuai

dengan kategori kelompok dan kemampuan residen untuk

menyelesaikan proses pelayanan, yaitu:

1) Orientasi Re-Entry (1-2 Minggu)

Fase orientasi Re-Entry ini ditujukan kepada residen Older

Member yang memenuhi kriteria untuk memasuki tahap Re-Entry.

Universitas Sumatera Utara


Pada masa transisi ini residen dipersiapkan untuk beraktivitas di

lingkungan program Re-Entry yang berintesitas lebih rendah

dibandingkan Primary dimana dirinya akan mendapatkan berbagai

kebebasan yang lebih besar disamping hak serta kewajiban yang

lebih individual dibandingkan program Primary.

2) Fase Re-Entry A (1,5 sampai dengan 2 bulan)

Re-Entry A merupakan fase dimana residen mendapatkan

kesempatan untuk kembali ke lingkungan keluarga dan lebih

mempersiapkan dirinya untuk memasuki dunia pendidikan dan

pekerjaan.`

3) Fase Re-Entry B (2-3 bulan)

Pada fase Re-Entry B ini residen mulai menjalani berbagai macam

aktifitas diluar panti yang bersangkutan dengan dunia pendidikan

dan pekerjaan.Waktu yang diberikan untuk kegiatan diluar panti

tersebut lebih banyak dibandingkan dengan fase Re-Entry A tetapi

lebih sedikit jika dibandingkan dengan fase Re-Entry C.

4) Fase Re-Entry C (3 bulan)

Re-Entry C sebagai tahap akhir rangkaian program pelayanan yang

dijalani residen di dalam panti merupakan fase yang cukup krusial

dimana residen harus lebih matang dipersiapkan untuk secara

penuh menjalani kehidupan bermasyarakat.Bagi residen diberikan

waktu yang lebih banyak lagi untuk melakukan kegiatan diluar

panti yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan pekerjaan.

Kegiatan dalam tahap Re-Entry:

Universitas Sumatera Utara


1. G roup Re-Entry, adalah wadah untuk menempa residen menjadi

pribadi yang memiliki sikap dan perilaku yang lebih baik.

2. Treatment, terdiri dari tiga unsur antara lain:

a. Allowances/uang saku: Residen akan mendapatkan kepercayaan

untuk memegang uang dalam jumlah tertentu untuk kepentingan

sehari-hari. Di luar kepentingan, residen bisa meminta uang

tambahan pada konselor.

b. Task:Dalam Re-Entry, residen yang melakukan kesalahan bisa

mendapatkan sanksi, namun tidak seperti sanksi yang dikenakan

pada tahap awal. Sanksi yang diterima tidak terlalu berat.

c. Home leave/Business pass: Residen bisa meninggalkan BPSS

Holistik, dengan tujuan agar bisa lebih dekat dengan keluarga.

3. Counseling: Pada tahap ini, residen akan menemukan banyak

konseling, karena para residen akan menghadapi banyak masalah

baru. Karena itulah peran konselor cukup vital. Karena konselor

akan memberikan sudut pandangnya pada residen mengenai masalah

yang dihadapi oleh residen.

4. Les, Kuliah atau Bekerja: Para residen boleh melakukan tiga hal di

atas, sehingga mereka bisa kembali kedunia nyata dan bisa

bersosialisasi dengan lingkungan. Dengan kegiatan diatas, residen

bisa meningkatkan kompetensi dirinya di luar sehingga bisa menjadi

bekal dalam kehidupan di masa yang akan datang.

5. Time Management: Di dalam re-entry waktu senggang banyak sekali

ditemukan. Karena itulah, residen harus bisa mengelola waktu yang

Universitas Sumatera Utara


ada dengan maksimal setiap harinya.Residen harus bisa

menunjukkan inisiatifnya, diri sendiri untuk memanfaatkan waktu

luang yang ada.

6. Request: Residen berhak meminta barang-barang yang mereka

inginkan atau perlukan. Namun staf tidak bisa begitu saja

mengabulkan permintaan mereka, karena tetap harus disaring.

7. Night entertainment: Untuk menguatkan mental residen, staf

memperbolehkan residen untuk keluar ke tempat hiburan namun

dalam pengawasan staf atau keluarga.

8. Home Leave: Residen boleh menunggalkan tempat BPSS Holistik,

dan pergi bersama teman-teman, namun tetap sebelumnya ada

kesepakatan dari pihak kelompok. Yang kedua, residen boleh request

menelepon teman, dengan persetujuan dari staf dan orang tua.

9. Business Pass: Residen boleh keluar selama 1 hari tanpa menginap

untuk memenuhi keperluannya, seperti mengurusi masalah les,

kuliah, pesta pernikahan, atau keperluan lainnya.

10.Leisure Time: Waktu luang yang ada di tempat rehab, bisa

dimanfaatkan untuk aktiftas positif seperti membaca koran, olahraga,

menulis dan lain-lainnya.

11. Outdoor Sport: Kegiatan olahraga bersama-sama yang dilakukan di

luar panti dan didampingi oleh staf atau residen yang senior.

12. Static Outing: Bersama dengan para konselor, kelompok kecil

dalam tahap re-entry (2-5 residen) melakukan kegatan diluar panti

yang tujuannya untuk mempererat hubungan antara satu sama lain.

Universitas Sumatera Utara


e. Pembinaan Lanjut (After Care)

Pembinaan lanjut (After care)adalah suatu tahap dimana alumni

memasuki masyarakat luas: keluarga, lingkungan tetangga,

lingkungan kerja, dan lingkungan pendidikan. After care dilaksanakan

dengan alasan: pertama residen telah menyelesaikan program

pelayanan di dalam panti (Primary dan Re-entry) dan telah dinyatakan

absinansia; Kedua untuk memelihara kondisi abstinansia yang telsh

dicapai; Ketiga semakin meningkatkan peran keluarga yang

mendukung upaya pemulihan yang telah dicapai.

Tahap ini dilakukan untuk meyakinkan alumni sampai kepada

kemandirian hidup di luar panti dengan situasi dan kondisi yang

berbeda.Hal yang sangat penting dipertimbangkan adalah penempatan

kembali alumni kepada peran-perannya supaya dia memiliki

kemampuan untuk menjalankan aktivitas di dalam masyarakat,

termasuk peran semula atau yang baru dilingkungan.

2.8 Penelitian Yang Relevan

1. Efektivitas Program Rehabilitasi Medis Dan Sosial Korban

Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat-Obat Terlarang Dalam Perspektif Sosiologi

Hukum (Dzulfikar, Achmad 2016).

Narkotika adalah salah satu zat kimia sejenis obat bius atau obat yang

sangat dibutuhkan untuk kepentingan medis dan ilmu pengetahuan. Tetapi di

jaman sekarang narkotika sudah disalahgunakan dan peredarannya yang sangat

gampang sehingga penyalahgunaan narkotika sangat marak di kalangan

Universitas Sumatera Utara


masyarakat. Sehingga para pengguna narkotika harus direhabilitasi untuk

menjalani proses penyembuhan. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

persyaratan untuk menjadi residen sebagian besar belum memenuhi tujuan

rehabilitasi, karena belum dilakukan verifikasi residen secara cermat yang

membutuhkan rehabilitasi rawat inap dan rawat jalan, masih terdapat residen yang

bukan hanya sebagai pengguna saja tetapi juga sebagai pengedar yang seharusnya

diproses ketingkat penyidikan dan penuntutan, sehingga tempatnya bukan di Balai

Rehabilitasi tetapi di Rumah Tahanan Negara atau Penjara. Pelaksanaan program

rehabilitasi bagi korban pengguna narkoba oleh BNN Baddoka belum efektif,

karena sosialisasi pengenalan program belum dilaksanakan secara sistematis dan

konsisten, keterbatasan kemampuan tenga medis dan sosial (konselor) tentang

metode dan materi rehabilitasi, dan adanya tindakan apriori bagi sebagian tenaga

medis dan konselor dalam menjalankan tupoksinya, serta metode da substasinya

sebagian besar tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat indonesia.

2. Metode Therapeutic Community Bagi Residen Narkotika Di Unit

Terapi Dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional , Lido-Bogor (Ulfah, Nasution

2011)

Therapeutic Community merupakan program untuk menyembuhkan dan

memulihkan para pemakai narkotika. Man helf man to help himself, yaitu

seseorang menolong orang lain untuk menolong dirinya, itulah yang ditanamkan

dalam metode Therapeutic community (TC) ini. Adapun penelitian ini dengan

maksud mengetahui bagaimana penerapan TC di Unit Terapi Dan Rehabilitasi BN

Lido, keunggulan serta kelemahan dan bagaimana respon para residen dari

program TC.

Universitas Sumatera Utara


Hasil dari Therapeutic Community (TC) yang dilakukaan di Unit Terapi dan

Rehabilitasi BNN Lido, antara lain dapat diketahui yakni: semua metode TC ini

dalam penerapannya oleh para konselor sesuai dengan metode therapeutic

community dari beberapa sumber tentang TC. Dari mulai kegiatan dan pertemuan

pertemuan morning meeting, morning breafing, open house dan lain-lain.

Keunggulan dan kelemahan dari metode therapeutic community (TC) ini

dirasakan langsung oleh residen, keunggulannya memberikan perubahan tingkah

laku menjadi lebih bai, dapat mengontrol emosi, dapat bersosialisasi dengan baik

dan menambah kepercayaan diri yang sebelumnya kurang. Kelemahan dari

metode TC dirasakan tidak ada, hanya kelemahan dari dalam diri residen tetapi

dapat mereka atasi sendiri. Respon para residen tentang metode therapeutic

community baik karena perubahan yang terasa langsung dalam diri para residen.

2.9 Kerangka Pemikiran


Penyalahgunaan narkoba sudah semakin marak terjadi di Negara

Republik Indonesia saat ini, bahkan korbannya sudah merambah hampir ke semua

lapisan masyarakat termasuk juga kalangan mahasiswa.Untuk itu sangat perlu

dilakukan upaya-upaya pencegahan yakni dimulai dari lingkungan sekolah,

perguruan tinggi maupun di setiap lapisan masyarakat, agar penyalahgunaan

narkotika, psikotropika dan zat adiktif tidak terus-menerus merusak generasi

bangsa.

Dampak dari penyalahgunaan ialah dapat merusak sistem kerja organ

tubuh dan menghancurkan masa depan si pemakai. Salah satu upaya yang

dilakukan baik pemerintah maupun pihak swasta untuk mengurangi dan

Universitas Sumatera Utara


menyelesaikan masalah penyalahgunaan narkoba adalah dengan mendirikan panti

rehabilitasi.

Panti sosial IPWL Yayasan NAZAR Medan merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Departemen Sosial RI yang berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003,

mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA yang meliputi : Bimbingan mental, Sosial, Fisik, dan

pelatihan keterampilan praktis agar mereka mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian, dan penyiapan standart

pelayanan, pemberian informasi serta kkordinasidan. Salah satu program yang

diterapkan oleh IPWL Yayasan NAZAR Medan dalam proses rehabilitasi

terhadap residen (pecandu narkoba) adalah dengan menerapkan program BPSS

(Bio, Psiko, Sosial, dan Spiritual) Holistik. Dalam menjalankan program BPSS

Holistik ini setiap residen akan melewati 5 (lima) tahapan yang setiap tahapan

memiliki tujuan, sasaran mekanisme, serta pera dari pekerja sosial yang berbeda

dan mempunyai kekhususan. Kelima tahap tersebut ialah: 1) Tahap penerimaan

(intake process), 2) Tahap pengenalan rehabilitas)(induction), 3) Tahap awal

pelayanan (primary), 4) Tahap lanjutan (re-entry), 5) Tahap pembinaan

berkelanjutan (after care).

Program BPSS(Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik diterapkan di IPWL

Yayasan NAZAR Medan merupakan suatu program pemulihan terhadap residen

penyalahgunaan narkoba yang dapat dirasakan langsung dan di evaluasi oleh

residen. Dan lebih khusu lagi, untuk mengetahui sejauh mana proses pengenalan

akan program yang diberikan terhadap residen di IPWL Yayasan NAZAR Medan

Universitas Sumatera Utara


serta proses pelaksanaan BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual)Holistik dan melihat

sejauh mana pemahaman residen akan manfaat diterapkannya program BPSS (Bio,

Psiko, Sosio, Spiritual) Holistikdidalam pemulihan penyalahgunaan Narkoba.

Universitas Sumatera Utara


Bagan 2.1 Bagan Alur Pikir

IPWL YAYASAN NAZAR


MEDAN

Program BPSS (Bio, Psiko,


Sosial, Spritual) Holistik
Tahap-tahap pelayanan :

1. Tahap Penerimaan
(Intake Process)
1. Primary 2. Tahap Pengenalan
Rehabilitasi
2. Re-Entry
(Induction)

3. Tahap Awal
Pelayanan (Primary)

4. Tahap Lanjutan (Re-


Entry)
Evaluasi Pelaksanaan Program
dilihat dari : 5 Tahap Pembinaan

1. Masukan (Input)

2. Proses (Process)

3. Keluaran (Output)

4 Pengaruh (Impact)

Universitas Sumatera Utara


2.10 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.10.1 Defenisi Konsep


Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian ilmiah merupakan

proses dan upaya penegasan makna konsep didalam suatu penelitian. Perumusan

defenisi konsep juga memiliki pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang

dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136).Defenisi konsep bertujuan

untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara

mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah

pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112). Untuk

lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan,

maka penelitian membatasi konsep yang digunakan dalam penelitian sebagai

berikut :

a. Evaluasi adalah suatu penilaian yang ditujukan kepada seseorang,

sekelompok atau suatu kegiatan. Sebagai penilaian untuk melihat

sejauh mana keberhasilan suatu progra bisa saja penilaian ini

menjadi netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari

keduanya. Keberhasilan suatu program dapat dilihat dari dampak

atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

b. Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi

pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program,

maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah

dilaksanakan

c. Evaluasi Program adalah upaya menyediakan informasi tentang

pelaksanaan program untuk disampaikan kepada pengambil

keputusan.

Universitas Sumatera Utara


d. Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik yang

dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu progrm

rehabilitasi yang bertujuan untuk memulihkan dan

mengembalikanfungsi dan peran sosial residen.

e. Residen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu atau

kelompok yang menjadi penghuni IPWL Yayasan NAZAR

Medan.

f. Penyalahgunaan Narkoba yang dimaksud dalam peneltian ini

adalah suatu penyakit endemik yang sering terjadi dikalangan

masyarakat dan merupakan kronik yang berulangkali kambuh dan

merupakan proses gangguan mental adiktif akibat dari tindakan

penyimpangan terhadap kegunaan pemakaian NAPZA.

g. IPWL Yayasan NAZAR Medan adalah suatu tempat rehabilitasi

Sosial Departemen Sosial RI (KEPMENSOS No. 59/HUK/2003)

terhadap residen penyalahgunaan narkoba yang menerapkan

program BPSS (Bio,Psiko, Sosial, Spiritual) Holistik yang berada

di Jl. Kedondong No.10 Marindal, Medan.

2.10.2 Defenisi Operasional


Perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan

defenisi konsep. Defenisi operasional sering disebut sebagai proses

operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang

semula bersifat statis menjadi dinamis. Defenisi operasional merupakan petunjuk

bagaimana suatu variabel dapat diukur (Siagian,2011;141).

Universitas Sumatera Utara


Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut pemanfaatan berbagai

sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber sarana.

2. Proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan pada

pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap

administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan aspek

pelaksanaan program.

3. Keluaran (output) yaitu penilaian terhadap hasil yang dapat dicapai dari

pelaksanaan suatu program.

4. Pengaruh (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh yang

ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program, meliputi:

a. Pengaruh atau dampak program terhadap orang yang mendapatkan

layanan; maksudnya adalah adanya suatu perubahan yang terjadi

sebelum dan sesudah adanya program.

b. Kesinambungan, yakni sesuatu yang dilakukan agar pengaruh

program berjalan terus menerus. Dalam hal ini adalah suatu

keinginan untuk pengembangan program.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian


Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomenal yang

ingin diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam

variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi

yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal

yang didapat dari lapangan.Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin membuat

gambaran secara menyeluruh tentang pelaksanaan program BPSS (Bio, Psiko,

Sosial, Spritual) Holistik terhadap residen penyalahgunaan NAPZA di IPWL

Yayasan NAZAR Medan.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di yayasan IPWL NAZAR Medan di Jalan

Kedondong no.10 Marindal 1 Medan. Peneliti memilih lokasi tersebut karena

IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Nazar merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Departemen Sosial RI yang berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003,

mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA yang meliputi : Bimbingan mental, sosial, fisik, dan

pelatihan keterampilan praktis agar mereka mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat, rujukan regional, pengkajian, dan penyiapan standart

pelayanan, pemberian informasi serta koordinasi dan yang melaksanakan program

Universitas Sumatera Utara


BPSS Holistik. Selain itu, peneliti terdorong dan memiliki ketertarikan untuk

melihat serta mengevaluasi

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi berasal dari bahasa inggris yaitu population yang berarti jumlah

penduduk.Dalam metode penelitian, kata populasi populer digunakan untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran

penelitian.Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek

penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,

nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya.Sehingga objek-objek ini dapat

menjadi sumber data penelitian (Bungin dalam Siregar, 2013:30).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang akan menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah residen yang menjalankan program BPSS Holistik meliputi

Primary 19 orang dan Re-Entry 9 orang, sehingga jumlah keseluruhan residen

adalah 28 orang. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini secara keseluruhan

yaitu 28 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang bersifat representative dari

populasi yang diambil datanya secara langsung (Siagian, 2011:156). Sampel

adalah seperangkat prosedur untuk pemilihan unit-unit dari populasi yang

dijadikan sebagai sampel penelitian.Penarikan sampel yang digunakan oleh

peneliti adalah menggunakan penarikan sample dengan metode Total sampling.

Penarikan sample ini dilakukan karena jumlah populasi dibawah 100 responden.

Maka jumlah sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 28 responden.

Universitas Sumatera Utara


3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

ini, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dalam pengumpulan data melalui buku-buku, dokumentasi

dan sumber referensi yang menyangkut masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan (field research) yaitu pengumpulan data yang diperoleh

melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek dan fenomena yang

berkaitan dengan penelitian.

b. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan

menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

c. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan

secara tatap muka dengan beberapa informan yang bertujuan untuk

melengkapi data yang diperoleh.

Data menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua; data primer, yaitu

data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden)

sedangkan data sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari lembaga

atau institusi tersebut. Disini penulis memperoleh data primer dari responden

yaitu residen yang menjalankan program BPSS Holistik di IPWL (Institusi

Penerima Wajib Lapor) Nazar Medan.

Universitas Sumatera Utara


3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analis data yang dipergunakandalam penelitian ini adalah teknik

analisis data deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Untk mengetahui bagaimana

distribusi frekuensi pada suatu data, peneliti dapat menganalisis data penelitiannya

dengan menggunakan teknik ini.Perhitungan data dengan distribusi frekuensi ini

dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian

dipresentasikan (Bungin, 2006:181).

Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan setelah

pengumpulan data dilaksanakan adalah:

1. Editing, proses meneliti atau memeriksa data-data yang diperoleh dari

penelitian.

2. Pengkodean, proses mengklasifikasi data-data atau pemberian identitas

3. Tabulasi (proses pembenaran), proses memasukkan data pada tabel-tabel

tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga

Yayasan Nazar berdiri pada tanggal 23 Maret 2001 di Jalan Kedondong

no.10 Marindal, Medan.Luas bangunan panti rehabilitasi diatas tanah 1000 meter

persegi. Yayasan Nazar sudah menjadi mitra/patner Kemensos R.I pada tanggal

21 Juni 2002 dan telah mendapatkan appresiasi dari Bapak Kapolri/Ketua BNN

Jenderal Da’I Bakhtiar, dengan penyematan penghargaan Madya. Dan dengan

pembaharuan undang-undang maka akte pendirian yayasan diperbaharui dengan

Akte pendirian No. 07/ Tgl 07 Juli 2007 dilakukan pengesahan legalitas secara

nasional oleh Kemenkumham Republik Indonesia.

Masyarakat Sumatera Utara pada umumnya mengetahui bahwa Yayasan

NAZAR bergerak dibidang sosial dengan kekhususannya peduli korban

penyalahgunaan napza/narkoba dan banyak mendapat animo dan dukungan secara

moril dari masyarakat, meskipun dengan segala keterbatasannya Yayasan

NAZAR terus berupaya untuk tetap eksis memenuhi minat masyarakat luas dan

siap serta dapat menampung para pasien / klien / residen yang mau direhabilitasi

baik dalam panti maupun luar panti maka pemerintah sejak tahun 2014 hingga

kini telah menunjuk Yayasan NAZAR menjadi IPWL (Institusi Penerima Wajib

Lapor).

Universitas Sumatera Utara


4.2 Visi dan Misi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR
Medan

4.2.1 Visi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan

Mewujudkan IPWL Yayasan NAZAR Medan sebagai lembaga

penyelenggara Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi korban penyalahgunaan

narkotika secara prima.

4.2.2 Misi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan

Dalam mewujudkan pencapaian visi, maka misi IPWL (Institusi Penerima

Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan yaitu:

a Melaksanakan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza sesuai

standart pelayanan secara efisien dan efektif.

b. Melaksanakan program pelayanan advokasi bagi korban penyalahgunaan

NAPZA.

4.3 Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial.

b. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan.

d. Peraturan Menetri Sosial RI Nomor 111 /HUK/2009 Tentang

Indikator Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial.

Universitas Sumatera Utara


e. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106 /HUK/2009 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di Lingkungan Kementerian

Sosial

f. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 56/HUK/2009 tentang

Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya.

g. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 86/HUK/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial

h. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 186 Tahun 2012 tentang

Rencana Strategis Kementerian Sosial tahu 2010-2014

i. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13 tahun 2013 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan, Penetapan

Kinerja, Rencana Aksi dan Laporan Akuntabilitas kinerja

dilingkungan Kementerian Sosial.

j. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan

Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.

4.4 STRUKTUR ORGANISASI DAN SDM (Sumber Daya Manusia)

4.4.1 Struktur Organisasi

IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR Medan

mempunyai struktur organisasi berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor:

Universitas Sumatera Utara


86/HUK/2010 tentang organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial dengan

uraian tugas dan fungsi sebagai berikut:

Bagan 4.1 Struktur Organisasi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor)

Yayasan NAZAR Medan

Kepala

Panti
bg

Sub. Bagian

Tata Usaha

Seksi Seksi

Rehabilitasi Program

Kelompok Jabatan
Fungsional

Instalasi Produksi

(Workshop)

Universitas Sumatera Utara


1. Sub Bagian Tata Usaha

Melakukan dukungan pelayanan administrasi, penyiapan penyusunan

rencana anggaran, urusan dalam surat menyurat, kepegawaian, keuangan,

perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

2. Seksi Program dan Advokasi Sosial

Menyususn rencana program pelayanan Rehabilitasi Sosial, pemberian

informasi, advokasi sosial, dan kerjasama, penyiapan bahan standarisasi

pelayanan, resosialisasi, pemantauan serta evaluasi pelaporan dan

penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan NAPZA.

3. Seksi Rehabilitasi Sosial

Melakukan observasi, identifikasi, registrasi, pemeliharaan jasmani dan

penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan, pengetahuan dasar pendidikan,

mental, sosial, fisik, keterampilan, penyaluran dan bimbingan lanjut bagi

korban penyalahgunaan NAPZA.

4.4.2 Sumber Daya Manusia

Guna memperlancar pelaksanaan tugas IPWL (Institusi Penerima Wajib

Lapor) Yayasan NAZAR Medan didukug oleh potensi sumber daya manusia

(SDM) sebanyak 16 orang personel (data sampai November 2017).Secara rinci

dapat dilihat pada tabel.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1 Berdasarkkan Jenjang Pendidikan
No JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
1. SMA atau sederajat 1
2. DIII 2
3. DIV / S1 12
4. S2 1
TOTAL 16
Sumber: Kuesioner, November 2017

Pada tabel 4.1 dapat dilihat jenjang pendidikan staf dan pekerja fungsional

yang ada di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR MEDAN

yakni: SMA atau sederajat 1 orang, DIII 2 orang, DIV / S1 12 orang dan S2 1

orang. Dapat disimpulkan bahwa Sumber Daya Manusia yang diperjakan di IPWL

Yayasan NAZAR sudah cukup baik dan berintelektual karena sudah mempunyai

gelar masing-masing dibidangnya.

Tabel 4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH


1 Laki-laki 7
2 Perempuan 9
TOTAL 16
Sumber: Kuesioner, November 2017

Pada tabel 4.2 dapat dilihat jumlah staf dan pekerja fungsional yang ada di

IPWL Yayasan NAZAR Medan yakni: laki-laki 7 orang dan perempuan 9 orang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Berdasarkan Golongan Kepangkatan

No GOLONGAN KEPANGKATAN JUMLAH


1. II 3
2. III 11
3. IV 2
TOTAL 16
Sumber: Kuesioner, November 2017

Pada tabel 4.3 dapat dilihat golongan kepangkatan staf dan pekerja

fungsional yang ada di IPWL Yayasan NAZAR MEDAN yakni: golongan II 3

orang, golongan III 11 orang, golongan IV 2 orang.

Tabel 4.4 Agama

No AGAMA JUMLAH
1. Islam 7
2. Kristen/Katholik 9
JUMLAH 16
Sumber: Kuuesioner, November 2017

Pada tabel 4.4 dapat dilihat agama yang dianut oleh para staf dan pekerja

fungsional yang ada di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan Nazar

MEDAN yakni: agama islam 7 orang, kristen/katholik 9 orang.

4.5 Fasilitas Panti dan Pelayanan

4.5.1 Fasilitas Panti

Luas bangunan panti rehabilitasi diatas tanah 1000 meter persegi diatas

tanah 5000 meter persegi yan terdiri dari: Ruang kantor, Ruang cek kesehatan,

Ruang assesmen/konseling, Ruang vokasional/Keterampilan, Furnitur, Budidaya

Burug Hias/kicau, Kolam ikan lele, Aula/ruang family support group, Ruang

Universitas Sumatera Utara


rapat, Ruang perpustakaan/informasi, Kamar istirahat petugas, Rehabilitasi

terpadu, Ruang ibadah, Meja tenis, Alat-alat musik dsb.

4.5.2 Fasilitas Pelayanan

1. Selama berada di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan NAZAR

Medan penerima manfaat mendapat fasilitas: Konsumsi, pakaian olahraga,

sepatu, pakaian praktek keterampilan, pakaian seragam, perlengkapan

belajar, perlengkapan mandi dan bantuan stimulun.

2. Penerima manfaat yang telah selesai mengikuti program rehabilitasi dan

telah memiliki usaha, akan diajukan untuk mendapatkan bantuan usaha

ekonomi produktif dari Kementerian Sosial secara langsung. Dana tersebut

digunakan untuk penambahan peralatan sesuai jenis usahanya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

ANALISA DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh

penulis dan sekaligus analisis data yang dikumpulkan berdasarkan hasil

penyebaran kuesioner maupun hasil wawancara di lapangan yang disusun dalam

bentuk tabel. Ada 28 responden (sampel penelitian) diantaranya tahap Primary

sebanyak 19 orang dan tahap Re-Entry sebanyak 9 orang.

Analisis data adalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada

pembaca. Melalui analisis data, maka data yang diperoleh tidak lagi diam,

melainkan “berbicara”. Analisis data menjadikan data itu megeluarkan maknanya,

sehingga para pembaca tidak hanya mengetahui data itu, melainkan juga

mengetahui apa yang ada dibalik data itu (Siagian, 2011 : 227).

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara:

1. Terlebih dahulu peneliti mendatangi IPWL (Institusi Penerima Wajib

Lapor) Yayasan NAZAR Medan dan bertemu dengan kepala panti untuk

meminta ijin untuk melakukan penelitian.

2. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari IPWL (Institusi Penerima Wajib

Lapor) Yayasan NAZAR Medan, peneliti mengurus surat ijin penelitian ke

bagian pendidikan Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Peneliti kembali lagi ke IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) Yayasan

NAZAR Medan untuk menyerahkan surat penelitian kepada kepala seksi

Universitas Sumatera Utara


tata usaha panti dan mengarahkan ke bagian rehabilitasi sosial untuk ijin

penelitian langsung ke responden.

4. Peneliti terbantu dengan bimbingan supervisor peksos panti yang sangat

kooperatif ketika memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan

penelitian dan kondisi IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor). Supervisor

peksos mengarahkan saya dan membantu untuk memilih setiap responden

yang akan menjawab pertanyaan kuesioner.

5. Peneliti memberikan pengarahan dan menjelaskan maksud dan tujuan

diadakannya pengisian kuesionerdan cara-cara pengisian kuesioner.

6. Peneliti membimbing setiap responden yang mengalami kesulitan dalam

pengisian kesioner.

Agar pembahasan tersusun sistematis, maka pembahasan data dalam

penelitian ini dilkukan dengan membagi menjadi dua bab yaitu:

1. Analisis karakteristik umum responden

2. Evaluasi pelaksanaan program BPSS (Bio, Psiko, Sosial, Spritual)

Holistik terhadap residen penyalahgunaan narkoba dilihat dari input, process,

output dan impact.

5.2 Analisis Karakteristik Umum Responden

Dalam proses pengisian kuesioner, peneliti meminta responden untuk

memberikan identitas diri sebagai penunjang data. Identitas diri responden ini

meliputi nama, umur, alamat, agama, suku dan tahapan pelayanan. Peneliti tidak

tidak mencantumkan jenis kelamin, dikarenakan seluruh populasi dan sampel

penelitian adalah laki-laki.Jadi berdasarkan pengisian tersebut diperoleh hasil

Universitas Sumatera Utara


bahwa jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 28 responden (100%) dan

responden wanita tidak ada.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Umur Frekuensi Persentase(%)


1. 14-20 Tahun 7 24,9
2. 21-30 Tahun 15 53,7
3. 31-40 Tahun 6 21,4
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Berdasarkan tabel 5.1 diatas klasifikasi responden berdasarkan tingkat

usia sebanyak 7 responden (24,9) berusia 14-20 tahun, 15 responden (53,7)

berusia 21-30 tahun dan 6 responden (21,4) responden berusia 31-40 tahun dalam

penggunaan narkotika yang sedang mengikuti program pemulihan BPSS (Bio,

Psiko, Sosial, Spritual) Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti mengetahui ada responden sebanyak

telah berusia diatas 40 tahun. Peneliti mengetahui karena selama penelitian sering

melakukan pendekatan yang intens kepada responden tersebut karena peneliti

yang ragu akan usia responden tersebutdan akhirnya responden terbuka kepada

peneliti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengguna NAPZA tidak mengenal

tingkat usia, bahkan sudah merambah keseluruh tingkat usia seperti usia remaja.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%)


1. Islam 12 42,8
2. Kristen 9 32,3
3. Khatolik 7 24,9
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat sebanyak 12 responden (42,8%)

beragama islam, 9 responden (32,3%) beragama Kristen, sedangkan 7 responden

(24,9%) beragama Khatolik. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

yang berada di IPWL Yayasan NAZAR Medan beragama Islam.

Menurut seorang staf saat peneliti wawancarai, meskipun responden

didominasi islam namun sifat toleransi dan saling menghargai sangat besar

diantara responden yang berbeda agama. Dalam rehabilitasi ini, semua responden

memiliki tujuan yang sama yaitu keinginan untuk pulih dari narkoba.

Berdasarkan Fakta dilapangan peneliti melihat ada beberapa responden

yang tidak memliki agama karena pada saat melakukan kegiatan kebaktian

berdasarkan agama masing-masing ada beberapa responden yang tidak mengikuti

baik yang agama islam, kristen dan katholik.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Suku

No Suku Frekuensi Persentase(%)


1. Batak 16 57,1
2. Jawa 9 32,1
3. Padang 1 3,6
4. Aceh 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner , November 2017

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa suku Batak merupakan suku

yang paling dominan di IPWL Yayasan NAZAR sebanyak 16 responden (57,2%),

suku jawa 9 responden (32,1%), suku padang 1 responden (3,6%), suku aceh 2

responden (7,2%) dari total keseluruhan responden. Dengan demikian residen

yang berada diIPWL Yayasan NAZAR yang menjalankan program BPSS Holistik

tidak hanya suku batak saja, tetapi ada beberapa suku yang ada di Indonesia,

seperti suku Jawa, Padang dan Aceh.

Berdasarkan fakta dilapangan memang benar residen yang ada di IPWL

Yayasan NAZAR Medan terdiri dari suku Batak, Jawa, Padang dan Aceh dan

walaupun terdiri dari beragan suku mereka tetap hidup rukun karena adanya

peraturan yang tegas dari pihak panti rehabilitasi.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Status

No Status Frekuensi Persentase(%)


1. Menikah 8 28,6
2. Duda 3 10,7
3. Belum Menikah 17 60,9
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Seperti yang kita ketahui bahwa narkoba bisa digunakan oleh siapa saja

tanpa memandang Usia, Suku, Gender, Kedudukan, Pendidikan bahkan Status.

Pada tabel 5.4 diketahui bahwa pengguna NAPZA yang berada di IPWL Yayasan

NAZAR Medan yang lebih mendominasi sebanyak 17 responden (60,8%)

berstatus belum menikah, 3 responden (10,7%) duda, 8 responden (28,6%)

menikah.Alasannya karena mereka ingin coba-coba, penasaran, dan karena

pergaulan yang tidak baik.

Tetapi berdasarkan fakta dilapangan ada beberapa responden mengaku

belum menikah padahal sudah menikah. Hal ini diketahui setelah peneliti melihat

istri dari responden tersebut datang berkunjung dan hal ini dibenarkan oleh pihak

panti dan kepada peneliti responden tersebut terpaksa bohong karena merasa malu

pada diri sendiri.

5.3 Analisis Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosio,


Spritual) Holistik

Data mengenai evaluasi pelaksanaan program BPSS (Bio, Psiko, Sosial,

Spritual) Holistik yang akan disajikan dalam empat aspek yaitu masukan (input),

proses (process), keluaran (output) dan dampak (impact).

Universitas Sumatera Utara


5.3.1 Masukan (input)

Untuk aspek masukan (input) lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen tentang Informasi


Pelaksanaan Program BPSS Holistik dalam Proses Pemulihan Residen di
IPWL Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Mengetahui 11 39,3
2. Kurang Mengetahui 8 28,6
3. Tidak Mengetahui 9 32,1
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Pada tabel 5.5 residen yang mengetahui tentang informasi pelaksanaan

program BPSS Holistik sebanyak 11 responden (39,3%) dikarenakan residen

tersebut ketika dibawa ke panti rehabilitasi tujuannya ingin pulih dan bisa

melakukan aktivitasnya seperti orang normal biasanya, 8 responden (28,6%)

kurang mngetahuisedangkan 9 responden (32,1%) sama sekali tidak mengetahui

informasi pelaksanaan proram BPSS Holistk dalam proses pemulihan residen.

Dengan demikian perlunya informasi tentang program BPSS Holistik agar

masyarakat mengetahui bahwa program BPSS Holistik yang ada di panti

rehabilitasi itu berfungsi dalam pemulihan penyalahgunaan NAPZA.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti melihat bahwa masih sangat banyak

responden yang tidak mengetahui akan informasi pelaksanaan program BPSS

Holistik dalam proses pemulihan residen karena mereka mengaku tidak mau tahu

dan karena dipaksa untuk masuk panti rehabilitasi dan berbagai alasan lainny

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahan Residen tentang Adanya


Proses Pengumpulan Data Diri untuk Bahan Pertimbangan Kelayakan
Mengikuti Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Mengetahui 10 35,7
2. Kurang Mengetahui 7 24,9
3. Tidak Mengetahui 11 39,4
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Meskipun sudah mendaftar sebagai residen, namun untuk mengikuti

program BPSS Holistik harus melewati proses bahan pertimbangan. Dari tabel

tersebut, dapat dilihat bahwa yang mengetahui adanya proses pengumpulan data

diri untuk bahan pertimbangan kelayakan mengikuti program BPSS Holistik yang

menjawab mengetahui 10 responden (35,7%), kurang mengetahui 7 responden

(24,9%) dan tidak mengetahui 11 responden (39,4%) meskipun yang lebih banyak

menjawab tidak mengetahi daripada mengetahui. Jawaban responden tersebut

menggambarkan, kurang pedulinya dan informasi tentang program BPSS Holistik

terkhususnya pengumpulan data diri ketika masuk ke panti rehabilitasi.

Pada fakta dilapangansetelah peneliti melakukan komunikasi yang intens

dengan responden peneliti melihat bahwa respoden sebenarnya tahu akan proses

pengumpulan data diri tetapi mereka tidak mau tahu akan hal itu dan tidak mau

direpotkan maka dari itu responden memilih untuk tidak mengetahui sama sekali.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Pendaftaran


Diri Sebagai Residen untuk Mengikuti Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Sangat Rumit 1 3,6
2. Rumit 8 28,6
3. Tidak Rumit 19 67,8
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Pemulihan residen yang didiagnosis dengan gangguan mental dan

perilaku akibat dari penyalahgunaan narkoba tidaklah semudah yang dibayangkan

banyak orang. Penanganan terhadap mereka tidak seperti pasien yang terkena

penyakit infeksi yang jika diterapi dengan antibiotika yang tepat maka akan

segera sembuh. Namun hal tersebut berbeda dengan residen pengguna narkoba.

Bahkan sebelum memulai program BPSS Holistik, calon residen harus melewati

proses pendaftaran diri.

Pada tabel 5.7 diketahui bahwa lebih mendominasi menjawab pendaftaran

diri sebagai residen tidak rumit19 responden (67,7%), rumit 8 responden (28,6%),

sangat rumit 1 responden (3,6%).

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti melihat ada responden yang

menjawab pendaftaran diri sebagai residen rumit hal ini dikarenakan karena

responden tersebut dilibatkan langsung, tetapi sebenarnya dalam pendaftaran diri

mereka diwakilkan oleh keluarga responden.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen tentang Penjelasan


Staf Mengenai Tujuan Penerapan Program BPSS Holistik di IPWL Yayasan
NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Memahami 19 67,9
2. Kurang Memahami 7 24,9
3. Tidak Memahami 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Sebelum residen melaksanakan program BPSS Holistik, para staf

menjelaskan mengenai tujuan penerapan Program BPSS Holistik di IPWL

Yayasan NAZAR Medan. Dari tabel 5.8 diketahui bahwa dari keseluruhan

responden lebih banyak memahami penjelasan staf tentang program BPSS

Holistik yang dimana ada sebanyak 19 responden (67,9%), kurang memahami 7

responden (24,9%), tidak memahami 2 responden (7,2%).

Pada fakta dilapangan responden sebenarnya banyak yang tidak

memahami tujuan penerapan program BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR

Medan, namun mereka terpaksa menjawab memahami karena takut kepada staf

panti rehabilitasi.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Residen tentang Proses


Pelaksanaan Program BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Mengetahui 9 32,1
2. Kurang Mengetahui 11 39,3
3. Tidak Mengetahui 8 28,6
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dari tabel 5.9 dapat diketahui bahwa lebih banyak yang mengatakan

kurang mengetahui sebanyak 11 responden (39,3%), proses pelaksanaan program

BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR dibandingkan yang mengetahui 9

responden (32,1%) dan tidak mengetahui 8 responden (28,6%) Alasannya karena

baru pertama masuk rehabiltasi jadi kurang penting untuk pemulihan mereka dan

sama sekali tidak mau tahu tentang program BPSS Holistik. Dengan demikian

dapat disimpulkan program BPSS Holistik bagi pemulihan dipanti rehabilitasi ini

harus lebih di promosikan kepada masyarakat luas, agar mereka memahami tujuan

panti rehabilitasi dan program apa yang akan dijalani ketika berada dipanti saat

menjalani pemulihan.

Ada beberapa responden menjawab mengetahui tentang proses

pelaksanaan program BPSS Holistik tetapi setelah peneliti turun langsung ke

lapangan mereka sebenarnya kurang mengetahui proses pelaksanaanan program

BPSS Holistik karena pada fakta dilapangan mereka sulit untuk melakukan

program yang ada di panti.

Universitas Sumatera Utara


5.3.2 Proses (Process)

Untuk aspek Proses (Process) lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 5.10

Ditribusi Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana dalam Pelaksanaan


Program BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Memadai 21 74,9
2. Kurang Memadai 5 17,9
3. Tidak Memadai 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dalam pelaksanaan program BPSS Holistik ini dibutuhkan sarana dan

prasarana yang baik agar setiap proses pelaksanaan program ini berjalan dengan

baik tanpa kendala. IPWL Yayasan NAZAR Medan merupakan panti dibawah

kemensos dimana setiap kebutuhan yang diperlukan untuk pelaksanaan proram

BPSS Holistik ini didukung oleh pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel

5.10 sebanyak 21 responden (74,9%) menjawab sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan program BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR memadai, 5

responden (17,9%) menjawab kuarang memadai, 2 responden (7,2%) menjawab

tidak memadai.

Berdasarka fakta dilapangan saat melakukan penelitian di IPWL Yayasan

NAZAR bahwa benar sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh residen cukup

memadai.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang


Diberlakukannya Program BPSS Holistik ini dalam Pemulihan di IPWL
Yayasan NAZAR Medan
No Kriteria Frekuensi Persentase(%)
1. Setuju 22 78,5
2. Kurang Setuju 5 17,8
3. Tidak Setuju 1 3,6
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dari tabel 5.11 dapat dilihat bahwa lebih banyak responden yang

berpendapat setuju diberlakukannya program BPSS Holistik ini dalam pemulihan

di IPWL Yayasan NAZAR Medan sebanyak 23 responden (80,2%). Alasan

residen bahwa program BPSS Holistik ini setuju dilaksanakan karena selama

menjalankan program BPSS Holistik residen mulai mengalami perubahan baik

dalam pola sikap dan perilaku serta menyadari bahwa yang dilakukan selama ini

salah dan bisa merusak masa depan mereka/residen.

Berdasarkan faktadilapangan yang dilakukan, peneliti mengamati

sebenarnya masih banyak residen yang berada di panti merasa kurang atau tidak

setuju karena mereka belum terima karena merasa terasingkan/dibuang

keluarganya sehingga mereka sering diam dan tidak terima dengan kegiatan saat

menjalankan program BPSS Holistik. .

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Kendala yang Dihadapi Saat Menjalani


Program BPSS Holistik yang Dijalankan IPWL Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Ya 15 53,6
2. Tidak 13 46,4
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dari tabel 5.12 dapat kita lihat bahwa yang menjawab adanya kendala

yang mereka hadapi saat menjalani program lebih mendominasi yaitu 15

responden (53,6%) dibandingkan yang menjawab tidak memiliki kendala saat

menjalani program yaitu 13 responden (46,4%).Dari jawaban responden dapat

disimpulkan bahwa butuh waktu dalam menjalankan program karena kebiasaan

yang buruk selama residen menggunakan obat terlarang tersebut. Tetapi secara

perlahan mereka bisa mengikuti program BPSS Holistik karena sudah memahami

dan secepatnya ingin pulih.

Berdasarkan fakta dilapangan memang benar bahwa residen mengalami

kendala karena program BPSS Holistik ini sangat berat dan rumit untuk dijalani

dan banyak sekali peraturan yang harus dituruti sedangkan yang menjawab tidak

memiliki kendala saat menjalani program BPSS Holistik ini karena mereka sudah

ikhlas menjalaninya dan mau fokus lagi untuk secepatnya mendapatkan

pemulihan.

jawaban responden dapat disimpulkan bahwa butuh waktu dalam menjalankan

program karena kebiasaan yang buruk selama residen menggunakan obat terlarang

Universitas Sumatera Utara


tersebut. Tetapi secara perlahan mereka bisa mengikuti program BPSS Holistik

karena sudah memahami dan secepatnya ingin pulih.

Tabel 5.13

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kejenuhan Selama Mengikuti


Program BPSS Holistik yang Dijalankan IPWL Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Sangat Jenuh 13 46,4
2. Jenuh 11 39,3
3. Tidak Jenuh 4 14,3
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Merupakan suatu keharusan program BPSS Holistik dilaksanakan selama


24 jam di dalam panti (residential) dan 4-8 jam untuk program BPSS Holistik
diluar panti (non residential). Program BPSS Holistik juga harus didasari oleh
perawatan yang berkesinambungan (the continum of care) yaitu tahap Primary,
tahap Re-Entry dan pembinaan lanjutan. Selama 24 jam menjalani program BPSS
Holistik tentu saja akan memberikan kejenuhan bagi residen. Hal tersebut dapat
dilihat dalam tabel 5.13 dimana sebanyak 13 responden (46,4%) menjawab sangat
jenuh, sebanyak 11 responden (39,2) yang menjawab jenuh, dan sebanyak 4
responden (14,4) yang menjawab tidak jenuh disebabkan karena ada beberapa
residen yang masih baru melaksanakan program ini.

Berdasarkan fakta dilapangan memang benar responden banyak yang


merasa sangat jenuh ketika menjalankan program BPSS Holistik karena residen
merasa bosan, tidak bebas, tidak bisa berkumpul dengan keluarga dan harus
tinggal dilingkungan panti selama proses pemulihan berjalanmaka dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perlunya penambahan kegiatan yang dapat
mendukung semangat residen dalam menjalankan program BPSS Holistik
sehingga residen merasa tidak jenuh ketika berada di panti rehabilitasi terkhusus
saat menjalankan program BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan.

Universitas Sumatera Utara


Table 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen Tentang Pihak IPWL


Yayasan NAZAR Medan Pernah Mengadakan Rapat/Musyawarah dengan
Residen Terkait dengan Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Pernah 21 74,9
2. Jarang 5 17,9
3. Tidak Pernah 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Keberhasilan dari program BPSS Holistik ini tidak lepas dari partisipasi
residen yang merupakan pelaku dari program ini.Untuk itu melalui tabel 5.14 ini
dapat dilihat apakah residen berperan dalam program BPSS Holistik ini. Sebanyak
21 responden (74,9%) menjawab pernah turut serta dalam musyawarah rapat
program BPSS Holistik, sebanyak 5 responden (17,9%) menjawab jarang dan 2
responden (7,2%) menjawab tidak pernah diikut sertakan saat musyawarah
membahas program BPSS Holistik. Responden yang menjawab pernah adalah
residen yang mengikuti pelaksanaan program BPSS Holistik dengan baik dan
saling bermusyawarah demi tercapainya keberhasilan dalam menjalani program
BPSS Holistik, yang menjawab jarang adalah residen yang masih bingung dan
merasa penting dan tidak penting untuk mengetahui program BPSS Holistik,
sedangkan responden yang menjawab tidak pernah adalah residen yang merasa
program BPSS Holistik sama sekali tidak penting.

Berdasarkan jawaban residen tersebut dapat disimpulkan, residen aktif


dalam proses pemulihan saat menjalankan program BPSS Holistik di IPWL
Yayasan NAZAR, meskipun demikian hal tersebut harus tetap dan terus
dilakukan agar program tersebut terus berjalan dengan baik.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti mengamati bahwa masih banyak


residen yang tidak pernah turut serta dalam musyawarah rapat pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara


program BPSS Holistik karena residen merasa musyawarah tersebut tidak terlalu
penting bagi mereka dan hanya buang-buang waktu saja.

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Staf dan


Pekerja Fungsional Memberikan Motivasi Kepada Residen Dalam
Melaksanakan Program BPSS Holistk

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Pernah 23 82,1
2. Jarang 3 10,7
3. Tidak Pernah 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Staf dan pekerja fungsional merupakan bagian dari keberhasilan program


BPSS Holistik dimana mereka yang mendukung, membimbing dan mengawasi
saat berlangsungnya pelaksanaan program BPSS Holistik didalam panti dalam
pemulihan residen. Sehingga residen membutuhkan motivasi dari staf dan pekerja
fungsional agar tetap semangat dalam menjalani proses pemulihan. Dari tabel 5.15
dapat dilihat yang menjawab staf dan pekerja fungsional pernah memberikan
motivasi kepada residen dalam pelaksanaan program BPSS Holistik, sebanyak 23
responden (82,1%), sebanyak 3 responden (10,7%) menjawab jarang dan
sebanyak 2 responden (7,2%) menjawab tidak pernah.

Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan, peneliti mengamati


memang benar staf dan pekerja fungsional di IPWL Yayasan NAZAR Medan
selalu memberikan motivasi kepada residen. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa dalam pemulihan residen sangat dibutuhkan motivasi agar residen lebih
semangat dalam menjalankan pemulihan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Proses


Berlangsungnya Pelaksanaan Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Menikmati 15 53,6
2. Kurang Menikmati 9 32,1
3. Tidak Menikmati 4 14,3
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dari tabel 5.16 mayoritas responden yang menjawab menikmati proses

berlangsungnya pelaksanaan program BPSS Holistik sebanyak 14 responden

(49,9%) dikarenakan mereka pasrah danada juga menjawab ingin pulih bahkan

berharap setelah pulang ingin menjadi lebih baik dan bisa berguna bagi keluarga.

Sebanyak 9 responden (32,3%) menjawab kurang menikmati karena disatu sisi

mereka rindu akan keluarga dan aktivitas bahkan mereka merasa bosan didalam

panti karena menjalani program BPSS Holistik, sedangkan 5 responden (17,8%)

menjawab tidak menikmati karena bosan, banyak peraturannya dan mereka ingin

bebas.

Berdasarkan penelitian dilapangan, peneliti melihat bahwa motivasi

mereka untuk pulih itu sangat besar sehingga mereka menikmati program yang

dijalankan sampai mereka/residen benar-benar pulih dan bisa kembali pulang

dengan melakukan segala aktifitas mereka dengan normal dan terbebas dari obat

terlarang.Dan mereka menahan rasa rindu dengan tetap tersenyum dalam

menjalankan program BPSS Holistik meski mereka merasa bosan.

Universitas Sumatera Utara


5.3.3 Keluaran (Output)

Untuk spek Keluaran (Output) lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Kegiatan-


Kegiatan yang dilakukan oleh Pihak IPWL Yayasan NAZAR Medan dalam
Menjalankan Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Baik 19 67,9
2. Kurang Baik 7 24,9
3. Tidak Baik 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dalam menjalankan program BPSS Holistik dibutuhkan kegiatan-kegiatan

yang baik dan tepat untuk menunjang proses pemulihan residen agar program

tersebut dapat dikatakan berhasil. Hal tersebut dapat diketahui melalui tabel 5.17

yang menyatakan sebanyak 19 responden (67,9%) menjawab bahwa kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh pihak IPWL Yayasan NAZAR Medan tergolong

baik dalam menjalankan program pemulihan, sedangkan 7 responden (24,9%)

menjawab bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan kurang baik, dan sebanyak 2

responden (7,2%) menjawab tidak baik dikarenakan ada kegiatan-kegiatan yang

menurut mereka kurang dari perlengkapan, peralatan yang kurang mendukung dan

program yang sampai saat ini masih rumit.

Berdasarkan penelitian dilapangan, peneliti melihat bahwa benar setiap

kegiatan yang dilakukan oleh pihak IPWL Yayasan NAZAR Medan dalam

Universitas Sumatera Utara


menjalankan program BPSS Holistik ini sudah baik. Karena banyak kegiatan yang

dapat mengajari mereka dan memotivasi untuk hidup menjadi lebih baik dan

belajar dari kesalahan yang mereka perbuat selama ini, salah satu contohnya yaitu

kegiatan morning meeting yang tujuannya untuk mengawali agar hari tersebut

jauh lebih baik, meningkatkan kepercayaan diri, melatih kejujuran,

mengidentifikasi perasaan dan menanggapi isu dalam rumah residen yang harus

diselesaikan.

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Mutu


Pekerjaan atau Sasaran yang Dihasilkan dari Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Baik 17 60,7
2. Kurang Baik 9 32,1
3. Tidak Baik 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017
Peran keluarga maupun peran masyarakat sangat diperlukan dalam proses

rehabilitasi. Hal ini sangatlah penting mengingat pada akhirnya residen harus

kembali kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya yang dekat dengan

kehidupannya. Apabila residen dapat kembali ke keluarga dan masyarakat dengan

menjalani kehidupannya seperti semula dan dapat berinteraksi dengan baik maka

dapat dikatakan bahwa program BPSS Holistik yang dijalani residen berjalan

sesuai sasaran, bila sebaliknya maka dinilai program BPSS Holistik gagal.

Dari tabel 5.18 dapat diketahui bahwa sebanyak 19 responden (60,7%)

menjawab mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program BPSS

Universitas Sumatera Utara


Holistik berjalan dengan baik hal ini dilihat dari sebelumnya sehingga residen

dapat kembali dengan kehidupan yang normal, sebanyak 9 responden (32,1%)

menjawab kurang baik dengan alasan mereka belum merasakan sepenuhnya

perubahan pada diri mereka, sedangkan 2 responden (7,2%) menjawab tidak baik

karena residen menganggap bahwa program BPSS Holistik tidak mampu

mengubah kehidupan residen menjadi lebih baik. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa mutu pekerjaan atau sasaran yang dihasilkan dari program

olistik ini sudah berjalan dengan baik dan harus semakin ditingkatkan demi

tercapainya pemulihan yang baik terhadap pengguna NAPZA.

Berdasarkan fakta dilapangan menurut peneliti bahwa program BPSS

Holistik tidak sepenuhnya mampu berjalan dengan baik atau program yang ada

mungkin tidak sesuai dengan batin residen karena masih terdapat residen yang

masih belum bisa sembuh dan belum bisa manjalani kehidupan normal walaupun

sudah menjalani program BPSS Holistik.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.19

Ditribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Keaktifan Staf


dan Pekerja Fungsional Menjalankan Fungsinya dalam Proses Pemulihan
Residen di IPWL Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Aktif 24 85,7
2. Tidak Aktif 4 14,3
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Sebagai staf atau pekerja fungsional harus bisa memberikan contoh yang

baik dan harus lebih bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya terkhusus

bagi pekerja fungsional yang mana mereka langsung mengawasi, membimbing

dan mendukung proses pelaksanaan program BPSS Holistik dalam pemulihan

seluruh residen yang berada di panti. Dapat dilihat dari tabel 5.19 tersebut,

mayoritas residen menjawab bahwa staf dan pekerja fungsional aktif menjalankan

fungsinya dalam proses pemulihan residen sebanyak 24 responden (85,7%),

sedangkan yang menjawab bahwa staf dan pekerja fungsional tidak aktif sebanyak

4 responden (14,3%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa staf dan

pekerja fungsional sudah aktif dalam menjalankan fungsinya dan hal ini harus

semakin ditingkatkan karena keaktifan staf sangat mempengaruhi proses

berjalannya program BPSS Holistik dalam pemulihan residen di panti rehabilitasi.

Berdasarkan fakta dilapangan yang dilakukan memang benar staf dan

pekerja fungsional di IPWL Yayasan NAZAR Medan selalu aktif dan

bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam proses

pemulihan residen karena jika melakukan tidak bertanggung jawab dan tidak aktif

mereka akan mendapat teguran langsung oleh atasan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.20

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Sumber Dana


yang Digunakan dalam Menjalankan program BPSS Holistik Sudah Sesuai
dengan Tujuan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Sudah 20 71,4
2. Belum 6 21,4
3. Tidak Sama Sekali 2 7.2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Berdasarkan tabel 5.20 dapat dilihat bahwa mayoritas yang menjawab

sumber dana yang digunakan dalam menjalankan program BPSS Holistik sudah

sesuai dengan tujuan sebanyak 20 responden (71,4%), sebanyak 6 responden

(21,4%) menjawab belum sesuai dengan tujuan dan sebanyak 2 responden (7,2%)

menjawab sama sekali tidak sesuai dengan tujuan.

Di IPWL Yayasan NAZAR Medanseluruh biaya yang dibutuhkan oleh

pihak panti untuk pemenuhan kebutuhan residen dalam menjalankan program

pemulihan di tanggung oleh pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa sumber dana

yang diberikan pemerintah dipergunakan dengan baik oleh pihak panti dalam

pencapaian tujuan dalam pelaksanaan program BPSS Holistik.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti melihat memang benar dana yang

digunakan dalam menjalankan program BPSS Holistik sudah sesuai dengan

tujuan karena dilihat dari bentuk bangunan, fasilitas, pelaksanaan kegiatan dan

lain-lain tidak pernah mengalami kendala dalam hal sumber dana.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Perubahan


Pola Sikap dan Perilaku setelah Mengikuti Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Ya 25 89,3
2. Tidak 3 10,7
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Perubahan pola sikap dan perilaku merupakan dasar dari setiap pemulihan

residen penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan tabel 5.21 dapat diketahui hasil

dari pelaksanaan program BPSSHolistik dalam pencapaian perubahan sikap dan

perilaku dimana mayoritas residen menjawab sebanyak 25 responden (89,3%)

merasakan perubahan pola sikap dan perilaku, sedangkan 3 responden (10,7%)

menjawab bahwa mereka tidak ada merasakan perubahan pola sikap dan perilaku.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, setelah mengikuti program BPSS Holistik

residen mengalami perubahan pola sikap dan perilaku.

Berdasarkan penelitian dilapangan peneliti mengamati memang ada

perubahan pola sikap dan perilaku dari residen setelah mengikuti program BPSS

Holistik misalnya saja dari cara mereka berbicara yang tadinya sering berbicara

kotor sekarang sudah lebih sopan.

Universitas Sumatera Utara


5.3.4Pengaruh (Impact)

Untuk aspek Pengaruh (Impact) lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Pentingnya


Penerapan Program BPSS Holistik di dalam Panti Rehabilitasi

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Sangat Penting 16 57,1
2. Penting 11 39,3
3. Tidak Penting 1 3,6
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Program BPSS Holistik yang diterapkandalam IPWL Yayasan

NAZARMedan merupakan suatu program pemulihan terhadap residen

penyalahgunaan narkoba yang dapat dirasakan langsung dan dapat di evaluasi

oleh residen. Dan lebih khusus lagi, untuk mengetahuai sejauh mana proses

pengenalan akan program yang diberikan kepada residen IPWL Yayasan NAZAR

serta proses pelaksanaannya.

Berdasarkan tabel 5.22 dapat diketahui bahwa sebanyak 16 responden

(57,1%) menjawab penerapan program BPSS Holistik dalam rehabilitasi sangat

penting sedangkan 11 responden (39,3%) menjawab sekedar penting saja

penerapan program BPSS Holistik diterapkan sebab residen merasa bosan dan

jenuh dalam mengikuti tahap-tahap pemulihann yang dilaksanakan di dalam panti,

dan 1 responden (3,6%) menjawab program BPSS Holistik tidak begitu penting.

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sangat pentingnya penerapan

program BPSS Holistik di dalam panti rehabilitasi.

Berdasarkan fakta dilapangan yang dilakukan peneliti memang benar

mayoritas dari residen mengakui program BPSS Holistik sangat penting untuk

pemulihan residen penyalahgunaan narkoba karena selain membantu residen

untuk sembuh juga mengajarkan kita bagaimanan layaknya hidup dengan normal

terbukti residen mengalami perubahan yang lebih baik dalam menjalani

kehidupan di lingkungan panti.

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Residen tentang Kinerja Staf


dan Pekerja Fungsional dalam Melaksanaan Program BPSS Holistik

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Sangat Baik 16 57,1
2. Baik 8 28,6
3. Kurang Baik 4 14,3
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Dari tabel 5.23 dapat diketahui mayoritas yang menjawab sangat baik

bahwa kinerja staf dan pekerja fungsional dalam pelaksanaan program BPSS

Holistik sebanyak 16 responden (57,1), yang menjawab sekedar baik kinerja staf

dan pekerja fungsional dalam pelaksanaan program BPSS Holistik sebanyak 8

responden (28,6%), sedangkan 4 responden (14,3%) menjawab bahwa kinerja staf

dan pekerja fungsional dalam pelaksanaan program BPSS Holistik sama sekali

kurang baik.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan jawaban diatas maka dapat disimpulkan bahwa, adanya

kinerja yang sangat baik akan mendukung berjalannya program BPSS Holistik

dalam pemulihan residen. Dan dengan kinerja yang baik dari staf dan pekerja

fungsional maka residen terbantu dan termotivasi untuk pulih dan program

tersebut dapat dikatakan berhasil.

Berdasarkan fakta dilapangan masih saja terdapat staf dan pekerja

fungsional yang memiliki kinerja kurang baik yaitu masih adanya keterlambatan

dari staf dan pekerja fungsional dalam menjalankan program, misalnya saat

kebaktian staf dan pekerja fungsional yang ditunjuk untuk bertugas terlambat

datang sehingga residen terpaksa menunggu dan tentu saja akan mengganggu dan

mempengaruhi pelaksanaan program tersebut

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keberhasilan Program BPSS


Holistik yang Diterapkan di IPWL Yayasan NAZAR Medan Terhadap
Pemulihan Residen

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Sangat Berhasil 6 21,4
2. Berhasil 19 67,9
3. Tidak Berhasil 3 10,7
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Pada tabel 5.24 dapat diketahui mayoritas dari tingkat keberhasilan

program BPSS Holistik yang diterapkan di IPWL Yayasan NAZAR

Medanterhadap pemulihan residen sebanyak 19 responden (67,9%) menjawab

program BPSS Holistik berhasil mengubah pola hidup residen menjadi lebih baik,

sedangkan 6 responden (21,4%) menjawab tingkat keberhasilan program BPSS

Holistiksangat berhasil mengubah pola hidup residen, dan hanya 3 responden

(10,7%) yang menjawab program BPSS Holistik mengalami kegagalan atau tidak

berhasil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program BPSS Holistik ini

memiliki dampak yang baik dalam pemulihan residen, sehingga dapat dilihat dari

tingkat keberhasilan yang menjawab program BPSS Holistik ini berhasil lebih

mendominasi disbanding yang tidak menjawab tidak berhasil, dan dapat dikatakan

bahwa program ini berhasil dan baik untuk diterapkan dalam pemulihan residen di

IPWL Yayasan NAZAR Medan.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti melihat memang benar program

BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan ini berhasil dimana residen

Universitas Sumatera Utara


yang sudah sembuh dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga dan juga

masyarakat untuk menjalani kehidupan yang normal.

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapat Residen tentang Program


BPSS Holistik yang Dilaksanakan di IPWL Yayasan NAZAR Medan dapat
Membantu Permasalahan Residen

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Membantu 22 78,5
2. Kurang Membantu 4 14,3
3. Tidak Membantu 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Setiap kegiatan residen mempunyai tanggungjawab mengubah tingkah

laku, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, jadi bukan semata-mata

tanggungjawab petugas. Teori yang mendasari metode BPSS Holistik adalah

pendekatan behavioral dimana berlaku system reward (pengharapan/penguatan)

dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Melalui perubahan

perilaku ini, maka residen dapat mengubah pola pikir serta pola hidupnya

sehinnga residen dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya melalui

program BPSS Hilostik.

Dar tabel 5.25 dapat dilihat dimana 22 residen (78,5%) menjawab bila

programBPSS Holistik ini dapat membantu permasalahan yang dihadapi residen,

sebanyak 4 responden (14,3%) menjawab kurang membantu, sedangkan 2

responden (7,2%) menjawab bahwa program BPSS Holistik ini sama sekali tidak

Universitas Sumatera Utara


membantu pemulihan terhadap residen. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa program BPSS Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan sangat

membantu dan program ini harus dikembangkan dan lebih di informasikan kepada

masyarakat luas, agar masyarakat tahu bahwa panti rehabilitasi terkhususnya

program BPSS Holistik dapat membantu pemulihan bagi pengguna NAPZA.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti melihat memang benar program

BPSS Holistik dapat membantu permasalahan residen karena pada saat datang

kepanti residen merasa mempunyai banyak masalah dalam kehidupannya, tetapi

setelah menjalani program BPSS Holistik residen sudah merasa nyaman dan tidak

ada beban dalam hidupnya dan sudah punya kepercayaan diri dalam menjalani

kehidupannya di panti rehabilitasi.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Residen tentang Manfaat


dari Pelaksanaan Program BPSS Holistik yang Dilaksanakan di IPWL
Yayasan NAZAR Medan

No Kriteria Frekuensi Persentase(%)


1. Ada 26 92,8
2. Tidak Ada 2 7,2
TOTAL 28 100
Sumber: Kuesioner, November 2017

Berdasarkan tabel 5.26 dapat diketahui bahwa sebanyak 26 responden

(92,8%) menjawab merasakan adanya manfaat dari program BPSS Holistik,

sedangkan 2 responden (7,2%) menjawab tidak ada merasakan manfaat dari

program BPSS Holistik tersebut dalam proses pemulihan di IPWL Yayasan

NAZAR Medan. Dan dapat disimpulkan bahwa para residen merasakan manfaat

bagin pemulihan mereka dengan adanya program BPSS Holistik ini.

Berdasarkan fakta dilapangan peneliti melihat bahwa benar program BPSS

Holistik di IPWL Yayasan NAZAR Medan bermanfaat bagi residen. Hal ini

dilihat dari sikap dan perilaku dari residen yang sudah berubah ke arah yang lebih

baik, residen sudah biasa mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan

pengelolaan kebutuhan sehari-hari misalnya mencuci piring/baju, membersihkan

fasilitas panti, memperbaiki gedung dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, peneliti akan memberikan

kesimpulan mengenai Evaluasi Pelaksanaan Program BPSS (Bio, Psiko, Sosial,

Spritual) Holistik Terhadap Residen Penyalahgunaan NAPZA DiInstitusi

Penerima Wajib Lapor (IPWL) Yayasan NAZAR Medan sebagai berikut:

1. Masukan (Input): Program BPSS Holistik yang diterapkan dalam IPWL

Yayasan NAZAR Medan merupakan suatu program pemulihan terhadap

residen penyalahgunaan narkoba yang dapat dirasakan langsung dan dapat

dievaluasi oleh residen. Dan lebih khusus lagi, untuk mengetahui sejauh mana

proses pengenalan akan program yang diberikan kepada residen IPWL

Yayasan NAZAR Medan serta proses pelaksanaannya. Pelaksanaan program

BPSS Holistik ini sudah berjalan dengan baik meski belum mencapai hasil

maksimalnya, terbukti dengan adanya beberapa kendala seperti: kurangnya

informasi mengenai program BPSS Holistik dan kurang mengetahui

bagaimana proses pelaksanaan program BPSS Holistik di IPWL Yayasan

NAZAR Medan.

2. Proses (Process): Proses pelaksanaan BPSS Holistik yang dilaksanakan di

IPWL Yayasan NAZAR Medan berjalan dengan baik, meski ada beberapa

kendala saat menjalani program BPSS Holistik danada beberapa pendapat

bahwa mereka merasa jenuh dan bosan saat menjalankannya tetapi residen

Universitas Sumatera Utara


tetap semangat untuk menjalankan proses pemulihan ditambah dengan

motivasi yang diberikan oleh para staf dan pekerja fungsional tersebut.

3. keluaran (output): Program BPSS Holistik yang dilaksanakan di IPWL

Yayasan NAZAR Medan sejauh ini berjalan dengan baik, hal tersebut

dibuktikan melalui hasil kuesioner dan wawancara yang menunjukkan residen

sudah memahami tujuan dari pelaksanaan program BPSS Holistik,

mengalami perubahan pola sikap dan perilaku, penilaian dan tercapainya

tujuan akan kelengkapan sarana dan prasarana dalam menjalankan program

BPSS Holistik

4. Pengaruh (Impact):Pelaksanaan program BPSS Holistik yang dijalankan di

IPWL Yayasan NAZAR Medan sangat bermanfaat terhadap pemulihan

residen,hal tersebut dibuktikan dari hasil kuesioner dan wawancara yang

menyatakan bahwa setelah mengikuti program BPSS Holistik residen

merasakan secara langsung manfaat dari program BPSS Holistik terhadap

perubahan pola hidup residen, serta membantu permasalahan yang dialami

oleh residen setelah mengikuti program BPSS Holistik.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba memberika masukan atau

beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang mempunyai

kepentingan. Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah dapat meningkatkan anggaran dana terhadap pelaksanaan

program BPSS Holistik untuk pemenuhan sarana dan prasarana dalam

pemulihan residen yang ada di IPWL Yayasan NAZAR Medan.

Universitas Sumatera Utara


2. IPWL Yayasan NAZAR Medan sebagai pelaksanaan program BPSS

Holistik untuk terus memberikan informasi mengenai program BPSS

Holistik melalui sosialisasi kepada masyarakat agar lebih memahami

fungsi dan tujuan dari program BPSS Holistik terhadap pengguna

narkoba dan terus meningkatkan kualitas pelaksanaan program tersebut.

Dan dalam pelaksanaan program BPSS Holistik perlu menambah jadwal

seminar tentang pengenalan, bahaya dan dampak penyalahgunaan

NAPZA.

3. Seluruh staf dan pekerja fungsional secara bersama lebih berkonfirmasi

menjalankan tugasnya dalam pelaksanaan program BPSS Holistik untuk

pemulihan residen, sehingga tidak ada perbedaan persepsi antara staf dan

pekerja fungsional.

4. Untuk masyarakat sipil agar lebih memahami fungsi dan tujuan dari panti

rehabilitasi narkoba terutama yang menjalankan program BPSS Holistik

sehingga para pengguna narkoba dapat dipulihkan dari ketergantungan

NAPZA dan dapat menghindari agar tidak memakai kembali NAPZA,

sehingga generasi muda bangsa tidak lagi banyak yang rusak akibat dari

memakai narkoba.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2009.Evaluasi Program

Pendidikan. Pedoman.Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan

PraktisiPendidikan. Edisi Kedua.Jakarta: Bumi Aksara.

Tayibnasis, Yusuf dan Farida, 2000.Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta

Siagian Matias dan Suriadi, Agus. 2012. CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: PT

Grasindo Monoratama.

Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: PT Elex Kamputindo.

Directorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA.2005. Modul Pencegahan

Penyalahgunaan Napza Melalui Penyuluhan oleh Tokoh Masyarakat.

Departemen Sosial. 2002. (Narkoba) Permasalahan Dampak dan Pencegahan, Panduan

untuk Orang Tua dan Tokoh Masyarakat.

Warsidi, Edi. 2006. Mengenal Bahaya Narkoba. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama

Afiatin, Tina. 2008. Pencegahan Penyalahgunaan Nakoba dengan Program Aji.

Yogyakarta: Gadja Mada University Press

Siagian, Matias, 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama

Suryanto, B. & Sutinah. 205. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Pendekatan Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Rosdakarya

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandun: PT Refika Aditama

KEMENSOS-RI. 2015. Buku Saku. Pekerja Sosial, Konselor Adiksi danTenaga

Kesejahteraan Sosial pada Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA

Bungin, B. 2006.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenanda

Media Group

Universitas Sumatera Utara


Sumber Lain:

Press Release Badan Narkotika Nasional Tahun 2015

Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

Keppres No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol

Sumber Online:

Phadli2015,jumlah-pengguna-narkoba-di-indonesia_553ded8d6ea834b92bf39b35

diakses pada tanggal 30 juli 2017 pukul 01:41:43 WIB

http://m.kompasiana.com.

YUD2014,bnn-pecandu-narkoba-di-sumut-600000-orang.html diakses pada tanggal 31

Juli 2017 pukul 02:06:15 WIB hhtp://m.beritasatu.com/nasional

Aziz H 2014,kota-medan-ranking-dua-peredaran-narkoba/diakses pada tanggal 31 juli

2017 pukul 03:34 WIB hhtp://www.sumut24.co.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai