Anda di halaman 1dari 69

i

PROPOSAL

PENGARUH LOGOTERAPI UNTUK MENGENDALIKAN DEPRESI

PADA PASIEN PENYALAHGUNA NAPZA DI PUSKESMAS

KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

TAHUN 2019

ELSA PALINGGI

K012 171 111

HALAMAN JUDUL

KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan hikmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini tepat waktu. Proposal ini berjudul “Pengaruh

Logoterapi untuk Mengendalikan Depresi pada Pasien Penyalahguna

Napza Di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar Tahun 2019”.

Keberhasilan penulis sampai ke tahap penulisan proposal ini

tidak lepas dari bimbingan, motivasi dan bantuan berbagai pihak selama

proses penyusunan, penelitian hingga tahap penyelesaian proposal ini

sebagai tugas akhir. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk

menyampaikan terima kasih yang sangat mendalam dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. drg A. Zulkifi, M.Kes selaku

Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr. dr. Alimin Maidin MPH selaku

Anggota Komisi Penasihat atas segala kesabaran, waktu, bantuan,

bimbingan, nasihat, arahan dan juga saran yang diberikan selama ini

kepada penulis.

Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan pula kepada Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH, Prof. Dr.

Ridwan A, SKM, M.Kes, M.Sc.PH, dan Dr. Suriah SKM, M.Sc.PH selaku

Penguji yang telah memberikan arahan, saran dan masukan demi

perbaikan proposal ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan


iii

kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.

2. Prof. Dr. Muhammad Ali, SE, MS selaku Dekan Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf.

3. Dr. Aminuddin Syam SKM, M.Kes, Med selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Wakil Dekan, Dosen

Pengajar dan seluruh pegawai yang telah memberikan dukungan dan

bantuan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

4. Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc selaku ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin

5. Mama, beribu ucapan terima kasih atas semua doa, ilmu, semangat,

kasih sayang dan pengorbanan yang telah dilakukan selama ini,

semu itu tidak dapat membalas cinta kasih seorang mama. Mama

tetaplah sehat dan menjadi kepala keluarga yang berkenan pada

Tuhan.

6. Papa, walaupun papa tidak dapat hadir dalam setiap permasalahan

yang saya hadapi. Tetapi papa telah tenang disana, selalu

memberikan semangat dan senyuman kepadaku

7. Dua orang kakak perempuanku, telah banyak memberikan motivasi

dan perhatian selama penulisan proposal ini.


iv

Pada akhirnya, manusia memang tidak pernah luput dari

kesalahan, karena itu penulis sangat berterima kasih apabila terdapat

kritik dan saran demi penyempurnaan proposal ini. Semoga hasil karya

ini dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan derajat kesehatan

masyarakat pada masa yang akan datang khususnya pada upaya-

upaya dalam mendukung pelaksanaan intervensi pada pasien

penyalahguna Napza di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar.

Makassar, 17 Januari 2019

Penulis
v

DAFTAR ISI

PROPOSAL...................................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................5
C. TUJUAN PENELITIAN....................................................................6
D. MANFAAT PENELITIAN.................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8
A. TINJAUAN UMUM TENTANG NAPZA...........................................8
B. TINJAUAN UMUM TENTANG PENYALAHGUNA NAPZA..........17
C. TINJAUAM UMUM TENTANG LOGOTERAPI.............................19
D. TINJAUAN UMUM TENTANG DEPRESI.....................................32
E. KERANGKA TEORI......................................................................41
F. KERANGKA KONSEP..................................................................42
G. DEFINISI OPERASIONAL............................................................43
H. HIPOTESIS PENELITIAN.............................................................44
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................46
A. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN..............................................46
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN............................................48
C. POPULASI DAN SAMPEL............................................................48
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.................................................49
E. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA........................................50
F. ETIKA PENELITIAN......................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................54
LAMPIRAN.................................................................................................56
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan kesehatan akibat penggunaan napza (narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya) terus menjadi masalah global. Hal

tersebut dikarenakan sebagian besar penyalahguna napza tidak memiliki

akses ke pengobatan (UNODC, 2015). Pada tahun 2010, prevalensi

penyalahgunaan napza sebesar 2,21% atau sekitar 4,02 juta orang. Pada

tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan napza meningkat menjadi 2,8%

atau sekitar 5 juta orang (UNODC, 2013). Besaran masalah

penyalahgunaan napza dunia menjadi lebih jelas dengan proyeksi 1 dari

10 penyalahguna napza menderita gangguan atau ketergantungan napza.

Dengan demikian, sekitar 27 juta orang, atau diasumsikan hampir seluruh

populasi negara Malaysia, mengalami ketergantungan napza (UNODC,

2015).

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI)

menyatakan tidak ada satu pun kapubaten atau kota yang dinyatakan

bebas dari masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap napza.

Proyeksi jumlah penyalahguna napza di Indonesia pada tahun 2015 adalah

5,8 juta orang, sedangkan di tahun 2019 adalah 7,4 juta orang (BNN,

2013). Angka prevalensi penyalahgunaan napza di lingkungan pendidikan

(SLTP, SMU dan PT) dalam setahun terakhir sebesar 4,7%.


2

Penyalahgunaan napza di Indonesia memiliki angka prevalensi sebesar

17,2%, dengan tingkat pendidikan dari penyalahguna yaitu SLTP sebesar

7%, SMU sebesar 19% dan perguruan tinggi sebesar 27,2% (Kemenkes,

2014). Berdasarkan sasaran populasi, penyalahguna napza kebanyakan

berasal dari kelompok pekerja (70%), kelompok pelajar/mahasiswa (22%),

kelompok rumah tangga (6%) serta wanita penjaja seks dan anak jalanan

(1%) (BNN, 2013).

Berdasarkan umur, kelompok umur 26-30 tahun merupakan

penyalahguna napza yang paling besar yaitu 21% orang, dengan jenis

napza yang paling banyak digunakan oleh penyalahguna di pelayanan

terapi dan rehabilitasi adalah ganja 29.6%, shabu 28.6%, heroin 19.3%,

MDMA/ekstasi 15.4%, zat adiktif lainnya 5.7% dan kokain 1.3% (BNN,

2013). Di antara kalangan penyalahguna napza, PWID (people who inject

drugs atau pengguna napza suntik) adalah salah satu kelompok yang

paling rentan dan terpinggirkan, dengan risiko kematian yang lebih tinggi

dibandingkan dengan populasi umum (UNODC, 2015). Berdasarkan hasil

analisis UNODC bekerjasama dengan WHO, UNAIDS, dan Bank Dunia

menyatakan jumlah PWID di dunia adalah sekitar 12,19 juta (0,26 %) dari

populasi orang dewasa yang berumur 15-64 tahun (UNODC, 2013).

Prevalensi penyalahguna napza di Sulawesi Selatan tahun 2010

sebesar 2,04% dan meningkat menjadi 2,08% tahun 2011. Pada tahun

2014, jumlah penyalahguna napza menjadi 2,14% (BNN Provinsi Sulawesi

Selatan, 2014). Berdasarkan data peringkat potensi kerawanan peredaran


3

gelap napza di Indonesia tahun 2011, provinsi Sulawesi Selatan berada di

peringkat 18 dari 31 provinsi di Indonesia. Jumlah tersangka peredaran

gelap (kultivasi, produksi dan distribusi) di Sulawesi Selatan sebesar 1,8%

(BNN Provinsi Sulawesi Selatan, 2014).

Gangguan penggunaan napza dikaitkan dengan peningkatan risiko

penyakit lain seperti HIV/AIDS, hepatitis, TBC dan penyakit

kardiovaskular, serta bunuh diri dan kematian akibat overdosis.

Penyediaan skrining dan layanan kesehatan pada layanan kesehatan

primer sangat penting (UNODC, 2015). Setelah diagnosis gangguan

penggunaan napza telah ditetapkan, intervensi dapat diimplementasikan

oleh tenaga kesehatan di Layanan kesehatan primer, atau pasien dapat

dirujuk ke spesialis yang tepat untuk pengobatan (Stone, 2014).

Penyalahgunaan napza memiliki hubungan dengan kecemasan,

depresi, peningkatan risiko ketergantungan, gejala dan efek psikotik.

sering hanya satu dari sejumlah perilaku berisiko yang memiliki beberapa

faktor kerentanan. Dengan demikian, untuk mencegah perilaku

bermasalah tersebut dengan melakukan intervensi perawatan (Rohde,

2012). Menurut Kapplan dan Saddock, terapi yang dibutuhkan pada

pasien dengan depresi adalah terapi psikososial seperti terapi kognitif,

terapi tingkah laku, terapi interpersonal, psikoterapi kelompok dan atau

terapi keluarga serta terapi obat-obatan. Salah satu jenis psikoterapi

adalah logoterapi untuk megendalikan depresi pada pasien (dalam

Maryatun, 2011).
4

Di beberapa negara , tingkat cakupan layanan untuk program

perawatan pada pengguna napza suntik yaitu melalui terapi substitusi

opioid dan terapi antiretroviral tetap rendah, sebagaimana yang ditetapkan

oleh WHO, UNODC dan UNAIDS (Stone, 2014). Sebagian besar negara

yang melaporkan informasi tentang cakupan layanan program perawatan

pada pengguna napza suntik berada di Eropa di mana tingkat cakupan

layanannya relatif tinggi. Negara-negara di luar Eropa, memiliki tingkat

akses ke layanan ini jauh lebih rendah (EMCDDA, 2014).

Logoterapi adalah suatu jenis psikoterapi yang pertama kali

dikembangkan oleh Viktor Frankl pada tahun 1938 dengan

mengedepankan makna hidup sebagai tema sentralnya. Makna hidup (the

meaning of live) menurut Frankl merupakan motivasi utama manusia

untuk meraih taraf kehidupan yang bermakna (the meaningful life). Frankl

mengemukakan bahwa jika seseorang berhasil menemukan dan

memenuhi makna hidupnya, maka kehidupan akan akan menjadi lebih

berarti dan berharga dan pada akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan

(dalam Maryatun, 2011).

Pada penelitian, ini penulis memilih dan menggunakan logoterapi

sebagai salah satu psikoterapi untuk mengendalikan depresi pada Pasien

Penyalahgunaan Napza Di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar.

Terdapat beberapa Puskesmas yang memiliki unit kerja harm reduction

untuk menanggulangi dampak dari penyalahgunaan napza berupa klinik

PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) kepada pasien penyalahguna


5

napza seperti Puskesmas Kassi Kassi, Puskesmas Jumpandang baru,

dan Puskesmas Jongaya. Pada tahun 2013, Puskesmas Kassi Kassi

memiliki 6 orang pasien pasien penyalahguna napza, jumlah tersebut

bertambah pada tahun 2018 yaitu sebanyak 23 pasien penyalahguna

napza (Puskesmas Kassi Kassi, 2018).

Oleh karena itu, peran ilmu kesehatan masyarakat khususnya

prinsip epidemiologi untuk mengidentifikasi distribusi, determinan dan

frekuensi dari kasus penyalahgunaan napza. Dengan demikian, penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Logoterapi untuk

mengendalikan Depresi pada Pasien Penyalahgunaan Napza Di

Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu “Apakah ada Pengaruh

Logoterapi untuk Mengendalikan Depresi pada Pasien Penyalahgunaan

Napza Di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar Tahun 2019?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Logoterapi untuk Mengendalikan

Depresi pada Pasien Penyalahgunaan Napza Di Puskesmas Kassi

Kassi Kota Makassar.


6

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien penyalahguna napza meliputi :

usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan lama masa

pengobatan

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien penyalahgunaan Napza

sebelum intervensi pemberian logoterapi Di Puskesmas Kassi

Kassi Kota Makassar

c. Mengidentifikasi tingkat depresi pasien penyalahgunaan Napza

sesudah intervensi pemberian logoterapi Di Puskesmas Kassi

Kassi Kota Makassar

d. Mengidentifikasi perbedaan tingkat depresi pasien penyalahgunaan

Napza sebelum dan sesudah intervensi pemberian logoterapi Di

Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar

e. Mengidentifikasi pengaruh intervensi pemberian logoterapi

terhadap tingkat depresi pasien penyalahgunaan Napza sebelum

dan sesudah Di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar


1

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

referensi dan informasi bagi para pembaca tentang Pengaruh

Logoterapi untuk Mengendalikan Depresi pada Pasien

Penyalahgunaan Napza.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

masukan bagi Instansi Kesehatan terkait dalam menyusun program-

program intervensi dalam mengendalikan Depresi pada Pasien

Penyalahgunaan Napza, khususnya di Puskesmas Kassi Kassi Kota

Makassar

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan tambahan pengalaman dan

wawasan tentang Pengaruh Logoterapi untuk Mengendalikan Depresi

pada Pasien Penyalahgunaan Napza.

4. Manfaat Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi

masyarakat khususnya bagi pasien dan keluarga pasien untuk

mengendalikan Depresi pada Pasien Penyalahgunaan Napza

khususnya kota Makassar.


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG NAPZA

1. Definisi Napza

Napza adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat

adiktif dengan istilah popular di masyarakat adalah napza. Terminologi

narkotik berasal dari kata narcoun yang artinya melumpuhkan/

membius dan dapat mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan

(Nasution, 2001).

Menurut batasan WHO (World Health Organization Technical

Report Series, Nomor 407) tahun 1969 di Genewa, Swiss, napza

adalah zat kimia yang mampu mengubah pikiran, perasaan, fungsi

mental dan perilaku seseorang menjadi tidak normal. Sedangkan yang

dimaksud dengan obat (drugs) adalah zat-zat yang apabila

dimasukkan ke dalam tubuh organisme yang hidup, maka akan

mengadakan perubahan pada satu atau lebih fungsi- fungsi organ

tubuh (UNODC, 2013).

Berdasarkan UU Nomor 35 tahun 2009, napza adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

maupun semi- sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan,


3

yang dibedakan ke dalam golongan- golongan (RI, 2009).

2. Aspek Farmakologi Napza

Farmakodinamika ialah ilmu kesehatan yang mencakup efek

biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerja zat tersebut.

Tujuan farmakodinamika ialah mengetahui mekanisme kerja zat dan

meneliti efek utama zat, interaksi zat dengan sel, urutan peristiwa seta

spektrum efek serta respon yang terjadi (Ganiswarna, 2004).

Farmakodinamika berkaitan erat dengan mekanisme kerja obat,

reseptor obat, transmisi sinyal biologis, interaksi obat-reseptor dan

antagonisme farmakodinamik. Farmakodinamika digunakan untuk

mengetahui efek obat terhadap fisiologi dan biokimia tubuh manusia

dan mekanisme kerja obat.

Otak manusia terdiri dari sekitar sepuluh juta neuron dengan

milyaran interaksi elektrokimiawi yang terus-menerus berlangsung

antarsel saraf yang terstruktur ke dalam kelompok-kelompok

fungsional. Kelompok fungsional ini bekerja sebagai pusat koordinasi

yang mengatur semua proses kegiatan/ aktivitas psikologis dan

fisiokologis.

Menurut Ganong W. F. (dalam Nasution, 2001) menyatakan

bahwa aktivitas psikologis dan fisiologis berpusat pada limbic system

otak. Limbic system menerima sinyal-sinyal neurotransmitter dari

reticular activating system di batang otak. Antar sel pusat koordinasi

terdapat celah sinap. Di dalam sinap impuls saraf diteruskan dengan


4

sinyal-sinyal molekul zat kimia yang ditransmisikan dari ujung saraf

presinap ke saraf postsinap yang disebut neurotransmitter.

Mekanisme kerja napza adalah mempengaruhi proses

elektrofisiologi membran saraf, mengubah keberadaan konstalasi

neurotransmitter dan berperan sebagai agonis atau antagonis

neurotransmitter pada pasangan reseptor sehingga kinerja sentra-

sentra otak berubah secara dinamik sesuai dengan konstalasi

neurotransmitter.

Setiap lintasan sinap mempunyai neurotransmitter (NT) sendiri,

yaitu NT lintas eksitasi (acetylcholine, norepinephrine, dopamine,

serotonin, glutamate, aspartat serta histamine) dan NT lintas inhibisi

(GABA, glysin, peptide seperti enkefalin dan endorphin).

Pada tubuh manusia, tonus suasana hati dan organ tubuh

berada dalam suatu kontinum yang dapat naik dan turun. NT lintas

eksitasi berfungsi menaikkan kontinum tonus suasana hati dalam.

Sedangkan NT inhibisi berfungsi menurunkan kontinum tonus

suasana hati (Nasution, 2001).

3. Klasifikasi Napza Berdasarkan Undang-Undang di Indonesia

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang napza yang menggantikan

dua undang- undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1997 tentang narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang psikotropika. Salah satu perbedaan yang disebutkan


5

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang napza tersebut

dinyatakan bahwa shabu-shabu dan ekstasi bukan lagi disebut

psikotropika (BNN, 2013)

Golongan I dan golongan II pada Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1997 tentang psikotropika, semuanya sudah dimasukkan ke

dalam daftar golongan I dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin diperketatnya hukum

dalam pengaturan sanksi terhadap siapa saja yang

menyalahgunakan napza baik sanksi pidana maupun sanksi denda

(RI, 2009).

Penjelasan Undang–Undang No 35 Tahun 2009 tentang

narkotika menjelaskan lebih terperinci lagi mengenai maksud dari tiap-

tiap golongan dari napza tersebut, yaitu (RI, 2009):

a. Narkotika golongan I adalah napza yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, tidak digunakan

untuk tujuan medis dan terapi serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan, terdiri atas:

1) Tanaman papaver somniferum dan semua bagiannya termasuk

buah dan jerami, kecuali biji tanaman. Opium mentah (getah

tanaman papaver somniferum yang membeku), opium masak

(candu, jicing, jicingko) serta heroina

2) Tanaman koka, semua jenis tanama genus erythroxylon famili

erythroxylaceae termasuk buah dan biji tanaman, daun koka,


6

kokain mentah dan kokaina

3) Tanaman ganja, semua genus cannabis termasuk biji, buah,

jerami serta hasil olahan tanaman tersebut. Isomer kimia

tanaman cannabis yaitu tetrahydrocannabinol dan delta 9

tetrahydrocannabinol

4) Amfetamin termasuk isomer kimia, misalnya brolamfetamina,

tenamfetamina, amfetamina, deksamfetamina, levamfetamina,

levometamfetamina serta metamfetamina

5) MDMA (ecstacy) termasuk isomer kimia, misalnya meskalina,

MMDA, etil MDA, hidroksi MDA, PMA, STP serta DOM

6) Asetorfina, asetanilida, metilfentanil, hikdroksifentanil,

desmorfina, etorfina, ketobemidona, ester (propianat dan

asetat), tiofentanil, etisiklidina, etriptamina, metakualon,

meklokualon, fenetilina, femetrazina, katinona, lisergida serta

zipepprol

b. Narkotika golongan II adalah napza yang digunakan sebagai pilihan

terakhir untuk tujuan medis dan terapi, berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan serta masih mempunyai potensi

kuat mengakibatkan ketergantungan, terdiri atas:

1) Metadol termasuk isomer kimia, misalnya alfasetilmetadol,

alfametadol, asetilmetadol, betametadol, betasetilmetadol,

dimefheptanol, dimenoksadol, drotebanol, norasimetadol serta

norlevorfanol
7

2) Prodina termasuk isomer kimia, misalnya alilprodina,

aneleridina, betaprodina, bezitramida, diapromida,

fenampromida, petidina intermediat serta trimeperidina

3) Metadona termasuk isomer kimia, misalnya dipipanona,

hidrokodona, isometadona, fenadoksona, normetadona serta

oksikodona

4) Ekgonina, temasuk ester dan derivat yang setara misalnya

etolseridina, etonitazena, furetidina, difenoksilat,

hidroksipetidina serta fenoperidina

5) Morfina termasuk isomer kimia, misalnya hidromorfona,

fenazosina, fenomorfan, levofenasilmorfan, metadona

intermediat, metazosina, metopon, mirofina, normorfina,

oksimorfona serta rasemorfan

6) Garam-garam narkotika dalam golongan tersebut di atas

c. Narkotika golongan III adalah napza yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan, terdiri atas:

1) Kodeina termasuk isomer kimia, misalnya asetilhidrokodeina,

dekstropropoksifena, nikodikodina serta norkodeina

2) Morfina termasuk isomer kimia, misalnya etilmorfina, polkodina

serta buprenorfina

3) Campuran atau sediaan difenoksin dan difenoksilat dengan


8

bahan lain bukan narkotika dalam golongan tersebut di atas

4. Manfaat Napza

Napza sebenarnya adalah zat yang digunakan untuk

kepentingan umat manusia khususnya di bidang pengobatan.

Mekanisme kerja napza timbul karena interaksi zat dengan reseptor

pada sel suatu organisme. Suatu zat dapat mengubah kecepatan

kegiatan faal tubuh dan memodulasi fungsi tubuh. Akan tetapi,

persepsi tersebut telah disalahgunakan akibat penggunaan diluar

batas dosis yang ditentukan medis. Napza mulai terjual bebas di

pasaran dan digunakan oleh masyarakat luas tanpa adanya

kepentingan medis.

Manfaat napza di bidang kesehatan yaitu sebagai berikut

(Ganiswarna, 2004):

a. Analgesik narkotik

Analgesik narkotik berupa morfin dan opioid lain terutama

diindikasikan untuk meredakan nyeri hebat. Dosis 8-10 mg

diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan penderita

terhadap operasi, mengurangi rasa sakit, menghindari takipnea

pada pemberian trikloretilen agar anestesia berjalan dengan

tenang dan dalam. Alkaloid morfin juga berguna menghentikan

diare berdasarkan efek langsung terhadap otot polos usus serta

menghambat refleks batuk. Akan tetapi, sekarang ini hal tersebut

telah ditinggalkan karena telah banyak obat sintetik yang lebih


9

aman, efektif dan tidak menimbulkan adiksi.

b. Metadon

Metadon dan opioid lain digunakan sebagai pengganti morfin

atau opioid lain (misalnya heroin) untuk mencegah gejala putus

obat yang ditimbulkan obat tersebut. Gejala putus obat oleh

metadon tidak sekuat tang ditimbulkan morfin atau heroin, tetapi

berlangsung lebih lama dan timbul lebih lambat.

c. Babiturat

Babiturat digunakan untuk menimbulkan sedasi, dengan

dosis 100-200 mg pada orang dewasa dan dosis 1 mg/kg BB pada

anak dan bayi. Keuntungan babiturat ialah tidak memperpanjang

masa pemulihan dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak

diinginkan. Sedatif non- babiturat berupa etinamat, glutetimid dan

kloralhidrat digunakan jika penderita alergi terhadap babiturat.

d. Hipnotik sedatif

Hipnotik sedatif digunakan sebagai antidepresan pada

penderita insomnia penyakit Parkinson, insomnia sementara pada

keadaan stress ringan atau jet lag dan insomnia jangka pendek

(benzodiazepine). Obat hipnotik hanya dapat diberikan setiap 3

malam untuk menghindari perubahan pola tidur yang tidak

diinginkan dan kumulasi obat serta toleransi.


e. Psikotropik

Obat psikotropik berupa meskalin dan Dietilamid Asam

Lisergat (LSD-25) hanya digunakan untuk penelitian yang

menimbulkan keadaan menyerupai psikosis, tidak untuk terapi dan

diagnostik. Dosis 5 mg meskalin menimbulkan rasa takut,

halusinasi visual, tremor, hiperrefleksia dan peningkatan aktivitas

simpatik pada orang normal. Dosis 20-100 mg LSD-25

menimbulkan efek serupa meskalin, ditambah euphoria,

depersonalisasi, perasaan curiga dan sifat agresif.

f. Amfetamin

Amfetamin digunakan untuk menunda kelelahan,

peningkatan kewapadaan, menghilangkan rasa ngantuk,

meningkatkan keyakinan diri, meningkatkan daya konsentrasi dan

meningkatkan aktivitas motorik serta aktivitas bicara dalam dosis

sesuai keperluan terapi psikis.

g. Alkohol

Alkohol digunakan sebagai pelarut obat luar pada

pengobatan keracunan toksikondredol (poison ivy), menggosokkan

larutan alkohol pada kulit 50-70% untuk mencegah dekubitus pada

pasien yang telah terbaring jangka panjang serta digunakan dalam

pengobatan keracunan metal alkohol dan etilen glikol. Alkohol

terdehidrasi yang disuntikkan pada saraf simpatis berguna

mengendalikan nyeri trigeminal dan nyeri kanker terminal.


h. Obat penenang (tranquillizer)

Obat penenang berupa derivat fenotiazin digunakan karena

mempunyai efek sedasi, antiaritmia, antihistamin dan antiemetik

i. Eter (dietileter)

Eter ialah anestetik yang sangat kuat sehingga penderita

dapat memasuki setiap tingkat anestesia.

B. TINJAUAN UMUM TENTANG PENYALAHGUNA NAPZA

1. Definisi Penyalahguna Napza

Penyalahgunaan napza adalah penggunaan yang dilakukan

tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati

pengaruh zat tersebut, dalam jumlah berlebih, kurang teratur dan

berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan

kesehatan fisik, mental dan kehidupan sosial. Penyalahgunaan napza

yang dilakukan secara terus menerus akan mempengaruhi fungsi

berfikir, perasaan dan perilaku orang yang memakainya. Keadaan ini

bisa menimbulkan ketagihan (addiction) yang akhirnya mengakibatkan

ketergantungan (dependence) (BNN, 2013)

2. Karakteristik Penyalahguna Napza

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

422/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik

Gangguan Penggunaan Napza, memberikan gambaran bagaimana

karakteristik/parameter seorang pecandu napza (Kemenkes, 2010).


Seorang penyalahguna napza dapat digolongkan sebagai

pecandu apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Karakteristik Umum Penyalahguna Napza

1) Suka berbohong

2) Delusive (tidak bisa membedakan dunia nyata dan khayal)

3) Cenderung malas

4) Cenderung vandalistis (merusak)

5) Tidak memiliki rasa tanggung jawab

6) Tidak dapat mengontrol emosi dan mudah terpengaruh

terutama untuk hal–hal yang negatif

b. Karakteristik Fisik Penyalahguna Napza

1) Sering merasa pusing dan sakit kepal

2) Berat badan menurun, malnutrisi, penurunan kekebalan dan

lemah

3) Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat dan bibir

kehitam- hitaman

4) Mual, badan panas dingin

5) Sakit pada tulang- tulang dan persendian

6) Sakit hampir pada seluruh bagian badan

7) Mengeluarkan keringat berlebihan

8) Pembesaran pupil mata, mata berair

9) Hidung berlendir

10) Batuk pilek berkepanjangan


11) Serangan panik

12) Ada bekas suntikan atau bekas sayatan di tangan

3. Akibat Penyalahgunaan Napza

Jeanne Mandagi menyatakan bahwa bahaya yang dapat

ditimbulkan akibat penyalahgunaan napza antara lain adalah:

(Drapela, 2006)

a. Gangguan fisik dan psikis, yaitu berupa emosi yang lebih mudah

marah, gangguan daya konsentrasi, rangsangan seksual yang

berlebihan sehingga dapat menimbulkan perilaku menyimpang.

b. Gangguan kesehatan seperti penyakit saraf, alergi dan reaksi

anapektis yang menunjukkan kepekaaan berlebihan

c. Gangguan kesehatan jiwa, sehingga menyebabkan aktivitas dan

produktivitas hidup menurun sehingga dapat merugikan diri sendiri

bahkan bangsa dan negara.

d. Gangguan fungsi sosial, seperti sikap acuh tak acuh terhadap

masyarakat sekitarnya dan dirinya sendiri.

e. Gangguan tingkah laku, seperti melakukan tindak kriminal dan

tindak kekerasan yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi

juga merugikan orang lain.

C. TINJAUAN UMUM TENTANG LOGOTERAPI

1. Konsep dasar Logoterapi

Logoterapi adalah suatu jenis psikoterapi yang pertama kali


dikembangkan oleh Viktor Frankl pada tahun 1938. Viktor Frankl

adalah seorang dokter ahli neuro- psikiater keturunan Yahudi yang

mengembangkan sebuah aliran psikologi/psikiatri modern yang

dinamakan Logoterapi dengan makna hidup sebagai tema sentralnya

(dalam Maryatun, 2011).

Logoterapi berasal dari kata logos berasal dari bahasa Yunani

yang berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality),

sedangkan terapi adalah pengobatan atau penyembuhan. Makna

hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil

ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan

demikian berarti dan berharga . Menurut pandangan Frankl,makna

hidup dilihat sebagai sesuatu yang sangat objektif karena berkaitan

dengan hubungan individu dengan pengalamannya dalam dunia ini,

meskipun makna hidup itu sendiri sebenarnya suatu yang objektif,

artinya benar-benar ada dan dialami dalam kehidupan.

2. Tujuan Logoterapi

Frankl mengatakan bahwa tujuan logoterapi adalah membantu

individu atau manusia untuk menemukan makna hidup dan tujuannya

pada situasi apapun termasuk dalam situasi yang tidak

menyenangkan (dalam Maryatun, 2011).

Logoterapi merupakan suatu terobosan kedimensi lainnya yang

menyebabkan individu untuk melampaui batas dengan kemampuan


mengendalikan segala hambatan hidup dan mencapai tujuan

pemenuhan hidup yang bermakna dan berharga (dalam Arzani, 2016).

Sedangkan menurut James C. Crumbaugh dalam Vitola (dalam

Maryatun, 2011), menyebutkan bahwa logoterapi adalah merupakan

tehnik psikologi humanistik yang bertujuan untuk meningkatkan

motivasi hidup menjadi bermakna dan bahagia dengan memanfaatkan

potensi dan nilai- nilai positif dari dalam diri.

Berdasarkan pernyataan para ahli, dapat disimpulkan bahwa

tujuan logoterapi adalah setiap individu mampu memahami adanya

potensi, nilai positif dan sumber daya rohaniah yang secara universal

ada pada setiap individu dan memanfaatkan sumber daya potensi

tersebut untuk menemukan makna hidup dan tujuan hidup sehingga

dapat meraih kualitas hidup yang bermakna dan bahagia.

3. Asas-asas Logoterapi

Terdapat tiga asas utama logoterapi yaitu (Bastaman, 2007):

a. Hidup itu memiliki makna atau arti dalam segala situasi bahkan

dalam kepedihan dan penderitaan. Makna adalah sesuatu yang

dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta

mempunyai nilai tujuan.

b. Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas

untuk menemukan sendiri makna hidupnya. Namun kebebasan

tersebut sifatnya bukan tak terbatas, karena manusia juga memiliki

keterbatasan dalam aspek fisik, mental, dan sosial budaya.


Manusia terjebak dalam dimensi fisik, manusia didorong oleh

pemenuhan kebutuhan dalam dimensi mental sedangkan pada

dimensi spiritual bahwa manusia itu bebas, yaitu dengan spiritual

yang dimilikinya tersebut, manusia dapat menyadari bahwa

manusia memiliki kemampuan untuk terhubung dengan hal-hal

yang belum terjadi.

c. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap

terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang menimpa diri dan

lingkungannya. Perubahan sikap memberikan umpan balik positif

yang membantu manusia menjadi lebih terbuka dan memudahkan

dalam mencari makna dan arti baru dalam situasi krisis atau

penderitaan.

4. Landasan Filsafat Logoterapi

Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) logoterapi memiliki

landasan filsafat yang melandasi asas-asas, ajaran dan tujuan

logoterapi, yaitu:

a. The freedom of will

Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang

istimewa dan unik karena mempunyai kebebasan. Kebebasan

disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang

bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari

(freedom from) kondisi biologis, psikologis dan sosiokultural tetapi

lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a


stand) atas kondisi tersebut.

Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuan untuk

mengambil jarak (to detach) terhadap kondisi di luar dirinya,

bahkan manusia juga mempunyai kemampuan- kemampuan

mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment).

Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia

disebut sebagai ― the self deteming being‖ yang berarti manusia

mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang

dianggap penting dan baik dalam hidupnya (Bastaman, 2007).

Berdasarkan hal tersebut, daoat disimpulkan bahwa

kebebasan yang dimaksud adalah manusia dalam batasan-batasan

tertentu memiliki kemampuan dan kebebasan untuk memilih dan

menentukan jalan hidupnya menjadi lebih baik, sejahtera dan

berkualitas dengan disertai rasa tanggungjawab yang penuh.

b. The Will to Meaning

Motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna.

Ini berbeda dengan psikoanalisa Freud yang memandang manusia

adalah pencari kesenangan. Menurut Frankl (1986) bahwa

kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan

kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna itu.

Kesenangan dan aktualisasi baru dapat tercapai jika dikejar secara

langsung.

c. The Meaning of Life


Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar

dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang

sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Sedangkan

Frankl mengatakan bahwa makna hidup bisa berbeda antara

manusia satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan

setiap jam. Oleh karena itu, yang penting bukan makna hidup

secara umum, melainkan makna khusus dari hidup seseorang pada

suatu saat tertentu (dalam Maryatun, 2011).

5. Pedoman Pelaksanaan Logoterapi

a. Teknik Pelaksanaan Logoterapi

Pelaksanaan logoterapi pada pasien penyalahguna napza di

Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar dalam bentuk Terapi

kelompok memberikan kesempatan untuk menyelesaikan

masalahnya dengan kehadiran orang lain, mengamati bagaimana

reaksi orang lain terhadap perilaku mereka dan mencoba cara

respon yang baru itu jika cara lama tidak memuaskan. Alokasi

waktu yang digunakan selama 60 menit untuk setiap sesi

(Bastaman, 2007).

b. Strategi Pelaksanaan

Beberapa peneliti lainnya menyatakan bahwa logoterapi

mempunyai 4 tehnik yaitu : intense paradoksikal, derefleksi,

bimbingan rohani dan logofilosophy. Pada literature lain ditemukan

bahwa tehnik logoterapi dikembangkan dalam bentuk


logopilosophy dan kesadaran terhadap nilai (The Value Awareness

Tehnique) (Arzani, 2016). Tetapi pada dasarnya seluruh tehnik

logoterapi berdasarkan personal eksistensial analisis (dalam

Maryatun, 2011).

1) Tehnik intense paradoksikal pada dasarnya memanfaatkan

kemampuan mengambil jarak (self detachment) dan

kemampuan mengambil sikap (to take a stand) terhadap

kondisi diri sendiri dan lingkungan. Dalam penerapannya,

tehnik ini membantu seseorang untuk menyadari keluhannya

seperti kecemasan, ketakutan, mengambil jarak atas

keluhannya itu serta menanggapinya secara humoristis. Dalam

intense paradoksikal, seseorang diminta untuk tidak

menghindari atau melawan gejala/keluhannya, melainkan

berusaha sekuat-kuatnya memunculkan gejala/keluhan

tersebut. Kemudian terapis membantu individu untuk melihat

gejala/keluhan tersebut tidak sebagai sesuatu yang

menakutkan atau mencekam, tetapi sebagai hal ringan dan

lucu.

2) Derefleksi adalah tehnik yang memanfaatkan kemampuan

trasedensi diri (self trasedence) yaitu kemampuan untuk

membebaskan diri dan tidak memperhatikan lagi pada kondisi

yang tidak nyaman serta lebih mencurahkan perhatian kepada

hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Derefleksi sangat


efektif untuk neurosis psikogenik yang didasari oleh pola

kecemasan antisipatif.

3) Bimbingan rohani merupakan pendekatan logoterapi yang

menunjukkan bahwa direlung hati terdalam setiap manusia

dalam dimensi spiritual yang tidak disadari, ditemukan rasa

keagamaan yang tidak disadari pula sebagai sarana

berhubungan dengan hal-hal yang transeden dalam kehidupan.

Bimbingan rohani biasanya diberikan kepada seseorang yang

mengalami krisis spiritual dengan disertai penderitaan terhadap

penyakit.

4) Logofilosophy merupakan tehnik logoterapi yang mengajarkan

penerimaan rasa nyeri, perasaan bersalah. kematian dan

menghilangkan penderitaan, menghapus berbagai kendala dan

kesulitan yang menghambat optimalisasi pengembangan

pribadi, penyesuaian diri,serta mengaktualisasi potensi diri.

Metode ini sangat tepat untuk penderita neurosis noogenik

yang mengalami kehampaan dan frustasi dalam hidup.

c. Langkah Kegiatan Terapis pada Logoterapi

Menurut Elisabeth Lukas dalam Fabry (dalam Maryatun,

2011) tugas dan kegiatan terapis dalam pelaksanaan logoterapi

diantaranya:

1) Menjaga hubungan akrab dan mengambil jarak atas gejala

Cara menciptakan hubungan yang akrab adalah


terapis menempatkan posisi yang sama dengan anggota

kelompok dan menunjukkan sikap terbuka , menerima dan

mendengarkan keluhan serta tidak memberikan pendapat atau

pandangan pribadi kepada anggota kelompok. Selain itu terapis

membantu menyadarkan anggota kelompok bahwa

keluhan/gejala sama sekali tidak mewakili dirinya, akan tetapi

hanyalah kondisi yang dimiliki dan dapat dikendalikan.

2) Modifikasi sikap

Terapis tanpa melihat pada pandangan dan sikap

pribadinya berusaha membantu anggota kelompoknya untuk

mendapatkan pandangan baru atas dirinya sendiri dan situasi

hidupnya, kemudian menentukan sikap baru untuk

mengembangkan rasa percaya diri dalam mencapai kehidupan

yang lebih sehat. Terapis tidak mengajarkan sesuatu, akan

tetapi memfasilitasi, membantu klien untuk dapat belajar dari

diri sendiri dan orang lain serta dari pengalaman yang

dialaminya.

3) Pengurangan keluhan atau gejala

Terapis membantu anggota kelompoknya untuk

menerapkan tehnik-tehnik logoterapi untuk menghilangkan atau

mengurangi dan mengendalikan keluhan/gejala yang

dialaminya.

4) Orientasi menemukan makna hidup


Terapis bersama anggota kelompoknya membahas nilai

dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan

mereka, kemudian memperdalam dan menjabarkannya menjadi

tujuan-tujuan yang lebih nyata. Selama kegiatan berlangsung,

terapis tidak boleh memaksakan suatu makna tertentu kepada

anggota kelompoknya, melainkan mengarahkan, mempertajam,

sampai mereka bisa menemukan makna hidupnya.


Karakteristik
Tabel 2.1 Sintesa Pengaruh Logoterapi Terhadap Pasien Penyalahguna Napza
No. Judul (Tahun) Peneliti Jurnal Instrumen & Simpulan
Sampel
Metode
Hasil penelitian ini menunjukkan
 Instrumen: logoterapi sebagai intervensi holistik
Sampel Logotherapeutic multidisiplin yang melampaui
The Use of
penelitian adalah method of pemulihan pasien fungsi normal
Logotherapeutic
African studi literatur Socratic mereka. Melalui logoterapi, tingkat
Techniques in the
(Asagba Research Logoterapi oleh Dialogue dan selftranscendence lebih tinggi
Identification and
and Review Vol. Viktor Frankl dan Long's (1997) dengan membantu mereka
1. Intervention Stages
Marshall, 10(3), Serial Logoterapi pada “Transcendental menemukan kembali makna hidup
of Treatment with
2016) No.42, page. pengamatan Crisis dan mengorientasikan diri pada
Persons with
39-54 prinsip manusia Intervention tujuan yang berarti. Logoterapi
Substance Use
sebagai entitas Model sangat ideal untuk mengendalikan
Disorder
tiga dimensi.  Metode: studi ancaman penyalahgunaan zat,
literatur review terutama pada konteks wilayah
Afrika.
2. Do Meaning in life, (Aviad; Springer Sampel  Instrumen: Hasil penelitian menunjukkan
Ideological and Haviv, penelitian Kuesioner hubungan antara sikap terhadap
Commitment, and 2015) berjumlah 1032 demografi, Self- penyalahgunaan zat psikoaktif dan
Level of Religiosity, remaja Yahudi report, Sikap penggunaan yang sebenarnya, dan
Related Adolescent Israel, 390 laki- (Green 1995), makna dalam kehidupan, tingkat
Substance Abuse laki dan 640 Komitmen religiusitas dan komitmen ideologis-
and Attitude perempuan, (Solomon dan politik. KeunikaN penelitian ini
berusia 14-19 Laufer 2004), terletak pada pemeriksaan makna
tahun. Purpose in Life dampak dalam kehidupan di
(PIL) kalangan remaja normatif, dan
 Metode: dalam pemeriksaan peran yang
dimainkan oleh tingkat religiusitas
penelitian dan komitmen ideologis dalam
kuantitatif membentuk sikap remaja terhadap
penyalahgunaan zat psikoaktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Gangguan Stres Pasca-Trauma
 Logoterapi
(PTSD) pada veteran militer dapat
menggunakan
Sampel mengarah pada pengembangan
instrumen
penelitian adalah penyalahgunaan zat. Logotherapy
seperti PIL
Personal telah terbukti berhubungan dengan
(Crumbauch &
Testimoni dari PTSD pada veteran militer serta
Maholic, 1969)
Logotherapy to Journal of Viktor Frankl kecanduan penyalahgunaan
dan SONG
Treat Substance Military and tentang studi narkotika. Tetapi efektivitasnya
(Smith, (Crumbaugh
3. Abuse as a Result Government logoterapi yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Saat
2013) 1977)
of Military Related Counseling dilakukannya, pasukan militer AS berjuang bagi
 Metode: studi
PTSD Vol.1 No. 1 dan dilakukan negara Amerika, warga negara AS
literatur dengan
perbandingan memiliki kewajiban moral dengan
pendekatan
dengan studi menyediakan logoterapi sebagai
teoritis terhadap
pendukung suatu pendekatan humanistik untuk
konsep
lainnya. memberikan bantuan bagi veteran
Logoterapi militer yang mengalami PTSD dan
Viktor Frankl. kecanduan penyalahgunaan
narkotika.
4. Cognitive (Mulia;, Comprehensi Sampel  Instrumen: Hasil penelitian menunjukkan
Behavioral and Keliat; and ve Child and penelitian Hamilton penurunan yang signifikan dalam
Family Wardani, Adolescent melibatkan 31 Anxiety Rating skor kecemasan dan tingkat setelah
Psychoeducational 2017) Nursing VOL. narapidana untuk Scale (HAM-A), intervensi keperawatan umum, terapi
Therapies for 40, NO. S1, setiap kelompok. dianalisis perilaku kognitif dan psikoedukasi
keluarga. Kelompok dengan
kombinasi intervensi keperawatan
Kelompok 1
umum dengan terapi perilaku kognitif
adalah menggunakan
dan psikoedukasi keluarga sebagai
keperawatan anova dan uji-t
bagian dari terapi khusus dapat
Adolescent Inmates umum. Kelompok independen
menjadi intervensi yang lebih baik
Experiencing 2 adalah  Metode: Quasi
untuk mengurangi kecemasan di
Anxiety in a 152–160 kombinasi eksperimental
kalangan narapidana remaja yang
Narcotics keperawatan pretest posttest
menderita ketergantungan narkotika.
Correctional Facility umum, terapi dengan
Kombinasi intervensi ini merupakan
perilaku kognitif, kelompok
kebutuhan penting dari spesialis
dan psikoedukasi kontrol.
perawat kesehatan mental di klinik
keluarga.
Narkotika di setiap fasilitas
pemasyarakatan.
Sampel
Hasil penelitian diperoleh ada
penelitian  Instrumen
perbedaan makna hidup antara
ditetapkan adalah Meaning
Pengaruh kelompok yang diberikan dan tidak
Indonesian secara random in Life
Logoterapi diberikan logoterapi pada residen
Journal Of sampling terdiri Quesioner
Kelompok terhadap NAPZA di BRSPP Dinas Sosial
(Sutejo, Nursing And dari 22  Metode: quasi
5. Kemampuan Provinsi DIY. Makna hidup yang
2017) Midwifery Vol responden experiment
Memaknai Hidup sudah dimiliki oleh residen NAPZA
5 (1) hal. 27- kelompok dengan desain
pada Residen perlu ditingkatkan karena merupakan
32 intervensi dan 22 pretest-posttest
Napza aspek yang penting dalam
responden with control membantu mengembangkan sikap
kelompok group design optimisme.
kontrol.
D. TINJAUAN UMUM TENTANG DEPRESI

1. Definisi Depresi

Depresi merupakan kesedihan dengan intensitas yang

mendalam dan berlangsung lama, disertai oleh gejala somatik, kurang

tidur, dan gejala motorik (Arzani, 2016). Hal ini merupakan suatu

kondisi yang menunjukkan rendahnya harapan inividu akan sesuatu

hal sehingga individu merasa tidak mungkin mencapai hasil sesuai

dengan yang diharapkan. Ditambah dengan perasaan tidak bisa

melakukan sesuatu apapun untuk mengubahnya. Berbeda dengan

kesedihan yang dirasakan individu sebagai suatu emosi normal yang

diciptakan oleh persepsi realistik yang menggambarkan suatu

peristiwa negatif sehubungan dengan kehilangan atau kekecewaan

dengan cara yang tidak distorsi, depresi adalah suatu gangguan yang

selalu merupakan akibat pemikiran yang terdistorsi (Ping, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa depresi

adalah gangguan psikologis yang melibatkan emosi dan perasaan

secara mendalam yang dialami seseorang sebagai manifestasi dari

situasi dan kondisi yang tidak mampu dihadapi.

2. Faktor penyebab depresi

Pada umumnya depresi disebabkan oleh karena pengalaman

eksternal. Individu yang beresiko lebih tinggi untuk mengalami depresi

yaitu sebagai berikut:


a. Kelompok jenis kelamin perempuan

b. Individu yang pernah mengalami depresi sebelumnya. Ada

pendapat yang menyatakan orang Indonesia umumnya pernah

mengalami depresi karena tekanan ekonomi, sosial dan

sebagainya

c. Individu yang suka menyendiri

d. Individu yang kurang mendapat dukungan emosi (emotional

support) dari keluarga atau sosial.

Menurut La Haye (dalam Fourianalistyawati, 2012) beberapa

hal yang menjadi faktor penyebab depresi pada individu, adalah:

a. Kekecewaan

Sebagian besar kasus depresi dimulai dengan kekecewaan

atau pengalaman dimana individu merasa tidak bahagia. Jarang

orang terserang depresi jika segala sesuatu berjalan sesuai dengan

keinginannya. Namun, dalam kehidupan ini ada saja kemungkinan

mengalami kekecewaan bahwa sesuatu atau seseorang tidak

melakukan sesuatu sesuai dengan harapan.

b. Kurangnya harga diri

Kekurangan ini cenderung untuk dibesar-besarkan sampai

pada tingkat ekstrim, hanya karena harapan yang tidak realistis

membuatnya tidak dapat mencapai persetujuan diri. Hal ini

khususnya berlaku bagi individu yang perfeksionis, yang tidak

pernah puas dengan apa yang telah dicapainya


c. Perbandingan yang tidak adil

Ketidakpuasan dengan apa yang dimiliki akan mengarahkan

pikiran ke dalam dan menghasilkan depresi

d. Ambivalensi

Ambivalensi merupakan rasa terjebak, dimana individu tidak

dapat memperbaiki suatu keadaan yang tidak dapat diterima.

Individu dapat bergeser ke dalam ambivalensi dalam usaha

mentalnya untuk melarikan diri dari keadaan yang sekarang,

mengadopsi suatu posisi antara perasaan kasih, peduli, perhatian

dengan perasaan penolakan, kebencian, dan kekecewaan, yang

pada akhirnya berujung pada satu sikap masa bodoh

e. Penyakit

Penyakit-penyakit fisik membuat seseorang lebih rentan

terhadap depresi. Beberapa faktor yang dapat memicu depresi

biasanya bersifat organik, misalnya hepatitis, gangguan otak dan

obat, serta penyakit-penyakit kronis, seperti jantung, diabetes

melitus, dan kanker

f. Malfungsi biologis

Sebagian besar depresi disebabkan karena malfungsi

biologis atau tidak berfungsinya secara optimal organ-organ tubuh.

Sementara itu fungsi kelenjar tiroid yang abnormal pada individu

merupakan hal pertama yang dipertimbangkan dalam memicu

timbulnya depresi
g. Depresi postpartum

Perasaan murung dan atau kelelahan adalah suatu hal

normal dan akan segera berlalu pada seorang ibu yang baru

melahirkan.

h. Aktivitas mental yang luar biasa

Orang yang produktif dan aktif kadang-kadang menemui

suatu bentuk depresi yang aneh selama dekade kelima atau

keenam kehidupan. Meskipun secara sifat tidak cenderung

mengarah ke depresi, individu mengalami kesulitan besar untuk

mengendalikannya.

i. Penolakan

Depresi merupakan pintu pelepasan yang digunakan orang

untuk mengendalikan penolakan yang dialaminya

3. Gejala-Gejala Depresi

Individu yang sedang mengalami depresi merasakan gejala-

gejala depresi hampir setiap hari secara terus menerus. Dapat terjadi

dalam waktu dua minggu atau bahkan jauh lebih lama. Pada

umumnya, gejala yang mudah terlihat adalah gejala emosi yang tidak

stabil dan kehilangan minat untuk melakukan berbagai aktivitas

apapun. Gejala-gejala depresi dapat merupakan salah satu atau

gabungan dari gejala berikut, yaitu (Fourianalistyawati, 2012):

a. Perubahan suasana perasaan yang spesifik seperti kesedihan,

kesendirian dan apati.


b. Konsep diri negatif, yang diikuti dengan pencelaan diri dan

penyalahan diri.

c. Keinginan-keinginan regresif yang menghukum diri sendiri, yang

ditandai dengan keinginan untuk menghindar, bersembunyi, dan

keinginan untuk mati.

d. Perubahan-perubahan vegetatif, seperti anoreksia, insomnia,

hilang nafsu makan.

e. Perubahan dalam aktivitas, seperti retardasi dan semangat untuk

melakukan aktivitas hilang.

Laporan penelitian yang dikeluarkan APA (American

Psychology Association) mendukung pendapat Beck (dalam Arzani,

2016), dimana terdapat gejala pada depresi berupa: sedih, suasana

hati yang tertekan; kurangnya nafsu makan dan berat badan

berkurang; kesukaran tidur; perubahan tingkat aktivitas; hilangnya

minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan;

kehilangan energi, merasa sangat lelah; konsep diri negatif,

menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna dan bersalah; sukar

konsentrasi; sering berpikir tentang mati atau bunuh diri. Pada

umumnya, individu yang mengalami depresi tidak diketahui sampai

terlihat adanya gejala-gejala fisik yang jelas.

4. Depresi pada Pasien Penyalahguna Napza

Pada pasien penyalahguna napza, depresi dapat terjadi

sebelum individu mengkonsumsi napza, hal tersebut dilakukan


sebagai jalan keluar dari permasalahan yang dianggap terbaik pada

saat itu. Depresi dapat pula terjadi setelah pasien menggunakan

napza, hal tersebut berhubungan dengan berubahnya kondisi psikis

dan fisiologis pasien dan juga dikarenakan beragam permasalahan

yang timbul karenanya, antara lain diakibatkan oleh kecaman

keluarga, teman, masyarakat atau kegagalan dalam mencoba

berhenti memakai napza.

Gejala depresi pada pasien penyalahguna napza dapat berupa

gejala psikologis dan somatis. Gejala-gejala psikologis seperti

rendahnya mood yang ditandai dengan perasaan gelisah dan cemas

pada pagi hari dan selanjutnya terus meningkat sepanjang hari,

seringkali menangis atau bahkan tidak dapat menangis, perasaan

bersalah dan merasa menjadi beban bagi orang lain hingga

ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan (anhedonia). Gejala

fisik ditandai dengan menurunnya berat badan yang terkadang diikuti

dengan anoreksia, susah tidur (insomnia), perasaan lelah dan tidak

enak badan. Gangguan depresi seringkali tidak dikenali karena pasien

menolak untuk mengungkapkan selain rendahnya mood.

Gejala depresi yang parah sering disertai dengan delusi dan

halusinasi yaitu merasa melihat dan mendengar sesuatu yang

sebenarnya tidak ada. Gejala-gejala tersebut bersifat mood congruent,

jadi gejala halusinasi sama persis dengan pola pikir negatifnya,

sehingga penderita yang dikuasai oleh pikiran untuk mati, merasa


mendengar suara-suara yang menyuruh dia bunuh diri. Gejala depresi

juga bersifat mood incongruent yaitu gejala delusi yang berisi tentang

seseorang yang menyisip dalam pikirannya melalui gelombang

elektromagnit.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pecandu

narkoba yang mengalami depresi ditandai dengan rendahnya mood,

dengan kondisi perasaan gelisah dan cemas pada pagi hari, dan

selanjutnya terus meningkat sepanjang hari, sering menangis atau

bahkan tidak dapat menangis, perasaan bersalah dan merasa menjadi

beban bagi orang lain hingga ketidakmampuan untuk merasakan

kesenangan (anhedonia). Selain itu, pada gejala depresi yang parah,

sering disertai dengan delusi dan halusinasi yaitu merasa melihat dan

mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada.


Tabel 2.2 Sintesa Terkait Intervensi Logoterapi
Karakteristik
No. Judul (Tahun) Peneliti Jurnal Instrumen & Simpulan
Sampel
Metode
Sampel terdiri Hasil penelitian skor depresi rata-
dari 60 pecandu  Instrumen: rata dalam posttest kelompok
pada klinik Kuesioner eksperimental secara signifikan lebih
kecanduan obat depresi (BDI-II rendah daripada kelompok kontrol.
dipilih secara Beck) dengan Logoterapi efektif dalam mengurangi
simple random 21 item self depresi. Karena, depresi adalah
The efficacy of
World sampling. report untuk salah satu faktor pribadi yang efektif
group logo therapy
Scientific Berdasarkan mengevaluasi dalam kecanduan dan dianggap
on reducing (Arzani,
1. News 44 skor kuesioner, depresi sebagai penghambat terhadap
depression among 2016)
page. 181- sebanyak 20  Metode: kecanduan, sehingga menjadi cara
people addicted to
191 orang mendapat eksperimental untuk mengurangi depresi dan
drugs
skor tertinggi, berdasarkan meningkatkan harapan hidup.
ditempatkan pretest dan Kelompok dengan intervensi
secara acak posttest dengan logoterapi mencapai makna
pada kelompok kelompok signifikan terhadap tujuan penelitian,
kontrol dan kontrol. sehingga menjadi tolak ukur untuk
eksperimental. menurunkan tingkat depresi.
2. Hubungan (Ping, 2016) Psikoborneo, Sampel  Instrumen: Hasil penelitian ini menunjukkan
dukungan sosial 2016, 4 (2) penelitian angket tidak ada hubungan antara
dengan depresi Hal. 301 - 312 sebanyak 22 dukungan sosial dukungan sosial dengan depresi
pada narapidana orang usia 20-30 (Ermayanti dan pada Narapidana Wanita di LP
wanita Di Lembaga tahun, yang Abdullah) dan Kelas II B Kota Tenggarong. Hal ini
Permasyarakatan berasal dari 60 depresi disebabkan alat ukur dukungan
sosial yang digunakan bukan faktor
(Davison, Neale
narapidana utama dalam memicu depresi.
dan Kring)
wanita, Sedangkan, dari angket penelitian
 Metode:
Kelas II B Kota Lembaga diketahui bahwa lamanya masa
kuantitatif,
Tenggarong Permasyarakata hukuman atau vonis merupakan
menggunakan
n Kelas II B Kota salah satu faktor terjadinya depresi
skala BDI-II dan
Tenggarong. pada narapidana wanita LP Kelas II
skala likert
B Kota Tenggarong.
Ada perbedaan antara depresi pada
residen pecandu narkoba yang
menjadi kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Pada kelompok eksperimen
 Instrumen:
Efektifitas terjadi penurunan kategori depresi
Penelitian ini Beck-
Hipnoterapi Klinis dari berat dan sedang menjadi
melibatkan 6 Depression
Untuk (Fourianalist ringan dan normal, sedangkan pada
Research subjek dengan Inventory (BDI)
3. Mengendalikan yawati, kelompok kontrol tidak terjadi
Gate Pub kriteria Pecandu  Metode: small
Depresi Pada 2012) penurunan tingkat depresi. Dengan
Narkoba di UPT case
Pecandu Narkoba melakukan hipnoterapi klinis, pada
T&R BNN experimental
Di UPT T&R BNN kelompok eksperimen terjadi
design perubahan pada kondisi fisik dan
psikis, merasa lebih bersemangat
dalam beraktivitas sehari-hari, sudah
dapat tidur dengan enak, tidak
merasakan pusing.
E. KERANGKA TEORI

Logoterapi:
1. Konsep Dasar
2. Asas-asas
Faktor-Faktor yang 3. Landasa filsafat
mempengaruhi 4. Tujuan
tingkat depresi: 5. Teknik pelaksannan
1. Faktor genetik terapi logo: medical
2. Faktor Biologis ministry, paradoxical
3. Faktor psikososial intention, direflection,
exixtential, analysis, VAT

Depresi pada Pasien


Ciri-ciri orang yang Penyalahgunan
mengalami depresi: Napza
1. Perubahan kondisi
emosional
2. Perubahan motivasi Tingkatan Depresi
3. Perubahan fungsi 1. Tidak Depresi
motorik dan perilaku 2. Depresi ringan
4. Perubahan kognitif 3. Depresi Sedang
4. Depresi Berat

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Modifikasi (Stuart and Sundeen, 1998), (Widianti, 2011), dan
(Yulianto, 2014)

Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh


logoterapi terhadap perubahan tingkat depresi pada pasien penyalahguna
Napza di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar setelah intervensi.
Kerangka konsep ini merupakan bagian dari kerangka teori yang menjadi
panduan dalam melaksanaan penelitian ini. Logoterapi merupakan
tindakan perawatan kelompok yang menjadi intervensi pada penelitian ini.
Proses logoterapi yang diterapkan pada kelompok pasien dengan depresi
ringan-sedang untuk dapat menghasilkan pikiran positif, perasaan
bahagia/nyaman serta perilaku adaptif sehingga memiliki kepercayaan diri
kembali dan tidak depresi.
F. KERANGKA KONSEP

Var. Independen
LOGOTERAPI
Var. Dependen
Sebelum Sesi 1 : Pengkajian
Depresi Pada Pasien
Intervensi identifikasi masalah
Penyalahguna Napza
Sesi 2 : Melakukan
stimulasi
imanginasi kreatif
Sesi 3 :
Memproyeksikan
nilai pribadi
Pasien Penyalahguna Sesi 4 : Evaluasi
Napza

Variabel
Pengganggu:
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Var. Dependen Status Perkawinan
Sesudah Depresi Pada Pasien Lama masa
Intervensi Penyalahguna Napza pengobatan
dapat dikendalikan

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


Pengaruh Logoterapi terhadap Tingkat Depresi Pasien Penyalahguna
Napza di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar
G. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2.3 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
1. Umur Lama hidup Kuesioner Dinyatakan Interval
seseorang sampai data dalam tahun
hari ulang tahun demografi
terakhir
2. Jenis Gender responden Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin data 2. Perempuan
demografi
2. Pendidikan Tingkat sekolah Kuesioner 1. Dasar (SD- Ordinal
tertinggi yang data SMP)
dicapai pasien demografi 2. Menengah
(SMU/SMK)
3. Tinggi (D3-
S3)
3. Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner 1. Tidak Bekerja Nominal
menghasilkan upah data 2. Bekerja
demografi
4. Status Keadan pasien Kuesioner 1. Kawin Nominal
Perkawinan terkait kehidupan data 2. Tidak Kawin
pribadinya demografi
5. Lama Masa Periode waktu yang Kuesioner Dinyatakan Rasio
Pengobatan dihabiskan untuk data dalam bulan
pengobatan demografi
6. Logoterapi Terapi logo yang Lembar 1. Tidak Ordinal
terdiri dari 4 sesi: Obeservasi diberikan
Sesi I: Pengkajian, (checklist) logoterapi
identifikasi masalah 2. Diberikan
Sesi II : Memberikan Logoterapi
stimulasi &
imaginasi yang
kreatif
Sesi III :
Memproyeksikan
makna yang dipilih
Sesi IV: Evaluasi
7. Depresi Perasaan yang Kuesioner 1. Tidak Ordinal
dialami pasien Beck Depresi : 0-9
seperti hilangnya Depression 2. Depresi
minat atau Inventory II, Ringan : 10-16
kesenangan dalam dengan item 3. Depresi
aktivitas-aktivitas pernyataan Sedang: 19-29
yang biasa menggunakan 4. Depresi Berat:
dilakukan sehari- skala 30-63
hari, perasaan likert (1-4)
tertekan, perasaan 1.Tidak
sedih, terganggunya pernah
fungsi normal tubuh, 2.Jarang
yang disertai 3.Pernah
dengan 4.Selalu
terganggunya pola
tidur, nafsu makan,
psikomotor,
konsentrasi,
kelelahan, tidak
dapat menikmati
kesenangan, tidak
berdaya, rasa putus
asa.
H. HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini, akan dilihat pengaruh logoterapi untuk

mengendalikan tingkat depresi pasien penyalahgunaan Napza sebelum

dan sesudah intervensi pemberian logoterapi Di Puskesmas Kassi Kassi

Kota Makassar, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan tingkat depresi pasien penyalahgunaan Napza

sebelum dan sesudah intervensi pemberian logoterapi Di Puskesmas

Kassi Kassi Kota Makassar

2. Ada pengaruh intervensi pemberian logoterapi terhadap tingkat

depresi pasien penyalahgunaan Napza sebelum dan sesudah Di

Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar


BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

atau rancangan Quasi experimental pre-post test control group untuk

mengukur pengaruh logoterapi terhadap tingkat depresi pasien

penyalahgunaan Napza pada kelompok intervensi sesudah pemberian

logoterapi di Puskesmas Kassi Kassi dan kelompok kontrol di Puskesmas

Jumpandang Baru dan Puskesmas Jongaya. Pendekatan pre test-post

test with control group design digunakan untuk melihat pengaruh

perlakuan melalui perbedaan antara kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkat depresi

pasien penyalahgunaan Napza di Puskesmas Kassi Kassi, Puskesmas

Jumpandang Baru, dan Puskesmas Jongaya, sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan logoterapi. Selanjutnya perubahan tingkat depresi

tersebut dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan

logoterapi.

Bagan 3.1 Desain Penelitian pre dan post test

Kelompok Terapi Spesialis :


Logoterapi

Intervensi S1A S2A

Kontrol S1B S2B


Keterangan:

S1A : Tingkat depresi pada kelompok intervensi sebelum diberikan

perlakuan (intervensi) logoterapi

S2A : Tingkat depresi pada kelompok intervensi sesudah diberikan

perlakuan (intervensi) logoterapi

S1B : Tingkat depresi pada kelompok kontrol sebelum diberikan

perlakuan (intervensi) logoterapi

S2B : Tingkat depresi pada kelompok kontrol sesudah diberikan

perlakuan (intervensi) logoterapi

Penelitian ini membandingkan dua kelompok antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

Kelompok I : pasien penyalahgunaan Napza di Puskesmas Kassi Kassi

Kota Makassar yang mengikuti terapi spesialis Logoterapi

Kelompok II : pasien penyalahgunaan Napza di Puskesmas Jumpandang

Baru dan Puskesmas Jongaya Kota Makassar yang tidak mengikuti terapi

spesialis Logoterapi.
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Kassi Kassi,

Puskesmas Jumpandang baru, dan Puskesmas Jongaya, Kota

Makassar, Sulawesi Selatan, yang memiliki unit kerja harm reduction

untuk menanggulangi dampak dari penyalahgunaan napza berupa

klinik PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon) kepada pasien

penyalahguna napza.

Puskesmas Kassi Kassi berdiri sejak tahun 1978 dan

merupakan puskesmas perawatan ke-VI (Rumah Sakit Pembantu V)

di Makassar, terletak di jalan Tamalate I no.43, Kelurahan Kassi

Kassi, Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Puskesmas Kassi Kassi

memiliki unit layanan klinik PTRM yang dapat melakukan assesment

terhadap pasien penyalahguna napza suntik yang ingin beralih ke

program terapi, yang memiliki jumlah pasien paling banyak

dibandingkan dengan klinik PTRM di Puskesmas lain.

Puskesmas Jumpandang Baru terletak di Kecamatan Tallo

Kota Makassar dengan luas wilayah kerja 4,76 km2, memiliki 5

kelurahan yang terdiri dari 21 RW dan 150 RT. Sedangkan

Puskesmas Jongaya berlokasi di jl. Andi Tonro No. 49 Makassar.

Mencakup 3 (tiga) wilayah kelurahan, yaitu : Kelurahan Pa’baeng-

baeng, Kelurahan Jongaya, dan Kelurahan Bongaya. Kedua

Puskesmas tersebut memiliki unit layanan klinik PTRM yang dapat


melakukan assesment terhadap pasien penyalahguna napza suntik di

Kota Makassar.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini direncanakan akan mulai pada bulan

Maret sampai dengan bulan Mei 2019 di Puskesmas Kassi Kassi

untuk kelompok intervensi, dan Puskesmas Jumpandang baru serta

Puskesmas Jongaya untuk kelompok kontrol.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi

penelitian ini adalah seluruh pasien penyalahguna napza yang

menjalani pengobatan di klinik PTRM Puskesmas di wilayah Kota

Makassar

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik populasi

yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian harus

memenuhi kriteria inklusi, yakni karakteristik umum subjek penelitian

pada populasi. Sampel yang diambil dari populasi adalah sebagai

berikut:

a. Unit Observasi

Dalam penelitian ini, kelompok intervensi adalah pasien

penyalahguna napza di klinik PTRM Puskesmas Kassi Kassi yang


akan diberikan intervensi logoterapi. Kelompok intervensi akan

diberikan logoterapi sebanyak 4 sesi, yaitu Pengkajian dan

identifikasi masalah, Memberikan stimulasi dan imaginasi yang

kreatif, Memproyeksikan makna yang dipilih, serta Evaluasi.

Selanjutnya responden mengisi kuesioner pretest dan posttest.

Sedangkan kelompok kontrol adalah pasien penyalahguna

napza di klinik PTRM Puskesmas Jumpandang Baru dan

Puskesmas Jongaya yang tidak diberikan Logoterapi, tetapi

mengisi kuesioner pretest dan posttest.

b. Unit Analisis

Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penurunan tingkat depresi pada pasien penyalahguna napza di

klinik PTRM Puskesmas Kassi Kassi. Analisis tersebut dilakukan

untuk melihat pengaruh variabel independen yaitu logoterapi untuk

mengendalikan depresi pada pasien penyalahguna napza di

beberapa klinik PTRM Puskesmas Kota Makassar.

c. Besar Sampel

Menurut Slovin, dalam menentukan cara pengukuran sampel

suatu populasi dengan rumus, sebagai berikut: (Indrawan, 2014)

n= N / N(d)2 +1

Dengan maksud n= sampel, N= populasi, d= nilai presisi 95% atau

0,05. Sehingga apabila populasi pasien penyalahguna napza di

klinik PTRM Puskesmas Kassi Kassi tahun 2019 adalah 20 orang,


maka besar sampel adalah:

n= 20 / 20(0,05)2 +1

n= 19,04, dibulatkan menjadi 19 orang

Dengan demikian, total sampel dalam penelitian ini adalah

38 rang, yang terdiri dari 19 orang kelompok intervensi dan 19

orang kelompok kontrol.

d. Cara penarikan sampel

Pengambilan sampel untuk kelompok intervensi dan

kelompok control dilakukan dengan cara nonrandom sampling

pendekatan purposive sampling. Adapun kriteria yang menjadi

responden adalah :

1) Kriteria Inklusi

a) Pasien penyalahguna napza di klinik PTRM Puskesmas

Kassi Kassi, Puskesmas Jumpandang Baru, dan

Puskesmas Jongaya tahun 2019.

b) Berusia produktif (15-64 tahun) (BPS, 2016)

c) Bersedia mengikuti logoterapi sebanyak 4 (empat) sesi

d) Sedang aktif menjalani PTRM (Program Terapi Rumatan

Metadon) di Puskesmas

2) Kriteria Eksklusi

a) Pasien penyalahguna napza di klinik PTRM Puskesmas

yang mengalami gangguan penglihatan atau gangguan

pendengaran (tunga rungu atau tuna netra)


b) Pasien penyalahguna napza yang pernah terdaftar di

klinik PTRM Puskesmas tetapi tidak secara aktif menjalani

pengobatan.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat menentukan dalam

sebuah penelitian. Pemilihan instrumen yang tepat dan sesuai akan

memberikan hasil yang memuaskan dan dapat mengurangi bias.

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan screening yang memenuhi kriteria inklusi

sampel penelitian. Kemudian dilakukan pre test terhadap responden

pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kemudian

pelaksanaan logoterapi dilakukan sebanyak 4 sesi pada kelompok

intervensi. Setelah terapis menyelesaikan semua sesi pada kegiatan

logoterapi, kemudian terapis mempersiapkan untuk melakukan post

test. Kegiatan post test juga dilaksanakan pada hari dan waktu yang

sama pada kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

2. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data dilakukan mengunakan instrumen Beck

Depression Inventory Scale dengan menggunakan skala likert (0-3),

Jika tidak pernah merasakan diberi nilai 0, jarang merasakan diberi

nilai 1, pernah merasakan (2-3 kali per hari) diberi nilai 2 , selalu

merasakan (lebih dari 3 kali per hari) diberi nilai 3. Jumlah instrumen
sebanyak 21 pertanyaan.

3. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder berupa jumlah penyalahguna napza di Kota

Makassar yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional Provinsi

Sulawesi Selatan. Kemudian data jumlah pasien penyalahguna napza

di klinik PTRM Puskesmas Kassi Kassi, Puskesmas Jumpandang

Baru, dan Puskesmas Jongaya yang aktif melakukan pengobatan.

E. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian diolah

secara komputerisasi dengan menggunakan program Ms. Excel 2010,

dan software statistik Stata. Berikut tahap-tahap pengolahan data

yang dilakukan yaitu:

a. Editing

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mulai dari meriksa

kembali data kuesioner telah terisi lengkap dan jelas, agar tidak

terdapat kesalahan data (missing data). Hal ini bertujuan untuk

memperoleh kumpulan data yang valid sesuai dengan variabel

yang akan diteliti

b. Coding

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu pemberian

kode. Langkah awalnya yaitu membuat daftar variabel, kemudian


membuat daftar coding yang disesuaikan dengan nama variabel

yang ada di daftar variabel. Selanjutnya data siap dipindahkan

pada daftar coding

c. Entry Data

Peneliti memasukkan data (entry data) ke dalam program

computerize berdasarkan variabel dependen dan variabel

independen.

d. Cleaning

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yakni mengecek

kembali data yang telah dimasukkan dalam master tabel, apakah

ada kesalahan atau tidak sebelum dilakukan analisis data.

2. Analisis Data

Proses analisis data yang dilakukan menggunakan komputer

dengan didukung perangkat lunak software statistik Stata. Berikut

analisis data yang dilakukan yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan setiap

variabel yang diukur dalam penelitian, yaitu dengan distribusi

frekwensi. Hasil statistik deskriptif meliputi mean, median, standar

deviasi, confidence interval 95%, nilai maksimal dan minimal.

Deskripsi univariat dilakukan pada setiap variabel yang diteliti.

Pada penelitian ini, variabel yang dianalisis secara univariat adalah


karakteristik responden antara lain : umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan lama masa

pengobatan

b. Analisis Bivariat

Uji hipotesis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

bentuk hubungan antara kedua variabel. Selain itu, untuk menguji

hipotesis penelitian dan untuk mengidentifikasi pengaruh

mengidentifikasi pengaruh intervensi logoterapi terhadap tingkat

depresi pasien penyalahguna napza di Puskesmas Kassi Kassi

Kota Makassar.

Perbedaan sebelum intervensi logoterapi dan sesudah

intervensi untuk mengendalikan tingkat depresi pasien

penyalahguna napza di Puskesmas Kassi Kassi menggunakan Uji

beda Two Mean Dependent (dependent t-test), tetapi apabila

hasilnya tidak normal akan dilakukan uji Wilcoxon.

Pengaruh tingkat depresi antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol dilakukan uji kesetaraan menggunakan analisis

Uji beda Two Mean Indpendent (independent t-test). Apabila nilai p

value > (α), maka kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat

disimpulkan setara atau homogen pada pasien penyalahguna

napza di Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar. Tetapi apabila

hasilnya tidak normal akan dilakukan uji Mann-Whitney


c. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis kemudian akan disajikan dalam

bentuk tabel frekuensi dan tabel cross tabulasi, grafik dan narasi

untuk diinterpretasi dan dibahas.

F. KONTROL KUALITAS

Penelitian ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan prinsip-

prinsip kontrol kualitas yaitu sebagai berikut:

1. Standarisasi Petugas Lapangan

Standarisasi petugas lapangan dilaksanakan untuk

memberikan pemahaman yang sama dan Asisten peneliti yang telah

dilatih atau profesional untuk memberikan intervensi logoterapi

terhadap pasien penyalahguna napza di Puskesmas Kassi Kassi Kota

Makassar.

2. Standarisasi Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah pengukuran tingkat depresi

dengan menggunakan alat ukur BDI (Beck Depression Inventory). BDI

merupakan alat ukur yang dapat dipercaya untuk mendeteksi ada atau

tidaknya depresi secara cepat dan tepat serta dapat memperlihatkan

tingkat keparahan penderitanya yang terdiri dari 21 item pertanyaan

3. Etika Penelitian

Penelitian ini hendaknya mendapatkan persetujuan etik dari

Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin, yang digunakan dalam melakukan penelusuran data


pasien penyalahgunaan Napza di Puskesmas Kassi Kassi,

Puskesmas Jumpandang Baru, Puskesmas Jongaya, Kota Makassar.

4. Supervisi Lapangan

Kegiatan ini dilakukan oleh penelti bertujuan untuk mencegah

timbulnya masalah yang dapat terjadi selama proses penelitian

berlangsung dan menjaga agar responden terhindar dari ancaman,

bahaya dan segala sesuatu yang tidak menyenangkan dan merugikan

responden.
DAFTAR PUSTAKA

Arzani, M. (2016) ‘The efficacy of group logo therapy on reducing

depression among people addicted to drugs’, World Scientific News,

44, pp. 181–191.

Asagba, R. B. and Marshall, M. (2016) ‘The Use of Logotherapeutic

Techniques in the Identification and Intervention Stages of Treatment

with Persons with Substance Use Disorder’, African Research

Review, 10(3), pp. 39–54.

Aviad;, Y. W. and Haviv, V. N. (2015) ‘Do Meaning in life, Ideological

Commitment, and Level of Religiosity, Related Adolescent

Substance Abuse and Attitude’, Springer.

Bastaman, H. . (2007) Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna

Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. Edited by G. Boeree. Jakarta:

Rajawali Pers.

BNN (2013) Materi Advokasi Pencegahan Narkoba. Jakarta.

BNN Provinsi Sulawesi Selatan (2014) Profil BNN Provinsi Sulawesi

Selatan. Makassar.

BPS (2016) Tabel Daftar Istilah Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.

Available at: https://www.bps.go.id/istilah/index.html?Istilah_page=4.

EMCDDA (2014) European Drug Report 2014.

Fourianalistyawati, E. (2012) ‘Efektifitas Hipnoterapi Klinis Untuk

Mengendalikan Depresi Pada Pecandu Narkoba Di UPT T&R BNN’,


Research Gate Pub.

Ganiswarna, S. (2004) Farmakologi dan Terapi. 4th edn. Jakarta:

Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Indrawan, R. (2014) ‘Metodologi Penelitian’, in Yaniawati, P. (ed.)

Metodologi Penelitian, p. 103.

Kemenkes (2010) ‘Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman

Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza’, in Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

422/MENKES/SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik

Gangguan Penggunaan Napza.

Kemenkes (2014) Data Prevalensi Narkoba di Indonesia. Jakarta.

Maryatun, S. (2011) Pengaruh Logoterapi terhadap Perubahan Harga Diri

Narapidana Perempuan dengan Narkotika di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Palembang. Indonesia University.

Mulia;, M., Keliat;, B. A. and Wardani, I. Y. (2017) ‘Cognitive Behavioral

and Family Psychoeducational Therapies for Adolescent Inmates

Experiencing Anxiety in a Narcotics Correctional Facility’,

Comprehensive Child and Adolescent Nursing, 40(1), pp. 152–160.

Nasution, I. (2001) Memahami Narkoba dari Aspek Farmakologi.

Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Ping, E. S. (2016) ‘Hubungan dukungan sosial dengan depresi pada


narapidana wanita Di Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Kota

Tenggarong’, Psikoborneo, 4(2), pp. 301–312.

Puskesmas Kassi Kassi (2018) Profil Kesehatan Puskesmas Kassi Kassi.

Makassar.

RI, P.-U. (2009) ‘UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35

TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA’, in UNDANG-UNDANG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

NARKOTIKA. Hajarta.

Rohde, P. (2012) ‘Reduced substance use as a secondary benefit of an

indicated cognitive-behavioral adolescent depression prevention

program’, Psychology of Addictive Behaviors, 26(3), pp. 599–608.

Smith, A. J. (2013) ‘Logotherapy to Treat Substance Abuse as a Result of

Military Related PTSD’, Journal of Military and Government

Counseling, 1(1).

Stone, K. (2014) The Global State of Harm Reduction. London.

Stuart, G. W. and Sundeen, J. (1998) Keperawatan jiwa (Terjemahan). III.

Edited by A. Yani. Jakarta: EGC.

Sutejo (2017) ‘Pengaruh Logoterapi Kelompok terhadap Kemampuan

Memaknai Hidup pada Residen Napza’, Indonesian Journal Of

Nursing And Midwifery V, 5(1), pp. 27–32.

UNODC (2013) World Drug Report 2013.

UNODC (2015) World Drug Report 2015. Vienna.

Widianti, E. (2011) Pengaruh Terapi Logo dan Terapi Suportif Kelompok


terhadap Ansietas. Remaja di Rumah Tahanan.

Yulianto, A. E. (2014) Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, dan

Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan RS Asy-Syifa Sambi.


LAMPIRAN

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Makassar Telp. 0411-588249 Fax. 0411-588249 E-mail: epid_fkm@yahoo.com

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan


bersedia menjadi informan dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswi Departemen Epidemiologi, Pascasarjana, Universitas
Hasanuddin, yang bernama ELSA PALINGGI, dengan judul
penelitian: “ Pengaruh Logoterapi untuk Mengendalikan Depresi
pada Pasien Penyalahgunaan Napza Di Puskesmas Kassi
Kassi Kota Makassar Tahun 2019”
Saya mengetahui bahwa dalam penelitian ini akan dijaga
kerahasiaannya oleh peneliti.
Hasil wawancara hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Demikian persetujuan ini, saya bersedia menjadi informan
dalam penelitian ini secara sukarela dan tanpa paksaan.

Makassar, ............. 2019

(Tanda Tangan)
KUESIONER BDI-II

 Tujuan penelitian adalah mengetahui Pengaruh Logoterapi untuk


Mengendalikan Depresi pada Pasien Penyalahgunaan Napza Di
Puskesmas Kassi Kassi Kota Makassar Tahun 2019
 Kami menjamin kerahasiaan data responden pada penelitian ini.
Petunjuk:
lnstruksi: Kuisioner ini terdiri dari 20 kelompok pernyataan. Silakan
membaca masingmasing kelompok pertanyaan dengan seksama, dan
pilih satu pernyataan yang terbaik pada masing-masing kelompok yang
menggambarkan dengan baik bagaimana perasaan anda. Lingkari huruf
abjad di depan pernyataan yang telah anda pilih. Jika beberapa
pernyataan dalam beberapa kelompok sama bobotnya, lingkari nomor
yang paling tinggi untuk kelompok itu. Yakinkan bahwa anda tidak memilih
lebih dari satu pernyataan untuk satu kelompok, termasuk soal nomor 16
(Perubahan Pola Tidur) atau soal nomor 18 (Perubahan Selera Makan)

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A1. No. Responden (diisi oleh peneliti) ………….
A2. Nama Responden/ Inisial ………….
A3. Umur …………tahun
A4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. perempuan
A5 Pendidikan 1. Dasar (SD-SMP)
2. Menengah (SMU/SMK)
3. Tinggi (D3-S3)
A6 Pekerjaan 1. Tidak Bekerja
2. Bekerja
A7 Status Perkawinan 1. Tidak Kawin
2. Kawin
A8 Lama masa pengobatan ............ bulan

B. BDI- II

B1 A. Saya tidak merasa sedih


B. Saya merasa sedih
C. Saya sedih dan murung sepanjang waktu dan tidak bisa menghilangkan perasaan itu
D. Saya demikian sedih atau tidak bahagia sehingga saya tidak tahan lagi rasanya
B2 A. Saya tidak terlalu berkecil hati mengenai masa depan
B. Saya merasa kecil hati mengenai masa depan
C. Saya merasa bahwa tidak ada satupun yang dapat saya harapkan
D. Saya merasa bahwa masa depan saya tanpa harapan dan bahwa semuanya tidak akan
dapat membaik
B3 A. Saya tidak menganggap diri saya sebagai orang yang gagal
B. Saya merasa bahwa saya telah gagal lebih daripada kebanyakan orang
C. Saat saya mengingat masa lalu, maka yang teringat oleh saya hanyalah kegagalan
D. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang gagal total
B4 A. Saya mendapat banyak kepuasan dari hal-hal yang biasa saya lakukan
B. Saya tidak dapat lagi mendapat kepuasan dari hal-hal yang biasa saya lakukan
C. Saya tidak mendapat kepuasan dari apapun lagi
D. Saya rnerasa tidak puas atau bosan dengan segalanya
B5 A. Saya tidak terlalu merasa bersalah
B. Saya merasa bersalah di sebagian waktu saya
C. Saya agak merasa bersalah di sebagian besar waktu
D. Saya merasa bersalah sepanjang waktu
B6 A. Saya tidak merasa seolah saya sedang dihukum
B. Saya merasa mungkin saya sedang dihukum
C. Saya pikir saya akan dihukum
D. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum
B7 A. Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
B. Saya kecewa dengan diri saya sendiri
C. Saya muak terhadap diri saya sendiri
D, Saya membenci diri saya sendiri
B8 A. Saya tidak merasa lebih buruk dari pada orang lain
B. Saya mencela diri saya karena kelemahan dan kesalahan saya
C. Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu karena kesalahan-kesalahan saya
D. Saya menyalahkan diri saya untuk semua hal buruk yang terjadi
B9 A. Saya tidak punya sedikitpun pikiran untuk bunuh diri
B. Saya mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri, namun saya tidak akan
melakukannya
C. Saya ingin bunuh diri
D. Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
B10 A. Saya tidak lebih banyak menangis dibandingkan biasanya
B. Sekarang saya lebih banyak menangis dari pada sebelumnya
C. Sekarang saya menangis sepanjang waktu
D. Biasanya saya rnampu menangis, namun kini saya tidak dapat lagi menangis walaupun
saya menginginkannya
B11 A, Saya tidak lebih terganggu oleh berbagai hal dibandingkan biasanya
B. Saya sedikit lebih pemarah dari pada biasanya akhir-akhir ini
C. Saya agak jengkel atau terganggu di sebagian besar waktu saya
D. Saya merasa jengkel sepanjang waktu sekarang
B12 A. Saya tidak kehilangan minat saya terhadap orang lain
B. Saya agak kurang berminat terhadap orang lain dibanding biasanya
C. Saya kehilangan hampir seluruh minat saya pada orang lain Universitas Sumatera Utara
D. Saya telah kehilangan seluruh minat saya pada orang lain
B13 A. Saya mengambil keputusan-keputusan hampir sama baiknya dengan yang biasa saya
lakukan
B. Saya menunda mengambil keputusan-keputusan begiiu sering dari yang biasa saya
lakukan
C. Saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil keputusankeputusan daripada
sebelumnya
D. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan-keputusan lagi
B14 A. Saya tidak merasa bahwa keadaan saya tampak lebih buruk dari biasanya
B. Saya khawatir saya tampak lebih tua atau tidak menarik
C. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang menetap dalam penampilan saya
sehingga membuat saya tampak tidak menarik
D. Saya yakin bahwa saya terlihat jelek
B15 A. Saya dapat bekerja sama baiknya dengan waktu-waktu sebelumnya
B. Saya membutuhkan suatu usaha ekstra untuk mulai melakukan sesuatu
C. Saya harus memaksa diri sekuat tenaga untuk mulai melakukan sesuatu
D. Saya tidak mampu mengerjakan apa pun lagi
B16 A. Saya dapat tidur seperti biasanya
B. Tidur saya tidak senyenyak biasanya
C. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sukar sekali untuk bisa tidur
kembali
D. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat tidur kembali
B17 A. Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
B. Saya merasa lebih mudah lelah dari biasanya
C, Saya merasa lelah setelah melakukan apa saja
D. Saya terlalu lelah untuk melakukan apapun
B18 A. Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya
B, Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya
C. Nafsu makan saya kini jauh lebih buruk
D. Saya tak memiliki nafsu makan lagi
B19 A. Berat badan saya tidak turun banyak atau bahkan tetap akhir-akhir ini
B. Berat badan saya turun lebih dari 2,5 kg
C. Berat badan saya turun lebih dari 5 kg
D. Berat badan saya turun lebih dari 7.5 kg
B20 A. Saya tidak lebih khawatir mengenai kesehatan saya dari pada biasanya
B. Saya khawatir mengenai masalah-masalah fisik seperti rasa sakit dan tidak enak badan,
atau perut mual atau sembelit
C. Saya sangat cemas mengenai masalah-masalah fisik dan sukar untuk memikirkan
banyak hal lainnya
D. Saya begitu cemas mengenai masalah-masalah fisik saya sehingga tidak dapat berfikir
tentang hal lainnya
B21 A. Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada akhir-
akhir ini
B. Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan dengan biasanya
C. Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks
D. Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai