TESIS
i
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
iii
Universitas Indonesia
[8] Kepala Puskesmas Kecamatan Cakung, Bapak Bambang penanggungjawab
program pelayanan kesehatan tradisional dan Ibu Ninuk staf Puskesmas yang
telah membantu peneliti
[9] Ketua kader RW 01 & RW 11 Kelurahan Penggilingan, Ketua kader & Ibu
RW 07 Kelurahan Jatinegara, kader RW 08 Kelurahan Pulo Gebang, RW 01
Kelurahan Cakung Barat dan Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung
yang bersedia menjadi responden dan membantu peneliti
[10] Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman dan Ibu Sulastri penanggungjawab
program pelayanan kesehatan tradisional
[11] Ketua kader asman Cempaka Kelurahan Utan Kayu Selatan, kader asman
Sakura Kelurahan Pisangan Baru dan kader asman Kelurahan Kayu Manis.
[12] Direktur dan staf Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian
Kesehatan RI
[13] Kepala Pusat Peningkatan Mutu Badan PPSDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan sebagai penyelenggara Tugas Belajar Angkatan 2018
[14] Pelayanan Terpadu Jakarta Timur yang telah memberikan pelayanan ijin
penelitian online yang sangat memuaskan, efektif dan efisien
[15] Bapak Asep Saiful dan Ibu Tuti staf akademik dan Bapak Arief Perpustakaan
FKM
[16] Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral
[17] Teman Mutu 2018 dan Tugas Belajar 2018 yang selalu kompak saat pertama
bertemu di PSAF, saat kuliah hingga menjelang pemberkasan judicium
[18] drg Laksmi TP-PKK Pusat yang menyediakan waktunya memberikan
gambaran tentang program PKK kepada peneliti
Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan kesehatan tradisional di Puskesmas.
Penulis
ABSTRAK
Pada tahun 2017 dan 2018, Puskesmas Kecamatan Cakung telah melakukan
orientasi asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur kepada 77 orang
kader dari 5 kelurahan yaitu Penggilingan, Pulo Gebang, Jatinegara, Ujung
Menteng dan Cakung Barat. Dalam kurun waktu 3-6 bulan selesai orientasi,
diharapkan kader membentuk kelompok asuhan mandiri. Namun baru terbentuk
satu kelompok asuhan mandiri yaitu di RW 01 Kelurahan Penggilingan, sehingga
peneliti tertarik untuk menganalisa hubungan faktor demografi dan motivasi
terhadap partisipasinya. Penelitian ini menggunakan data primer dengan mengisi
kuisioner. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non
eksperimen dengan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh sebagian
besar kader asuhan mandiri berstatus ibu rumah tangga, menikah, berusia > 46
tahun, berpendidikan menengah, pendapatan < UMP DKI tahun 2020 dan lama
kerja < 5 tahun. Sebagian besar motivasi rendah 39 orang (60%) dan sisanya
motivasi tinggi 26 orang (40%) dan partisipasi rendah 33 orang (50,8%) dan
sisanya partisipasi tinggi 32 orang (49,2%). Faktor lama kerja kader asuhan
mandiri > 5 tahun dapat meningkatkan 4 kali partisipasi, sedangkan penghargaan
meningkatkan 0,1 kali. Kesimpulan: lama kerja > 5 tahun dan penghargaan
meningkatkan partisipasi kader asuhan mandiri. Saran: perlu bantuan bibit
tanaman obat tradisional, pelatihan berjenjang dan berkala, pembinaan berkala,
studi banding, penilaian kelompok asuhan mandiri dan family gathering untuk
meningkatkan motivasi kader asuhan mandiri.
v
Universitas Indonesia
ABSTRACT
In 2017 and 2018, the Cakung Community Health Center has given self care
orientation using the herbal garden and acupressure for 77 cadres from 5 sub-
district namely Penggilingan, Pulo Gebang, Jatinegara, Ujung Menteng and West
Cakung. Within 3-6 months of orientation, community health worker are expected
to form self care groups. However, only one self care group was formed, namely
in the Penggilingan sub-district, so the researchers were interested in analyzing
the relationship between demographic factors and motivation of self care
community health worker and their participation. This study uses primary data by
filling out questionnaires. The research design used a non-experimental
quantitative approach with a cross sectional design. The results showed that most
of them were housewives, married, > 46 years old, middle school education,
income < minimum wage DKI and length of work < 5 years. Most of the low
motivation 39 people (60%) and the remaining high motivation 26 people (40%)
and low participation 33 people (50.8%) and the remaining high participation 32
people (49.2%). The length of work factor > 5 years increased participation 4
times, while the reward motivation increased 0.1 times. Conclusions : length of
work and rewards for increasing participation. Suggestions : need for seed herbal
plant, training, supervision, study tours, competitions the self care group and
family gatherings to increase motivation for self care community health worker.
Tabel 1.1 Potensi di wilayah tempat tinggal kader Kecamatan Cakung yang
belum membentuk kelompok asuhan mandiri ……………………………………9
Tabel 1.2 Rekapitulasi Hasil Penjaringan Kesehatan Peserta Didik SD di wilayah
Puskesmas Kecamatan Cakung Tahun 2019…………………..…………………11
Tabel 3.1.Definisi Operasional…………………………………………………..57
Tabel 4.1 Besar Sampel…………………………………………………………..63
Tabel 5.1 Jumlah Responden…………………………………………………….70
Tabel 5.2 Distribusi Demografi Kader………………………………..……….…71
Tabel 5.3 Distribusi Nilai Jawaban Kader Asman Puskesmas Kecamatan Cakung
Terhadap Pertanyaan Partisipasi Tahun 2020………………………..………….73
Tabel 5.4. Distribusi Statistik Kader Berdasarkan Penilaian Partisipasi Kader Di
Kecamatan Cakung Jakarta Timur………………………….……………………81
Tabel 5.5. Distribusi Kader Berdasarkan Penilaian Partisipasi Kader Di
Kecamatan Cakung Jakarta Timur……………………………………………….82
Tabel 5.6. Distribusi Nilai Jawaban Kader Asman Puskesmas Kecamatan Cakung
Terhadap Pertanyaan Motivasi Tahun 2020……………………………….….…82
Tabel 5.7. Distribusi Statistik Kader Menurut Motivasi Kader ………………....84
Tabel 5.8. Distribusi Motivasi Kader Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur…....84
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
1
Universitas Indonesia
yang dilakukan kader menjembatani dan meningkatkan efektivitas layanan
kuratif dan preventif dan membantu komunitas dan fasilitas kesehatan.
Kader mungkin merupakan satu-satunya hubungan yang layak dan dapat
diterima antara sektor kesehatan dan masyarakat yang dapat
dikembangkan untuk memenuhi tujuan peningkatan kesehatan dalam
waktu dekat [6].
Universitas Indonesia
Saat ini Kementerian Kesehatan telah melakukan pelatihan bagi
petugas Puskesmas. Petugas Puskesmas yang telah dilatih, selanjutnya
menyelenggarakan orientasi kepada kader tentang pemanfaatan TOGA dan
akupresur dengan panduan buku saku asuhan mandiri. Kader yang telah
diberi orientasi diharapkan dapat berpartisipasi mengembangkan
pelayanan kesehatan tradisional seperti membentuk kelompok asuhan
mandiri, membagikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada
masyarakat dan lain-lain. Menurut Brandon (2017), pelatihan yang efektif
bagi kader sukarelawan dapat meningkatkan partisipasi kader dan
keberlanjutan program [15].
FASILITATOR PUSKESMAS
KECAMATAN CAKUNG
MELAKUKAN ORIENTASI
ASUHAN MANDIRI
PEMANFAATAN TOGA DAN
AKUPRESUR KEPADA KADER
RW 01 RW 11
TERBENTUK SATU
KELOMPOK ASUHAN
MANDIRI
Gambar 1.1
Gambaran jumlah kelompok asuhan mandiri Kecamatan Cakung
Jakarta Timur Tahun 2020
Kecamatan Cakung merupakan daerah padat penduduk yang
terletak di kota administrasi DKI Jakarta Timur terdiri atas 7 kelurahan, 87
Rukun Warga (RW) dan 1002 Rukun Tetangga (RT). Fasilitas kesehatan
Puskesmas, klinik dan Rumah Sakit sangat dekat dari tempat tinggal
Universitas Indonesia
penduduk dan jumlahnya sangat memadai. Penduduk yang tinggal di
Kecamatan Cakung sangat pluralistik. Kecamatan Cakung terdiri atas 7
kelurahan yaitu kelurahan Penggilingan, Pulo Gebang, Jatinegara, Ujung
Menterng, Cakung Barat, Cakung Timur dan Rawa Terate.
Universitas Indonesia
Penggilingan ini, kader yang dilatih belum membentuk kelompok dan
mereka berharap adanya kegiatan rutin pelatihan pembuatan jamu dan
praktik akupresur. Kader asuhan mandiri masih belum paham dengan
akupresur dan masih takut mempraktik untuk keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
Tabel 1.1
Universitas Indonesia
Partisipasi kader dalam memberdayakan kesehatan komunitas
menjadi program yang terus diupayakan karena adanya hasil kajian
ternyata 70% sumber daya pembangunan berasal dari partisipasi
masyarakat, perilaku masyarakat hanya dapat diselesaikan oleh masyarakat
sendiri, keterbatasan Pemerintah dalam sumber daya kesehatan, adanya
potensi dan kemampuan masyarakat meningkatkan kesehatan dan
mencegah penyakit [19]. Puskesmas Kecamatan Cakung memiliki satu
orang petugas pengelola program pelayanan kesehatan tradisional dan
memiliki beban tugas cukup tinggi, sehingga diharapkan kader asuhan
mandiri berpartisipasi menyumbangkan tenaga, pikiran, dana dan material
kepada komunitasnya melalui asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
akupresur.
Tabel 1.3
11
Universitas Indonesia
keuntungan bagi komunitasnya. Oleh karenanya kader harus
mempertimbangkan kualitas agar sejalan dengan kekuatannya. Upaya yang
diarahkan menuju dan konsisten pada tujuan program kesehatan tradisional
adalah upaya yang harus ditemukan. Ketekunan mengukur berapa lama
seorang dapat mempertahankan upayanya. Kader yang termotivasi akan
bertahan cukup lama dengan tugasnya untuk mencapai tujuan program
kesehatan tradisional [23].
Salah satu teori motivasi adalah teori hirarki kebutuhan dari
Abraham Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa di dalam setiap
manusia terdapat hirarki lima kebutuhan. Pertama fisiologis meliputi
kelaparan, kehausan, tempat perlindungan dan kebutuhan fisik lainnya.
Kedua rasa aman meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik
dan emosional. Ketiga sosial meliputi kasih sayang, rasa memiliki,
penerimaan dan persahabatan. Keempat penghargaan yaitu faktor-faktor
internal misalnya rasa harga diri, kemandirian dan pencapaian, serta
faktor-faktor eksternal misalnya status, pengakuan dan perhatian. Kelima
aktualisasi diri seperti dorongan yang mampu membentuk seseorang untuk
menjadi apa; meliputi pertumbuhan, mencapai potensi dan pemenuhan
diri.
Gambar 1.4
Teori Hirarki Kebutuhan
Penelitian yang dilakukan oleh Svea Closser dkk (2020),
keterlibatan kader karena keinginan memiliki peranan penting dalam
masyarakat sebagai individu yang tidak mementingkan diri dan perhatian,
memperkuat ikatan dengan orang lain dan meningkatkan jaringan sosial
13
dan media sosial serta keinginan dukungan sosial, ekonomi dan psikologis
dari Pemerintah setempat karena terkait dengan ketidakamanan pangan, air
dan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan [24]. Menurut Indrani Saran
dkk (2020), motivasi kader yang paling signifikan adalah keinginannya
meningkatkan pengetahuan anggota masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas kontribusinya dari masyarakat [25]. Penelitian yang
dilakukan oleh Ade Iva Murty (2014), partisipasi kader yang bertahan
lama karena karena keinginannya secara sukarela dan tidak ada paksaan
untuk berperan sebagai kader, memiliki jiwa sosial yang tinggi, ramah dan
bersahabat, keinginan untuk mendapatkan kesempatan belajar dan
keinginan untuk tetap beraktualisasi karena adanya perasaannya bahwa
dirinya merupakan bagian dari komunitasnya [26].
Partisipasi kader dipengaruhi faktor demografi kader asuhan
mandiri. Menurut Ronald M.Andersen (1995), faktor predisposisi yaitu
faktor demografi, stuktur sosial dan keyakinan mempengaruhi masyarakat
dalam menggunakan pelayanan kesehatan [27]. Menurut Syahmasa
(2003), faktor demografi dan motivasi mempengaruhi peran serta kader
meningkatkan pelayanan keperawatan di Posyandu [28]. Menurut
Penelitian yang dilakukan oleh Germaine (2020), kader merupakan
sukarelawan dipilih oleh komunitasnya dan tinggal bersama
komunitasnya, memiliki kualitas yang baik, lama kerja yang lama,
memiliki integritas yang baik dapat menjaga rahasia, memiliki rasa
tanggung jawab, memiliki jiwa sosial dan rasa kebersamaan [29].
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kader asuhan mandiri belum
memanfaatkan kelompok masyarakat yang sudah ada seperti kelompok
wanita tani dan dasa wisma dalam upaya pembentukan kelompok asuhan
mandiri dan partisipasi kader dalam upaya mengembangkan kesehatan
tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur
kepada keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya belum optimal.
Berdasarkan permasalahan ini, maka peneliti tertarik ingin menganalisis
hubungan faktor demografi dan motivasi terhadap partisipasi kader asuhan
mandiri di Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur tahun 2020.
Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Dalam program ini indikator kinerja adalah Puskesmas yang membina
kelompok asuhan mandiri dan tidak ada cakupan jumlah kelompok asuhan
mandiri yang dibina dalam satu wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas
Kecamatan Cakung merupakan Puskesmas yang telah dilatih dan cukup
baik terpapar program pelayanan kesehatan tradisional, sehingga menurut
asumsi peneliti Puskesmas tersebut dapat memiliki jumlah kelompok
asuhan mandiri di tiap kelurahan. Dalam pedoman pengembangan
kesehatan tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan tahun 2016, terdapat batas kurun waktu pembentukan
kelompok asuhan mandiri yaitu dalam batas kurun waktu 3-6 bulan sejak
kader diberi orientasi. Program kader sukarelawan merupakan program
yang rentan dan tidak berkembang secara optimal, sehingga peneliti perlu
menggali partisipasi kader sebagai ujung tombak dalam program ini.
Universitas Indonesia
pengembangan kesehatan tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaan
TOGA dan akupresur.
seperti dasa wisma, wanita tani, arisan dan lain-lain untuk membentuk
kelompok asuhan mandiri, paling lambat 3-6 bulan sejak kader tersebut
dilatih oleh fasilitator Puskesmas Kecamatan Cakung. Pembentukan
kelompok dibuktikan dengan adanya SK Lurah tentang Pembentukan
Kelompok Asuhan Mandiri. Partisipasi lain yang dilakukan kader antara
lain adanya kegiatan membagikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
kepada keluarga dan komunitasnya, mampu menyediakan tanaman obat
tradisional dan peralatan akupresur jika diperlukan serta peralatan
mengolah TOGA yang dibutuhkan. Partisipasi yang dilakukan kader
dipengaruhi oleh faktor demografi dan motivasi.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Partisipasi
Partisipasi masyarakat adalah proses yang dilakukan individu dan keluarga
memikul tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri
dan bagi masyarakat, dan berkontribusi mengembangkan kapasitas untuk
pengembangan dirinya dan komunitas. Partisipasi dipandang sebagai
strategi utama dalam promosi kesehatan masyarakat dan berhubungan
dengan peningkatan dalam pemberian layanan, pemantauan dan
manajemen. Keterlibatan masyarakat, khususnya dengan kelompok yang
marginal adalah kunci kebijakan publik untuk mengurangi kesenjangan
kesehatan. Menurut Brown dan Zavestoki (2005), saat ini terjadi
pergeseran paradigma di mana masyarakat dipandang sebagai pusat.
Partisipasi masyarakat diakui sejak Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 yang
isi deklarasinya rakyat memiliki hak dan tugas untuk berpartisipasi secara
inividu dan kolektif dalam perencanaan dan implementasi perawatan
kesehatan diri mereka dan perawatan kesehatan primer bergantung pada
tingkat lokal dan rujukan, tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat,
bidan dan pekerja masyarakat sebagaimana berlaku serta penyehat
tradisional sesuai kebutuhan, dilatih secara sosial dan teknis agar bekerja
sebagai tim kesehatan dan dalam rangka menanggapi kebutuhan kesehatan
masyarakat [30].
Piagam Ottawa (WHO 1986) juga menyatakan partisipasi dan penguatan
prinsip komunitas masyarakat dan tingkat sentral dari tindakan untuk
promosi kesehatan. Konferensi Jakarta tentang Promosi Kesehatan abad
ke-21 (WHO 1997) juga menyoroti perlunya meningkatkan kapasitas
komunitas dan memberdayakan individu sebagai prioritas. Pemberdayaan
dan pelibatan masyarakat menimbulkan tantangan nyata bagi para praktisi.
Meskipun perawatan berfokus pada klien, namun budaya layanan
profesional enggan membiarkan komunitas atau pengguna memimpin.
Untuk meningkatkan keterlibatan berarti menjangkau secara sadar dan
18
Universitas Indonesia
19
Partisipasi itu harus bermanfaat. Jika diaktifkan, semua yang terlibat juga
akan menghargainya, dan hanya bisa mendapatkan dari itu. Menurut
Notoatmodjo, partisipasi masyarakat adalah ikutsertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan masyarakat tersebut.
Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh
anggota masyarakat dan memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri.
Di dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang akan memikirkan,
merencanakan dan mengevaluasi program-program kesehatan mereka.
Fasilitator Puskesmas hanya sekedar memotivasi dan membimbing.
Kontribusi
Health
Man power Program Status
Money (Derajat
Material Kesehatan kesehatan)
Mind/Ideas
Gambar 2.2
Kontribusi dan Partisipasi
1) kebutuhan masyarakat
Universitas Indonesia
Metode partisipasi masyarakat
2) bila partisipasi berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat
dipecahkan tetapi dapat menghimpun dana dan daya untuk
memecahkan masalah di bidang lain
a) motivasi
b) komunikasi
c) koperasi
d) mobilisasi
Menurut Attree dan French tahun 2007 dalam Naido (2010). Partisipasi
dapat dilakukan melalui cara [31]:
1) Partisipasi pasif.
Universitas Indonesia
2) Partisipasi informatif.
5) Partisipasi fungsional.
6) Partisipasi interaktif.
7) Mobilisasi diri.
Universitas Indonesia
2.2 Motivasi
2.2.1. Konsep Motivasi
Universitas Indonesia
d) Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan
hasil yang memuaskan.
a) Kebutuhan manusia.
b) Bentuk motif
c) Penyebab
Universitas Indonesia
berkelompok, berserikat atau bergabung kepada organisasi
tertentu di lingkungannya.
Teori ini banyak dijadikan rujukan oleh pakar pada disiplin ilmu
yang lain, terutama ilmu-ilmu sosial. Namun demikian bukan
berarti tanpa kelemahan, karena ada juga para ahli yang tidak
sependapat dengan teori hirarki kebutuhan ini, dan
mengemukakan teorinya sebagai kritik atas teori Maslow
tersebut.
29
Gambar 2.3
Teori Hirarki Kebutuhan
Universitas Indonesia
tidak menyukai bekerja, sehingga harus diarahkan atau bahkan
dipaksa untuk melakukan pekerjaannya. Sebaliknya di bawah teori Y,
para manajer beranggapan bahwa para pekerja memandang
pekerjaannya sebagai suatu hal yang alamiah seperti beristirahat, atau
bermain dan maka dari itu rata-rata orang yang dapat belajar untuk
menerima dan bahkan mencari tanggung jawab. Teori Y menyatakan
bahwa urutan kebutuhan yang lebih tinggi akan mendominasi para
individu. McGregor sendiri meyakini bahwa asumsi teori Y lebih
valid daripada Teori X. Maka dari itu dia mengusulkan gagasan
tersebut sebagai pengambil keputusan yang partisipasif,
bertanggungjawab dan pekerjaan yang lebih menantang, serta
keterkaitan kelompok yang baik dengan memaksimalkan motivasi
seorang pekerja.
Universitas Indonesia
ketidakpuasan kerja tidak demikian adanya, karena menurut Herzberg
terdapat kontinuum ganda, yakni : Lawan kepuasan adalah tidak ada
kepuasan, dan lawan ketidakpuasan adalah tidak ada ketidakpuasan.
Implikasinya, manajer harus berusaha menghilangkan faktor-faktor
yang menimbulkan ketidakpuasan, agar tercipta ketentraman kerja,
tetapi belum tentu merupakan motivasi. Dengan kata lain, hasil
sementara yang akan dicapai adalah menentramkan pegawai dan belum
tentu mereka termotivasi. Untuk meningkatkan motivasi, harus
dilakukan peningkatan sesuatu yang berhubungan langsung dengan
pekerjaan, misalnya peluang promosi, peluang pertumbuhan personal,
pengakuan, tanggungjawab, dan prestasi.
Teori dua faktor yang dikemukakan di atas sama dengan teori lainnya,
yakni memiliki kelebihan dan kelemahan. Kritik yang ditujukan kepada
teori ini antara lain :
Universitas Indonesia
untuk mencapai keberhasilan dalam penyelesaian tugas. Jadi,
dalam situasi-situasi sulit, orang yang keefektifan dirinya rendah
cenderung mengurangi intensitas kerjanya sehingga pencapaian
tujuan pun menjadi rendah.
6) Teori Penguatan
Para ahli psikologi telah melakukan penelitian tentang kategori motif yang
mendorong manusia untuk melakukan kegiatan dan mempengaruhi
tingkah lakunya. Hasil dari penelitian tersebut ditemukan beberapa jenis
motif, antara lain sebagai berikut:
1) Motif Dasar
Universitas Indonesia
c. Motif dasar untuk istirahat dan bergerak (rest and activity drives),
karena individu tidak dapat terus menerus melakukan aktivitas.
Kegiatan yang terus menerus tanpa henti akan mengakibatkan
kelelahan yang membutuhkan istirahat. Apabila kelelahan telah
hilang, diperlukan lagi aktivitas untuk bekerja dalam upaya
memenuhi kebutuhan lainnya, dan begitu seterusnya.
d. Motif dasar untuk berkembang biak (sex drive), motif ini erat
kaitannya dengan kehidupan hormon-hormon yang dalam
penyalurannya dibatasi oleh norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dari kebutuhan ini akan muncul pula motif untuk
saling mengasihi, mengasihi anak atau mengasihi lawan jenis.
Untuk menarik atau memuaskan lawan jenis membutuhkan juga
berhias atau bersolek. Selanjutnya berkembang kepada kebutuhan
lain untuk melengkapinya, misalnya kebutuhan akan benda-benda
perhiasan.
b) Motif Sosial, disebut juga jenis motif yang dapat dipelajari yang
bentuknya berbeda-beda bagi setiap kelompok masyarakat atau bangsa.
Motif sosial ini merupakan perkembangan dari motif dasar. Misalnya,
kebutuhan akan keamanan menimbulkan kebutuhan akan rumah yang
aman dan nyaman. Kebutuhan mengembangkan keturunan memerlukan
pakaian yang layak, hubungan antar sesama yang harmonis, mencari
napkah untuk memenuhi orang yang dikasihi, dan sebagainya. Maka
motif ini meliputi motif untuk :
Universitas Indonesia
pelayanan kesehatan, menentukan dan mengukur akses yang baik menuju
pelayanan kesehatan dan membantu dalam mengembangkan kebijakan
untuk menuju akses yang baik.
a. Faktor Predisposisi
Setiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam
menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi adalah ciri-
ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita
sakit, yaitu pengetahuan, sikap, dan kepercayaan terhadap kesehatan.
Faktor ini berkaitan dengan karakteristik individu yang mencakup:
1) Ciri demografi seperti : usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan
jumlah anggota keluarga. Variabel ini digunakan sebagai ukuran
mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda dan siklus hdup
dengan asumsi bahwa perbedaan derajat kesehatan, derajat
kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak
berhubungan dengan variable tersebut. Ciri demografi juga
mencerminkan atau berhubungan dengan karakteristik social
(perbedaan social dari jenis kelamin mempengaruhi tipe dan ciri
sosial)
a) Jenis kelamin
Meskipun pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan
yng kurang lebih sama untuk kedua jenis kelamin pada tahun-tahun
awal, ada perbedaan dalam kebutuhan pelayanan kesehatan antara
pria dan wanita dikemudian hari, pengeluaran yang dikeluarkan
39
Universitas Indonesia
juga dapat menyebabkan peningkatan efisiensi dalam pembelian
dan penggunaan pelayanan medis.
3) Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan
kesehatan, misalnya kepercayaan terhadap dokter, petugas
kesehatan, nilai terhadap penyakit, sikap dan kemampuan petugas
kesehatan, fasilitas kesehatan, pengetahuan tentang penyakit.
Referensi yang dimiliki pasien biasanya didapatkan melalui iklan,
orang sekitar dan dokter yang dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan yang diinginkan oleh pasien.
b. Faktor pemungkin
Merupakan kondisi yang memungkinkan orang sakit memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang mencakup status ekonomi keluarga, akses
terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan penanggung biaya
berobat/aspek logistic untuk mendapatkan perawatan yang meliputi:
a. Pribadi/keluarga (Family resources)
Adanya sumber pembiayaan dari diri sendiri maupun keluarga,
sarana dan tahu mengakses pelayanan kesehatan, cakupan asuransi
kesehatan, perjalanan, kualitas hubungan social. Karakteristik ini
untuk mengukur kesanggupan dari individu dan keluarga untuk
memperoleh pelayanan kesehatan mereka.
b. Sumber daya masyarakat (Community resouces)
SDM dalam konteks ini adalah penyedia pelayanan kesehatan dan
sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari
pelayanan kesehatan yang tersedia. SDM selanjutnya adalah suplay
ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber
kesehatan. SDM mencakup Tenaga kesehatan, fasilitas yang
tersedia serta kecepatan pelayanan.
c. Pendapatan
c. Faktor Kebutuhan
Teori pemanfaatan pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan
permintaan akan pelayanan kesehatan justru selama ini meningkat. Hal
ini dikarenakan masyarakat sudah benar-benar mengeluh sakit serta
mencari pengobatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
pelayanan kesehatan diantaranya adalah pengetahuan tentang
kesehatan, sikap terhadap kemampuan fasilitas kesehatan tersebut.
Karakteristik ini merupakan persepsi kebutuhan dari seseorang
terhadap penggunaan pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi dan
faktor pendukung dapat terwujud menjadi tindakan pencarian
pengobatan, apabila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan.
Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
menggunakan pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan
dapat dikategorikan menjadi:
1. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan
kesehatan yang dirasakan oleh keluarga.
2. Evaluated/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan
sakit didasarkan oleh penilaian petugas.
Beberapa perbedaan yang nyata pada para pekerja adalah umur, jenis
kelamin, ras, disabilitas dan lama kerja. Faktor ini paling mudah menilai
produktivitas, absensi, perputaran pekerja (turn over), penyimpangan,
kewargaan dan kepuasan kerja.
a. umur
Universitas Indonesia
akan meningkat. Selain itu, seiring bertambahnya usia orang,
perspektif waktu masa depan mereka menurun dan perasaan bahwa
waktu hampir habis menjadi lebih menonjol. Persepsi pekerja yang
akan pensiun dicirikan upaya membuat pengalaman menjadi lebih
positif. Pekerja yang lebih muda mungkin kurang peduli dengan
bagaimana hubungan kerja mereka berakhir, karena mereka mungkin
memiliki kesempatan untuk bekerja di organisasi lain, dibandingkan
pekerja yang lebih tua yang cenderung memiliki lebih sedikit pilihan
untuk pindah pekerjaan. Ada bukti bahwa orang tua menjadi lebih
baik dalam mengatur emosi. Pekerja yang lebih tua dan lebih
berpengalaman memiliki psikologis yang lebih stabil. Bertambahnya
usia, psikologis semakin stabil, lebih tahan terhadap perubahan
daripada pekerja yang lebih muda dan lebih tidak
berpengalaman. Perubahan situasi pekerjaan, seperti pelanggaran
kontrak, mungkin memiliki dampak yang lebih intens pada kaum
muda karena psikologis pekerja muda kurang stabil dibandingkan
pekerja yang lebih tua. Akhirnya, pekerja yang lebih tua mungkin
memiliki psikologis yang berbeda dari pekerja yang lebih
muda. Sebagai konsekuensi dari perubahan lingkungan dan pribadi,
psikologis akan berkembang dan berubah seiring waktu. Orang-orang
muda sering memasuki dunia kerja dengan harapan yang tinggi, tetapi
setelah waktu mereka menyesuaikan harapan mereka sesuai dengan
kenyataan. Pekerja yang lebih tua mungkin memiliki harapan yang
lebih realistis tentang apa yang akan diterima daripada pekerja yang
lebih muda [34].
b. jenis kelamin
c. lama kerja
Asuhan mandiri berasal dari bahasa Inggris yaitu self care artinya dapat
melakukan perawatan secara mandiri. Konsep self care diperkenalkan oleh
Dorothea Orem yang dikenal dengan teori defisit perawatan diri. Konsep
ini mengembangkan kemampuan masing-masing individu untuk
melakukan perawatan diri yang didefinisikan sebagai praktik kegiatan
Universitas Indonesia
yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu dalam rangka
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini terdiri
atas tiga teori yaitu (1) teori perawatan diri; (2) teori defisit perawatan diri;
(3) teori sistem keperawatan. Perawatan diri merupakan praktik kegiatan
yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu untuk menjaga kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Agen perawatan diri adalah individu yang
memiliki kemampuan melakukan perawatan secara mandiri dan
dipengaruhi oleh faktor pengkondisian dasar. Faktor pengkondisian dasar
adalah usia, jenis kelamin, keadaan perkembangan, keadaan kesehatan,
sosial budaya, sistem kesehatan, keluarga, pola hidup, lingkungan dan
kecukupan dan ketersediaan sumber daya.
6) komitmen
1) saling percaya
2) saling terbuka
5) saling belajar
1) forming
Universitas Indonesia
Kader memfasilitasi keluarga binaan dalam kelompok agar
keluarga binaan saling mengenal dengan cara menceritakan
pengalaman memanfaatkan TOGA atau memberikan
informasi tentang TOGA yang mereka punya di pekarangan
rumah masing-masing
2) storming
3) norming
4) performing
MEMUTUSKAN
KELOMPOK
MASYARAKAT YANG
BERSEDIA DIBENTUK
Gambar 2.1
Diagram Alur Pembentukan Kelompok Asuhan Mandiri
Universitas Indonesia
2.4.3. Pembinaan
Pembinaan dilakukan secara berjenjang mulai dari Pusat sampai ke tingkat
kelurahan bersama dengan mitra. Pelaksana pembina di tingkat Puskesmas
adalah pemegang program kesehatan tradisional, lintas program dan lintas
sektor terkait. Bentuk pembinaan di Puskesmas antara lain:
1) Motivasi
2) umur
Universitas Indonesia
usia kader yang kurang dari 40 tahun cenderung lebih aktif sebagai
kader Posyandu dalam meningkatkan partisipasi masyarakat [37].
Secara psikologi semakin dewasa usia seseorang dalam bekerja
semakin meningkat demikian juga kedewasaan dalam bekerja semakin
meningkat juga kedewasaan psikologisnya akan semakin matang.
3) jenis kelamin
4) status kawin
5) pendidikan
51
Kader yang ada saat ini memang direkrut secara sukarela dan
mendapatkan pelatihan sebelumnya. Pendidikan kader sebagian besar
adalah pendidikan dasar. Menurut Umi (2012), ada hubungan
pendidikan dengan peran kader Posyandu [40].
6) pekerjaan
8) pendapatan
9) lama tinggal
Universitas Indonesia
Faktor-faktor mempengaruhi partisipasi kader kesehatan dalam upaya
pengembangan kesehatan keluarga adalah motivasi, pendidikan, umur,
pekerjaan dan penghasilan dan lamanya tinggal. Kader yang lama
tinggal di daerah tempat tinggal akan lebih mengenal kondisi
masyarakat di sekitarnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian oleh
Debora (2014), bahwa lama tinggal mempengaruhi partisipasi dalam
memberikan pelayanan di Posyandu Lansia [32].
Motivasi (Maslow):
1) fisiologis
2) rasa aman
3) sosial
4) penghargaan
5) aktualisasi diri.
Universitas Indonesia
BAB 3
3.1.Kerangka Konsep
Partisipasi Kader
Variabel Motivasi Kader
a. Kebutuhan Dasar (basic need)
Universitas Indonesia
variabel yang dapat meningkatkan motivasi kerja kader asuhan mandiri
seperti beberapa konsep yang digunakan oleh peneliti tentang motivasi
yang mempengaruhi partisipasi. Untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas dan terarah akan alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka
konsep penelitian.
3.2.Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan deskripsi dari variable penelitian
sehingga bersifat spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur
(observable atau measurable). Definisi Operasional peneliatian ini adalah
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
7 Status Pernyataan kader men kues nomi 1.kawin
Perkawi tentang gisi ioner nal 2 belum kawin
nan sudah/belum kues 3 janda/duda
menikah ione
r
8 lama lamanya bekerja men kues Ordi 1 baru, jika < nilai
kerja menjadi kader gisi ioner nal median
terhitung mulai kuisi 2 lama > nilai
aktif atau dilantik oner median
menjadi kader
9 Pendap pendapatan men kues Ordi 1< Rp.4.276.349
atan keluarga kader gisi ioner nal 2> 4.276.349
dalam satu bulan kuisi
berdasarkan oner
UMR Provinsi
DKI Jakarta
tahun 2020
sebesar
Rp.4.276.349
10 Motivas Gambaran hirarki men kues ordin 1.motivasi tinggi,
kebutuhan gisi ioner al total score < nilai
i
manusia menurut kues median
tingkat kebutuhan ione
hidup (Maslow r 2.motivasi rendah,
dalam Robbins total score > nilai
2015) median
need)
3.3.Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah disusun, maka
hubungan variabel bebas dan terikat akan diuraikan dalam bentuk hipotesis
yang selanjutnya akan dibuktikan kemaknaannya melalui uji hipotesis.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ada hubungan antara faktor demografi dan motivasi terhadap partisipasi
kader asuhan mandiri di Puskesmas Kecamatan Cakung Tahun 2020.
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non eksperimen
dengan desain cross sectional di mana semua variabel independen maupun
dependen dikumpulkan pada satu waktu yang bersamaan. Penelitian ini
untuk menganalisis hubungan demografi dan motivasi kader terhadap
partisipasi kader asuhan mandiri di Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta
Timur Tahun 2020. Variabel independen pada penelitian ini adalah faktor
demografi dan motivasi kader, sedangkan variabel dependen adalah
partisipasi kader asuhan mandiri. Tahap pertama diawali pengukuran
faktor demografi dan motivasi selanjutnya dianalisa hubungannya dengan
partisipasi kader. Pengukuran variabel penelitian dilakukan pada seluruh
kader asuhan mandiri yang telah diberi orientasi di Puskesmas Kecamatan
Cakung Jakarta Timur melalui pengisian kuisioner.
4.3.1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan
diduga. Unit populasi disebut elemen populasi. Populasi dari penelitian ini
61
4.3.2.Sampel
Pengertian sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki
dan diukur. Sampel juga sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Kriteria inklusi adalah kader asuhan mandiri yang bersedia mengisi
kuesioner, sedang eksklusi adalah kader asuhan mandiri yang tidak
bersedia mengisi kuesioner.
4.3.3.Besar Sampel
Besar sampel kader asuhan mandiri yang akan diteliti menggunakan rumus
Slovin dengan tingkat kesalahan 5%, berikut rumus Slovin:
n sama dengan N
1+N( e )2
1+N( e )2
Dari hasil analisis nilai alpha dari masing-masing variabel pada kuesioner
didapatkan adalah sebagai berikut:
Dari hasil analisis semua variabel yang terdiri dari 53 pertanyaan semua
mempunyai nilai r hasil (corrected item total correlation) berada di atas
dari nilai r table (r=0,361), sehingga dapat disimpulkan dari 53 pertanyaan
tersebut adalah valid. Kemudian dilanjutkan pada uji reliabilitas dengan
mempunyai nilai r alpha lebih besar dibandingkan dengan nilai 0,6, maka
6 variabel di atas adalah reliabel [47].
Universitas Indonesia
1 Editing
adalah proses memeriksa kembali jawaban isian kuesioner sudah
lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
2 Coding
adalah proses mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan. Manfaat coding memudahkan analisis data dan
mempercepat pada saat entry data.
3 Processing,
Setelah semua kuisioner diisi penuh dan benar dan telah diberi kode,
maka kegiatan selanjutnya memproses data agar data yang sudah
dientry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan mengentry
data dari kuesioner ke program SPSS for Window.
4 Cleaning
Cleaning adalah kegiatan mengecek Kembali data yang sudah dientry
apakah ada kesalahan atau tidak. Cara mengcleaning data dengan
mengetahui missing data, mengetahui variasi data dan konsistensi
data.
4.6.1.2. Reliabilitas
Pengukuran reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian diukur secara
reliabilitasnya. Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara
dilakukan uji Cronbach Alpha. Ketentuannya nilai Cronbach Alpha
dengan nilai standar yaitu 0,6 dan nilai alfa ≥ Cronbach Alpha maka
pertanyaan tersebut reliabel.
4.7.1. Fungsi
Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian,
karena dengan analisis data dapat mempunyai makna yang dapat
bermanfaat untuk memecahkan masalah penelitian.
Universitas Indonesia
serta penilaian partisipasi kader dalam mengembangkan asuhan mandiri
melalui pemanfaatan TOGA dan akupresur.
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan pada bulan Juli 2020 di
Kecamatan Cakung Jakarta Timur yang terdiri dari dari 5 kelurahan. Jumlah
responden sebanyak 65 orang dari populasi kader asuhan mandiri sebanyak 77
orang.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Kelurahan Cakung Jakarta Timur
Pulo Gebang 6
Penggilingan 21
Jatinegara 14
Cakung Barat 13
Ujung 11
Menteng
Jumlah 65
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Karakteristik Demografi Kader
Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur Tahun 2020 (n = 65)
Karakteristik Demografi Frekuensi %
Umur
dewasa akhir< 45 tahun 27 41,5
lansia awal > 46 tahun 38 58,5
(Mean= 46,89; Median=48;SD=8,552)
Lamanya tinggal
≤30 tahun 38 58,5
>30 tahun 27 41,5
(Mean =30,72;Median=30;SD=30)
Pendidikan
1.Dasar (SD,SMP) 20 30,8
2.Menengah(SMU,Perguruan Tinggi) 45 69,2
SD=2(3,1%)
SMP=18(27,7%)
SMU=43(66,2%)
Perguruan Tinggi=2(3,1)
Pekerjaan
1.Bekerja (Karyawan swasta,wiraswasta) 6 9,2
2.Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) 59 90,8
Karyawan swasta=2 (3,1)
Wiraswasta=4 (6,2)
Ibu Rumah Tangga=59 (90,8)
Status Perkawinan
1.Kawin 61 93,8
2 Janda 4 6,2
Lama kerja
≤5 tahun 33 50,8
>5 tahun 32 49,2
(Mean=8,29;Median=5;SD=6,876)
Pendapatan
≤Rp.4.276.000 57 87,7
>Rp.4.276.000 8 12,3
(Mean=2,421jutaRp.;Median=500ribuRp;SD=1,92jutaRp)
Universitas Indonesia
ibu rumah tangga, berstatus kawin, lama kerja < 5 tahun dan memiliki
pendapatan di bawah upah minimum Provinsi DKI Jakarta tahun 2020.
Tabel 5.4
Deskripsi Nilai Partisipasi Kader Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur
Tahun 2020 ( n = 65)
Variabel Min-Maks Mean Median Standar Deviasi
Tenaga 10-32 21,51 22 4,77
Pikiran 2-8 4,8 5 1,81
Material 4-16 7,8 7 2,9
Dana 2-8 4,6 5 1,5
Total Partisipasi 19-64 38,89 39 9,37
Tabel 5.4 di atas menunjukan bahwa variabel partisipasi kader meliputi tenaga,
pikiran, material dan dana mempunyai sumber perbedaan nilai mean dan median
Universitas Indonesia
yang sangat kecil, sehingga diasumsikan data tersebut berdistribusi normal.
Selanjutnya nilai median hasil analisis dipergunakan untuk membuat kategori
partisipasi yang disajikan pada tabel 5.5
Tabel 5.5
Tabel 5.5 menunjukkan sebagian besar kader memiliki partisipasi rendah dalam hal
tenaga, pikiran, material dan dana. Separuh kader memiliki partisipasi rendah
seperti yang ditunjukan dalam diagram 5.2
Hasil pengolahan data primer motivasi kader asuhan mandiri yang bersifat
deskriptif dari penelitian berdasarkan pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 5.6
Distribusi Nilai Jawaban Kader Asuhan Mandiri Puskesmas Kecamatan
Cakung Terhadap Pertanyaan Motivasi berdasarkan Kebutuhan Dasar Tahun 2020
(n=65)
Pertanyaan Jawaban Responden
Kebutuhan Dasar SS S TS STS Total
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
Mendapatkan 28 43,1 31 47,7 5 7,7 1 1,5 65 100
bantuan
kebutuhan pokok
Mendapatkan 19 29,2 38 58,5 7 10,8 1 1,5 65 100
bantuan
kebutuhan hunian
Kebutuhan Rasa SS S TS STS Total
Aman
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
Mendapatkan rasa 16 24,6 44 67,7 5 7,7 0 0 65 100
aman dari
ancaman
Mendapatkan rasa 28 43,1 28 43,1 7 10,8 0 0 65 100
aman dari
penyakit
Mendapatkan rasa 14 21,5 40 61,5 8 12,3 3 4,6 65 100
aman dari rasa
cemas
Kebutuhan Rasa SS S TS STS Total
Sosial
Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
Ingin 28 43,1 32 49,2 1 1,5 4 6,2 65 100
bermasyarakat
Universitas Indonesia
Adanya dukungan 26 40 26 40 12 18,5 1 1,5 65 100
masyarakat
Universitas Indonesia
Tabel 5.7
Deskripsi Motivasi Kader Asman
Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur
Tahun 2020 (n = 65)
Variabel Min-Maks Mean Median Standar Deviasi
Kebutuhan Dasar (Basic Need) 2-7 3,52 4,0 1,13
Keamanan (Safety Need) 3-10 5,56 6,0 1,61
Rasa Sosial (Social Need) 8-22 16,87 17,0 2,54
Penghargaan (Esteem Need) 12-35 25,32 25,0 3,73
Aktualisasi Diri (Self Actualization) 19-50 36,03 35 5,93
Total Motivasi 52-113 87,32 88 11,46
Tabel 5.8
Deskripsi Motivasi Kader Asman
Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur
Tahun 2020 (n = 65)
Motivasi Frekuensi %
Kebutuhan Dasar (Basic Need)
1.Tinggi 58 89,2
2. Rendah 7 10,8
Keamanan (Safety Need)
1. Tinggi 54 83,1
2. Rendah 11 16,9
Rasa Sosial (Social Need)
1.Tinggi 41 63,1
2Rendah 24 36,9
Penghargaan (Esteem Need)
1.Tinggi 35 53,8
2.Rendah 30 46.2
77
Universitas Indonesia
disajikan mulai demografi dan motivasi kader dengan
partisipasinya.
Tabel 5.9
Distribusi Kader Menurut Hubungan Karakteristik Demografi Dengan Partisipasi
Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur
Tahun 2020
Karakteristik Demografi Partisipasi P- OR
Kader Value (95% Cl)
Rendah Tinggi %
n (%) n (%)
Umur :
dewasa akhir < 45 tahun 15(55,6%) 12(44,4%) 27 0,690 1,389 (0,516 – 3,741)
lansia awal >46 tahun 18(47,4%) 20(51,6%) 38
Lamanya tinggal
< 30 tahun 20(52,6%) 18(47,4%) 38 0,917 1,197 (0,446 – 3,213)
>30 tahun 13 (48,1%) 14 (51,9%) 27
Pendidikan
1.Dasar 7 (35%) 13(65%) 20 0,154 0,393(0,132 – 1,174)
2.Menengah 26 (57,8%) 19 (42,2%) 45
Pekerjaan
1.Bekerja 1 (16,7%) 5 (83,3%) 6 0,185 0,169 (0,019 – 1,534)
2.Tidak bekerja 32 (54,2%) 27 (45,8%) 59
Status Perkawinan
1.Kawin 32 (52,5%) 29 (47,5%) 61 0,584 3,310 (0,326 – 33,627)
2 Janda 1 (25%) 3 (75%) 4
Lama kerja
< 5 tahun 22 (66,7%) 11 (33,3%) 33 0,019 3,818 (1,366 – 10,669)
>5 tahun 11 (34,4%) 21 (65,6%) 32
Pendapatan
< Rp.4.276.000 29 (50,9%) 28 (49,1%) 57 0,963 1,036 (0,236 – 4,550)
>Rp.4.276.000 4 (50%) 4 (50%) 8
Dari hasil uji chi square didapatkan hubungan umur, lama menetap, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan dan pendapatan tidak memiliki hubungan bermakna
79
Dari hasil uji chi square didapatkan hubungan kebutuhan dasar dan rasa
aman tidak memiliki hubungan bermakna dengan partisipasi, sedangkan
hubungan kebutuhan rasa sosial, penghargaan dan aktualisasi memiliki
hubungan yang bermakna dengan partisipasi.
Universitas Indonesia
a. Langkah pertama uji multivariat adalah pemilihan kandidat dari seluruh
variabel independent yang analisis bivariat mempunyai nilai p kurang
dari 0,25 dan uji regresi logistic sederhana untuk mendapat variabel
yang akan masuk dalam uji regresi logistic ganda. Variabel yang dapat
dimasukkan ke dalam uji regresi logistic ganda adalah yang mempunyai
nilai p kurang dari 0,25.
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Hasil akhir analisis multivariat regresi logitsik antara masa kerja, kebutuhan
sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa sub variabel lama kerja p value
= 0,01 paling dominan terhadap partisipasi kader dan diikuti oleh penghargaan p
value = 0,005. Nilai OR lama kerja 4,371 mempunyai arti bahwa lama kerja kader
> 5 tahun mempunyai peluang berpartisipasi lebih tinggi dibanding dengan kader
yang lama kerja < 5 tahun. Partisipasi kader menjadi lebih baik jika lama kerja > 5
tahun. Begitupula dengan motivasi penghargaan nilai OR 0,197 mempunyai arti
bahwa kader yang diberi penghargaan dapat memberi partisipasi 0,1 kali.
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan hasil penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian.
Penulisan dibuat tiga bagian yaitu pertama menjelaskan tentang keterbatasan
penelitian, kedua membahas tentang hasil penelitian dari variabel demografi dan
motivasi kader dengan partisipasi upaya pengembangan kesehatan tradisional
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan Akupresur diintegrasikan dengan konsep
dan dari hasil peneliti lain. Ketiga adalah implikasi untuk keperawatan.
6.1.Keterbatasan Penelitian
6.1.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian jenis analitik kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional, dimana pengukuran partisipasi
merupakan variabel dependen dilakukan bersamaan dengan variabel
independen meliputi demografi dan motivasi dan observasi dokumen
kegiatan kelompok. Kelemahan rancangan ini hanya menunjukkan
gambaran kondisi subyek yang dilakukan pada saat pengamatan saja.
Dengan cross sectional hasil penelitian dapat menunjukkan keterkaitan
atau hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen.
2. Umur
Separuh kader berumur < 45 tahun 27 orang (41,5%) dan > 46
tahun 38 orang (58,5%), data tersebut menunjukkan bahwa di usia
lansia awal para kader masih memanfaatkan waktunya untuk
melakukan pekerjaan sukarela menjadi kader. Umur kader
dikategorikan berdasarkan kategori menurut Depkes (2009), maka
didapatkan gambaran bahwa dari 27 orang kader berumur < 45
tahun mempunyai partisipasi tinggi 12 (44,4%) dan partisipasi
Universitas Indonesia
rendah 15 (55,6%). Sedangkan dari 38 orang yang berumur > 46
tahun mempunyai partisipasi tinggi 20 (52,6%) dan partisipasi
rendah 18 (47,4%). Dari hasil uji chi square didapatkan p value
0,690 berarti tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan
partisipasi.
3. Lama menetap
Sebagian besar kader menetap <30 tahun 38 orang (58,5%) dan >
30 tahun 27 orang (41,5%). Distribusi hubungan antara lama
menetap kader dengan partisipasi didapatkan gambaran bahwa dari
38 orang kader dengan lama menetap < 30 tahun mempunyai
85
4. Status pendidikan
Status pendidikan kader SD 2 orang (3,1%), SMP 18 orang
(27,7%), SMU 43 orang (66,6%). Atau pendidikan dasar (SD dan
SMP) 20 orang (30,8%) dan pendidikan menengah (SMU dan
Peguruan Tinggi) 45 orang (69,2%).
Universitas Indonesia
pengetahuan cara merawat tanaman atau meracik tanaman obat dan
pengetahuan tentang manfaat akupresur.
5. Status Bekerja
6. Status perkawinan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukandar dkk
(2019), tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
tingkat aktifitas kader Posyandu dikarena semua kader telah
menikah [54]. Menurut pengamatan peneliti, kader yang telah
menikah memiliki tanggungjawab terhadap keluarga sedangkan
upaya pengembangan kesehatan tradisional asuhan mandiri
87
Universitas Indonesia
sama, mendapat dukungan dari pimpinan komunitas dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam mengobati [57].
Universitas Indonesia
Lurah dan TP-PKK Kelurahan dan memiliki rasa tanggung jawab
terhadap komunitas karena telah lama menetap dengan
komunitasnya. Kader yang memiliki lama kerja > 5 tahun mau
mengembangkan diri sebagai kader dibuktikan dengan adanya SK
Tugas sebagai kader dan SK Tugas sebagai kelompok wanita tani
serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai
dibuktikan dengan adanya dokumentasi pelatihan dan pembinaan
dari Puskesmas dan TP-PKK Kelurahan. Kader tersebut juga mau
memberikan sumbangan material seperti membagikan tanaman
obat kepada komunitasnya dibuktikan dengan adanya laporan
kelompok asuhan mandiri.
8. Status pendapatan
Sebagian besar kader memiliki pendapatan < UMR sebanyak 57
orang (Rp.4.276.000) sebesar 87,7% dan sisanya memiliki
pendapatan > UMP sebanyak 8 orang (12,3%). Distribusi
hubungan antara pendapatan kader dengan partisipasi didapatkan
gambaran bahwa dari 57 orang kader dengan pendapatan kurang
dari UMP (Rp.4.276.000) mempunyai partisipasi tinggi 28 (49,1%)
dan partisipasi rendah 29 (50,9%). Sedangkan dari 8 orang dengan
pendapatan di atas UMP mempunyai partisipasi tinggi 4 (50%) dan
partisipasi rendah 4 (50%). Dari hasil uji chi square didapatkan
nilai p value 0,963 berarti tidak ada hubungan yang bermakna
antara pendapatan dengan partisipasi
Universitas Indonesia
11 orang dengan kebutuhan rendah rasa aman mempunyai
partisipasi tinggi 6 (54,5%) dan partisipasi rendah 5 (45,5%). Dari
hasil uji chi square didapatkan nilai p value 0,955 berarti tidak ada
hubungan yang bermakna antara kebutuhan akan rasa aman dengan
partisipasi. Tidak ada hubungan antara kebutuhan rasa aman
dengan partisipasi karena Pemerintah DKI Jakarta telah
menyediakan fasilitas kesehatan yang bermutu dan dapat dijangkau
oleh masyarakat Kecamatan Cakung dan lingkungan cukup
kondusif.
c. Kebutuhan Sosial
d. Kebutuhan Penghargaan
Universitas Indonesia
dengan supervisi yang efektif dan dukungan, kader menjadi
anggota penting dari tim kesehatan [65].
Universitas Indonesia
di tempat kerja. Model keadilan organisasi terdiri atas tiga yaitu
keadilan distribusi, prosedural dan interaksi. Keadilan distribusi
yaitu memusatkan perhatian pada kewajaran hasil misalnya
pengakuan yang diterima pekerja. Keadilan prosedural yaitu
melibatkan pekerja dalam tugasnya secara adil. Keadilan interaksi
adalah keinginan diperlakukan dengan rasa hormat dan
bermartabat. Keadilan memiliki efek yang positif terhadap
fisiologis manusia seperti rasa nyaman pekerja saat tidur dan
kondisi kesehatan yang lebih baik saat diperlakukan adil.
e. Kebutuhan Aktualisasi
97
Universitas Indonesia
program kabupaten dan kecamatan sangat penting untuk program
kader yang dipimpin pemerintah yang efektif. Program nasional
tidak mungkin mencapai hasil yang diharapkan kecuali ada
kapasitas yang memadai untuk mendukung kader agar beroperasi
secara efektif pada antarmuka antara masyarakat dan sistem
kesehatan [72].
Universitas Indonesia
ketegasan tujuan, tantangan dan umpan balik pada kinerja. Tahun
1960-an, Edwin Locke mengusulkan bahwa niat untuk bekerja
mengarah pada tujuan adalah sumber utama dari motivasi kerja. Bukti
yang kuat menyarankan bahwa tujuan yang spesifik akan
meningkatkan kinerja; merupakan tujuan yang sulit, ketika diterima,
memghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang
digeneralisasikan “lakukan yang terbaik”. Orang-orang yang
melakukan dengan lebih baik ketika mereka memperoleh umpan balik
pada seberapa baik kemajuan mereka terhadap tujuan mereka karena
hal ini dapat membantu mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang
dilakukan dengan apa yang ingin dikerjakan. Umpan balik yang
dihasilkan diri sendiri dapat memonitor kemajuan mereka sendiri
adalah lebih kuat daripada umpan balik yang dihasilkan secara
eksternal. Orang yang menetapkan tujuan akan melakukan yang
terbaik ketika tujuan ditetapkan.
Universitas Indonesia
3) terintegrasi dan adanya dukungan sistem kesehatan seperti adanya
dukungan tenaga kesehatan yang melatih kader, fasilitas yang
dibutuhkan oleh kader dan remunerasi untuk kader.
Menurut Juran, ada tiga hal yang berkaitan dengan mutu yaitu perencanaan,
pengendalian dan peningkatan mutu. Dalam perencananaan ada tahap yang
dilalui yaitu menetapkan siapa pelanggan, kebutuhan pelanggan,
mengembangkan keistimewaan produk, mengembangkan proses dan
mengarahkan perencanaan. Dalam pengendalian mutu melakukan control
mutu, menyesuaikan dengan standar dan prosedur serta mengoreksi dan
memperbaiki dari berbagai masalah. Sedangkan untuk meningkatkan mutu
ada dua hal yang diperhatikan, fitness for use dan mengurangi tingkat
kesalahan. Keduanya menyangkut pelanggan internal dan eksternal.
Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran mengacu pada tujuan penelitian serta pembahasan dalam
bab 6, maka dapat dibuat kesimpulan dan saran sebagai berikut:
7.1 Kesimpulan
1) Semua responden kader asuhan mandiri adalah wanita, sebagian besar
berstatus ibu rumah tangga, menikah, sebagian besar berusia di atas 46
tahun, berpendidikan menengah, memiliki pendapatan di bawah upah
minimum pendapatan DKI Jakarta tahun 2020, telah menetap cukup lama
dan memiliki lama kerja kurang dari 5 tahun
4) Kader yang memiliki lama kerja lebih dari lima tahun mempunyai peluang
4,371 kali berpartisipasi dalam upaya pengembangan kesehatan tradisional
asuhan mandiri dibandingkan dengan kader yang mempunyai lama kerja
kurang dari lima tahun. Kader yang memiliki lama kerja > 5 tahun
memiliki partisipasi lebih tinggi karena memiliki pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan yang baik, ingin menjadi kader, memiliki
hubungan sosial yang baik, mau meluangkan waktunya, tenaga, memberi
sumbangan dan material, dapat bekerja sama dengan Puskesmas, Lurah
dan TP-PKK Kelurahan dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
105
7.2 Saran
1) Partisipasi kader dalam upaya pengembangan kesehatan tradisional
melalui asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur merupakan
program yang sangat rentan untuk tidak berkembang, sehingga
Kementerian Kesehatan perlu melakukan evaluasi terhadap program,
antara lain:
Universitas Indonesia
adanya manajemen dan pengawasan yang baik dan dukungan sistem
kesehatan
bibit tanaman obat tradisional yang memiliki nilai jual, pot, pupuk dan
pendidikan dan pelatihan budidaya tanaman.
8) Saran Teoritis
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[3] World Health Organization (WHO). Primary Health Care. Report of the
International Conference on Primary Health Care, Alma-Ata, USSR, 6-12
September 1978.
[6] Abimbola Olaniran, Helen Smith, Regine Unkels, Sarah Bar-Zeev &
Nynke van den Broek. Who is a community health worker? – a systematic
review of definitions, Global Health Action, 2017,
10:1, DOI: 10.1080/16549716.2017.1272223
[11] Laporan Nasional. Riset Kesehatan Dasar 2018. Lembaga Penerbit Badan
109
[12] Laporan Provinsi DKI Jakarta. Riset Kesehatan Dasar 2018. Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2019.
Kementerian Kesehatan RI.
[14] Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional.
[15] Brandon A. Knettel, Shay E. Slifko, Arpana G. Inman & Iveta Silova.
Training community health workers: an evaluation of effectiveness,
sustainable continuity, and cultural humility in an educational program in
rural Haiti, International Journal of Health Promotion and
Education, 55:4, 177-188, DOI: 10.1080/14635240.2017.1284014
[16] Liza Cragg, Maggie Davies and Wendy Macdowall, Health Promotion
Theory, Open University Press McGraw- Hill Education McGraw- Hill
House Shoppenhangers Road Maidenhead Berkshire England SL6 2QL,
First published 2013
Universitas Indonesia
population health of domestic gardens and green space along a rural-urban
gradient, Landscape and Urban Planning, Volume 157, 2017, Pages 343-
351, ISSN 0169-2046,https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2016.08.009.
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0169204616301621)
[22] Azwar Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga. Bina Rupa
Aksara. Jakarta. 1999
[24] Svea Closser, Kenneth Maes, Erick Gong, Neha Sharma, Yihenew
Tesfaye, Roza Abesha, Mikayla Hyman, Natalie Meyer, Jeffrey Carpenter.
Political connections and psychosocial wellbeing among Women's
Development Army leaders in rural amhara, Ethiopia: Towards a holistic
understanding of community health workers' socioeconomic status, Social
Science & Medicine, Volume 266, 2020,113373,ISSN 0277-9536,
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2020.113373.
[25] Indrani Saran, Laura Winn, Joseph Kipkoech Kirui, Diana Menya, Wendy
Prudhomme O'Meara (2020). The relative importance of material and non-
material incentives for community health workers: Evidence from a
discrete choice experiment in Western Kenya,Social Science &
Medicine,Volume 246,2020,112726,ISSN 0277-
9536,https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2019.112726
[26] Ade Iva Murty. Partisipasi Sukarela dan Diri Dialogis Studi
Fenomenologis Pada Kader Kesehatan Komunitas Di Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Fakultas Psikologi Program Studi Doktor Universitas
Indonesia, 2014.
[30] Naidoo, J., & Wills, J. Developing Practice For Public Health and Health
Promotion. Third Edition. Bailliere Tindal Elsevier. 2010
[33] Andersen RM. Revisiting the behavioral model and access to medical care:
does it matter? J Health Soc Behav. 1995;36(1):1–10. 1. Andersen RM.
Revisiting the behavioral model and access to medical care: does it matter?
J Health Soc Behav. 1995;36(1):1–10.
[34] P.Matthijs Bal, Annet H. De Lange, Paul G.W. Jansen, Mandy E.G.Vander
Velde. Psychological contract breach and job attitudes: A meta-
analysis of age as a moderator. Journal of Vocational Behavior. 2008.
[35] Suprapti, K., & Nashori, F.Hubungan Antara Kebutuhan Rasa Aman
Dengan Partisipasi Politik Pada Kader Partai. 2007
Universitas Indonesia
berhubungan dengan keaktifan kader Posyandu dalam menunjang
keberhasilan pencapaian tingkat partisipasi masyarakat. 2011.
[44] Syaefuddin, S., Danial, A., & Yuliani, L. Partisipasi PLS Melalui Kader
Pos Pelayanan (Posyandu)“Seruni” Dalam Penyuluhan Pembangunan
Kesehatan di Masyarakat RW 10 Kelurahan Kahuripan Kecamatan
Tawang Kota Tasikmalaya. Comm-Edu (Community Education
Journal), 2019, 2(2), 142-146.
[46] Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfa Beta Bandung. 2019.
[47] Hastono, Sutanto Priyo. Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Rajawali
Pers. PT RajaGrafindo Persada. Depok 2018.
113
[49] Trisnaniyanti, I., & Prabandari, Y. S. Persepsi dan Aktifitas Kader PSN
DBD terhadap Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat, 2010, 26(3), 132.
[50] Deira Jimenez Balam, Lucia Alcala, Dania Salgado. Maya children's
medicinal plant knowledge: Initiative and agency in their learning process.
Learning, Culture and Social InteractionVolume 22 September 2019
[51] Hanum Tri Hapsari, Vilda Ana Veria. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keaktifan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Slawi
Tahun 2015.
[56] Kusumawardani, Ade Sintya, and Pudji Muljono. "Hubungan Sikap dan
Motivasi Kerja dengan Kinerja Kader Posyandu (Kasus: Desa Coper dan
Desa Kutuwetam, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo)." Jurnal Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] 2.2 (2018): 223-
Universitas Indonesia
238.
[62] Suparman, R. (2018). Pengaruh Faktor Motivasi Peran Serta Kader dan
Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu di Kabupaten Kuningan. Jurnal
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal, 1(1). Retrieved
from https://ejournal.stikku.ac.id/index.php/stikku/article/view/16
[63] Kironde S, Klaasen S. What motivates lay volunteers in high burden but
resource-limited tuberculosis control programmes? Perceptions from the
Northern Cape province, South Africa. The International Journal of
Tuberculosis and Lung Disease. 2002 Feb 1;6(2):104-10.
115
[66] Patricia Duthie, Janet S Hahn, Evelyn Philippi & Celeste Sanchez. Keys to
Successful Community Health Worker Supervision, American Journal of
Health Education, 43:1, 62-
64,2012, DOI: 10.1080/19325037.2012.10599220
[67] Maritza Concha & Maria Elena Villar. Effective Pluralistic Participation:
Case Study of a Community Health Worker Partnership in Miami,
Florida, Journal of Community Practice, 21:1-2, 28-
42, 2013,DOI: 10.1080/10705422.2013.788329
[70] Rahayu Y, Stia Budi I, Yeni. Analisis Partisipasi Kader Jumantik Dalam
Upaya Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Indralaya. Jikm [Internet]. 2017nov.1 [Cited
2020dec.25];8(3):200-7. Available From:
Universitas Indonesia
Http://103.208.137.59/Index.Php/Jikm/Article/View/239
[73] Nonhlanhla Nxumalo, Jane Goudge & Liz Thomas. Outreach Services To
Improve Access To Health Care In South Africa: Lessons From Three
Community Health Worker Programmes, Global Health Action, 6:1, 2013,
Doi: 10.3402/Gha.V6i0.19283