Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

“PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


SISWA TENTANG NAPZA DI SMA 6 PADANG”

DISUSUN OLEH TIM :

Ns. Welly, M.Kep 1007118901


Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J 1029108505
Ns. Febry Handiny, S.Kep, M.KM 1024029101

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH


TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Mitra Program : SMA N 6 PADANG


2. Ketua Tim Pengusul :
a. Nama : Ns. Welly, M.Kep
b. NIDN : 1007118901
c. Jabatan/Golongan : Dosen STIKes Alifah Padang
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
e. Jurusan/Fakultas : Keperawatan
f. Perguruan Tinggi : STIKes Alifah Padang
g. Bidang Keahliaan : Keperawatan Jiwa
h. Alamat Kantor : Jln. Khatib Sulaiman No 52 B, Padang
i. Jumlah anggota : Dosen 2 orang
j. Nama anggota : 1. Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J
2. Ns. Febry Handiny, S.Kep, M.KM
k. Mahasiswa yang terlibat : Fradella Niken

3. Lokasi Kegiatan Mitra


a. Wilayah Mitra : SMA N 6 Padang
b. Kabupaten/Kota : Kota Padang
c. Provinsi : Sumatera Barat
d. Jarak PT ke lokasi : 9 KM
4. Jumlah Anggaran : Rp. 1.000.000,-
5. Sumber Dana : Yayasan Pendidikan Alifah Padang

Padamg, 11 Februari 2020


Mengetahui Ketua Tim Pengusul
Ketua UPPM

Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep Ns. Welly, M.Kep


Menyetujui
Ketua STIKes Alifah Padang

Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan

rahmat sehingga tim dapat menyelesaikan laporan pengabdian masyarakat ini tepat waktu

dengan judul Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang NAPZA di

SMA 6 Padang.

Pada kesempatan ini tim ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada lembaga

UPPM STIKes Alifah Padang dan Yayasan Pendidikan Alifah Nur Ikhlas Padang yang

telah memberikan kesempatan dan Bantuan Dana kepada kami untuk melakukan

pengabdian masyarakat.

Kami tim pengabdian masyarakat telah berusaha menyempurnakan laporan ini,

namun sebagai manusia kami pun menyadari akan keterbatasan maupun kekhilafan dan

kesalahan kami. Semoga proposal ini bermanfaat untuk semua dosen dan mahasiswa

STIKes Alifah Padang.

Padang, 11 Februari 2020

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika dan bahan

adiktif lainnya, yang merupakan sekelompok obat, yang berpengaruh pada kerja tubuh,

terutama otak. Satu sisi NAPZA merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang

pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Berdasarkan

laporan Narkoba Dunia (World Drug Report) dari UNODC (2018), 275 juta jiwa

menggunakan narkoba secara global di seluruh dunia atau sekitar 5,6 % (15-64 tahun)

Jumlah penggunaan narkoba ini meningkat 20 juta orang dari tahun ketahun. World

Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jika terdata satu kasus berarti yang

terjadi ada sepuluh kasus, dan tingginya angka kematian per hari karena

penyalahgunaan NAPZA yaitu 2-3 orang per harinya. Menurut hasil Survey Nasional

penyalahgunaan narkoba tahun 2017 di Indonesia, angka penyalahgunaan narkoba

tahun 2017 sebanyak 1,77% atau setara dengan 3.376.115 orang, sedangkan angka

penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar tahun 2018 mencapai 3,2 % atau setara

dengan angka 2,29 juta orang dibandingkan dengan tahun 2017. Remaja merupakan

salah satu kelompok yang rawan terhadap penyalahgunaan narkoba (Santoso, 2019).

Berdasarkan tingkat pendidikan jumlah penyalahguna narkoba terbanyak terjadi pada

tingkat pendidikan SMA dengan jumlah 1.630 orang ( BNN, Rehabilitasi, 2018)

Berdasarkan data BNNP (Badan Narkotika Nasional Provinsi) Sumbar tahun

2019, pada tahun 2018 sebanyak 59.533 penduduk Sumbar menyalahgunakan


narkoba. Angka pengguna narkoba itu mengalami kenaikan sekitar 5% dari tahun

2016, yakni sekitar 59.000 penduduk. Pada tahun 2016, juga pernah dilakukan survey

oleh BNNP dimana angka penggunaan narkoba dibagi dalam empat kelompok, yaitu

kelompok coba pakai 27.587 atau 43%, kelompok teratur pakai 15.895 orang atau

15%, kelompok pecandu non suntik 18.175 atau 29% dan kelompok pecandu suntik

1695 atau 3%.

Data ini mengindikasikan, penyalahgunaan narkoba telah merambah ke semua

lapisan masyarakat tanpa terkecuali, baik anak- anak, remaja, pemuda, orang tua, baik

yang berpendidikan maupun yang tidak, serta telah menyentuh lintas profesi. Narkoba

merasuk ke lingkungan keluarga dan pemukiman yang memicu terciptanya kawasan

pengedaran narkoba (Siskandar, 2010). Penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja

sering disalahgunakan, berdasarkan klasifikasi umur (15-19 tahun) penyalahgunaan

NAPZA pada remaja di kota Padang dari tahun 2015 sampai tahun 2018 mengalami

peningkatan setiap tahun nya, pada tahun 2015 penyalahgunaan NAPZA pada usia

remaja sebanyak 8% dan tahun 2018 meningkat menjadi 29% (BNNP Sumbar, 2018).

Pelajar menjadi salah satu target utama dalam berbagai program pencegahan

narkoba bukan hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Kelompok remaja

merupakan masa-masa rentan yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus.

Penyalahgunaan NAPZA pada pelajar dapat disebabkan karena tidak memiliki

keterampilan untuk mengatasi emosional, adanya krisis identitas dan ingin diterima

dalam pergaulan dan tekanan yang dirasakan remaja tersebut sehingga mereka yang

tidak mampu menghadapi nya melarikan diri mencari ketenangan dengan


menyalahgunakan NAPZA (Sumiati, dkk, 2009). Penyalahgunaan NAPZA merupakan

suatu kondisi yang dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu gangguan jiwa, sehingga

penyalahgunaan NAPZA tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam masyarakat

dan menunjukkan perilaku maladaptif (Sumiati, dkk, 2009). Agar tidak terjadi

peningkatan angka gangguan jiwa yang diakibatkan narkoba maka, salah satu faktor

yang berpengaruh pada penyalahgunaan NAPZA adalah pengetahuan, dimana dalam

kondisi seseorang tahu bahwa hal yang akan dilakukannya berakibat buruk terhadap

dirinya maka orang tersebut tidak akan melakukan hal tersebut (Menthan, 2013).

Tingkat pengetahuan seseorang turut menjadi faktor penting terhadap persepsi,

pengetahuan dan pengendalian diri seseorang terhadap NAPZA , Tingkat pengetahuan

seseorang dapat diperoleh dan diasah baik formal maupun non formal seperti, tingkat

pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut

akan lebih mudah dalam membedakan mana yang salah dan mana yang benar

(Mubarak, 2009). Menurut data dari BNNP Sumbar, daerah Kecamatan Padang

Selatan merupakan salah satu wilayah potensial sebagai pengedaran narkoba

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pengabdian masyarakat ini adalah belum adanya

pendidikan kesehatan mengenai penyuluhan NAPZA di SMA N 6 Padang


C. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan sosialisasi pendidikan kesehatan dan menerima

lefleat ini diharpakan siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang

NAPZA

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai bentuk Tri Dharma perguruan tinggi STIKes Alifah

b. Siswa lebih memahami tentang pengertian NAPZA dan jenis-jenis

NAPZA

c. Siswa mengetahui factor penyalahgunaan NAPZA

d. Siswa lebih memahami Dampak dari NAPZA

e. Siswa lebih memahami Upaya pencegahan NAPZA

f. Siswa lebih memahami tahap pemakain NAPZA

D. Manfaat Kegiatan

Setelah kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan, Siswa lebih mengetahui

tentang NAPZA dan bahaya yang akan ditimbulkan jika mendekati NAPZA atau

kecanduan NAPZA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. NAPZA

a. Pengertian NAPZA

Napza adalah singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika dan zat

adiktif lainnya. Napza ini kadang kala disebut juga dengan istilah “ narkoba”

singkatan dari kata narkotika dan obat berbahaya. Napza maupun narkoba dua

istilah yang sekarang marak dipergunjingkan orang dan menyerang masyarakat

kita terutama generasi mudanya. Dalam bahasa Inggris narcotic lebih mengarah

keobat yang membuat penggunanya kecanduan. Narkotika adalah zat yang dapat

menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara

memasukan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut berupa

pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi ( Lisa dan

Sutrisna, 2013 :2).

Menurut UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika disebutkan pengertian

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat,

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psiko aktif melalui

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan adiktif lainnya adalah zat atau

bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak
dan dapat menimbulkan ketergantungan. Meskipun demikian, penting kiranya

diketahui bahwa tidak semua jenis narkotika dan psikotropika dilarang

penggunaannya. Karena cukup banyak pula narkotika dan psikotropika yang

memiliki manfaat besar dibidang kedokteran dan untuk kepentingan

pengembangan pengetahuan.

b. Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat

patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga

menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA

banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien atau

mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA

kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk

mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan

pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan

kerusakan fisik (Sumiati, 2009).

Penyalahgunaan NAPZA adalah suatu penyimpangan perilaku yang

disebabkan oleh pengguna yang terus menerus sampai terjadi masalah

ketergantungan (Ma’rifatul, lilik dkk, 2016)). Menurut Pasal 1 UU RI No.35

Tahun 2009 Ketergantungan adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk

menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat

agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau

dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati, 2009):

a) Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau

menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan

mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus zat,

ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.

b) Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti menggunakan

NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang sangat kuat

untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala

fisik.

c. Jenis–Jenis NAPZA

Menurut Lisa dan Sutrisna (2013), NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu

narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke

dalam beberapa kelompok.

a) Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat

berat. Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual

(kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang

menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari “cengkraman”-nya.


Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika

dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan

golongan III.

a. Narkotika golongan I adalah: narkotika yang paling berbahaya.

Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk

kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.

Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.

b. Narkotika golongan II adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,

tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah

petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.

c. Narkotika golongan III adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif

ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya

adalah kodein dan turunannya.

a) Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik

alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika

adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan

jiwa (psyche).

b) Bahan Adiktif Lainnya

Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan


psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya:

rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan

menimbulkan ketagihan dan thinner dan zat-zat lain, seperti lem

kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup,

dan dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat

lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong

NAPZA.

d. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Soetjiningsih (2010), faktor risiko yang menyebabkan

penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga,

pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu.

a) Faktor Genetik

Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa remaja

dari orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4 kali sebagai

peminum alkohol dibandingkan remaja dari orang tua angkat alkoholik.

Penelitian lain membuktikan remaja kembar monozigot mempunyai risiko

alkoholik lebih besar dibandingkan remaja kembar dizigot.

b) Lingkungan Keluarga

Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap

penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan terbuka

mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah dibandingkan

dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang ketat. Fakta berbicara bahwa
tidak semua keluarga mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua

anggotanya. Banyak keluarga mengalami problem-problem tertentu. Salah

satunya ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan

yang ditandai oleh relasi orangtua yang tidak harmonis dan matinya

komunikasi antara mereka.

Ketidakharmonisan yang terus berlanjut sering berakibat perceraian.

Kalau pun keluarga ini tetap dipertahankan, maka yang ada sebetulnya adalah

sebuah rumah tangga yang tidak akrab dimana anggota keluarga tidak merasa

betah. Orangtua sering minggat dari rumah atau pergi pagi dan pulang hingga

larut malam. Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai

hubungan yang biasa- biasa saja dengan orang tuanya. Mereka jarang

menghabiskan waktu luang dan bercanda dengan orang tuanya (Jehani, dkk,

2006).

c) Pergaulan (Teman Sebaya)

Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman

kelompok sebaya (peer group) mempunyai pengaruh yang dapat mendorong

atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri seseorang. Menurut

Hawari (2010) perkenalan pertama dengan NAPZA justru datangnya dari

teman kelompok. Pengaruh teman kelompok ini dapat menciptakan

keterikatan dan kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan

diri. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama
dengan NAPZA, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap

menyalahgunakan NAPZA, dan yang menyebabkan kekambuhan (relapse).

Bila hubungan orangtua dan anak tidak baik, maka anak akan terlepas

ikatan psikologisnya dengan orangtua dan anak akan mudah jatuh dalam

pengaruh teman kelompok. Berbagai cara teman kelompok ini memengaruhi

si anak, misalnya dengan cara membujuk, ditawari bahkan sampai dijebak

dan seterusnya sehingga anak turut menyalahgunakan NAPZA dan sukar

melepaskan diri dari teman kelompoknya.

d) Karakteristik Individu

a) Umur

Berdasarkan penelitian, kebanyakan penyalahguna NAPZA

adalah mereka yang termasuk kelompok remaja. Pada umur ini secara

kejiwaan masih sangat labil, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan

sedang mencari identitas diri serta senang memasuki kehidupan

kelompok. Hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan

Penyalahgunaan Narkoba Departemen Pendidikan Nasional menyatakan

sebanyak 70% penyalahguna NAPZA di Indonesia adalah anak usia

sekolah (Jehani, dkk, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Siregar (2004) proporsi penyalahguna NAPZA tertinggi pada kelompok

umur 17-19 tahun (54%).

b) Pendidikan

Menurut Friedman (2005) belum ada hasil penelitian yang


menyatakan apakah pendidikan mempunyai risiko penyalahgunaan

NAPZA. Akan tetapi, pendidikan ada kaitannya dengan cara berfikir,

kepemimpinan, pola asuh, komunikasi, serta pengambilan keputusan

dalam keluarga.

Hasil penelitian Prasetyaningsih (2009) menunjukkan bahwa

pendidikan penyalahguna NAPZA sebagian besar termasuk kategori

tingkat pendidikan dasar (50,7%). Asumsi umum bahwa semakin tinggi

pendidikan, semakin mempunyai wawasan/pengalaman yang luas dan

cara berpikir serta bertindak yang lebih baik. Pendidikan yang rendah

memengaruhi tingkat pemahaman terhadap informasi yang sangat

penting tentang NAPZA dan segala dampak negatif yang dapat

ditimbulkannya, karena pendidikan rendah berakibat sulit untuk

berkembang menerima informasi baru serta mempunyai pola pikir yang

sempit.

c) Pekerjaan

Hasil studi BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas

Indonesia tahun 2009 di kalangan pekerja di Indonesia diperoleh data

bahwa penyalahguna NAPZA tertinggi pada karyawan swasta dengan

prevalensi 68%, PNS/TNI/POLRI dengan prevalensi 13%, dan karyawan

BUMN dengan prevalensi 11% (BNN, 2010).


e. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Lisa dan Sutrisna (2013) pengaruh narkoba secara umum ada tiga,

yaitu :

a) Depresan

Menekan atau memperlambat fungsi syaraf sistem saraf ousat

sehungga sapat mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Dapat membuat

pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, memberi rasa

bahagia dan bahkan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri.

b) Stimulan

Merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan kegairahan (segar

dan bersemangat) dari keadaan. Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa

kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung,

tekanan darah dan pernafasan.

c) Halusinogen

Dapat mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah

perasaan dan pikiran sehungga menimbulkan kesan palsu atau halisinasi.

Menurut Alatas (2010), penyalahgunaan NAPZA akan berdampak sebagai

berikut:

a. Terhadap kondisi fisik

a) Akibat zat itu sendiri

Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya


intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis

berlebih yang memang diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya bila

pemakaiannya terputus akan terjadi kondisi putus zat.

1) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah

terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.

2) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat

hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunnya berat badan.

3) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi misalnya gangguan

lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung

dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan gangguan

seksual.

b) Akibat bahan campuran/pelarut: bahaya yang mungkin timbul antara

lain infeksi, emboli

c) Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril. Akan terjadi infeksi,

berjangkitnya AIDS atau hepatitis.

d) Akibat pertolongan yang keliru misalnya dalam keadaan tidak sadar

diberi minum.

e) Akibat tidak langsung misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol

atau malnutrisi karena gangguan absorbsi pada pemakaian alkohol.

f) Akibat cara hidup pasien. Terjadi kurang gizi, penyakit kulit,

kerusakan gigi dan penyakit kelamin.

b. Terhadap kehidupan mental emosional


Intoksikasi alkohol atau sedative-hipnotik menimbulkan perubahan

pada kehidupan mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan

perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan

sindrom amotivasional. Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan

depresi sampai bunuh diri.

c. Terhadap kehidupan sosial

Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan

mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah.

Pada umumnya prestasi akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang

berakibat makin kuatnya dorongan untuk menyalahgunakan obat.

Dalam posisi demikian hubungan anggota keluarga dan kawan dekat

pada umumnya terganggu. Pemakaian yang lama akan menimbulkan

toleransi, kebutuhan akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan

memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai

perceraian. Semua pelanggaran, baik norma sosial maupun hukumnya terjadi

karena kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada keadaan intoksikasi

yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif

f. Tahapan Pemakaian NAPZA

Ada beberapa tahapan pemakaian NAPZA menurut Sumiati (2009), yaitu

sebagai berikut:

a) Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)

Menggunakan NAPZA tanpa motivasi tertentu dan hanya didorong oleh


perasaan ingin tahu saja. Pemakaian NAPZA ini hanya sekali-sekali dengan

dosis yang relatif kecil, belum ada ketergantungan fisik maupun psikologis.

b) Tahap pemakaian Rekreasional

Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada

acara tertentu), ingin diakui/diterima kelompoknya. Mula- mula NAPZA

diperoleh secara gratis atau dibeli dengan murah. Ia belum secara aktif

mencari NAPZA, biasanya memiliki keterlibatan yang tinggi dengan

kelompoknya. Umumnya mereka belum mengarah pada pemakaian yang

berlebihan.

c) Tahap pemakaian situasional

Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres.

Pemakaian NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai

berusaha memperoleh NAPZA secara aktif.

d) Tahap kebiasaan (penyalahgunaan)

Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering),

dan kronik disebut juga penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal

tubuh dan gaya hidup. Teman lama berganti dengan teman pecandu. Ia

menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau

berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat

dan cita-citanya semula hilang. Ia sering membolos dan prestasi sekolahnya

merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.

e) Tahap ketergantungan
Berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara.

Berbohong, menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat

mengendalikan penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya.

Hubungan dengan keluarga dan teman- teman rusak.

Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah takaran zat yang

dipakai, agar ia dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia

tampak sehat, meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya

dikurangi atau dihentikan, timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat

(sakaw). Gejalanya bergantung pada jenis zat yang digunakan.

Orang pun mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat

merasakan pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko meningkatnya

kerusakan organ-organ tubuh. Gejala lain ketergantungan adalah toleransi,

suatu keadaan di mana jumlah NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi cukup

untuk menghasilkan pengaruh yang sama seperti yang dialami sebelumnya.

Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan meningkat. Jika jumlah NAPZA yang

dipakai berlebihan (overdosis), dapat terjadi kematian.

g. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

Pencegahan penyalahgunaan NAPZA menurut BNN (2009), meliputi:

a) Pencegahan primer

Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada

mereka, individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko

tinggi terhadap penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar

individu, kelompok, dan masyarakat waspada serta memiliki ketahanan


agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak

anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh

kembang anak dapat diatasi dengan baik.

b) Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang

sudah menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak

menggunakan NAPZA lagi.

c) Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah

menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan

rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan

terhadap penyalahguna NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan

melakukan pendampingan yang dapat membantunya untuk mengatasi

masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun dengan melakukan

rehabilitasi kembali.
BAB III

METODE KEGIATAN

A. Satuan Acara Penyuluhan

1. Topik : Penyuluhan NAPZA

2. Sasaran : Siswa SMA N 6 Padang

3. Metode : Ceramah dan Tanya jawab

4. Metode dan Alat : Laptop, Infokus, Lefleat, dan flip chart

5. Waktu dan Tempat :

a. Hari/ Tanggal : Senin- Sabtu / 1- 8 Februari 2020

b. Pukul : 08.30 s/d selesai

c. Tempat : SMA N 6 PADANG

6. Pengorganisasian :

a. Penyaji : Ns. Welly, M.Kep

b. Fasiliattor : Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep.J

Ns. Febry Handiny, S.Kep M.KM

7. Setting Tempat
B. Proses Kegiatan Sosialisasi

No Waktu Kegiatan Respon Peserta


1. Pembukaan :  Memberi salam pembuka           Menjawab salam

5 menit  Memperkenalkan diri           Memperhatikan

 Menjelaskan pokok      Memperhatikan

bahasan dam tujuan

penyuluhan

 Membagi leaflet Memperhatikan


2. Pelaksanaan :  Menggali pengetahuan     Mendengarkan

30 menit Siswa terkait NAPZA

 Memberikan Memperhatikan

Reinforcement positif Mendengarkan

 Menjelaskan tentang Menjelaskan

NAPZA M

 Pengertian NAPZA

 Jenis-Jenis NAPZA
 faktor yang mendorong

penyalahgunaan NAPZA

 Dampak NAPZA terhadap

Perilaku       

 Upaya Pencegahan

Penyalahgunaan NAPZA

 Tahapan Pemakaian

NAPZA

3. Evaluasi :  Menanyakan kepada Menjawab pertanyaan

8 menit peserta tentang materi yang

telah diberikan.
4. Terminasi :  Mengucapkan terimakasih           Mendengarkan

2 menit atas peran serta dan peserta

 Mengucapkan salam          Menjawab salam

penutup
BAB IV

HASIL KEGIATAN

A. Hasil Kegiatan

Pengabdian masyarakat ini dilakukan pada tanggal 8 februari 2020 dengan

jumlah peserta 58 Orang siswa, dimana penyaji dan tim memberikan penyuluhan

tentang NAPZA. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh siswa. Selama kegiatan

berlangsung penyaji dan Tim dan berbagi tugas demi kelancaran proses

penyuluhan. Moderator membagi sesi penyuluhan dengan penyajian dan sesi

Tanya jawab. Kegiatan ini juga dibutuhkan oleh pihak sekolah demi terciptanya

lingkungan sekolah yang aman, kondusif dan para siswa jauh dari penyalahgunaan

NAPZA

B. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. 100 % kegiata terlaksana sesuai jadwal yang telah direncanakan

b. 100 % alat dan media tersedia sesuai dengan perencanaa

c. 100 % tim bekerja sesuai dengan tupoksi yang sudah dibagi

2. Evaluasi Proses

a. 100 % peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir


b. 85% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

a. 85 % peserta mampu menyebutkan pengertian NAPZA

b. 75 % peserta mampu menyebutkan jenis-jenis NAPZA

c. 90 % peserta mampu menyebutkan dampak penyalahgunaan NAPZA

d. 80 % peserta mampu menyebutkan upaya pencegahan NAPZA

e. 75 % peserta mampu menyebutkan tahapan pemakaian NAPZA


RINCIAN BIAYA PENGABDIAN MASYARAKAT

No Uraian Jumlah
1. Gaji / upah Rp 625.000
2. Bahan / Perangkat Penunjang/ Peralatan Rp. 185.000
3. Perjalanan Rp. 100.000
4. Pengumpulan, Pengolahan Data, Laporan, Publikasi, Seminar, Rp. 90.000
Pendaftaran HKI dan lain-lain
Jumlah Biaya Rp. 1.000.000
Terbilang : Satu Juta Rupiah

1. Gaji dan Upah


No Pelaksana Kegiatan Jumlah Jumlah Jam / Honor/ Jam Biaya (Rp)
Minggu
1 Ketua Pelaksana 1 4 Rp. 75.000 Rp. 300.000
2 Anggota Pelaksana 2 3 Rp. 50.000 Rp. 300.000
3 Tenaga Harian 1 2 Rp 25.000 Rp 25.000
Jumlah Biaya Rp 625.000

2. Bahan/Perangkat Penunjang/Peralatan
No Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Aqua 2 kotak Rp 45.000 Rp. 90.000
2 Leflet 64 lembar Rp. 1500 Rp. 95.000
Jumlah Biaya Rp. 185.000

3. Perjalanan

No Jenis Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)


1 Perjalanan 10 kali Rp 10.000 Rp. 100.000
Jumlah Biaya Rp. 100.000

4. Pengumpulan, Pengolahan Data, Laporan, Publikasi, Seminar, Pendaftaran HKI dan lain-
lain
No Tujuan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)
1 Laporan 3 Rp. 30.000 Rp. 90.000
Jumlah Biaya Rp. 90.000

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ns. Welly, M.Kep


Tempat Tanggal Lahir : Pesisir Selatan / 07 November 1989
NIDN : 1007118901
Pangkat / Golongan : III B / Penata Muda Tk. I
Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
Fakultas / Jurusan : Keperawatan
Hp : 0852 7475 7276
Email : wellysajjaa@gmail.com
Alamat Kantor : Jln. Khatib Sulaiman No 52 B, Kota Padang

Riwayat pendidikan

Institusi Gelar Tahun Tamat Jurusan


Universitas Andalas S.Kep 2012 S1 Keperawatan
Universitas Andalas Ns. 2013 Profesi Ners
Universitas Andalas M.Kep 2015 S2 Keperawatan
Peminatan Jiwa

Riwayat Pengabdian Masyarakat


1. Deteksi Kejadian Depresi Dan Kemampuan Melakukan Aktifitas Dasar
Sehari-Hari Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicinsin Padang
Pariaman Tahun 2017
2. Penyuluhan Kesehatan Tentang Ansietas Pada Lansia Dengan Hipertensi
Di Kelurahan Piai Tanah Sirah Lubuk Begalung Padang Tahun 2018
3. Penyuluhan Tentang Mitigasi Bencana Pada Masyarakat yang tinggal di
Daerah Rawan Bencana Tahun 2019

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Ns. Amelia Susanti, M. Kep.,Sp.Kep.J


TEMPAT/ TGL LAHIR : Padang Panjang / 29 Oktober 1985
NIPY : 250920102096
NIDN : 1029108504
FAKULTAS/ JURUSAN : STIKES Alifah Padang/ S1 Keperawatan
PANGKAT/ GOL : III/b / Penata Muda Tk. I
JABATAN FUNGSIONAL : Asisten Ahli
HP : 081374026024
EMAIL : ameliaaska@gmail.com
ALAMAT KANTOR : Jln. Khatib Sulaiman No. 52 B KotaPadang
Riwayat pendidikan :
Tahun
Institusi Gelar Jurusan
tamat
STIKES ALIFAH S. Kep 2009 S1 Keperawatan
STIKES ALIFAH Ners 2010 Profesi Keperawatan
UNIVERSITAS INDONESIA S2 2015 S2 Keperawatan
UNIVERSITAS INDONESIA S2 2016 S2 Keperawatan Spesialis
Keperawatan Jiwa

Riwayat pegabdian Masyarakat


1. Pengobatan gratis dan pembagian sembako pasca gelodo di kec. Pauh limau manis
padang 2012
2. Kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana di RW 06 Kelurahan Kalumbuk
Kecamatan Kuranji 2017.
3. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Melalui Pendidikan Kesehatan Jiwa
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2019
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai