Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI

PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) KOMUNITAS


DI DUSUN SANGGE BONGGA DESA AENG TOWA KECAMATAN
GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

26 AGUSTUS – 2 SEPTEMBER 2020

KELOMPOK X

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI

PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) KOMUNITAS


DI DUSUN SANGGE BONGGA DESA AENG TOWA KECAMATAN
GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

26 AGUSTUS – 2 SEPTEMBER 2020


KELOMPOK X

KELOMPOK X

Asrara Muffida Nim : 19193085

Mirnawati Nim : 19193067

Gufiono Nim : 17172053

Riswan Juliardi Nim : 19193068

Wahyudin Nim : 191193050

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

komunitas yang berjudul “ Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan (Askep) Komunitas

Di Dusun Sangge Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar” .

Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh pendidikan Profesi Ners STIKES Gunung Sari Makassar.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan

kegiatan praktek belajar lapangan ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari

banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan krritik dan

saran dari semua pihak.

Dalam usaha menyelesaikan penulisan laporan ini tentu telah melibatkan banyak

pihak secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan konstitusi yang

positif demi terwujudnya sebuah karya yang baik. Semoga semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan laporan ini mendapatkan sebaik-baik pahala dari Allah SWT.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, penulis berharap semoga laporan ini dapat

memberikan tambahan wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada

khususnya sehingga diharapkan dapat dijadikan pedoman dan dapat dijadikan referensi.

Takalar, 28 Agustus 2020

Penulis

Kelompok X
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan telah mengalami

pergeseran menuju Paradigma Sehat yang merupakan upaya kesehatan yang lebih

mengutamakan tindakan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif

dan rehabilitatif. Hal ini merupakan koreksi pada kebijakan pembangunan

kesehatan masa lalu sekaligus merupakan peluang dan tantangan bagi tenaga

keperawatan untuk lebih meningkatkan keilmuan dan profesionalisme di bidang

perawatan kesehatan masyarakat.

Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam

rangka mencapai misi Indonesia Sehat, yaitu mayoritas masyarakat diharapkan

dapat hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup sehat, memiliki

kemampuan dalam menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata

serta berada dalam derajat kesehatan yang optimal.

Keperawatan komunitas, sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan

utama yang ditujukan kepada masyarakat yang dilandasi pengetahuan teoritis

guna menyelesaikan masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar

komunitas.

Keperawatan merupakan salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan

di Indonesia, yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik sehat maupun sakit dan memiliki kontribusi yang nyata dalam

pembangunan kesehatan.
Perawat kesehatan masyarakat merupakan perpaduan antara praktek

keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat. Kegiatan praktek ini dilakukan

secara komprehensif dan tidak terbatas pada kelompok umur atau diagnosa

tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Keperawatan kesehatan

masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam bentuk pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan secara menyeluruh. Pendekatan yang digunakan dalam

keperawatan komunitas adalah pendekatan keluarga binaan (keluarga yang sehat,

sakit atau risiko tinggi), dan bekerja sama dengan kelompok kerja komunitas.

Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui

pendidikan kesehatan (promotif dan preventif), penggunaan teknologi tepat guna,

serta memanfaatkan kebijakan pemerintah yang terkait di bidang kesehatan.

Proses keperawatan komunitas dilakukan melalui lima tahap, yaitu : pengkajian,

analisa data, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Dalam rangka memenuhi tugas pelaksanaan praktek keperawatan komunitas

yang diadakan selama 1 minggu, diharapkan mahasiswa Profesi Ners Sekolah

Tinggi Ilmwatan Kesehatan Gunung Sari Makassar Angkatan X melaksanakan

Praktek klinik di Dusun Sangge Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan

komunitas yang diperoleh pada perkuliahan kepada masyarakat. Guna

meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan

komunitas, maka kegiatan diarahkan pada identifikasi masalah kesehatan

masyarakat melalui pengkajian, analisa data, prioritas masalah, perencanaan,

implementasi serta evaluasi keperawatan komunitas bersama masyarakat.


Selain itu, selama proses belajar klinik di komunitas, mahasiswa

mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk

bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan

komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan

mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas

yang telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan

Asuhan Keperawatan Komunitas di Dusun Sangge Bongga Desa Aeng Towa

Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di Dusun

Sangge Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar

b. Melakukan anilasa data hasil pengkajian pada masyarakat di Dusun Sangge

Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

c. Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada masyarakat di

Dusun Dusun Sangge Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong

Utara Kabupaten Takalar

d. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di Dusun Sagge

Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar


e. Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di Dusun

Sangge Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar

f. Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di Dusun

Sangge Bongga Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar

C. Waktu

Pelaksanaan Praktik Keperawatan Komunitas di Dusun Sangge Bongga

Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, di mulai pada

tanggal 26 Agustus 2020 – 02 Agustus 2020

D. Tempat Praktik

Praktik Keperawatan Komunitas di tempatkan Dusun Sangge Bongga Desa

Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus

dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga (Sumijatun et. al, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal

kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok

lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat

pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,

2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan

dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan

kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui

proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan

manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan

(Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan

yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam

rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta


masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/

kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan

tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan

perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat

untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam

menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007).

Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas

sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil

keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan

kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan

meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

B. Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu

manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).

Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,

keluarga dan masyarakat.

a. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari

aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu

sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup

kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan


fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju

kemandirian pasien/klien.

b. Keluarga Sebagai Klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara

terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan

maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat

secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman,

dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang

menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan

yaitu:

1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga

yang menyangkut kehidupan masyarakat.

2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

memperbaiki atau pun mengabaikan masalah kesehatan didalam

kelompoknya sendiri.

3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang

diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota

keluarga tersebut.

c. Masyarakat Sebagai Klien

Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh

adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas

yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan

komunitas didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi


dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada

kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat

faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan

lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan

fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu

daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.

Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya

sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan

dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat

kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai

bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,

keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan

proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian

integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial

dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan

masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

C. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

a. Upaya Promotif

Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat dengan jalan:


1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur

5) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif

Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap

individu, keluaga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,

maupun kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di

rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui

c. Upaya Kuratif

Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok yang

menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:

1) Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari puskesmas dan

Rumah Sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu bersalin dan

nifas

4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir


d. Upaya Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah maupun

terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama.

1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,

patah tulang, kelainan bawaan

2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, seperti

TBC, pelatihan nafas dan batuk, penderita struk melalui fisioterafi

e. Upaya Resosialitatif

Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus

kedalam pergaulan masyarakat.

D. Falsafah Keperawatan Komunitas

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi pedoman untuk

mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan

memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi.

Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral dari

upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima oleh semua

orang.

b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara

berkelanjutan.
d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayan¬an kesehatan,

menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan

dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.

e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan

berkesinambungan.

f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas kesehatannya. la

harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan

kesehatan mereka sendiri.

E. Filosofi Keperawatan Komunitas

Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai

berikut:

a. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang

b. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan

c. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu

meningkatkan kesehatannya

d. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi dirinya

e. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas yang

berbeda pada waktu yang berbeda

f. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada latar

belakang budaya, agama dan sosial klien

g. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda pada

waktu yang berbeda

h. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan rangsang

internal dan eksternal


i. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan

j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya

k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu yang

berbeda

l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien

bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan

kerangka teori dan pendekatan sistematik

m. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan

merubah kebutuhan kesehatan

F. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang

dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan

masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,

keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap

kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan

masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh

dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat


2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi

masalah keperawatan

3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan

asuhan keperawatan

4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat

5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan

asuhan keperawatan di rumah

6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi

yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di

Puskesmas

7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju

keadaan sehat optimal

c. Fungsi

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien

melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,

komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta

masyarakat
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan

pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses

penyembuhan (Mubarak, 2006).

G. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk

individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk

di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk

kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran

keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang

mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang

dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada

masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.

b. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan

mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan,

memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang

sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan

kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat

difokuskan pada keluarga rawan yaitu:Keluarga yang belum terjangkau


pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu

nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu,

penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit

endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu

(mental atau fisik) Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu

hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8

gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko

tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan

BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau

keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.

c. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien

1) Pembinaan kelompok khusus

2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.

H. Strategi Keperawatan Komunitas

Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu digunakan

strategi sebagai berikut:

a. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat dan

masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi

b. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan menggunakan

birokrasi

c. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada masyarakat atau

program yang dibuat oleh pemerintah untuk perubahan yang mendasar.


Sedangkan dalam melaksanakan program pelayanan keperawatan kesehatan

komunitas perlu juga diberi strategi:

d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola perawatan

kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas melalui kegiatan

penataran.

e. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector, melalui kegiatan

temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun puskesmas.

f. Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan melalui

pendidikan kesehatan pada keluarga, memberikan bimbingan teknis dalam

bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

g. Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.

h. Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat dipengaruhi

oleh 4 faktor:

1) lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga dimana

ia tumbuh dan berkembang. Factor ini mencakup lingkungan. Fisik, social

budaya, dan biologi.

2) Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam

masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.

3) Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik sebagai

upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan swadaya masyarakat

dan atau keluarga sendiri.

4) Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada keluarga
I. Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas

Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa

prinsip, yaitu:

a. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat

yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada

keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).

b. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat

berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral

(Riyadi, 2007).

c. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,

klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik

mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

d. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas

dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan

sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).

e. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau

melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).


J. Peran Perawat Komunitas

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat

diantaranya adalah:

a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah

keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan

tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir

dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku

seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang

optimal.Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan

interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di

dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.Proses pengajaran

mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian

seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan

untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi

pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan

selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik

dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh

masyarakat.

d. Sebagai pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat

komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui

pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah

pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa

yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi

hak-hak klien (Mubarak, 2005). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah

bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan

informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal

lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah

mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien

yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas

kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai

kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban

tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.


f. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara

bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli

radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses

penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses

pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.

Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan

dilaksanakan (Mubarak, 2005).

g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani

perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini dapat

diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-

masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap

status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan

pengumpulan data.

i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,

merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien

menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).


j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif

merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau

pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang

mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk

berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,

mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan

mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses

perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider

And Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada

masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.

K. Kondisi Kesehatan

Menurut WHO (1947), sehat  dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang

sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit

atau kelemahan. Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut

yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):

1) Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2) Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3)  Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Desa sehat adalah suatu upaya untuk menyehatkan kondisi pedesaan

yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni warganya dengan
mengoptimalkan potensi masyarakat , melalui pemberdayaan kelompok kerja

masyarakat , difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan

wilayah.

Kebijakan Dan Instrumen Fasilitasi Koordinasi Pedoman Pembangunan

Perdesaan Sehat (PeraturanMenteri PDT No 1tahun 2013) adalah Kebijakan

Serta Instrumen Fasilitasi Koordinasi Pelaksanaan Percepatan Pembangunan

Kesehatan Nasional di Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik

melalui pendekatan Pembangunan Berwawasan Kesehatan Berbasis Perdesaan.

Dengan

L. Penyakit yang Sering Muncul di Komunitas

1) Alergi Kulit (radang kulit)

Penyebab dari alargi kulit adalah : kosmetik, detergen, sabun mandi,

perhiasan imitasi, kain yang kasar, pakaian pelembab dan makanan tertentu dan

gejalanya yaitu : kulit timbul bercak-bercak merah dan terasa gatal.

2) Amandel

Pembengkakan pada kelenjar limfe yang berada di dinding belakang

tenggorokan, gejalanya meliputi : sakit pada daerah tenggorokan pada waktu

menelan makanan, demam, menggigil, bengkak, dan timbul bengkak dan

bercak merah pada kedua belah sisi di belakang tenggorokan

3) Anemia

Gejala dari penyakit anaemia yaitu : kulit, bibir, lidah, kuku dan kelopak

dalam mata pucat, mudah lelah, lesu, pusing, mudah pingsan, sesak nafas

terutama setelah berolahraga dan denyut jantung cepat dan penyebabnya adalah
kurang zat besi dan vitamin B12, kehilangan darah sewaktu melahirkan dan

faktor keturunan.

4) Asam Urat

Merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan

berulang dari arkritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal

monosodium urat yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat tingginya kadar

asam urat didalam darah (hiperurikemia)

Gejala : nyeri sendi secara mendadak, biasanya di malam hari kemerahan,

bengkok pada sendi yang terkena asam urat

Penyebab : kadar asam urat dalam darah yang meningkat menyebabkan

penumpukan kristal asam urat didalam sendi 

5) Asma

Merupakan gangguan kesehatan yang muncul akibat terjadinya penyempitan

saluran nafas karena hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu yang

menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara. Gejala : mengi

(bunyi saat nafas), pilek/bersin-bersin, batuk disertai rasa gatal di tenggorokan,

sesak nafas, berkeringat dan denyut nadi meningkat. Penyebab: radang di

tenggorokan akibat debu, bahan makanan yang menimbulkan iritasi seperti

pedas, asam, manis, asin, dingin, bergetah dan panas, udara kotor, bulu dan

kotoran dari hewan peliharaan (kucing, anjing, unggas, dll.) 

6) Batuk

Reaksi otomatis tubuh dalam melindungi paru-paru akibat adanya benda asing

selain udara yang masuk. Gejala : tenggorokan sakit terasa gatal. Adanya dahak

di saluran pernafasan. Penyebab : penyempitan saluran pernafasan, produksi


dahak yang berlebihan disaluran tenggorokan karena infeksi atau masuknya

benda asing seperti debu, asap atau cairan makanan secara tidak sengaja.

7) Diare

Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar

lebih dari 3 kali sehari. Gejala  :  frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali

sehari, kotoran encer dan banyak air, sakit atau kejang perut disertai demam

Penyebab : alergi pada makanan, keracunan makanan atau minuman, infeksi

pada usus, rasa cemas atau stress berlebihan.

8) Maag/Asam Lambung Tinggi/ Perut Sering Kembung

Dispensia (maag) adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut

bagian atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan

penuh atau rasa sakit atau rasa terbakar di perut.Gejala : rasa mual, melilit,

keluar cairan asam, berat badan menurun. Penyebab : merokok, minum alkohol,

stress, sering menunda makan pada saat jam makan, kurang makan sayur dan

buah serta kurang minum air putih.


BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Data Demografi

Pendataan ini dilakukan di Dusun Sangge Bongga selama 7 hari dari tanggal

26 Agustus s/d 02 September 2020 yang dilakukan oleh mahasiswa program

Profesi Ners Stikes Guung Sari Makassar sebanyak 5 orang. Dusun Sangge Bongga

termasuk dalam wilayah Desa Aeng Towa Kecamatan Galesong Utara Kabupaten

Takalar yang terdiri dari 4 dusun, yaitu : dusun Sangge Bangga, dusun kampung

Tangnga, dusun Aeng towa, dusun Pa’batangan dan Dusun Kampung Tangga

terdiri dari 150 kk, dan pada saat pendataan pendataan kelompok mendata 50 KK

dengan jumlah  jiwa 156 yang terdiri dari :

No Umur Frequency Percent

1 0-5 Tahun (Balita) 15 9.7%


2 5 – 11 Tahun (Anak – Anak) 14 9%
3 12 – 16 Tahun (Remaja Awal) 9 5.7%
4 17 – 25 Tahun (Remaja Akhir) 29 18.6%
5 26 -35 Tahun (Dewasa Awal) 25 16%
6 36 – 45 Tahun (Dewasa Akhir) 27 17.3%
7 46 -55 Tahun (Lansia Awal) 9 5.7%
8 56 – 65 Tahun (Lansia Akhir) 16 10.3%
7 > 65 Tahun (Manula) 12 7.7%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2010

B. Persiapan Dan Pelaksanaan

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal,

maka melalui  Praktek Keperawatan Komunitas  Mahasiswa Program Profesi

Ners Stikes Gunung Sari Makassar di dusun Sagge Bangga yang didalamnya

dilakukan pendekatan keperawatan komunitas yang didalamnya dilakukan


pendekatan keperawatan keluarga sebagai dasar dalam pemberian pelayanan

kesehatan utama pada masyarakat.

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan Dusun Sagge

Bangga di desa Aeng Toa terdiri dari beberapa tahap kegiatan meliputi survey

wilayah binaan, pengkajian awal (pengumpulan dan pengolahan data), dan

penyukuhan yang melibakan kepala dusun, kepala desa, dan beberapa masyarakat.

Kegiatan keperawatan komunitas yang akan dilaporkan adalah tahap persiapan dan

pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan kemasyarakatan dan persiapan tekhnis

sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari  pengkajian, perencanaan, implementasi,

evaluasi.

1. Persiapan

a. Persiapan Kemasyarakatan

Pada tahap awal, kelompok mahasiswa melakukan pertemuan dengan

kepala Desa Kampung Tangnga, serta identifikasi beberapa tokoh

masyarakat di dusun Kampung Tangnga yang dilaksanakan pada tanggal

Agustus 2020. Setelah mengidentifikasi tokoh masyarakat, pada tanggal 02

September 2020 kelompok mahasiswa melakukan pendekatan dan membina

hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan

tentang tujuan dan melakukan pendataan Praktek Keperawatan Komunitas

Mahasiswa  Program Profesi Ners Stikes Gunung Sari Makassar di Dusun

Sangge Bangga Desa Aeng Toa, Kec. Galesong utara Kab, Takalar.

b. Persiapan Teknis

Persiapan tehnis yang dilakukan kelompok mahasiswa meliputi

mengorganisir anggota kelompok dalam melakukan pendataan dan


pembagian tugas, mempersiapkan format pengkajian, serta mengidentifikasi

Lingkungan dusun Sangge Bongga Desa Aeng Toa Kec. Galesong Utara

Kab. Takalar.

2. Pelaksanaan

Tahap perlaksanaan terdiri atas pengkajian, perencanaan, implementasi, &

evaluasi.

a. Pengkajian

1) Pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yang dilakukan meliputi :

a) Melakukan pengumpulan data dengan cara mengunjungi masing-

masing rumah penduduk, wawancara langsung kepada pihak

keluarga, pemeriksaan fisik bagi anggota keluarga yang sedang sakit,

serta observasi kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan

pengumpulan data ini dilakukan tanggal 26 Agustus 2020 (pagi -

sore).

b) Melakukan tabulasi data dari hasil pengumpulan data yang telah

dilakukan, yaitu tanggal 29 Agustus 2020.

2) Hasil Tabulasi Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka data tersebut akan ditabulasi

dalam bentuk tabel.

Adapun hasil tabulasi disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


I. Data Demografi

Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Dusun Sangge Bongga 2020

No Umur Frequency Percent

1 0-5 Tahun (Balita) 15 9.7%


2 5 – 11 Tahun (Anak – Anak) 14 9%
3 12 – 16 Tahun (Remaja Awal) 9 5.7%
4 17 – 25 Tahun (Remaja Akhir) 29 18.6%
5 26 -35 Tahun (Dewasa Awal) 25 16%
6 36 – 45 Tahun (Dewasa Akhir) 27 17.3%
7 46 -55 Tahun (Lansia Awal) 9 5.7%
8 56 – 65 Tahun (Lansia Akhir) 16 10.3%
7 > 65 Tahun (Manula) 12 7.7%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2010

Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa kelompok usia terbanyak adalah


kelompok usia 17-25 tahun (Remaja akhir) yaitu 29 orang (18.6%).

Tabel 2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jenis kelamin Frequency Percent


1 Laki-laki 78 50%
2 Perempuan 78 50%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 2 di atas, penduduk perempuan dan laki –laki


sebanyak 78 orang (50%)

Tabel 3
Distribusi KK Berdasarkan Agama
Dusun Sangge Bongga 2020

No Agama Frequency Percent


1 Islam 152 97.5%
2 Kristen 4 2.5%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa dari 50 kk penduduk di wilayah
Dusun Sangge Bongga yang didata yang beragama islam yaitu 152
orang (97.5%) dan yang beragama Kristen 4 orang (2.5%)

Tabel 4
Distribusi KK Berdasarkan Pendidikan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Tingkat Pendididikan Frequency Percent


1 Tidak Sekolah 30 20%
2 TK 0 0%
3 SD 72 46.1%
4 SLTP 35 22.4%
5 SMA 14 9%
6 AK/PT 4 2.5%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan dari 156 orang yang di


data dari 50 KK tingkat pendidikan terbanyak adalah SD yaitu sebanyak
72 orang (46.1%) , sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan
TK menempati jumlah yang terkecil yaitu 0 orang (0%).

Tabel 5
Distribusi KK Berdasarkan pekerjaan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Pekerjaan Frequency Percent


1 PNS 0 0%
2 Petani 14 9%
3 IRT 41 26.2%
4 Swasta 4 2.6%
5 Tidak bekerja 27 17.4%
6 Nelayan 4 2.6%
7 BHL (Buruh Harian Lepas) 11 7.0%
8 Pelajar 37 23.8%
9 Wiraswasta 16 10.2%
10 TNI 1 0.6%
11 Bidan 1 0.6%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29Agustus 2020

Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan bahwa dari 156 orang dari 50


KK yang didata sebagian besar penduduk di Dusun Sangge Bongga adalah
tidak bekerja. Hal ini sangat mempengaruhi sumber pendapatan para
penduduk.

Tabel 6
Distribusi KK Berdasarkan Keadaan Fisik
Dusun Sangge Bongga 2020

No Keadaan Sakit Frequency Percent


1 Sehat 150 96.1%
2 Sakit 6 3.9%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa dari 156 orang dari


50 KK yang didata, 150 orang (96.1%) penduduk Dusun Sangge Bongga
sehat dan sebanyak 6 orang (3.9%) sakit.

Tabel 7
Distribusi KK Berdasarkan Data Ekonomi
Dusun Sagge Bongga 2020
No Data Ekonomi Frequenc Percent
y
1 Penghasilan <1.ooo.ooo 25 50%
2 Penghasilan <1.ooo.ooo – 3.000.000 20 40%
3 Penghasilan >3.000.000 5 10%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK yang


didata,sebanyak 25orang (50.0%) rata –rata penghasilan penduduk di Dusun
Sangge Bongga yaitu <1.ooo.ooo.

II. Lingkungan Fisik


A. Perumahaan
Tabel 8
Distribusi KK Berdasarkan Status kepemilikan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Status kepemilikan Frequency Percent


1 Sewa 1 2%
2 Numpang 7 14%
3 Milik sendiri 42 84%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK


yang didata, sebagian besar penduduk Dusun Sangge Bongga memiliki
rumah sendiri sebanyak 42 orang (84%) sedangkan yang numpang dan
tinggal serumah dengan KK yang lain sebanyak 14 orang (14%) dan yang
menyewa 1 orang (2%)

Tabel 9
Distribusi KK Berdasarkan Tipe Rumah
Dusun Sangge Bongga 2020
No Tipe Rumah Frequency Percent
1 Permanen 28 56%
2 Semi permanen 22 44%
3 Tidak permanen 0 0%
Jumlah 50 100 %
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 9 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK yang


didata sebagian besar Kepala Keluarga di Dusun Sangge Bongga memiliki
Rumah permanen sebanyak 28 (56%) KK dan semi pemanen 22 (44%) KK
dan tidak permanen 0 (0%) KK.

Tabel 10
Distribusi KK Berdasarkan Lantai
Dusun Sangge Bongga 2020

No Lantai Frequency Percent


1 Tanah 0 0%
2 Papan 19 38%
3 Tegel 18 36%
4 Semen 13 26%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 10 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK 19 (38%)


yang memiliki lantai papan.

Tabel 11
Distribusi KK Berdasarkan Jendela Setiap Kamar
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jendela Setiap Frequency Percent


Rumah
1 Ya 49 98%
2 Tidak 1 2%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 11 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa rumah yang memiliki jendela setiap rumah sebanyak 49 (98%) dan
rumah yang tidak memiliki jendela setiap rumah sebanyak 1 (2%). Hal ini
menunjukkan bahwa banyak rumah penduduk di Dusun Sangge Bongga
yang memenuhi syarat rumah sehat.

Tabel 12
Distribusi KK Berdasarkan Jendela Setiap Rumah
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jendela Setiap Frequency Percent


Kamar
1 Ya 43 86%
2 Tidak 7 14%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 12 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


rumah yang memiliki jendela setiap rumah sebanyak 43 (86%) dan rumah
yang tidak memiliki jendela setiap rumah sebanyak 7 (14%). Hal ini
menunjukkan bahwa banyak rumah penduduk di Dusung Sangge Bongga
yang memenuhi syarat rumah sehat.

Tabel 13
Distribusi KK Berdasarkan di Buka Setiap Hari
Dusun Sangge Bongga 2020

No Apakah di buka setiap hari Frequency Percent


1 Ya 19 38%
2 Tidak 31 62%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 13 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa rumah yang memiliki jendela setiap hari di buka sebanyak 19 (38%)
dan jendela rumah yang tidak di buka setiap hari sebanyak 31 (62%)

Tabel 14
Distribusi KK Berdasarkan Pencahayaan Dalam Rumah
Dusun Sangge Bongga 2020

No Pencahayaan Dalam Rumah Frequency Percent


1 Terang 26 52%
2 Remang-remang 22 44%
3 Gelap 2 4%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 14 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa rumah yang memiliki pencahayaan terang dalam rumah sebanyak 26
(52%), pencahayaan remang-remang dalam rumah sebanyak 22 (44%) dan
pencahayan gelap dalam rumah sebanyak 2 (4%).

Tabel 15
Distribusi KK Berdasarkan Jarak Rumah Dengan Tetangga
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jarak Rumah Dengan Frequency Percent


Tetangga
1 Bersatu 2 4%
2 Dekat 46 92%
3 Terpisah 2 4%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 15 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa jarak rumah bersatu dengan tetangga sebanyak 2 (4%), jarak rumah
dekat dengan tetangga sebanyak 46 (92%) dan jarak rumah terpisah dengan
tetangga sebanyak 2 (4%). Hal ini menunjukkan bahwa rumah penduduk di
Dusun Sangge Bongga cukup padat.

Tabel 16
Distribusi KK Berdasarkan Halaman Di Sekitar Rumah
Dusun Sangge Bongga 2020

No Halaman Di Sekitar Rumah Frequency Percent


1 Ada 19 38%
2 Tidak 31 62%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 16 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa ada halaman di sekitar rumah sebanyak 19 (38%), tidak ada halaman
di sekitar rumah sebanyak 31 (62%).

Tabel 17
Distribusi KK Berdasarkan Lokasi Halaman Rumah
Dusun Sangge Bongga 2020

No Lokasi Halaman Frequency Percent


1 Di Depan 17 89.5%
2 Di Samping 2 10.5%
3 Di Belakang 0 0%
Jumlah 19 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 17 diatas menunjukkan dari 50 KK yang di data dan


memiliki halaman rumah sebanyak 19 rumah, sebanyak 17 (89.5%)
halaman rumah berada di depan, sebanyak 1 (10.5%) halaman rumah
berada di samping dan sebanyak 0 (0%) halaman rumah berada di belakang.

Tabel 18
Distribusi KK Berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan
Dusun Sangge Bongga 2020
No Pemanfaatan Frequency Percent
Pekarangan
1 Kebun 15 79%
2 Kolam 2 10.5%
3 Kandang 2 10.5%
Jumlah 19 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 18 diatas menunjukkan dari 50 KK yang di data dan


memiliki halaman rumah sebanyak 19 rumah, sebanyak 15 (79%) halaman
rumah dimanfaatkan sebagai kebun, 2 (22.7%) dimanfaatkan sebagai kolam
dan kandang.

B. Sumber Air
Tabel 19
Distribusi KK Berdasarkan Sumber Air Minum
Dusun Sangge Bongga 2020
No Sumber Air Minum Frequency Percent
1 PAM 23 46%
2 Sumur 12 24%
3 Air Mineral 15 30%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 19 diatas menunjukkan dari 50 KK yang


didata sebagian besar sumber air minum penduduk Sangge Bongga berasal
dari PAM sebanyak 23 (46%) dan sumur bor sebanyak 12 (24%)
sedangkan air mineral 15 sebanyak 15 (30%)

Tabel 20
Distribusi KK Berdasarkan Cara Mengolah Air Minum
Dusun Sangge Bongga 2020

No Cara Mengolah Air Minum Frequency Percent


1 Dimasak 29 82.9%
2 Tidak Dimasak 6 17.1%
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 20 diatas menunjukkan dari 50 KK yang
didata sebagian besar cara mengolah air minum penduduk di Dusun
Sangge Bongga dengan cara di masak 29 (82.9%) dan cara tidak dimasak
sebanyak 6 (17.1%).

Tabel 21
Distribusi KK Berdasarkan Sumber Air Mandi/Mencuci
Dusun Sangge Bongga 2020

No Sumber Air Mandi/Mencuci Frequency Percent


1 PAM 30 60%
2 Sumur 20 40%
3 Sungai 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 21 diatas menunjukkan dari 50 KK yang


didata sebagian besar sumber air mandi / mencuci di Dusun Sangge
Bongga berasal dari air PAM 30 (60%).

Tabel 22
Distribusi KK Berdasarkan Jarak Sumber Air Dengan Septik Tank
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jarak Sumber Air Dengan Frequency Percent


Septik Tank
1 < 10 m 47 94%
2 >10 m 3 6%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 19 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa jarak sumber air dengan septik tank penduduk di Dusun Sangge
Bongga sebanyak 47 (94%) dari jarak <10 m dan sebanyak 3 (6%) dari
jarak >10 m.

Tabel 23
Distribusi KK Berdasarkan Tempat Penampungan Air Sementara
Dusun Sangge Bongga 2020

No Tempat Penampungan Air Frequency Percent


Sementara
1 Bak 2 4%
2 Gentong 2 4%
3 Ember 44 88%
4 Kolam 2 4%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 23 diatas menunjukkan dari 50 KK yang didata


bahwa tempat penampungan air sementara penduduk Dusun Sangge
Bongga sebagian besar di ember yaitu sebanyak 44 (88%), selebihnya
bak, gentong dan kolam yaitu 2 (4%)
Tabel 24
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan Air
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kondisi Tempat Penampungan Frequency Percent


Air
1 Terbuka 9 18%
2 Tertutup 41 82%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 24 di atas menunjukkan bahwa dari 50 KK


yang didata sebanyak 9 (1%8) penduduk Dusun Sangge Bongga menutup
tempat penampungan airnya dan sebanyak 41 (82%) penduduk tidak
menutup tempat penampungan airnya

Tabel 25
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Air Dalam Penampungan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kondisi Air Dalam Frequency Percent


Penampungan
1 Berwarna 5 10%
2 Berbau 0 0%
3 Berasa 0 0%
4 Tidak Berasa/berwarna 45 60%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 25 di atas menunjukkan bahwa dari 50 KK yang
didata sebagian besar kondisi air di dalam penampungan tidak berasa dan
tidak berwarna yaitu sebnyak 45 (60%).

Tabel 26
Distribusi KK Berdasarkan Ada Jentik Dalam Penampungan Air
Dusun Sangge Bongga 2020
No Ada Jentik Dalam Frequency Percent
Penampungan Air
1 Ya 9 18%
2 Tidak 41 82%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 26 diatas bahwa dari 50 KK yang didata,


menunjukkan bahwa penampungan air penduduk Dusun Sangge Bongga
yang tidak memiliki jentik sebanyak 41 (18%) dan yang memiliki jentik
dalam penampungan air sebanyak 9 (18%).

C. Pembuangan Sampah

Tabel 27
Distribusi KK Berdasarkan Tempat Pembuangan Sampah
Dusun Sagge Bongga 2020

No Tempat Pembuangan Sampah Frequency Percent


1 Sungai 2 4%
2 Ditimbun 3 6%
3 Dibakar 45 90%
4 Sembarangan Tempat 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 27 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar tempat pembuangan sampah penduduk di Dusun Sangge
Bongga yang membuang sampah dengan cara di bakar sebanyak 45 (90%)

Tabel 28
Distribusi KK Berdasarkan Penampungan Sampah Sementara
Dusun Sangge Bongga 2020

No Penampungan Sampah Sementara Frequency Percent


1 Ada 30 60%
2 Tidak Ada/berserakan 20 40%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 28 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar penduduk Dusun Sangge Bongga yang memiliki tempat
penampung sampah sementara sebanyak 30 (60%) dan yang tidak
memiliki penampung sampah sementara sebanyak 20 (40%).

Tabel 29
Distribusi KK Berdasarkan Keadaan Penampungan Sampah
Dusun Sangge Bongga 2020

No Keadaan Penampungan Frequency Percent


Sampah
1 Terbuka 14 46.7%
2 Tertutup 16 53.3%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 29 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar keadaan penampung sampah di Dusun Sangge Bongga
dimana penampungan sampah terbuka sebanyak 14 (46.7%) dan
penampungan sampah tertutup sebanyak 16 (53.3%)

Tabel 30
Distribusi KK Berdasarkan Jarak Tempat Sampah
Dengan Rumah Dusun Sangge Bongga 2020

No Jarak Tempat Sampah Frequency Percent


Dengan Rumah
1 Dekat (< 5 m) 33 66%
2 Jauh (> 5 m) 17 34%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 30 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar jarak tempat sampah dengan rumah penduduk di Dusun
Sangge Bongga dimana jarak jauh (>5 m) tempat sampah dengan rumah
sebanyak 17 (34%) dan jarak dekat (<5m) sebanyak 33 (64%).

D. Pembuangan Limbah

Tabel 31
Distribusi KK Berdasarkan Tempat BAB/BAK
Dusun Sangge Bongga 2020

No Tempat BAB/BAK Frequency Percent


1 Jamban/WC 50 100%
2 Sungai 0 0%
3 Sembarangan 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 31 diatas bahwa 50 KK yang didata tempat


BAB/BAK penduduk di Dusun Sangge Bongga yang memiliki tempat
BAB/BAK dengan WC sebanyak 50 (100%)

Tabel 32
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Jamban
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jenis Jamban Frequency Percent


1 Cemplung 0 0%
2 Plengsengan 1 2%
3 Leher Angsa 49 98%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 32 diatas bahwa 50 KK yang didata sebagian


besar jenis jamban penduduk Dusun Sangge Bongga yang memiliki
jamban leher angsa 49 (98%%) dan jamban plengsengan sebanyak 1 (2%)
.
Tabel 33
Distribusi KK Berdasarkan Pembuangan Air Limbah
Dusun Sangge Bongga 2020

NoPembuangan Air Limbah Frequency Percent


1 Resapan 13 26%
2 Got 16 66%
3 Sembarangan 4 8%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 22 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 33 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar pembuangan air limbah penduduk di Dusun Sangge
Bongga yang memiliki tempat pembuangan di got sebanyak 16 (66%),
tempat pembuangan resapan sebanyak 13 (26%) dan pembuangan
sembarang 4 (8%).
Tabel 34
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Saluran Pembuangan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kondisi Saluran Frequency Percent


Pembuangan
1 Lancar 48 96%
2 Tersumbat/tergenang 2 4%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 34 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar kondisi saluran pembuangan lancar sebanyak 48 (96%) dan
kondisi saluran sampah yang tersumbat/tergenang sebanyak 2 (4%)

E. Kandang Ternak

Tabel 35
Distribusi KK Berdasarkan Kepemilikan Kandang Ternak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kepemilikan Kandang Frequency Percent


Ternak
1 Ya 13 26%
2 Tidak 37 74%
Jumlah 72 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 35 diatas bahwa dari 50 KK yang didata


sebagian besar penduduk memiliki kandang ternak di Dusun Sangge
Bongga sebanyak 13 (26%) dan yang tidak memiliki kandang ternak
sebanyak 37 (74%).
Tabel 36
Distribusi KK Berdasarkan Letak Kandang Ternak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Letak Kandang Ternak Frequency Percent


1 Dalam Rumah 4 30.8%
2 Luar Rumah 19 69.2%
Jumlah 13 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 36 diatas 50 KK yang memiliki kandang ternak


sebanyak 13 di Dusun Sangge Bongga , letak kandang ternak berada di luar
rumah sebanyak 19 (69.2%) dan 4 (30.8). Hal ini menunjukkan perilaku
hidup bersih sehat masyarakat cukup baik.

Tabel 37
Distribusi KK Berdasarkan Kondisi Kandang Ternak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kondisi Kandang Ternak Frequency Percent


1 Terawat 10 77%
2 Tidak Terawat 3 23%
Jumlah 13 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 37 diatas bahwa dari 50 KK yang memiliki


kandang ternak sebanyak 13 di Sangge Bongga, kondisi kandang ternak
yang tidak terawat sebanyak 3 (23%) dan kondisi kandang ternak terawat
sebanyak 10 (77%).
III. KONDISI KESEHATAN UMUM

A. Pelayanan Kesehatan

Tabel 38
Distribusi KK Berdasarkan Sarana Kesehatan Terdekat
Dusun Sangge Bongga 2020

No Sarana Kesehatan Terdekat Frequency Percent


1 Rumah Sakit 0 0%
2 Puskesmas 50 100%
3 dr/perawat/bidan 0 0%
4 Balai Pengobatan 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 22 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 38 diatas bahwa dari 50 KK sarana kesehatan


terdekat di Dusun Sangge Bongga di puskesmas sebanyak 50 (100%) .
Hal ini menunjukkan bahwa cukup memudahkan masyarakat untuk
pelayanan kesehatan karena jarak yang terjangkau.

Tabel 39
Distribusi KK Berdasarkan Kebiasaan Keluarga Bila Sakit
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kebiasaan Keluarga Bila Sakit Frequency Percent


1 Rumah Sakit 0 0%
2 Puskesmas 47 94%
3 dr/perawat/bidan 3 6%
4 Klinik 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 39 diatas bahwa dari 50 KK kebiasaan


penduduk di Dusun Sangge Bongga bila sakit mereka berobat ke
puskesmas sebanyak 47 (94%), berobat ke dr/perawat/bidan 3 (6%) Hal
ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat tentang pelayanan
kesehatan baik.

Tabel 40
Distribusi KK Berdasarkan Kebiasaan Keluarga Sebelum
Kepelayanan Kesehatan Dusun Sangge Bongga 2020

No Kebiasaan Frequency Percent


1 Beli Obat 50 100%
2 Jamu 0 0%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 40 diatas bahwa dari 50 KK kebiasaan


penduduk di Dusun Sangge Bongga sebelum ke pelayanan kesehatan
mereka beli obat sendiri sebanyak 50 (100%)

Tabel 41
Distribusi KK Berdasarkan Sumber Pendanaan Kesehatan
KeluargaDusun Sangge Bongga 2020
No Sumber Frequency Percent
1 ASTEK / ASKES 10 20%
2 BPJS Pemerintah 37 74%
3 Dana Sendiri 0 0%
4 BPJS Mandiri 3 6%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 41 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK yang


di data sumber pendanaan kesehatan terbanyak penduduk Dusun
Kampung Tangga adalah BPJS Pemerintah dengan frekuensi 10 (20%)
KK . Hal ini menunjukkan bahwa bantuan dari pemerintah betul - betul
dimanfaatkan dan di pergunakan dengan baik oleh penduduk yang berada
di Dusun Kampung Tangnga.

Tabel 42
Distribusi KK Berdasarkan Sarana Transportasi Kepelayanan
KesehatanDusun Sangge Bongga 2020

No Transportasi Frequency Percent


1 Jalan Kaki 7 14%
2 Kendaraan Umum 2 4%
4 Kendaraan Pribadi 41 82%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 42 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK


yang didata, sebagian besar penduduk kesarana pelayanan kesehatan
menggunakan kendaraan pribadi sebanyak 41 (82%), dan yang jalan kaki
sebanyak 7(14%) KK sedangkan yang menggunakan kendaraan umum
sebanyak 2(4%)

Tabel 43
Distribusi KK Berdasarkan Jarak Rumah Dengan
Sarana Kesehatan Dusun Sagge Bongga 2020
No Jarak Rumah Frequency Percent
1 < 1 KM 26 52%
2 1-2 KM 24 48%
3 2-5 KM 0 0%
4 >5 KM 0 0%
Jumlah 50 100%

Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 43 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK


yang didata rata- rata jarak rumah dengan pelayanan kesehatan di Dusun
Kampung Tangnga < 1KM dengan frekuensi 26 (52%)

B. Masalah Kesehatan Khusus


Tabel 44
Distribusi KK Berdasarkan Penyakit Yang Pernah Diderita
6 Bulan Terakhir Dusun Sagge Bongga 2020

No Penyakit Frequency Percent


1 DBD 0 0%
2 TBC 1 0.7%
3 Asma 2 1.2%
4 Batuk, Pilek 2 1.2%
5 Gastritis 4 3,5%
6 Diabetes Melitus 2 1.2%
7 Rematik 3 2%
8 Hipertensi 16 10.2%
9 Demam 2 1.2%
10 Asam Urat 2 1.2%
11 Bronchitis 1 0.7
12 Sehat 121 77.6%
Jumlah 156 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 44 diatas menunjukkan bahwa dari 156 orang


dengan jumlah 50 KK. Sebagian besar warga status kesehatannya baik
dengan frekuensi 121 orang (77.6%). Dan penyakit yang pernah diderita
penduduk di Sangge Bongga selama 6 bulan terakhir, dengan frekuensi
tertinggi adalah Hipertensi yaitu 16 (10.2%) kemudian Rematik dengan
frekuensi 3 (%2).

IV. HAMIL DAN MENYUSUI


A. Pasangan Usia Subur

Tabel 45
Distribusi KK Berdasarkan Pasangan Usia Subur
Dusun Sangge Bongga 2020

No Pasangan Usia Subur Frequency Percent


1 Ya 8 100%
2 Tidak 0 0%
Jumlah 3 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan hasil pendataan dan tabel 45 diatas menunjukkan
bahwa dari 50 KK yang didata didaptkan pasangan usia subur sebanyak 8
(100%) di Dusun Sangge Bongga

Tabel 46
Distribusi KK BerdasarkanAseptor KB
Dusun Sangge Bongga 2020
No Akeptor KB Frequency Percent
1 KB 0 0%
2 IUD 0 0%
3 Suntik 8 100%
4 Kondom 0 0%
5 Tubektomi 0 0%
Junlah 8 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan hasil pendataan dan tabel 46 diatas menunjukkan


bahwa dari 50 KK yang didata, terdapat ada pasangan usia subur dan
menggunakan aseptor KB suntik sebanyak 8 (100%) di Dusun Sangge
Bongga.

B. Ibu Hamil
Tabel 47
Distribusi KK Berdasarkan Ibu Hamil Dalam Keluarga
Dusun Sangge Bongga 2020

No Ibu Hamil Frequency Percent


1 Ya 1 2%
2 Tidak 49 98%
3 Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 47 diatas menunjukkan bahwa dari 50 KK
yang didata di Dusun Sangge Bongga didapatkan 1 (2%) ibu hamil.

Tabel 48
Distribusi KK Berdasarkan Umur Kehamilan
Dusun Kampung Tangnga 2020

No Umur Kehamilan Frequency Percent


1 Trimester 1 (0 -3 bulan) 0 0%
2 Trimester II (4 6 bulan) 0 0%
3 Trimester III (7-9 bulan) 1 100%
Jumlah 1 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 48 diatas dari 1 orang yang hamil, didapatkan
usia kehamilan ibu trimester III (7 -9 bulan) sebanyak 1 (100%).

Tabel 49
Distribusi KK Berdasarkan kehamilan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Kehamilan Frequency Percent


1 1 0 0%
2 2 0 0%
3 3 0 0%
4 >3 1 100%
Jumlah 1 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 49 diatas dari 1 orang yang hamil, didapatkan
kehamilan ibu yang ke >3 sebanyak 1 (100%)

Tabel 50
Distribusi KK Berdasarkan Usia Ibu Hamil
Kehamilan Dusun Sangge Bongga 2020

No Umur Kehamilan Frequency Percent


1 < 20 Tahun 0 0%
2 20 – 35 Tahun 1 100%
3 > 35 Tahun 0 0%
4 Jumlah 1 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 50 diatas dari 1 orang yang hamil, didapatkan
usia ibu hamil 20-35 tahun sebanyak 1 (100%).

Tabel 51
Distribusi KK Berdasarkan Pemeriksaan Kehamilan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Pemeriksaan Kehamilan Frequency Percent


1 Ya 1 100%
2 Tidak 0 0%
3 Jumlah 1 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 51 diatas dari 2 orang yang hamil, didapatkan
yang melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 (100%).

Tabel 52
Distribusi KK Berdasarkan Jumlah Pemeriksaan Kehamilan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jumlah Pemeriksaan Frequency Percent


Kehamilan
1 2 Kali 0 0%
2 3 Kali 1 100%
3 4 Kali 0 0%
Tidak 0 0%
4 Jumlah 1 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 52 diatas dari 2 orang yang hamil, didapatkan


jumlah pemeriksaan kehamilan 3 kali sebanyak 1 (100%)

Tabel 53
Distribusi KK Berdasarkan Alasan Tidak Melakukan
Pemeriksaan Kehamilan Dusun Sangge Bongga 2020
No Alasan Frequency Percent
1 Tidak Ada Biaya 0 0%
2 Tidak Sempat 0 0%
3 Tidak Tahu 0 0%
4 Takut 0 0%
Jumlah 0 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 52 diatas dari 1 orang yang hamil dan tidak ada
yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan.

Tabel 54
Distribusi KK Berdasarkan Suntik TT
Dusun Sangge Bongga 2020
No Suntik TT Frequency Percent
1 Ya 0 0%
2 Tidak 1 100%
3 Jumlah 1 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 54 diatas 1 orang yang hamil di Dusun
Sangge Bongga belum pernah

Tabel 55
Distribusi KK Berdasarkan Kelengkapan Suntik TT
Dusun Sangge Bongga 2020
No Suntik TT Frnequency Percent
1 1 kali TT 0 0
2 2 kali TT 0 0
3 Jumlah 0 0
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

C. Ibu Menyusui

Tabel 56
Distribusi KK Berdasarkan Buteki Dusun Sangge Bongga 2020

No Buteki Frequency Percent


1 Ya 0 0
2 Tidak 0 0
3 Jumlah 0 0
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

.
Tabel 57
Distribusi KK Berdasarkan Ibu Menyusui Anak Bila Ada Buteki
Dusun Sangge Bongga 2020

No Buteki Frequency Percent


1 Ya 0 0
2 Tidak 0 0
Jumlah 0 0
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Tabel 58
Distribusi KK Berdasarkan Lama Ibu Menyusui
Anak Bila Ada Buteki Dusun Sangge Bongga 2020
No Lama Frequency Percent
1 < 1 Bulan 0 0
2 1 – 4 Bulan 0 0
3 5 – 12 Bulan 0 0
4 > 12 Bulan 0 0
Jumlah 0 0
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Tabel 59
Distribusi KK Berdasarkan Alasan Ibu Tidak Menyusui
Anak Bila Ada Buteki Dusun Sangge Bongga 2020
No Alasan Frequency Percent
1 Pekerjaan 0 0%
2 Tidak Tahu 0 0%
3 Penyakit 0 0%
Jumlah 0% 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

D. Balita
Tabel 60
Distribusi KK Berdasarkan Ada Keluarga Yang Memiliki Balita
Dusun Sagge Bongga 2020

No Memiliki Frequency Percent


1 Ya 15 30%
2 Tidak 35 70%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 60 diatas menunjukkan bahwa keluarga yang


memiliki balita dari 50 KK yang didata di Dusun Sangge Bongga
didapatkan 35 (70%) yang tidak memiliki balita dan yang memiliki balita
sebanyak 15 (30%).

Tabel 61
Distribusi KK Berdasarkan Balita Yang Dibawah Keposyandu
Dusun Sangge Bongga 2020

No Posyandu Balita Frequency Percent


1 Ya 15 100%
2 Tidak 0 %
Jumlah 15 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 61 diatas menunjukkan bahwa keluarga yang
memiliki balita 15 dari 50 KK yang didata di Dusun Sangge Bongga, semua
balita di bawah ke posyandu 15 (100%)

Tabel 62
Distribusi KK Berdasarkan Alasan Balita Tidak Dibawah Keposyandu
Setiap Bulan Dusun Sangge Bongga 2020

No Alasan Frequency Percent


1 Jauh 0 0%
2 Tidak Ada Waktu 0 0%
3 Pandemi Covid 19 0 0%
Jumlah 0 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Tabel 63
Distribusi KK Berdasarkan Imunisasi Balita
Dusun Sangge Bongga 2020

No Imunisasi Frequency Percent


1 Hepatitis 1 6.6%
2 BCG 2 13.3%
3 DPT 0 0
4 Polio 0 0
5 Campak 12 80%
Jumlah 15 100%
Sumber : Data Primer 22 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 63 diatas menunjukkan bahwa balita yang


melakukan imunisasi campak sebanyak 12 (80%), imunisasi BCG sebanyak
2 (13.3%) sedangkan imunisasi Hepatitis sebanyak 1 (6.6%)

Tabel 64
Distribusi KK Berdasarkan Alasan BalitaTidak Imunisasi
Dusun Sangge Bongga 2020

No Alasan Frequency Percent


1 Tidak Ada Waktu 0 0%
2 Tidak Tahu 0 0%
Jumlah 0 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Tabel 65
Distribusi KK Berdasarkan KMS Balita Dusun Sangge Bongga 2020

No KMS Balita Frequency Percent


1 Ya 15 100%
2 Tidak 0 0%
Jumlah 15 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 65 diatas menunjukkan bahwa keluarga yang


memiliki balita 15 dari 50 KK yang didata di Dusun Sangge Bongga yang
memiliki KMS sebanyak 15 (100%)

Tabel 66
Distribusi KK Berdasarkan Hasil Penimbangan Balita
Di KMS Dusun Sangge Bongga 2020

No Hasil Frequency Percent


1 Didareh Garis Hijau 15 100%
2 Berada Diatas Garis Hijau Kuning 0 0%
3 Dibawah Garis Titik Titik 0 0%
4 Dibawah Garis Merah 0 0%
5 Jumlah 15 100%
Sumber : Data Primer 27 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 66 diatas menunjukkan bahwa keluarga yang


memiliki balita 15 dari 50 KK yang didata di Dusun Sangge Bongga hasil
penimbangan balita di daerah garis hijau 15 (100%).

E. Anak Dan Remaja


Tabel 67
Distribusi KK Berdasarkan Anak Sekolah / Remaja Di Keluarga
Dusun Sagge Bongga 2020

No Anak Sekoah / Remaja Frequency Percent


1 Ya 21 42%
2 Tidak 29 58%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 67 diatas menunjukkan bahwa keluarga yang


memiliki anak sekolah / remaja dari 50 KK yang didata di Dusun Sangge
Bongga didapatkan sebanyak 21 (54,2%) yang nemiliki anak sekolah /
remaja dan yang tidak memiliki anak sekolah / remaja sebanyak 29 (45,8%).
Tabel 68
Distribusi KK Berdasarkan Usia Anak Saat ini
Dusun Sangge Bongga 2020

No Usia Anak Frequency Percent


1 6 – 10 Tahun 9 28.1
2 11 – 15 Tahun 15 46.9%
3 16 – 21 Tahun 8 25%
Jumlah 32 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 68 diatas menunjukkan bahwa usia anak saat ini


dari 50 KK yang didata di Dusun Sangge Bongga didapatkan sebanyak 9
(40,0%) usia 6- 10 tahun, sebanyak 15 (35,5%) usia 16 - 21 tahun dan
sebanyak 8 (24,5%).

Tabel 69
Distribusi KK Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Tingkat Pendidikan Frequency Percent


1 SD 12 37,6%
2 SMP 10 31.2%
3 SMA 6 18.8%
4 PT 2 6.2%
5 Tidak Sekolah 2 6.2%
Jumlah 32 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 68 diatas menunjukkan bahwa dari 35 anak usia


remaja /sekolah bahwa tingkat pendidikan anak SD sebanyak 12 (37.6%)
orang, tingkat pendidikan SMP sebanyak 10 (31.7%) orang dan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 6 (18.8%) orang dan sebanyak 2 (6.2) perguruan
tinggi dan 2 (2.6) tidak sekolah

Tabel 70
Distribusi KK Berdasarkan Penyakit Anak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Penyakit Anak Frequency Percent


1 Ada 1 100%
2 Tidak Ada 0 0%
Jumlah 1 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 70 diatas menunjukkan bahwa dari 32 anak di


Dusun Sangge Bongga terdapat 1 (100%) memiliki penyakit.

Tabel 71
Distribusi KK Berdasarkan Status Berobat Anak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Status Berobat Frequency Percent


1 Sudah 1 100%
2 Belum 0 0%
Jumlah 1 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 71 diatas, menunjukkan bahwa terdapat 1 (100%) status


berobat anak sakit di Dusun Kampung Tangnga.

Tabel 72
Distribusi KK Berdasarkan Tempat Berobat Anak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Tempat Berobat Anak Frequency Percent


1 Medis 1 100%
2 Non Medis 0 0%
Jumlah 0 0%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 72 diatas menunjukkan bahwa tempat berobat


anak yang sakit adalah sarana pelayana ksehatan (medis) dan tidak ada yang
berobat non medis. Hal ini dikareakan sarana pelayanan kesehatan yang
berada di Dusun Sangge Bongga sangat mudah dijangkau.

Tabel 73
Distribusi KK Berdasarkan Penggunaan Waktu Luang Anak
Dusun Sangge Bongga 2020

No Penggunaan Waktu Frequency Percent


Luang
1 Musik / TV 16 50%
2 Olahraga 10 31.2%
3 Rekreasi 0 0%
4 Keagamaan 6 18.8%
5 Jumlah 32 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 73 diatas menunjukkan bahwa dari 32 anak


yang ada di ada dusun Sangge Bongga, anak lebih banyak menggunakan
waktu luang mereka untuk mendengarkan music dan menonton TV sebanyak
16 (50%), anak yang meluangkan waktunya olahraga sebanyak 10 (31%)
dan anak yang meluangkan waktunya keagamaan sebanyak 6 (18.8%).

Tabel 74
Distribusi KK Berdasarkan Kebiasaan Anak
Dusun Sangge Bongga 2020
No Kebiasaan Anak Frequency Percent
1 Merokok 0 0%
2 Alkohol 0 0%
3 Narkoba 0 0%
4 Bermain 26 81.2%
5. Tidak Ada 6 18.8%
Jumlah 32 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 74 diatas menunjukkan bahwa dari 32 orang usia


remaja / sekolah yang berada Di Dusun Sangge Bongga kebiasaan mereka
lebih banyak yang bermain dengan frekuensi 26 (81.2%). Hal ini
dikarenakan di Dusun Kampung Tangnga lebih banyak usia anak – anak.

F. Usia Lanjut

Tabel 75
Distribusi KK Berdasarkan Adanya Usia lanjut Dirumah
Dusun Sagge Bongga 2020

No Usia Lanjut Frequency Percent


1 Ada 12 24%
2 Tidak Ada 38 76%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 75 diatas menunjukkan bahwa usia lanjut di rumah
dari 72 KK yang didata di Dusun Kampung Tangnga, didapatkan usia lanjut
sebanyak 14 (19,5%) tidak ada usia lanjut dan sebanyak 58 ( 80,5%).

Tabel 76
Distribusi KK Berdasarkan Keluhan Penyakit
Dusun Kampung Tangnga 2020

No Penyakit Frequency Percent


1 Ada 9 75%
2 Tidak Ada 3 25%
Jumlah 12 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 76 diatas menunjukkan dari 50 KK yang memiliki


usia lanjut di rumah sebanyak 12 penduduk di Dusun Sangge Bongga,
didapatkan sebanyak 9 (75%) memiliki keluhan penyakit dan sebanyak 2
(25%) tidak memiliki keluhan penyakit.

Tabel 77
Distribusi KK Berdasarkan Jenis Penyakit
Dusun Sangge Bongga 2020

No Jenis Penyakit Frequency Percent


1. Asma 0 0%
2 TBC 1 11.1%
3 Hipertensi 5 55.6%
4 Kencing Manis 0 0%
5 Rheumatik / Arthritis 1 11.1%
6 Katarak 0 0%
7 Osteooporosis 0 0%
8 Asam Urat 2 22.2%
9 Jantng 0 0%
10 Liver 0 0%
11 DM 0 0%
12 Gastritis 0 0%
13 Stroke 0 0%
Jumlah 9 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020
Berdasarkan tabel 77 diatas menunjukkan dari 12 usia lanjut yang
memiliki keluhan penyakit sebanyak 9 penduduk di Dusun Sangge Bongga,
didapatkan sebanyak 5 (55.6%) menderita penyakit hipertensi, sebanyak 2
(22.5%) penyakit asam urat dan, sebanyak 1 (11,1%) menderita reumatik /
Arthritis dan TBC.

Tabel 78
Distribusi KK Berdasarkan Upaya Yang Telah Dilakukan
Dusun Sangge Bongga 2020

No Upaya Yang Telah Frequency Percent


Dilakukan
1 Berobat Ke Sarana Kesehatan 9 100%
2 Berobat Ke Non Medis 0 %
3 Diobati Sendiri 0 0%
Jumlah 9 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 78 diatas menunjukkan bahwa upaya yang


dilakukan ketika lansia yang memiliki keluhan penyakit di Dusun Sangge
Bongga sebanyak 9 (100%)

Tabel 79
Distribusi KK Berdasarkan Penggunaan Waktu Senggang
Dusun Sangge Bongga 2020
No Kegiatan Frequency Percent
1 Berkebun / Pekerjaan Rumah 0 0%
2 Jalan – Jalan 3 25%
3 Berkebun 1 8.3%
4 Tidak ada 8 8.3%
Jumlah 12 100%
Sumber : Data Primer 22 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 79 diatas menunjukkan bahwa penggunaan


waktu senggang usia lanjut dari 12 orang di Dusun Sangge Bongga
sebanyak 8 (8.3%) melakukan aktifitas berkebun .
Tabel 80
Distribusi KK Berdasarkan Posyandu Lansia
Dusun Sangge Bongga 2020
No Posyandu Frequency Percent
1 Ada 12 100%
2 Tidak Ada 0 0%
Jumlah 12 100%
Sumber : Data Primer 29 Agustus 2020

Berdasarkan tabel 80 diatas, hasil pendataan yang telah di


lakukan ada posyandu lansia sebanyak 12 (100%) di Dusun Sangge Bongga
BAB IV

PEMBAHASAN

Pemberian  asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien / keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.Konsep keperawatan

komunitas yang profesional mangacu pada ilmu dan kiat keperawatan yang di

tujukan pada masyarakat terumatama kelompok-kelompok yang berisiko tinggi

terhadap terserangnya penyakit atau akibat proses penuaan.Peran serta aktif

masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapana asuhan keperawatan di

masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan di Dusun Kampung Tangnga

sangat tergantung pada respon masyarakat, terutama dalam  memberikan informasi

yang valid dan  akurat.Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama

dengan tahapan pada proses keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Perencanaan,

Pelaksanaan dan Evaluasi .

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien / keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1995).

Konsep keperawatan komunitas yang profesional mangacu pada ilmu dan

kiat keperawatan yang di tujukan pada masyarakat terumatama kelompok-


kelompok yang berisiko tinggi terhadap terserangnya penyakit atau akibat proses

penuaan.

A. Pengkajian

Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :

1) Perumahan: Status kepemilikan rumah di Dusun Sangge Bongga yaitu : milik

sendiri dan menumpang.

2) Tipe rumah di Dusun Sangge Bongga yaitu : semi permanen, tidak permanen

dan permanen. Masing-masing keadaan lantai masih papan, semen dan tegel.

3) Pendidikan: status pendidikan di Dusun Sangge Bongga kebanyakan masih SD

dan SMP namun dalam hasil pngkajian ada juga yang SMA dan Perguruan

Tinggi.

4) Ekonomi: tingkat ekonomi di Dusun Sangge Bongga masih ada yang dibawah

UMR, penghasilan yang didapat perbulan kurang dari 1 juta, sehingga belum

mampu memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan kesehatan seperti kebutuhan

nutrisi dan fasilitas kesehatan

5) Pelayanan kesehatan yang tersedia di Dusun Sangge Bongga untuk melakukan

deteksi dini gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah

terjadi yaitu puskesmas.


Analisa Data

NO Data Masalah Penyebab


1. Ds : Resiko timbulnya Kurangnya pengetahuan dan
- Banyak Masyarakat belum mengetahui tentang peningkatan kasus penyakit kesadaran masyarakat tentang
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan (saluran cerna, demam pentingnya kesehatan
berdarah, ISPA, dll). lingkungan
Do
1. Sistem pencahayaan rumah yang terang sebanyak 52%,
yang memiliki sistem pencahayaan yang remang-
remang 44% dan pencahayaan yang gelap 4%
2. Sumber air sehari-hari air PAM 60% dan sumur pompa
40%
3. sebanyak 17.1%masyarakat mengolah air minum tanpa
di masak terlebih dahulu
4. Kebiasaan keluarga BAB di WC 100%
5. Penggunaan jamban plesengan 2% dan leher angsa 98%
6. Sistem pembuangan air limbah di got 66%
Letak kandang hewan terpisah dari rumah 69.8%
sedangkan letak kandang yang ada di dalam rumah
30.8%
2 Ds: Perilaku cenderung beresiko lingkungan yang kurang sehat
- Masyarakat mengatakan banyak sampah yang seperti masyarakat yang masih
dikumpulkan dan dibakar di pekarangan rumah. belum mempunyai tempat
- Beberapa warga mengatakan sampah di bakar dan tidak penampungan sampah
ada penutup sampah sebanyak 60%
- Masyarakat mengatakan banyak jendela rumah warga
ditutup siang hari karena demi keamanan rumah.

Do
1. Rumah yang memiliki ventilasi sebanyak 98%
2. Rumah yang tidak memilki ventilasi sebanyak 2%
3. masyarakat yang belum mempunyai tempat
penampungan sampah sebanyak 60%
4. Sistem pembuangan sampah dengan cara dibakar
90%, di timbun 6% dan sungai 4%
5. Tempat pembuangan sampah dengan kondsi tertutup
53.3% sedangkan tempat pembuangan sampah
dengan kondisi terbuka 46.7%
B. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
N Masalah Kesehatans A B C D E F G H I J K Total Prioritas
O
1. Resiko timbulnya peningkatan kasus penyakit (saluran cerna, 4 3 3 3 3 2 3 2 3 1 2 29 1
demam berdarah, ISPA, dll) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam memelihara lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan 4 4 3 3 3 2 2 2 2 1 2 28 2
pengolahan sampah yang kurang tepat

KETERANGAN PEMBBOTAN
A = Resiko Terjadi G = Tempat
1 = Sangat Rendah
B = Risiko Parah H = Waktu
2 = Rendah
C = Potensi Untuk Pendidikan Kesehatan I = Dana
3 = Cukup
D = Minat Masyarakat J = Fasilitas Kesehatan
4 = Tinggi
E = Mungkin Diatasi K = Sumber Daya
5 = Sangat Tinggi
F = Sesuai Dengan Program Pemerintah
C. RENCANA KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

NO DX TUM & TUK STRA RENCANA EVALUASI SASARAN TEMPAT PJ


KEP TEGI KEGIATAN
Kriteria Standar

1 DX I Setelah dilakukan K.I.E a. Bina hubungan saling Verbal a.cara meningkatkan Masyarakat Pekarangan
tindakan percaya antara dan menjaga Dusun rumah
keperawatan selama mahasiswa dan kesehatan lingkungan Sangge masyarakat,
1 X pertemuan masyarakat b. akiba yang di Bongga
diharapkan b. berikan pendidikan timbulkan dari
masyarakat terhindar kesehatan tentang lingkungan yang
dari penyakit yang kesehatan kurang sehat
disebabkan oleh lingkungan
lingkungan yang c. berikan pendidikan
kurang sehat kesehatan tentang
penyakit akibat
lingkunga yang
kurang sehat
d. motivasi kader untuk
memberikan
penyuluhan tentang
kesehatan
lingkungan
e. lakukan penyebaran
leaflet tentang
lingkungan sehat,
Penyakit DIARE
dan ISPA
2 DX II Setelah dilakukan K.I.E a. Berikan penyuluhan Verbal a. Jenis sampah. Warga Pekarangan
tindakan tentang dampak b. Dampak Masyarakat rumah
keperawatan selama pembuangan sampah pembuangan Dusun masyarakat,
1 X pertemuan yang tidak sehat dan yangkurang sehat. Sangge
diharapkan pengolahan sampah c. Pengelolaan Bongga
masyarakat mampu : yang benar. sampah yang benar.
a. Mengidentifikasi b. Diskusikan dengan
jenis sampah warga tentang
b. Memisahkan dampak yang
sampah kering ditimbulkan bila
dan basah sampah berserakan.
c. Membuang c. Diskusikan cara
sampah sesuai pengleloaan sampah
dengan jenis dan yang sehat.
tempat yang d. Melakukan kerja
sehat bakti massal
d. Memilihara bersama dengan
lingkungan yang seluruh warga.
sehat e. Berikan
reinforcement
terhadap
kemampuan warga
mengelola sampah
yang benar.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO MASALAH TGL KEGIATAN EVALUASI ANALISA


KEPERAWATAN
Resiko timbulnya a. mebina hubungan saling percaya Evaluasi struktur:
penyakit menular antara mahasiswa dan masyarakat a. Kegiatan telah direncanakan
(diare, DHF, ISPA) b. memberikan pendidikan kesehatan 3 hari sebelum kegiatan
berhubungan dengan tentang kesehatan lingkungan dilaksanakan
kurangnya pengetahuan c. meberikan pendidikan kesehatan b. Materi penyuluhan dan
masyarakat dalam tentang penyakit akibat lingkunga leaflet telah dipersiapkan 1
memelihara lingkungan yang kurang sehat hari sebelum pelaksanaan
yang memenuhi syarat d. memotivasi kader untuk c. Masyarakat dinformasikan
kesehatan memberikan penyuluhan tentang jauh hari sebelum acara
kesehatan lingkungan dimulai.
e. melakukan penyebaran leaflet .
tentang lingkungan sehat, Penyakit Evaluasi proses:
DIARE dan ISPA a. Acara berjalan tertip dan
lancar.
b. Acara dihadiri masyarakat
dusun sangge bongga
c. 25% masarakat bertanya
tentang dampak dari
lingkunga yang kurang sehat
Evaluasi hasil :
Masyarakat mengerti tentang
cara memelihara
lingkunganyang memenuhi
syarat kesehatan
2 Perilaku kesehatan a. Melakuakan penyuluhan tentang Evaluasi struktur:
cenderung beresiko dampak pembuangan sampah c. Kegiatan telah direncanakan
berhubungan dengan yang tidak sehat dan pengolahan 3 hari sebelum kegiatan
pengolahan sampah sampah yang benar. dilaksanakan
yang kurang tepat b. Mendiskusikan dengan warga d. Materi penyuluhan dan
tentang dampak yang ditimbulkan leaflet telah dipersiapkan 1
bila sampah berserakan. hari sebelum pelaksanaan
c. Mendiskusikan cara pengleloaan e. Kegiatan kerja bakti
sampah yang sehat. dikoordinir oleh pak desa.
d. Melakukan kerja bakti massal Evaluasi proses:
bersama dengan seluruh warga. a. Kegiatan berlangsung kurang
e. Melakukan reinforcement lancar
terhadap kemampuan warga b. Kegiatan dihadiri oleh 5
mengelola sampah yang benar. orang
c. Kegiatan kerja bakti
difokuskan pada tempat
pembuangan sampah.
Evaluasi hasil :
a. Masyarakat mengerti akan
pentingnya pengelolaan
sampah
b. Lingkungan tampak bersih
dan parit menjadi lancar
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Sangge Bongga Desa Aeng

Towa Kec. Galesong Utara Kab. Takalar menunjukan bahwa terdapat beberapa

masalah yaitu dalam pengolahan sampahnya masih banyak yang dibakar dan masih

banyak masyarakat yang membeli obat bebas sebelum kepelayanan kesehatan dan

masih ada masyarakat yang tidak memasak air minumnya

Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai ( valuase), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus

dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga, misalnya didalam kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu

menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam

suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok

masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,

masyarakat terasing dan sebagainya, (Alimul, 2009).

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta

masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan

tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga di harapkan masyarakat mampu mengenal

mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya ( Mubarak,2009 ).Tahapan


proses keperawatan komunitas yaitu: pengkajian yang terdiri dari wawancara,

observasi, kuisioner, menentukan prioritas masalah dan pelaksanaan.

B. SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam

meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan

2. Bagi Pemerintah

Perlu kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk mencegah

terjadinya masalah kesehatan di masyarakat

3. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat Dusun Kampung Tangnga Kec.

Galesong Utara Kab. Takalar

4. Bagi Institusi Pendidikan

Laporan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan referensi dalam penerapanya

pada proses pendidikan.


Lampiran

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai